Ta'if

Prioritas: c, Kualitas: c
Dari wikishia
(Dialihkan dari Thaif)

Ta'if (bahasa Arab:طائف) adalah sebuah kota yang terletak di bagian tenggara Mekah di negara Arab Saudi. Latta adalah salah satu berhala terkenal orang-orang Arab di zaman Jahiliyah, berada di kota Ta'if dan penduduk berkumpul melakukan tawaf di sekitarnya.

Pada tahun kesepuluh bi'tsah, Rasulullah saw pergi ke kota Ta'if untuk mengadakan perjalanan dakwahnya yang pertama dan mengajak Tsaqif serta para pemuka Ta'if untuk masuk Islam, namun tidak ada hasil.

Nabi saw pada tahun ke-8 H dalam Perang Ta'if telah mengepung Ta'if selama duapuluh hari, namun tidak terjadi pertikaian yang sengit. Pada tahun ke-9 H, sekelompok komisi dari Tsaqif datang ke Madinah dan menyatakan keislaman mereka.

Diantara tokoh-tokoh ternama Ta'if yang dapat disebutkan adalah Umayah bin Abi Shalt Tsaqafi seorang penyair, Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi, Nadr bin Harits dan Mukhtar Tsaqafi. Masjid Ibnu Abbas, masjid ‘Adas dan masjid al-Hadi adalah termasuk peninggalan-peninggalan sejarah kota ini.

Lokasi Geogarfis

Kota ini terletak di 40˚ dan 21 derajat timur dan di 21˚ dan 15 lintang utara, [1] di 90 kilometer Mekah, 160 kilometer Jeddah, 900 kilometer Riyadh, dan berada pada ketinggian 1.680 meter di atas permukaan laut. [2] Yakut Hamawi[3] menulis banyak pegunungan dan lembah-lembah[4] yang mengelilingi Ta'if. [5] [6]

Dasar Penamaan

Ta'if berasal dari kata thawafa, yang memiliki arti berputar mengelilingi sesuatu dan melakukan tawaf. Mengenai dasar penamaan Ta'if terdapat sebuah riwayat yang hal itu terlihat seperti fiktif belaka.[7]

Menurut satu riwayat, Damudan, putra Abdul Malik dari keluarga Shadaf, setelah berhasil membunuh putra pamannya, Amr, melarikan diri ke daerah bernama Wajj dan mengadakan perjanjian dengan Mas’ud bin Mu’tab Tsaqafi. Dia berjanji sebagai perkawinannya di Wajj, di sekitar tempat permukiman Tsaqif akan membangun sebuah tembok dinding yang tidak mampu ditembus. Mas’ud kemudian menikahkannya dengan putrinya dan dia juga membuat sebuah tembok dinding yang kokoh. Karena untuk masuk ke kota harus mengitari tembok dinding, maka tempat itu dinamakan Ta'if.[8]

Menurut riwayat yang lain, malaikat Jibril memisahkan segenggam tanah dari Palestina dan kemudian tanah tersebut dibawanya bertawaf mengelilingi Kakbah dan kemudian diletakkan di sebuah daerah bernama Ta'if dan kemudian tempat itu dinamakan Ta'if.[9]

Udara dan Cuaca

Ta'if karena berada pada tingkat ketinggian yang lumayan baik dari permukaan laut, membuatnya berbeda dengan cuaca udara dan iklim yang panas semenanjung Arab, memiliki iklim subtropis dan udara yang sejuk. Para ahli geografi muslim sepakat mengenai iklim yang stabil dan sejuk Ta'if.[10] Menurut Abu al-Fida, Ta'if adalah titik terendah di Hijaz dan air di puncak-puncak sekitarnya membeku.[11]

Kadar curah hujan pertahunnya antara 150 sampai 300 mm.[12] beragam mata air seperti Al-Mitsnah, Al-Fishaliyah, Al-Wahiz dan Syibra mengalir di sekitar pegunungan Ta'if. Suhu udara kota ini paling panas akan mencapai 37˚ dan paling dinginnya akan sampai pada derajat di bawah nol.[13]

Sejarah

Pegunungan di sekeliling kota Ta'if

Bersamaan dengan Kemunculan Islam

‘Udwan dan ‘Amaliqah adalah termasuk dari para pemukim terdahulu kota Ta'if. [14] Bersamaan dengan kemunculan Islam, kaum Tsaqib dan Himyar dan sebuah keluarga dari kaum Quraisy telah tinggal dan bermukin di Ta'if. [15] Salah satu berhala Arab yang terkenal di zaman jahiliyah, bernama Latta, berada di Ta'if dan penduduknya membuat bangunan untuknya dan membuat penutup hordeng untuknya dan bertawaf mengitarinya. [16]

Ketika itu, pasar ‘Ukaz dan Habbasyah termasuk pasar-pasar penting Arab yang biasanya didirikan di Ta'if dan sekitarnya. Menurut apa yang ditulis oleh Jurji Zaidan, orang-orang Arab dari segala penjuru pergi ke pasar ‘Ukaz dan kaum Quraisy juga berusaha mendirikannya dengan penuh daya tarik. [17] Dari Ta'if juga ada banyak penghasilan yang bermacam-macam (seperti anggur yang dikeringkan, kismis, kulit dan minyak) dikirim ke kota-kota sekitarnya termasuk Mekah. Oleh karena itu, tidak sedikit dari para pedagang dan para bangsawan Quraisy datang dan pergi ke Ta'if. Dan di sana juga mereka memiliki rumah dan kebun.

Pada Permulaan Islam

Pada tahun kesepuluh bi'tsah, Rasulullah saw pergi ke Ta'if dan Tsaqif, dan mengajak para pemimpin Ta'if untuk masuk Islam. Namun tidak memberikan hasil. Quraisy dalam perjuangannya dengan Rasulullah senantiasa mendapat dukungan dari Tsaqif.

Nabi yang mulia saw setelah selesai melakukan peperangan Hunain pada tahun kedelapan hijriah, dalam sebuah peperangan yang masyhur dengan ghazwah Ta'if, telah mengepungnya selama 20 hari, namun diantara mereka tidak terjadi pertikaian yang berarti.

Pada tahun kesembilan hijriah, sebuah kelompok komisi pergi berangkat ke Madinah dan kembali ke Ta'if setelah menerima Islam. Nabi melantik Utsman bin Abi al-'Ash untuk menjadi walikota Ta'if. [18] Dia juga dalam beberapa waktu dalam periode kekhalifahan Abu Bakr dan Umar, menjadi penguasa di sana.

Periode Umaiyah dan Abbasiyah

Ta'if pada periode kekhalifahan Umawi( 41-132) termasuk bagian dari amir kota Mekah. [19] Dan pada periode kekhalifahan Abbasi (132-656), Ta'if memiliki kedudukan penting yang berarti karena peranannya dalam menjaga pertahanan dari serangan kabilah-kabilah Arab Badui selain itu di kota tersebut juga ada makam kuburan Abdullah bin Abbas.

Sejak berkuasanya kaum Utsmani atas semenanjung Arab hingga masuknya kelompok Wahabi, pusat-pusat militer besar tercipta di kota ini dan pada periode-periode ini, Ta'if menjadi kota yang memiliki banyak penduduk dan kebanyakan dari pusat-pusat manajemen dari Mekah dipindah ke sana dan sebagian orang juga dari seluruh penjuru Arab berpindah tempat ke kota ini. Kesimpulannya, perdagangan di kota ini menjadi Marak. [20]

Dominasi Kaum Wahabi

Pada tahun 1305, kaum wahabi, mendominasi kota Ta'if. Orang-orang Saudi juga –yang di tahun 1319 telah menyediakan cikal-bakal pemerintahan Arab di Semenanjung Arab- pada tahun 1327 telah mampu melumpuhkan kota Ta'if. Perjanjian Ta'if, yang mengakhiri perang antara Arab Saudi dan Yaman, yang ditandatangani pada 1347 di kota ini. [21]

Tokoh-tokoh terkemuka

Kepintaran, kecerdasan dan wawasan-wawasan politik dan sosial penduduk Ta'if dalam pelbagai periode sangat terkenal. Ketika orang-orang cerdas [22] Arab kurang dari hitungan jari, tiga orang dari mereka adalah (Mughirah bin Syu'bah, Ziyad bin Abih dan Umayah bin Abi Shalt) tokoh-tokoh terkemuka dari Tsaqif dan Ta'if. [23] Tokoh-tokoh ternama dari Ta'if salah satu diantaranya adalah Umayah bin Abi Shalt Tsaqafi seorang penyair, Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi, Harits bin Guldeh Tsaqafi, seorang tabib yang masyhur Arab, Nadr bin Harits dan Mukhtar Tsaqafi.

Luas dan Penduduk

Luas daerah kota Ta'if sekarang ini 360 Km². Menurut sensus tahun 1413, penduduk kota Ta'if berjumlah sebanyak 416121 orang. [24] Dan di musim panas, penduduk kota itu bisa mencapai lima ratus ribu orang. [25]

Penghasilan

Dengan mengingat suhu udara yang sesuai dan keberadaan beberapa mata air dan sumber-sumber air bawah tanah, pertanian dan berbagai perkebunan buah (khususnya anggur) dan bunga dan begitu juga lebah madu, sangat marak di sana. Dan banyak dari penghasilan-penghasilannya dikirim ke berbagai kota di Arab Saudi dan diekspor ke berbagai belahan dunia. [26]

Peninggalan Sejarah dan Pameran

Di Ta'if terdapat berbagai macam peninggalan sejarah, salah satu diantaranya dalah masjid Ibnu Abbas, masjid Adas, masjid al-Hadi, perkuburan yang kuburannya tertancap dengan batu nisan yang usianya kembali pada abad ke empat dan kelima yang tertulis di atasnya dengan khat Kufi dan Nasakh, begitu juga istana Ma’ruf Syibra. Taman Raja Fahd juga termasuk salah satu tempat wisata dan rekreasi kota Ta'if. [27]

Pranala terkait


Catatan Kaki

  1. Athlas al-Mamlakah al-Arabiah al-Saudiah, hlm.324-325.
  2. Baladi, Jld.2, hlm.2018.
  3. Jld.4, hlm.9.
  4. Lembah-lembah besar dan kecil yang berada di pegunungan dinamakan wadi.
  5. Ajimi, hlm. 94-95.
  6. Hamadani, hlm.233.
  7. Muzaffar al-Amid, hlm. 72.
  8. Yakut Hamawi, jld.4, hlm.9.
  9. Jawad Ali, jld.4, hlm.146; untuk mengetahui pandangan lainnya, silahkan rujuk: Dimasyqi, hlm.215; Ibnu Atsir, jld.1, hlm.420.
  10. Lihat: Muqaddasi, hlm. 80; Idrisi, jld.1, hlm.144; Qazweini, hlm.97.
  11. hlm. 90
  12. Lihat: Rafail wa Syaibi, hlm.185.
  13. Mahmud Thaha, hlm. 192.
  14. Qalaqsyandi, hlm.186.
  15. Yakut Hamawi, jld.4, hlm.9.
  16. Jawad Ali, jld.4, hlm.145.
  17. Jld.1, hlm.29.
  18. Ibnu Sa’ad, jld. 1, hlm 237.
  19. Ya’kubi, hlm. 79.
  20. Mahmud Thaha, hlm.199.
  21. Khawand, hlm.461.
  22. Jamak dari Dahiyah yang berarti cerdas dan bermanajemen .
  23. Ibnu Habib, hlm.200.
  24. Jaudah Hasanain, hlm. 177.
  25. Khawand, hlm.462.
  26. Khawand, hlm.461; Mahmud Thaha, hlm. 195.
  27. Khawand, hlm.462

Daftar Pustaka

  • Abu al-‘Ala, Mahmud Thaha. Jugrāfia Syibh Jazirah al-Arab. Kairo: 1972.
  • Abu al-Fida. Taqwim al-Buldān. Dicetak di kota Paris, 1840.
  • Athlas al-Mamlakah al-Arabiah al-Sa’udiah. Riyadh: 1986.
  • Atiq bin Ghaits al-Biladi. Mu’jam Ma'ālim al-Hijāz. Dar Makkah li al-Nasyr wa al-Tauzi'.
  • C. Nicholas Raphael, and T. Hussain Shaibi, "Water Resources for at Thaif, Saudi Arabia: A Study of Alternative Sources for an Expanding Urban Area", The Geographical Jouranl, Vol. 150, No. 2, July, 1984.
  • Dimasyqi. Nukhbatu al-Dahr fi Ajāib al-Barr wa al-Bahr. Baghdad: tanpa tahun.
  • Hamedani. Shifatu Jazirah al-Arab. Riset: Muhammad bin Abdullah bin Balhid al-Najdi. Mesir: 1953.
  • Al-Ajimi, Hasan bin Ali. Ihdāi al-Thaif min Ahbār al-Thaif. Riset: Yahya Mahmud Sa’ati. Riyadh: tanpa tahun.
  • Ibnu Atsir. Al-Kāmil fi Tārikh. Beirut: 1385 H.
  • Ibnu Qutaibah. Al- Ma’ārif. Riset: Tsarwah Mukasyafah. Kairo: 1969.
  • Ibnu Sa’ad. At-Thabaqāt al-Kubrā. Riset: Muhammad Abdul Qadir Atha. Beirut: 1410 H.
  • Idrisi. Nuzhatu al-Musytāq fi ikhtirāq al-Āfāq. Mesir: tanpa tahun.
  • Jaudah Jaudah Hasanain. Syibhu al-Jazirah al-Arabiah: Dirāsatu fi al-Jugrāfiyatu al-Iqlimiyah. Dar al-Ma’rifah al-Jami’iyah, 2006.
  • jawad Ali. Al-Mufassal fi Tārikh al-Arab Qabla al-Islām. Baghdad, 1413 H.
  • Zaidan, Jurji. Tārikh at-Tamddun al-Islāmi. Beirut: tanpa tahun.
  • al-Khawand, Mas'ud. Al-Mausu’ah al-Tārikhiyah al-Jugrāfiyah. Lebanon: 2002.
  • Baghdadi, Muhammad bin Habib. Al-Muhabbar. Riset: Sayid Kasrawi. Kairo: tanpa tahun.
  • Muqaddasi. Ahsanu al-Taqāsim fi Ma’rifati al-Aqālim. Beirut: 1408 H/1987.
  • Qalaqsyandi. Nihāyatu al-Arb fi Ansāb al-Arab. Beirut: Tanpa tahun.
  • Qazweini. Atsār al-Bilād wa Akhbār al-Bilād. Beirut: 1404 H/1984.
  • Al-Amid, Thahir Muzaffar. Takhthith al-Mudun al-Arabiah al-Islāmiyah. Baghdad: 1986.
  • Yakubi. Al-Buldān. Beirut: 1408 H/1988.
  • Hamawi, Yakut. Mu’jam al-Buldān. Beirut: 1399.