Belasungkawa Thuwairij

Dari wikishia

Belasungkawa Thuwairij (bahasa Arab:عَزَاء رَكضَة طُويرِيج) adalah dukacita tahunan penduduk Thuwairij, dimulai dari kota mereka hingga Haram Imam Husain as pada hari Asyura. Acara ini seringnya dilakukan dengan cara Harulah (berlari-lari). Para pelayat mengucapkan syiar-syiar seperti "Wa Husaina", "Labaika ya Husain" dan "Wa Waila alal Abbas" di jalan sepanjang 20 Km dari Thuwairij hingga Karbala. Dikatakan bahwa Allamah Bahrul Ulum (W. 1212 H) terkadang mengikuti acara Thuwairij; karena ia menyaksikan Imam Mahdi as turut ikut serta di dalamnya, tetapi di sisi lain ada keraguan akan terjadinya kisah ini.

Ada yang menganggap Sayid Shaleh Qazvini (W. 1304 H) sebagai orang mengatur belasungkwa Thuwairij dengan cara berlari-lari. Namun ada pula yang merujuk asal usul berlari-lari di acara belasungkawa Thuwairij ke 300 tahun yang lalu dan menyebutnya sebagai simbolis lari-lari dari para pria bani Asad dari kota Thuwairij pada tahun 61 H pada pemakaman Imam Husain as. Pada tahun 1991 atau 1992 M, Partai Ba'ts Irak melarang digelarnya acara ini, tetapi masyarakat bersikeras untuk mengadakan acara tersebut dan hal ini berujung pada penangkapan dan eksekusi para pesertanya. Penyelenggaraan acara ini dilanjutkan kembali setelah jatuhnya pemerintahan Saddam Hussein pada tahun 2003 M.

Belasungkawa Thuwairij disebut-sebut sebagai acara berkabung terbesar di dunia untuk Imam Husain as pada hari Asyura, di mana acara ini dihadiri oleh ratusan ribu orang dari Irak dan luar Iarak, di mana menyita perhatian orang-orang Iran dan ikut serta di dalamnya.

Rombongan Thuwairij

Belasungkawa rombongan Thuwairij disebut-sebut sebagai acara berkabung terbesar di dunia untuk Imam Husain as di hari Asyura[1] dan dikatakan ritual ini merupakan salah satu pertemuan manusia terbesar di dunia.[2] Setelah jatuhnya pemerintahan Saddam, jutaan orang dari dalam dan luar Irak, di mana menyita perhatian orang-orang Iran dan ikut serta di dalamnya.[3]

Rombongan belasungkawa Thuwairij bergerak dari kota Thuwairij, di mana terletak 20 kilometer dari Karbala menuju makam Imam Husain as pada pagi hari Asyura. Rombongan ini berhenti sebelum dhuhur, di sebuah daerah bernama Qantarah al-Salam, terletak dua kilometer dari Karbala untuk melaksanakan salat Dzuhur dan Ashar. Selama perjalanan, orang-orang dan robongan yang bermaksud memasuki Karbala bergabung dengan rombongan ini. Setelah memasuki Karbala, rombongan terlebih dahulu masuk ke perkemahan kemudian memasuki Haram Imam Husain as dan Haram Abul Fadhl Abbas.[4]

Acara ini berlangsung hingga sore hari setiap tahun dan kelompok terakhir yang berpartisipasi di dalamnya adalah pasukan keamanan dan wanita Irak.[5]

Acara Rakdhah

"Rakdhah al-Thuwairij" mengacu pada jenis dukacita; Dengan cara ini, para peziarah bergerak menuju Haram Imam Husain as dengan bertelanjang kepala dan kaki sambil berlari-lari.[6] Acara Rakdhah berusia sekitar 150 tahun.[7]

Syiar-syiar

Para peziarah dalam perjalanan dan juga ketika memasuki Hram Imam Husain as dan Haram Abu Fadhl Abbas as melantunkan syiar-syiar seperti, "Labaika ya Husain", "Ya Latsarat al-Husain", Labaika Ya Da'iyallah", "Abad Wa Allahi Ma Nansa Husaina", "Ya Abbas Jibil Mai Li Sakinah", "Al-Yaum al-yaum Nu'azzi Fatimah" dan "Wa Waila ala al-Abbas".[8]

Latar Belakang Perayaan Tuwairij

Menurut beberapa sumber, terbentuknya maukib Thuwairij dan gerakan berlari-lari oleh Sayid Shaleh Qazvini. Dia menghabiskan dua tahun pada sepuluh hari pertama Muharram di rumahnya di Thuwairij, tempat belasungkawa Imam Husain as. Pada pagi Asyura, Sayid Shaleh membacakan al-Luhuf 'ala Qatla al-Thufuf karya ibnu Thawus, di mana ada puluhan ribu orang yang hadir. Setelah sarapan, mereka memulai perjalanan pejalan kaki menuju Karbala.[9] Ketika mereka tiba di daerah Bab al-Thawairij (salah satu pintu masuk ke kota Karbala), mereka melaksanakan salat Dzuhur dan kemudian mengadakan acara Thawairij menuju makam Imam Husain as dan Abu Fadhl Abbas as.[10] Satu jam setelah dzuhur ketika mendekati waktu syahidnya Imam Husain as, para peziarah berjalan kaki memasuki Karbala. Namun, Sayid Shaleh mengendarai kuda di antara ribuan peziarah. Praktik ini dilanjutkan oleh anak-anaknya setelah wafatnya Sayid Shaleh pada tahun 1304 H. Sejak saat itu hingga dekade terakhir abad ke-14, maukib Thuwairij dipimpin oleh para keturunan Sayid Shaleh.[11]

Acara ini berlanjut hingga tahun 1990 M. Pada tahun 1991 M, Partai Baats Irak melarang penyelenggaraannya, namun masyarakat bersikeras untuk mengadakan acara tersebut dan hal ini berujung pada penangkapan dan eksekusi para pesertanya. Penyelenggaraan acara ini dilanjutkan kembali setelah jatuhnya pemerintahan Saddam pada tahun 2003 M.[12]

Diklaim Berusia Lebih dari 300 Tahun

Sayid Shaleh Syahrestani (W. 1395 H) dalam bukunya Tarikh al-Niyahah berpendapat bahwa Harulah Thuwairij telah ada lebih dari tiga abad dan para peserta yakin bahwa mereka sedang menunjukkan simbol gerakan Bani Asad pada hari Asyura tahun 61 H.[13]

Peristiwa Keikutsertaan Imam Mahdi as dalam Acara Thuwairij

Salah satu kisah terkenal tentang kehadiran Imam Mahdi as dalam prosesi belasungkawa Thuwairij didasarkan pada perkataan Sayid Mahdi Bahrul Ulum (W. 1212 H). Berdasarkan yang disebutkan dalam buku "Imam Zaman as dan Sayid Bahrul Ulum", pada tahun 1333 H, salah satu ulama Syiah di Najaf mengatakan bahwa alasan kehadirannya di pemakaman Thuwairij adalah kehadiran Allamah Bahrul Ulum dalam acara tersebut. Disebutkan bahwa dia seperti para pendukung berkabung lainnya, bertelanjang dada dan memukul-mukul dadanya. Setelah selesai, dia ditanya mengapa melakukan hal itu, dia menjelaskan alasannya adalah karena dia menyaksikan Imam kedua belas Syiah dalam acara ini.[14] Kisah ini dinukil dalam beberapa sumber.[15]

Penulis buku Tarikh al-Niyahah (ditulis pada abad ke-14 Hijriah) meyakini bahwa kehadiran Imam Mahdi as dalam acara Thuwairij dilihat oleh Bahrul Ulum dalam mimpi.[16]

Keraguan tentang Peristiwa Belasungkawa Imam Mahdi as dalam Thuwairij

Dikatakan bahwa kehadiran Imam Zaman as dalam acara Thuwairij tidak disebutkan dalam sumber tertulis mana pun tentang Imam Mahdi as dan Sayid Bahrul Ulum.[17] Juga dikatakan bahwa tanggal dimulainya belasungkawa Tuwairij pada tahun 1303 H dan kematian Sayid Mahdi Bahrul Ulum pada tahun 1212 H, untuk itu peristiwa ini tidak mungkin benar. Jika dapat dibuktikan keaslian peristiwanya, kemungkinan orang yang ada dalam kisah ini adalah keturunan Sayid Mahdi Bahrul Ulum.[18]

Muhammad Kazhim Hazarjaribi (W. 1259 H) murid dari Bahrul ulum,[19] menulis risalah tentang keutamaan dan karamahnya, mengatakan bahwa belum terbukti bagi saya di mana mereka mengatakan Sayid Bahrul Ulum telah melihat Imam Mahdi as.[20]

Catatan Kaki

Daftar Pustaka