Hadis Makarim Akhlak

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia

Innama Bu'itstu li Utammima Makarim al-Akhlak (bahasa Arab: إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَکَارِمَ الْأَخْلَاق) atau Hadis Makarim al-Akhlak adalah sebuah hadis Nabi saw yang menjelaskan bahwa tujuan pengutusan Nabi saw adalah untuk menyempurnakan keutamaan akhlak. Disebutkan dalam hadis ini: "Sesunguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak." Riwayat ini dikenal dengan nama "Hadis Makarim al-Akhlak". Merujuk pada hadis ini, akhlak dianggap sebagai salah satu persoalan penting dalam Islam dan menganggap penyempurnaan dan pengajaran keutamaan akhlak sebagai salah satu tujuan utama pengutusan Nabi saw.

Hadis ini diriwayatkan dalam sumber Syiah dan Ahlusunah. Riwayat dengan tema yang sama, namun dengan kata-kata yang sedikit berbeda, juga terdapat dalam beberapa sumber hadis lainnya. Beberapa peneliti menganggap hadis ini mutawatir maknawi karena banyaknya nukilan hadis ini.

Mereka mengatakan bahwa Makarim al-Akhlak adalah sesuatu yang khusus dan berbeda dari keutamaan-keutamaan akhlak lainnya bahkan lebih unggul darinya. Dalam hadis, sifat-sifat seperti kesabaran, rasa syukur, ghirah, qanaah, keberanian, silaturahmi, kesopanan, dan budi pekerti yang baik merupakan salah satu contoh dari Makarim al-Akhlak.

Kedudukan

Akhlak


Ayat-ayat Akhlak
Ayat-Ayat IfkAyat UkhuwahAyat Istirja'Ayat Ith'amAyat Naba'Ayat Najwa


Hadis-hadis Akhlak
Hadis ''Qurb Nawafil''Hadis Makarim AkhlakHadis MikrajHadis ''junud aql'' dan ''jahl''


Keutamaan-keutamaan Akhlak
Rendah HatiKepuasanDermawanMenahan AmarahIkhlasLembutZuhud


Keburukan-keburukan Moral
CongkakTamakHasudDustaGibahGunjingkikirMendurhakai orang tuaHadis ''Nafs''Besar DiriMengupingMemutus hubungan silaturahmiPenyebaran Kekejian


Istilah-istilah Akhlak
Jihad NafsNafsu LawamahNafsu AmarahJiwa yang tenangPerhitunganMuraqabahMusyaratahDosaPelajaran AkhlakRiadat


Ulama Akhlak
Mulla Mahdi NaraqiMulla Ahmad NaraqiSayid Ali QadhiSayid Ridha BahauddiniDastgheibMuhammad Taqi Bahjat


Sumber Referensi Akhlak

Al-Qur'anNahjul BalaghahMishbah al-Syari'ahMakarim al-AkhlaqAl-Mahajjah al-Baidha' Majmu'atu WaramJami' al-Sa'adatMi'raj al-Sa'adahAl-Muraqabat

Hadis إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَکَارِمَ الْاَخْلَاق‏ "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak [dan mengajarkannya]".[1] Hadis ini dikenal dengan hadis Makarim al-Akhlak[2] atau Hadis Tatmim.[3] Hadis ini diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw.[4] Mengacu pada hadis ini, Salah satu tujuan utama pengutusan Nabi saw adalah menyempurnakan dan mengajarkan Makarim al-Akhlak.[5] Selain itu, hadis ini juga mengungkapkan pentingnya masalah akhlak dalam Islam.[6]

Tafsir Hadis yang Berbeda-beda

Berikut adalah beberapa penafsiran terkait hadis Makarim al-Akhlak:

Murtadha Muthahhari, seorang ulama Islam dan penulis Syiah, berpendapat bahwa dapat dipahami dari hadis ini bahwa pengutusan Nabi saw adalah membentuk jiwa, akhlak, dan pendidikan umat, serta memiliki aspek emosional dan menggerakkan, bukan hanya aspek ilmiah dan keilmuan saja. Berbeda dengan akhlak Socrates yang bertumpu pada keutamaan dan kaidah akal serta hanya mempertimbangkan dimensi rasional. Karena alasan ini, ia kering, dan tetap tak bergerak.[7]

Menurut Ibnu Arabi seorang ‘arif dan mufasir Ahlusunah (560-638 H), di antara para nabi, masing-masing mempunyai kapasitas yang lebih besar dalam menerima keutamaan[8] dan nabi-nabi yang diutus setelahnya memiliki semua sifat dan kesempurnaan nabi-nabi terdahulu. Oleh karena itu, Nabi saw memiliki kapasitas untuk menyempurnakan Makarim al-Akhlak.[9]

Sebagian peneliti juga meyakini bahwa maksud dari Hadis Makarim Akhlak bukanlah sampainya pada makarim akhlak sebagai satu-satunya tujuan pengutusan Nabi saw.[10] Karena pengutusan Nabi saw, memiliki banyak tujuan lainnya seperti berpolitik, memimpin masyarakat serta menyempurnakan hujjah atas mereka.[11]

Mengingat hal tersebut, berikut adalah beberapa kemungkinan yang disebutkan dalam memaknai hadis tersebut:

  • Hadis ini menjelaskan bahwa menyempurnakan akhlak hanyalah tugas Nabi saw dan tidak ada nabi lain yang diutus untuk hal ini. Dengan kata lain diantara para nabi hanya Nabi Muhammad saw yang diutus untuk menyempurnakan akhlak.[12]
  • Hal ini dimaksudkan untuk membedakan makarim al-akhlak dengan keutamaan akhlak lainnya; Artinya, Nabi saw diutus untuk melengkapi keutamaan akhlak, yaitu sifat akhlak yang paling tinggi.[13]
  • Sebab dan tujuan utama pengutusan adalah menyempurnakan akhlak, dan alasan ini menjadi landasan sebab-sebab dan aspek-aspek lain dari pengutusan tersebut.[14]

Jalur Periwayatan

Hadis Makarim al-Akhlaq diriwayatkan dalam sumber Syiah dan Ahlusunah:

Di antara sumber-sumber Syiah, al-Risalah al-Alawiyyah[15] yang ditulis oleh Muhammad bin Ali Karajaki (w. 449 H) dan Tafsir Majma’ al-Bayan[16] yang ditulis oleh Fadhl bin Hasan Thabrisi (w. 548 H) dianggap sebagai sumber tertua yang meriwayatkan hadis Makarim al-Akhlak.[17] Selain itu, [[Hasan bin Fadhl Thabrisi dalam pendahuluan "kitab Makarim al-Akhlak" menjelaskan hadis ini tanpa menyebutkan jalur periwayatannya.[18]

Tentu saja hadis ini juga disebutkan dalam sumber lain dengan ungkapan dan kutipan yang berbeda: dalam "Fiqh al-Ridha" dengan kalimat بُعِثتُ بِمَکارِمِ الاَخلاق[19] dan dalam kitab "Amali" yang ditulis oleh Syekh Thusi (460- 385 H) dengan kalimat بُعِثتُ بِمَکارِمِ الاَخلاقِ و مَحَاسِنِها.[20]

Di antara sumber rujukan Ahlusunah, Baihaqi (w. 458 H) meriwayatkan riwayat ini dalam kitab "Sunan al-Kubro dengan menyebutkan rantai sanad dari Abu Hurairah dari Nabi saw.[21] Juga, Malik bin Anas (93-179 H),[22] Ahmad bin Hanbal (164-241 H)[23] dan Muhammad bin Ismail Bukhari (194-256 H),[24] menyebutkan hadis ini dengan kata-kata serupa dalam kitab-kitab mereka. Beberapa peneliti, mengingat banyaknya penukilan hadis ini dengan kata-kata dan sanad yang berbeda dalam sumber Syiah dan Sunni, menganggapnya sebagai mutawatir maknawi atau setidaknya memiliki istifadhah maknawi dan diterima di kalangan ulama.[25]

Contoh-contoh Makarim al-Akhlak

Makarim, bentuk jamak dari "makramah" yang berarti keagungan dan kemurahan hati [26] dan makarim al-akhlak berarti akhlak yang mulia.[27] Dalam sumber-sumber hadis diriwayatkan beberapa hadis dari para maksum as tentang makarim al-akhlak.[28] Beberapa di antaranya menggambarkan beberapa sifat sebagai contoh makarim al-akhlak.

Dalam kitab al-Kafi, Syekh Kulaini meriwayatkan hadis dari Imam Shadiq as yang mengenalkan keutamaan akhlak sebagai perhiasan para nabi dan menganjurkan untuk memilikinya. Kemudian, ia menyebutkan sepuluh sifat sebagai contoh akhlak yang baik: Yakin, kepuasan, kesabaran, rasa syukur, pengendalian diri, akhlak yang baik, kemurahan hati, ghirah, keberanian dan kebajikan.[29]

Dalam hadis lain dalam kitab yang sama, ciri-ciri makarim akhlak adalah: tidak menginginkan (terhadap apa yang ada pada orang lain), berkata jujur, memberi amanah, silaturahmi, menyambut tamu, memberi makan kepada fakir miskin, membalas kebaikan, menghormati hak tetangga, dan menghormati hak teman. Kemudian dikatakan bahwa prinsip dari segala kemuliaan adalah rasa malu.[30]

Perbedaan Makarim dan Mahasin Akhlak

Dalam beberapa riwayat hadis tentang makarim akhlak, termasuk penukilan Syekh Thusi, selain Makarim juga disebut dengan mahasin akhlak.[31] Menurut Muhammad Taqi Falsafi, seorang penceramah, di dalam riwayat tidak dijelaskan tolok ukur untuk membedakan antara makarim dan mahasin akhlak.[32]

Namun menurut contoh dalam hadis-hadis yang disebutkan untuk kedua hal tersebut, dapat dikatakan bahwa sifat-sifat moral seperti bersikap baik kepada orang lain, yang diinginkan dari sudut pandang syariah, yang juga dapat dikombinasikan dengan nafsu manusia,[33] dan lebih berkaitan dengan hubungan sosial dan cara bersosialisasi dengan orang lain [34] adalah mahasin akhlak.

Sedangkan etika seperti meredam amarah, yang bila ingin ditaati seseorang harus melawan egonya, atau setidak-tidaknya mengabaikannya, termasuk makarim akhlak.[35]

Catatan Kaki

  1. Hakimi & tim, al-Hayāh, penerjemah: Ahmad Aram, jld. 6, hlm. 675.
  2. Aref Niya & Muhammadi, Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq, majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, 128.
  3. Hadi, Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak, jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 314.
  4. Thabrasi, Majma' al-Bayān, jld. 10, hlm. 500.
  5. Narraqi, Mi'rāj as-Sa'ādah, hlm. 107; Makarim Syirazi, Tafsir-e Nemune, jld. 24, hlm. 379.
  6. Ali Nezad, Tafawut-e Makarem-e Akhlaq Ba Mahasen-e Akhlaq, majalah Yayasan Tabligh-e Hauze-e Ilmiye-e Qom, hlm. 6.
  7. Mutahhari, Yaddasytha-e Ustad, jld. 6, hlm. 478.
  8. Ibn Arabi, Tafsīr Ibn 'Arabī, jld. 2, hlm. 84.
  9. Ibn Arabi, Tafsīr Ibn 'Arabī, jld. 1, hlm. 395.
  10. Aref Niya & Muhammadi, Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq, majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.
  11. Hadi, Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak, jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 322; Aref Niya & Muhammadi, Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq, majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.
  12. Aref Niya & Muhammadi, Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq, majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 141.
  13. Hadi, Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak, jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 333.
  14. Aref Niya & Muhammadi, Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq, majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq, no. 14, vo. 53, hlm. 143.
  15. Karajki, ar-Risālah al-'Alawiyyah, hlm. 11.
  16. Thabrasi, Majma' al-Bayān, jld. 10, hlm. 500.
  17. Aref Niya & Muhammadi, Barresi-e Sanadi Hadis-e Makārim al-Akhlāq, majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 105.
  18. Thabrisi, Makārim al-Akhlāq, hlm. 8.
  19. Dinisbatkan ke Imam Ali ar-Ridha as, Fiqh ar-Ridhā as, hlm. 353.
  20. Thusi, al-Āmālī, hlm. 596.
  21. Baihaqi, as-Sunan al-Kubrā, jld. 10, hlm. 323.
  22. Malik bin Anas, al-Muwattha', jld. 5, hlm. 1330.
  23. Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 14, hlm. 512-513.
  24. Al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, hlm. 104.
  25. Aref Niya & Muhammadi, Barresi-e Sanadi Hadis-e Makārim al-Akhlāq, majalah Hadis Wa Andisye, vol. 30, hlm. 120.
  26. Bustani, Farhangg-e Abjadi, hlm. 588.
  27. Hadi, Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlak, jurnal Akhlak, vol. 5-6, hlm. 327.
  28. Lihat: Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 55; Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 67, hlm. 367-375.
  29. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 56.
  30. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 55.
  31. Thusi, al-Āmālī, hlm. 596.
  32. Falsafi, Syarh-e Du'a-e Makārim al-Akhlāq, jld. 1, hlm. 197.
  33. Falsafi, Syarh-e Du'a-e Makārim al-Akhlāq, jld. 1, hlm. 198.
  34. Ali Nezad, Tafawut-e Makarem-e Akhlaq Ba Mahasen-e Akhlaq, majalah Yayasan Tabligh-e Hauze-e Ilmiye-e Qom, hlm. 8.
  35. Falsafi, Syarh-e Du'a-e Makārim al-Akhlāq, jld. 1, hlm. 198.

Daftar Pustaka

  • Ahmad bin Hanbal, Abu Abdillah. Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal. Riset: Syu'aib al-Arna'uth, Adil Mursyid, & Tim. Yayasan ar-Risalah, Cet. 1, 2001.
  • Al-Bukhari, Muhammad bin Isma'il. Al-Adab al-Mufrad. Riset: Abdul Baqi, Muhammad Fu'ad. Beirut: Dar al-Basya'ir al-Islamiyah. Cet. 3, 1409 H.
  • Ali Nezad, Muhammad Jawad. Tafawut-e Makārim al-Akhlāq Ba Mahāsin al-Akhlāq. Majalah Yayasan Tabligh-e Hauze-e Ilmiye-e Qom, 1397 HS/2019.
  • Aref Niya, Husein, Muhammadi, Muslim. Barresi-e Dalali-e Hadis-e Makārim al-Akhlāq Ba Tamarkuz Bar Sakhtar Wa Adabiyat-e An. Majalah Pazuhesy Name-e Akhlaq. No. 14. Vol: 53, 1400 HS/2021.
  • Aref Niya, Husein, Muhammadi, Muslim. Barresi-e Sanadi-e Hadis-e Makārim al-Aqhlāq. Majalah Hadis Wa Andisye. Vol: 30, 1399 HS/2020.
  • Baihaqi, Abu Bakr Ahmad bin al-Husain. As-Sunan al-Kubrā. Riset: Muhammad Abdul Qadir Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah. Cet. 3, 1424 H.
  • Bustani, Fu'ad Afram. Farhangg-e Abjadi Arabi-Farsi. Penerjemah: Mahyar, Ridha: Tehran: Entesyarat-e Eslami. Cet. 2, 1375 HS/1996.
  • Dinisbatkan kepada Imam Ali ar-Ridha (as). Fiqh ar-Ridhā (as). Riset/editor: Yayasan Āl al-Bait Alaihim as-Salam. Masyhad: Yayasan Āl al-Bait (as), 1406 H.
  • Falsafi, Muhammad Taqi. Syarh-e Du'a-e Makārim al-Akhlāq. Tehran: Daftar-e Nasyr-e Farhanggi-e Eslami. Cet. 12, 1386 HS/2008.
  • Hadi, Ashgar. Makārim al-Akhlāq: Pazuhesyi Peiramun-e Rewayat-e Tatmim-e Makarem-e Akhlaq. Majalah Akhlak. Vol: 5-6. Isfahan: Daftar-e Tablighat-e Eslami-e Isfahan, 1385 HS/2007.
  • Hakimi, Muhammad Ridha & Tim. Al-Hayāh. Penerjemah: Ahmad Aram. Tehran: Daftar-e Nasyr-e Farhangg-e Eslami. Cet. 1, 1380 HS/2001.
  • Ibnu Arabi, Abu Abdillah Muyiddin Muhammad. Tafsīr Ibn 'Arabī. Riset: Rubab, Samir Mushtafa. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi. Cet. 1, 1422 H.
  • Karajki, Muhammad bin Ali. Ar-Risālah al-'Alawiyyah. Editor: Karimi, Abdul Aziz. Qom: Dalil-e Ma. Cet. 1, 1427 H.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kāfī. Riset & editor: Ghaffari, Ali Akbar, Akhundi, Muhammad. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyah. Cet. 4, 1407 H.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi. Cet. 2, 1403 H.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Tafsir-e Nemune. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyah. Cet. 1, 1374 HS/1996.
  • Malik bin Anas. Al-Muwattha'. Riset: Muhammad Mushtafa al-A'dhzami. Emirat: Yayasan Zayed bin Sultan Āl Nahyan, 2004.
  • Mutahhari, Murtadha. Yaddastha-e Ustad. Shadra, 1385 HS/2007.
  • Narraqi, Mula Ahmad. Mi'raj as-Sa'ādah. Qom: Hejrat. Cet. 6, 1378 HS/2000.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Āmālī. Qom: Dar at-Tsaqafah. Cet. 1, 1414 H.
  • Thabrasi, Fadhl bin Hasan. Makārim al-Akhlāq. Qom: Syarif Radhi. Cet. 4, 1412 H.
  • Thabrasi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayān Fī Tafsīr al-Qur'ān. Pengantar: Balaghi, Muhammad Jawad. Tehran: Nashir Khusru. Cet. 3, 1372 HS/1993.