Lompat ke isi

Abdullah bin Imam Husain as

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Ali al-Asghar)
Abdullah bin al-Husain as
KunyaAli Al-Asghar
LakabAbdullah al-Radhi'
AyahImam Husain as
IbuRabab
Tempat LahirMadinah
Tempat TinggalMadinah
Wafat10 Muharram, 61 H
Tempat DimakamkanKarbala
Masa Hidup6 bulan


Abdullah bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib (bahasa Arab: عبدالله بن الحسین بن علی بن ابی‌طالب) terkenal dengan nama Ali al-Ashghar (علي الأصغر), adalah putra Imam Husain as yang masih menyusu dan menuai cawan syahadah pada peristiwa Karbala. Ia juga dikenal dengan nama Abdullah al-Radhi' (عبدالله الرضیع). Dalam berbagai kitab sejarah tercatat bahwa pembunuhnya adalah Harmalah bin Kahil Asadi. Di kalangan masyarakat, berdasarkan beberapa literatur sejarah kontemporer, beliau diyakini berusia enam bulan ketika syahid akibat terjangan anak panah bercabang tiga. Namun, catatan tersebut tidak ditemukan dalam literatur sejarah klasik yang muktabar.

Dalam tradisi Syiah, beliau dihormati sebagai perantara permohonan (Bāb al-Ḥawāʾij), dan pada sepuluh hari pertama bulan Muharam, malam dan hari ketujuh dikhususkan untuk acara majelis dukanya. Selain itu, setiap tahun pada Jumat pertama bulan Muharam, diselenggarakan konferensi untuk memperingati bayi-bayi Husaini yang masih menyusu.

Nasab dan Hari Kelahiran

Abdullah adalah putra dari Imam Husain as dan Rabab binti Imra' al-Qais. [1] Tidak ada data yang jelas mengenai tanggal kelahiran Abdullah bin al-Husain as. Mengenai usianya ketika gugur syahid di Karbala juga terjadi perbedaan pendapat, namun kebanyakan sumber meyakini bahwa ketika menuai cawan syahadah, ia masih kecil dan menyusu, tanpa mengisyaratkan pada usianya. [2] Menurut kitab ensiklopedia Imam Husain as bahwa tidak ada literatur yang muktabar dan terpercaya tentang usianya yang enam bulan.[3] Para peniliti kitab ensiklopedia tersebut memperkirakan bahwa akar ketenaran ini berasal dari naskah kitab Abi Mikhnaf yang tidak valid dan dikatakan bahwa mengenai hal tersebut tidak ada dalam manuskrip kitab Abi Mikhnaf.[4]

Penamaan

Dari literatur klasik Sunni dan Syiah disebutkan bahwa nama anak ini adalah Abdullah, namun dalam literatur kontemporer Syiah lebih dikenal dengan nama Ali Asghar.

Maqtal al-Husain karya al-Khawarizmi [5]dan Manaqib Al Abi Thalib karya Ibnu Syahr Asyub [6] termasuk salah satu dari literatur klasik yang menyebutkan proses terbunuhnya putra bungsu Imam Husain as dan disebutkan bahwa namanya adalah Ali. Literatur lainnya menyebutnya dengan nama Ali Asghar bahkan sebagiannya menyebutkan gelarnya sama dengan Imam Sajjad as yaitu Ali Ausath. [7] Namun Syekh Mufid menyebutkan bahwa gelar Ali Akbar sebenarnya adalah Asghar sedangkan Akbar adalah gelar Imam Sajjad as.[8]

Dari sumber-sumber yang ditulis belakangan tersebut juga menyebutkan putra Imam Husain as itu bernama Abdullah, namun proses kesyahidannya tidak diceritakan sama sekali. [9]

Adanya perbedaan antara literatur sejarah klasik dengan kontemporer menjadikan munculnya pandangan yang beragam mengenai nama Ali Asghar yang sebenarnya. [10] menurut sebagian sumber sejarah menyebutkan bahwa Ali Asghar dan Abdullah adalah dua orang yang berbeda dan keduanya syahid dalam peristiwa Karbala.[11]

Dalam ziarah al-Nahiyah al-Muqaddasah ada kalimat salam terhadapnya dengan kalimat : as-salāmu 'ala al-radhi'i al-shaghiri (salam atasmu wahai anak kecil yang masih menyusu).[12]


Kesyahidan

Terdapat riwayat yang beragam mengenai proses kesyahidan Ali Asghar as dalam buku-buku sejarah.

Catatan Syekh Mufid

Menurut catatan Syekh Mufid, setelah Imam Husain as membawa jasad Qasim bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib di sisi para syuhada lainnya, ia duduk di hadapan kemah, lalu Abdullah (Ali Asghar) dibawa kepadanya. Imam Husain as meletakkan anaknya tersebut di atas pangkuannya. Di saat itu seorang laki-laki dari bani Asad, melontarkan anak panah ke arah Abdullah, yang kemudian menjadi penyebab kematiannya. Imam Husain as memegang leher anaknya dengan tangannya, dan tangannya itu dipenuhi darah hingga darah tersebut menetes ke tanah. Beliau pun berucap, "Ya Allah, jika tidak ada pertolongan dari langit, maka berilah gantinya dengan yang terbaik dan balaskanlah dendam kami kepada orang-orang yang zalim ini." Kemudian ia membawa jasad putranya itu dan diletakkan di sisi para jenazah syuhada lainnya." [13]

Catatan Thabari, Khawarizmi dan Luhuf

Berdasarkan riwayat lainnya, ketika Imam Husain as kembali ke kemah untuk berpamitan pada keluarganya, ia menggendong anaknya dan menciumnya. Di saat ini anak panah Harmalah bin Kahil al-Asadi meluncur mengenai tubuh Abdullah yang seketika itu juga ia menuai cawan syahadah. [14]

Catatan Nafs al-Mahmum

Berdasarkan riwayat dalam Nafs al-Mahmum, pada malam Asyura, Imam as berkata kepada Qasim bin Hasan as, "Ketika mulutku kering karena haus, aku akan pergi ke tenda dan mencari air atau susu, namun tidak menemukannya. Pada saat itu, aku ingin agar anakku yang masih menyusu dibawa kepadaku agar aku bisa meminum air liurnya. Ketika aku ingin mendekatkannya ke mulutku, seorang fasik dari musuh akan menembakkan anak panah ke tenggorokannya, dan darahnya akan mengalir ke tanganku. Aku akan mengangkat tanganku ke langit dan berkata: 'Ya Allah, aku bersabar dan berharap akan pahala-Mu'... dan api akan menyala di parit belakang tenda-tenda... Aku akan menyerang mereka pada saat itu, yang akan menjadi saat-saat yang paling pahit dalam kehidupan dunia."[15]

Catatan Ibnu Jauzi

Berdasarkan laporan Sibth bin Jauzi yang dinukil dari Hisyam bin Muhammad Kalbi bahwa Imam Husain as sedang berbicara dengan laskar Umar bin Sa'ad dan di saat itu beliau melihat anaknya menangis karena kehausan, ia menggendongnya dan berkata, "Wahai kalian semua, jika kepadaku kalian enggan berbelas kasih, maka berbelas kasihlah kepada bayi yang menyusu ini." Seorang lelaki dari pasukan Kufah melesatkan anak panahnya dan mengenai tepat di kerongkongan bayi mungil tersebut yang pada akhirnya menuai cawan syahadah.[16] Saat ini, diantara Haramain Karbala, ada suatu tempat yang bernama maqam Ali Ashghar yang dinisbatkan sebagai tempat syahidnya beliau dan sebagian para peziarah menziarahi tempat tersebut.

Catatan Ya'qubi

Berdasarkan catatan dari Ya'qubi, pada hari Asyura, ketika para sahabat Imam telah syahid, seorang anak dari keluarga Imam yang baru saja membuka matanya dibawa ke hadapan Imam. Imam kemudian mengucapkan azan di telinga anak tersebut, Dan saat sedang memberinya air, tiba-tiba sebuah anak panah mengenai tenggorokan anak tersebut dan memenggal kepalanya. Imam menarik anak panah itu dari tenggorokan anak tersebut dan membasahi tangannya dengan darahnya, seraya berkata, "Demi Allah, engkau lebih mulia di sisi Allah daripada unta Shaleh, dan Muhammad saw juga lebih mulia di sisi Allah swt dari pada Shaleh as." Kemudian Imam meletakkan anak itu di sisi anak-anak dan keponakan-keponakannya, lalu beliau menyerang musuh.[17]

Reaksi Imam Husain as

Lukisan Masih-e Asyura (Gambar Momen Kesyahidan Sayidina Ali Asghar), Teknik Cat Minyak di Atas Kanvas, Karya Mohammad Ali Naderi, 1401 H

Setelah putra terkecilnya terkena anak panah tepat di kerongkongannya, Imam Husain as meletakkan tangannya di bawah leher putranya dan ketika tangannya dipenuhi darah, maka dilemparkannya ke atas dan mengatakan bahwa yang membuat kesulitan ini menjadi mudah bagiku adalah karena semuanya berada di hadapan Allah swt.[18]

Diriwayatkan dari Imam Baqir as bahwa tetesan darah Ali Asghar tersebut tidak setetespun yang menyentuh tanah. [19]

Di riwayat lain juga disebutkan bahwa ketika Imam Husain as menyaksikan kejadian tersebut (peristiwa terbunuhnya putra mungilnya yaitu Ali ashghar), ia menangis dan berkata, "Ya Allah, Engkaulah yang menjadi saksi dan hakim antara kami dengan mereka, dimana mereka telah mengundang kami untuk menolong kami, namun justru mereka membantai dan membunuh kami."[20] Berdasarkan laporan dari Sibth bin al-Jauzi bahwa di saat itu, terdengar suara dari langit yang berbunyi, "Wahai Husain, tinggalkan putramu tersebut (Ali ashghar), ia akan disusui nanti di Surga.[21]

Sebagian lain menyebutkan bahwa pasca kesyahidan putranya, Imam Husain as berkata, "Saya bersumpah dengan nama Tuhan bahwa kamu (Ali Ashghar) lebih mulia di sisi Allah swt dari unta Nabi Shaleh as dan Nabi Muhammad saw lebih mulia dari Nabi Shaleh as di sisi Allah swt.[22]Ya Allah jika hari ini Kau jauhkan pertolongan-Mu dari kami, maka gantikanlah dengan yang lebih baik buat kami". [23]

Kutipan dari Ziarah Syuhada pada Hari Asyura:

السَّلَامُ عَلَی عَبْدِاللهِ بْنِ الْحُسَیْنِ الطِّفْلِ الرَّضِیعِ الْمَرْمِیِّ الصَّرِیعِ الْمُتَشَحِّطِ دَماً الْمُصَعَّدِ دَمُهُ فِی السَّمَاءِ الْمَذْبُوحِ بِالسَّهْمِ فِی حَجْرِ أَبِیهِ لَعَنَ الله رَامِیَهُ حَرْمَلَةَ بْنَ کَاهِلٍ الْأَسَدِیَّ وَ ذَوِیهِ؛

;Salam untuk Abdullah putra Husain, anak kecil yang masih menyusu, yang tertembak, terjatuh, bergelimang darah, yang darahnya naik ke langit, dan disembelih dengan anak panah di pangkuan ayahnya. Semoga Allah melaknat penembaknya, Harmalah bin Kahil Al-Asadi, dan para pendukungnya.
Ibnu Thawus, Iqbal al-A'mal, 1409 H, jilid 2, halaman 574.

Pembunuh Ali Ashghar

Pada sebagian literatur melaporkan bahwa pembunuh Ali Ashghar adalah seorang lelaki dari Bani Asad tanpa menyebutkan namanya.[24] namun terdapat literatur yang melaporkan bahwa pembunuhnya adalah Harmalah bin Kahil al-Asadi.[25] dalam ziarah al-Syuhada disebutkan bahwa Harmalah yang terlaknat sebagai pembunuh Ali Ashghar.[26] dan disebutkan juga dalam literatur lain bahwa pembunuhnya Ali Ashghar dinisbahkan kepada Hani bin Tsubait al-Hadhrami.[27] dalam kitab Iqbal al-A'mal, Hani diperkenalkan sebagai pembunuh Abdullah bin Amirul Mukminin.[28]

Harmalah dan Anak Panah Bercabang Tiga

Muhammad Muhammadi Usytuhardi dalam kitab Sugnameh Alu Muhammad dengan bersandar pada kitab Minhaj al-Dumu' yang dinukil dari Harmalah bahwa ia membawa tiga anak panah bercabang tiga ke Karbala dan salah satunya dilontarkan ke tenggorokan putra Imam Husain as yang masih menyusu.[29] Penulis kitab Danesynameh Imam Husain meyakini bahwa perkataan yang dinukil dari Harmalah termasuk penukilan yang tidak bisa dipercaya.[30] sebagaimana dalam kitab Maqtal Jami' Sayid al-Syuhada melaporkan juga kesyahidan Ali Ashghar dengan tancapan anak panah yang bercabang tiga yang dinukil dari kitab Maqtal kontemporer seperti Tadzkirah al-Syuhada dan Kebrit-e Ahmar.[31]namun demikian, saat ini di atas mimbar-mimbar dan dalam majelis-majelis duka Ahlulbait as, sudah masyhur penyampaiannya bahwa Ali Ashghar menuai cawan syahada karena diterjang oleh anak panah bercabang tiga.[32]

Pemakaman

Dalam berbagai literatur terdapat perbedaan tentang bagaimana Ali Ashghar dimakamkan. berdasarkan sebagian literatur sejarah Disebutkan bahwa Imam Husain as menggali kuburan dengan pedangnya sendiri kemudian memakamkan jenazah putranya tersebut. [33]

Namun sebagian ahli sejarah menyebutkan, Imam Husain as menyerahkan jasad bayinya yang penuh darah kepada Zainab sa. [34] Sebagian yang lain menyebutkan bahwa Imam Husain as membawa jasad putra mungilnya tersebut dan meletakkannya di sisi jenazah para syuhada yang lain. [35]Sebagian ahli sejarah meyakini tempat pemakaman beliau berada di sisi para syuhada Karbala dan sebagian yang lain meyakini bahwa beliau dimakamkan di atas dada Imam Husain as.[36]

Babul Hawaij

Orang-orang Syiah meyakini َAli Ashghar sebagai Babul Hawaij (pintu permohonan hajat).[37] dan sebagian Masjid, Husainiyah dan kelompok-kelompok majelis duka menamakan dirinya dengan nama Ali Ashghar. Mereka biasanya mengkhususkan untuk Ali Ashghar di malam ketujuh Muharam sehingga segala aktifitas yang dilakukan di malam tersebut dihubungkan dengan Ali Ashghar seperti pembacaan maktal Ali Ashghar dan ceramah duka tentang Ali Ashghar dll.[38] Pada sebagian wilayah di berbagai tempat, para pencinta ahlulbait menampilkan teater duka tentang Ali Ashghar dan pada teater ini mereka menampilkan ayunan bayi yang dihiasi dengan kain warna hijau sebagai simbol bahwa beliau anak kecil yang masih menyusu.[39]

Majelis peringatan kesyahidan Ali Asghar as diperingati oleh umat Islam Syiah setiap tahunnya, yaitu di hari Jum'at pertama di bulan Muharram.[40]

Doa Ziarah

Dalam ziarah Nahiyah Muqaddasah disampaikan salam kepada bayi kecil yang masih menyusu itu (Ali Asghar) dengan kalimat:السلام على الرضيع الصغير; Salam atas bayi kecil yang masih menyusu.[41]

Demikian juga dalam ziarah para syuhada, Harmalah bin Kahil al-Asadi sebagai pembunuhnya mendapatkan kutukan. [42][catatan 1].

Pranala Terkait

Catatan

  1. السلام على عبد الله بن الحسين الطفل الرضيع، المرمى الصريع، المتشحط دما، المصعد دمه في الساماء، المذبوح بالسهم في حجر أبيه، لعن الله راميه حرملة بن كاهل الأسدي; Semoga salam tercurahkan kepada Abdullah putra Husain, bayi mungil peminun susu yang terjatuh ke tanah, yang berlumuran darah, yang menaik darahnya ke langit, yang terbunuh dengan anak panak di pangkuan ayahnya. Semoga Allah mengutuk pembunuhnya, Harmalah bin Kahil al-Asadi. Ibnu Thawus, Iqbāl al-A'māl, jld.2, hlm.574

Catatan Kaki

  1. Syekh Mufid, al-Irsyād, jld. 2, hlm. 135.
  2. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 5, hlm. 448 dan 448; Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm. 227.
  3. Muhammad Rey Syahri, Danesynmeh Imam Husain, 1388 s, jld.7, hlm.33.
  4. Muhammad Rey Syahri, Danesynmeh Imam Husain, 1388 s, jld.7, hlm.33. catatan kaki
  5. Al-Khawarizmi, Maqtal al-Husain, jld. 2, hlm. 37.
  6. Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 109.
  7. Sebagai contoh bisa merujuk ke Bahauddin Irbili, jld. 2, hlm. 250; Ibnu Thaqthaqi, hlm. 143; Ibnu Shabbagh, Mathalib al-Saul, hlm. 257
  8. Syekh Mufid, al-Irsyad, 1413 H, jld.2, hlm.135.
  9. Sebagai contoh bisa merujuk ke Ibnu Syahr Asyub, jld. 4, hlm. 109, Ibnu Thalhah Syafi'i, Bahauddin Irbili, jld. 2, hlm. 250; Ibnu Shabbagh, hlm. 196.
  10. Bisa merujuk ke Mush'ab bin Abdullah; Bukhari; al-Mufid; Ibnu Syahr Asyub, Ibnu Thalhah Syafi'i, Bahauddin Irbili.
  11. Syafi'i, Mathalib as-sya'ul, 1419 H, hlm.257
  12. Ibnu Masyhadi, al-Mazar al-Kabir, 1419 H, hlm.498
  13. Syekh Mufid. al-Irsyād, jld. 2, hlm. 108.
  14. Al-Thabari. Tarikh al-Rusul wa al-Umam wa al-Muluk, jld. 5, hlm. 448; al-Khawarizmi. Maqtal al-Husain, jld. 2, hlm. 37;Ibn Thawus, Al-Luhuf, hlm. 117.
  15. al-Qummi, Nafss al-Mahmum, Jld. 1, hlm. 208; Sya'raani, Dam' al-Sajum, 1374H, hlm. 116.
  16. Sibth bin al-Jauzi. Tazkirah al-Khawash, hlm.227
  17. Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi, Penerbit Dar al-Shadir, Jilid 2, hlm. 245.
  18. Ibnu Thawus, al-Luhuf, hlm.117
  19. Abu Mikhnaf, Maqtal al-Husain, hlm. 173.
  20. Sibth bin al-Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm.227
  21. Sibth bin al-Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm.227
  22. Ya'qubi, Tharikh Ya'qubi, jld.2 hlm.182.
  23. Al-Kharizmi, Maqtal al-Husain, jld. 2, hlm. 37; Thabari, Tharikh al-Umam wa al-Muluk, jld.5, hlm.448.
  24. Sibth bin al-Jauzi, Tazkirah al-Khawash, hlm.227; Mufid, al_Irsyad, jld.2, hlm.108.
  25. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld.3, hlm.201.
  26. Ibnu Thawus, Iqbal al-A'mal, jld.2, hlm.574; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.98, hlm.270
  27. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk', jld.5, hlm.468; Sibth bin al-Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm.229
  28. Ibnu Thawus, Iqbal al-A'mal, jld.2, hlm.574
  29. Muhammadi Usytuhardi, Sugnameh Alu Muhammad, jld.17, hlm.535
  30. Muhammadi Rey Syahri, Danesynameh Imam Husain, jld.7, hlm.35-37
  31. Sekelompok Peneliti Sejarah, Tarikh Qiyam wa Maqtal Jami' Sayid al-Syuhada, jld.1, hlm.854, catatan kaki
  32. Sekelompok Peneliti Sejarah, Tarikh Qiyam wa Maqtal Jami' Sayyidus Syuhada, jld.1, hlm.854, catatan kaki
  33. Khawarizmi, Maqtal al-Husain, jld. 2, hlm. 37.
  34. Ibnu Thawus, Lahuf, hlm.117; Abu Mikhnaf, Maqtal al-Husain, hlm. 173.
  35. Mufid, al-Irsyad, jld.2, hlm.108.
  36. Qadhi Thabathabai, Tahqiq darbareye avval arba'in hazarat-e sayyidus syuhada as, hlm.95.
  37. Muhaddesi, Farhang Asyura, hlm.322.
  38. Penamaan malam-malam muharam di sepuluh malam pertama, webgah basygah-e khabarnegaran-e javan
  39. Marasem-e taghziye khani sarbaz-e kucak vizeh syahadat-e hazarat-e Ali Ashghar, webgah-e Tebyan.
  40. Marasem bazargdasyt-e jahani Hazarat-e Ali Ashghar as, webgah-e Tebyan
  41. Ibnu Masyhadi, al-Mazar al-Kabir, hlm.498
  42. Ibnu Thawus, Iqbālul A'māl, jld.2, hlm.574

Daftar Pustaka

  • Al-Mufid. Al-Irsyad. Riset: Muassasah Al al-Bait as li Tahqiq al-Turats. Beirut: Darul Mufid, 1414 H.
  • Al-Khawarizmi, Muwaffaq bin Ahmad. Maqtal al-Husain. Qom: Anwarul Hidayah, 1423 H.
  • Al-Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Beirut: Darul Fikr, 1417 H.
  • Al-Thabari, Muhammad bi Jarir. Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Beirut: Dar al-Turats, 1420 H.
  • Ibnu Thawus. Al-Luhuf ala Qatla al-Thufuf.Teheran: Jahan, 1425 H.
  • Ibnu Jauzi, Shibth bin Jauzi. Tadzkirah al-Khawash. Qom: Mansyurat al-Syarif al-Radhi,1418 H.
  • Ibnu Thawus, Ali bin Musa. Iqbāl al-A'mal. Teheran: Darul Kutub al-Islamiyah, 1409 H.
  • Ibnu Masyhadi, Muhammad bin Jakfar. Al-Mazar al-Kabir. Qom: Daftar Intisyarat terkait Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, 1419 H.
  • Muhammadi Ray Syahri. Danesynameh Imam Husain as. Penerjemah: Muhammad Muradi, Darul Hadits. Qom: 1430 H.
  • Qadhi Thabathabai, Sayid Muhammad Ali. Tahqiq Darbore-e Awwale Arbain Hadhrate Sayyid al-Syuhada. Teheran: Wizarat Irsyad, 1425 H.
  • Syafii, Muhammad bin Thalhah. Mathalib al-Saul fi Manāqibi Al al-Rasul. Beirut: al-Balagh, 1419 H.