Abu Ubaidah bin al-Jarrah

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Abu Ubaidah Jarrah)
Abu Ubaidah al-Jarrah
Info pribadi
Nama lengkapAmir bin Abdillah bin al-Jarrah
Garis keturunanBani Harits kabilah Quraiys
Muhajir/AnsharMuhajirin
Wafat/Syahadah18 H/639
Penyebab Wafat /SyahadahDikarenakan wabah
Tempat dimakamkanSyam
Informasi Keagamaan
Keikutsertaan dalam GhazwahPerang Badar, perang Uhud dan peperangan lainnya
Hijrah keHabasyah dan Madinah
Peran utamaMemiliki andil besar dalam mengumpulkan baiat dari para penentang Abu Bakar


Amir bin Abdillah bin al-Jarrah (Bahasa Arab: عامر بن عبدالله بن الجراح) yang dikenal dengan Abu Ubaidah al-Jarrah (أبوعُبیدة الجرّاح) (Lahir 38 sebelum hijrah- wafat 18 H/639) merupakan salah seorang sahabat Rasulullah saw dan teman dekat Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Dalam peristiwa saqifah Bani Saidah, dia merupakan pendukung kekhalifahan Abu Bakar dan memiliki andil besar dalam proses pengambilan bai'at dari para penentang pemerintahan Abu Bakar, terutama Imam Ali as. Pada masa penaklukan yang dilakukan para khalifah, dia juga memiliki peran penting dan pada tahun 17 atau 18 Hijriah dia wafat.

Kehidupan

Abu Ubaidah Amir bin Abdillah bin al-Jarrah bin Hilal bin Ahib bin Dhobbah bin Harits bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah al-Qurasyi al-Fihri merupakan keturunan Bani Harits kabilah Quraisy (termasuk dari klan Quraisy yang rendah) [1] dan lahir sekitar tahun 38 sebelum hijrah.[2] Ayahnya, Abdullah dalam perang Fujar merupakan salah satu panglima Quraisy [3] dan dia wafat sebelum tahun bi'tsah.[4] Ibu Abu Ubaidah Juga seorang Quraisy dimana akhirnya menjadi muslimah.[5] Dikatakan bahwasanya Abu Ubaidah bersama Arqam bin Abi Arqam dan Usman bin Mazh'un, menyatakan keislaman di hadapan Rasulullah saw [6], namun pendapat lain mengatakan bahwa pada masa permulaan Islam dia menjadi muslim di tangan Abu Bakar. [7] Dia termasuk orang-orang yang hijrah ke Habasyah [8]

Hijrah ke Madinah

Setelah Nabi hijrah ke Madinah, Abu Ubaidah kembali ke Mekah dari Habasyah dan kemudian hijrah ke Madinah. [9] Rasulullah saw mengikatkan tali persaudaraan antara Abu Ubaidah dengan Sa'd bin Muadz [10] atau dengan Salim Maula Abi Hudzifah [11] selain itu dalam rangka untuk saling mewarisi, Nabi saw juga mengikatkan tali persaudaraan antara dia dan Muhammad bin Maslamah.[12]

Keikutsertaan dalam Peperangan dan Pertempuran

Abu Ubaidah ikut serta dalam peperangan yang dilakukan Rasulullah saw. Berdasarkan sebuah riwayat dikatakan bahwa dalam perang Badar [13] dia membunuh ayahnya sendiri (Abdullah bin al-Jarrah) yang ketika itu termasuk kelompok orang-orang musyrik dimana dikarenakan hal tersebut sebuah ayat turun kepada Rasulullah saw berkenaan dengannya [14] namun berdasarkan penjelasan sebelumnya [15] bahwa ayahnya sama sekali tidak mengalami masa Islam, maka riwayat ini kemungkinan adalah riwayat palsu.

Berdasarkan riwayat khusus terkait Abu Ubaidah dalam perang Uhud, dia termasuk beberapa orang yang tidak berpisah dari Rasulullah saw saat beliau mengalami kesulitan.[16] (beberapa sumber lain seperti Tarikhul Islam Dzahabi dan Sirah Ibnu Hisyam tidak menyebutkan namanya, dan sumber-sumber sejarah lain, seperti Tarikh Thabari dan Tarikh Ya'qubi sama sekali tidak menyebut nama-nama para pembela Rasulullah saw yang berada di sisinya.) sebagaimana setelah peperangan, dikatakan bahwa dua buah ring topi perangnya menusuk tubuh Rasulullah saw sehingga Abu Ubaidah terpaksa mencabutnya dengan gigi-giginya sehingga menyebabkan dua giginya rontok.[17]

Abu Ubaidah juga turut serta dalam beberapa peperangan serta ekspedisi lainnya[18] dia juga sempat menjadi komandan dalam sebuah perang dan sebuah ekspedisi [19] selain itu dia juga menjadi salah satu saksi dalam perjanjian Hudaibiyah. [20] beberapa sumber juga menceritakan tentang kesaksian Abu Ubaidah terhadap kesepakatan kelompok-kelompok perwakilan kabilah-kabilah dengan Rasulullah saw tentang keislaman mereka.[21] dikatakan juga bahwa Rasulullah saw mengirimnya untuk tablig ke Bahrain [22] atau Najran atau Yaman.[23]

Partisipasi dalam pasukan Usamah

Rasulullah saw di masa-masa akhir hayatnya mengirimkan sekelompok pasukan di bawah komando Usamah bin Zaid ke arah perbatasan Syam dimana ikut hadir di dalamnya beberapa tokoh seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ubaidah namun disebabkan adanya pembangkangan dari sebagian pasukan, sampai Rasulullah saw wafat Usamah masih mendirikan tenda di dekat Madinah. Dan setelah mendengar berita kematian Rasulullah saw dia kembali ke Madinah bersama pasukan yang tersisa.[24] Rasulullah saw telah melaknat pasukan Usamah yang membangkang.

Peran Abu Ubaidah pada Peraihan Kepemimpinan Abu Bakar

Setelah Rasulullah saw wafat, sekelompok pembesar dari Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah untuk menentukan khalifah diantara mereka dan kandidat kekhalifahannya adalah Sa'ad bin 'Ubadah.[25] Saat kabar ini sampai pada Umar bin Khattab , dia langsung mengajak Abu bakar dan Abu Ubaidah ke Saqifah [26] dan setelah terjadi perdebatan antara dua kelompok yaitu Muhajirin dan Anshar, akhirnya di sana terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah dan orang-orang pun berbai'at kepadanya.[27]

Dalam pidatonya kepada kaum Anshar untuk membujuk agar mereka membai'at Abu Bakar, Abu Ubaidah mengatakan: Kalian adalah kelompok pertama yang membela Nabi Islam, maka janganlah kalian menjadi yang pertama berubah.[28]

Mengambil Baiat Dari Para Penentang Pemerintahan

Saat Abu Bakar meraih kursi kekhalifahan, Abu Ubaidah memiliki andil yang besar dalam proses pengambilan bai'at dari para penentang pemerintahan Abu Bakar, terutama Sayidina Ali as. [29] Abu Ubaidah bersama Abu Bakar, Umar dan Mughairah bin Syu'bah juga berusaha keras agar mendapatkan baiat dari Abbas paman Rasulullah saw.[30] Setelah ditetapkannya pemerintahan Abu Bakar, Abu Ubaidah sibuk dengan urusan Baitul Mal dan hingga akhir hayatnya ia terhitung sebagai elemen penguat sendi-sendi kekhalifahan.[31]

Abu Ubaidah dan Peperangan Raddah

Saat dimulainya peperangan Raddah, dia dan umar memperingatkan Abu bakar akan sulitnya pengumpulan zakat hingga saat dimana dasar-dasar kekhalifahan menjadi lebih kuat.[32] dan mungkin karena sebab inilah di dalam keterangan terkait terjadinya perang Raddah tidak nampak peran dari Abu Ubaidah, akan tetapi saat khalifah meminta pendapat terkait penaklukan Syam, dia termasuk orang yang bertugas sebagai pemberi nasehat.[33]

Partisipasi dalam berbagai penaklukan

Penaklukan Syam

Terdapat kesimpangsiuran terkait bentuk partisipasi serta aksi Abu Ubaidah dalam penaklukan Syam, hal ini kebanyakan disebabkan adanya kontradiksi-kontradiksi dalam keterangan-keterangan terkait penaklukan tanah Persia dan Syam. Berdasarkan catatan Thabari [34] dari Ibnu Ishak, Abu Ubaidah termasuk salah satu dari beberapa komandan yang dipilih oleh Abu Bakar untuk memimpin pasukan yang terpilih untuk menaklukkan Syam [35] meskipun terdapat keterangan terkait penugasan Abu Ubaidah untuk memimpin seluruh pasukan ini, namun nampaknya kondisi kaum muslim pada awal invasi ke tanah Syam tidak memungkinkan untuk terbentuknya komando tunggal.[36]

Saat Damaskus dikepung pasukan muslim, Abu Bakar wafat dan Umar yang dari awal tidak terlalu cocok dengan Khalid bin Walid [37] langsung mengangkat Abu Ubaidah untuk memimpin pasukan muslim menggantikannya.[38] Berdasarkan keterangan yang dinukil oleh Thabari [39] dari Saif bin Umar, Khalid awalnya menyembunyikan kabar pencabutannya guna menghindari perpecahan diantara pasukan. Mereka juga mencatat bahwa Abu Ubaidah juga tidak terlalu mengumumkan perintah kuasanya.[40]

Penaklukan Ba'labak dan Hemmes

Abu Ubaidah, setelah perdamaian dengan Damaskus bergerak menuju Hemmes, pertama berdamai dengan penduduk Ba'labak kemudian dengan penduduk Hemmes.[41] namun Kota Latakia baru bisa ditaklukan setelah terjadi pertempuran sengit.[42] berdasarkan catatan Baladzuri[43] pada bulan Rajab tahun 15, setelah perang sengit Yarmuk, Abu Ubaidah berhasil menaklukan kota Qinnasrin dan Antiokhia (Turki).[44] Abu Ubaidah juga memberikan nasehat di seluruh penaklukan daerah-daerah lainnya seperti Yordania dan Palestina yang dilakukan oleh Amru bin Ash.[45]

Dikatakan bahwa saat Abu Ubaidah sibuk dengan penaklukan Baitul Maqdis (17 H) penduduk kota memutuskan untuk berdamai dan membayar upeti dengan syarat khalifah harus datang ke Syam untuk perdamaian tersebut. Abu Ubaidah menulis sebuah surat dan Umar pun datang menuju Damaskus dan dari sana dia datang ke Baitul Maqdis dan menandatangani perjanjian damai.[46]

Wafat

Abu Ubaidah bin al-Jarrah pada 17 H atau 18 H meninggal dunia akibat wabah penyakit yang melanda Syam.[47] Dikatakan Bahwa dia dikuburkan di Yordania.[48] Abu Ubaidah tidak memiliki seorang anakpun yang tersisa.[49]

Pendekatan Ahlus sunnah dan Syiah

Ahlussunnah sangat menghormatinya dikarenakan sosoknya sebagai seorang sahabat Nabi saw dan adanya riwayat-riwayat yang dia nukil dari Rasulullah saw dalam kitab-kitab mereka.[50] selain itu, mereka juga meriwayatkan keutamaan-keutamaan untuknya[51] dan karena sebuah riwayat (dimana perawinya adalah Umar bin Khattab) mereka menganggapnya termasuk salah satu dari golongan “Asyarah Mubasyarah” (10 orang yang diberi janji surga oleh Rasulullah saw). [52] Mereka juga melampirkan bahwasannya Umar sangat mempercayainya sampai-sampai ia berkata: Jika aku mati dan Abu Ubaidah masih hidup, aku akan menempatkannya dalam kedudukanku.[53]

Akan tetapi Syiah mengecamnya karena beberapa hal, terkhusus penentangannya terhadap perintah Rasulullah saw terkait pasukan Usamah bin Zaid,[54] keikutsertaannya bersama Abu bakar dan Umar bin Khattab dalam peristiwa saqifah dan usahanya untuk mengambil bai'at untuk Abu Bakar.[55] Dalam riwayat-riwayat Syiah juga terdapat penukilan-penukilan terkait Abu Ubaidah, bahkan mereka menganggapnya sebagai musuh Imam Ali as.[56]


Catatan Kaki

  1. Kalbi, Jumhuratun Nasab, hlm. 125.
  2. Disebutkan bahwa umurnya saat perang Badar adalah 41 tahun, Ibnu Sa'ad: al-Thabaqah al-Kubra, Jld. ke 3, hlm. 414; Ibnu Qutaibah, al-Ma'arif, hlm. 248; Abu Na'im, Ma'rifatus Sahabah, jld. 2, hlm. 20,24.
  3. Ibnu Habib, al-Muhabbar, hlm. 170; Abu Al-Faraj, Al-Aghani, Jld. 22, hlm. 62,63.
  4. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, hlm. 267; Ibnu Hajar, jld. 2, hlm. 11.
  5. Khalifah, al-Thabaqah, jld. 1, hlm. 62.
  6. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nubuwwah, jld. 1 hlm. 252, 253; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqah al-Kubra, jld. 3, hlm. 393.
  7. Muhib Thabari, ar-Riyadh al-Nadhrah fi Manaqib al-A'syarah, jld. 3, hlm. 346; Ibnu Ishaq, as-Siyar wal Maghazi, hlm. 140.
  8. Ibnu Ishaq, as-Siyar wal Maghazi, hlm. 177; Ibnu Sa'ad, 'at-Thabaqat al-Kubra', jld. 3, hlm. 410; Baladzuri, al-Ansab, jld. 2, hlm. 346.
  9. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nubuwwah, jld. 1, hlm. 369; Abu Na'im, Ma'rifah al-Shahabah, jld. 2, hlm. 20.
  10. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nubuwwah, jld. 1, hlm. 505; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqatu al-Kubra, jld. 3, hlm. 421.
  11. Ibnu Habib, al-Muhabbar, hlm. 71; Baladzuri, al-Ansab, jld.1, hlm. 270; Ahmad bin Hanbal, Musnad, jld. 3, hlm. 152; Ibnu Hajar, jld. 1, hlm. 171.
  12. Baladzuri, al-Ansab, jld.1, hlm. 270 271; Ibnu Habib, al-Muhabbar, hlm. 75.
  13. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nubuwwah, jld. 1, hlm. 675, Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 157.
  14. Abu Na'im, Ma'rifat al-Shahabah, jld. 2, hlm.,21,22; Thabrani, al-Mu'jamu al-Kabir, jld. 1, hlm. 117,118.
  15. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, hlm. 267; Ibnu Hajar, jld. 1, hlm. 11.
  16. Baladzuri, al-Ansab, jld. 1, hlm. 318.
  17. Baladzuri, al-Ansab, jld. 1, hlm. 321.
  18. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 340, 341, jld. 2, hlm. 498; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqah al-Kubra, jld. 3, hlm. 410.
  19. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 45, 46, jld. 2, hlm. 552; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqah al-Kubra, jld. 2, hlm. 86, 132.
  20. Waqidi, al-Maghazi, jld. 2, hlm. 612
  21. Ibnu Sa'ad, at-Thabaqat al-Kubra, jld. 1, hlm. 352,354.
  22. Ahmad bin Hanbal, Musnad, jld. 4, hlm. 137; Bukhari, Shahih, jld. 2, hlm. 62,63.
  23. Musa bin Uqbah, hlm. 465; Ahmad bin Hanbal, Musnad, jld. 5, hlm. 400,401; Bukhari, Shahih, jld. 8, hlm. 134.
  24. Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1120.
  25. Ibnu Sa'ad, at-Thabaqatul Kubra, jld.2, hlm. 262; Baladzuri, Ansab, jld. 1, hlm. 580,581; Ya'qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 123.
  26. Thabari, jld. 3, hlm. 219.
  27. Bahkan dinukil bahwa Abu Bakar ingin agar Abu Ubaidah atau Umar berbaiat; Zuhri, al-Maghazi an-Nabawiyah, hlm. 142; Waqidi, al-Raddah, hlm. 23,26; Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jld. 6, hlm. 8,10, dinukil dari Jauhari.
  28. Ya'qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 123.
  29. Waqidi, al-Raddah, hlm. 29.
  30. Ya'qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 124 125, Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jld. 1, hlm. 129,220.
  31. Khalifah, at-Thabaqat, jld. 1, hlm. 108; Ahmad Ibnu Hambal, al-‘Ilal, jld. 3, hlm. 491, Thabari, jld. 3, hlm.426.
  32. Kala'i, al-Iktifa, 1/g 73 alif
  33. Azdi, Tarikh Futuhus Syam, hlm. 2; Kula'I, al-Iktifa, 1/g 142 alib dan ba'.
  34. Thabari, jld. 3, hlm. 387.
  35. Thabari, jld. 3, hlm. 394.
  36. Baladzuri, Futuh, jld. 1, hlm., 128: Azdi, Tharikh Futuhus Syam, hlm. 16,18.
  37. Thabari, jld. 3, hlm. 436.
  38. Zuhri, al-Maghazi al-Nabawiyah, hlm. 151; Baladzuri, Futuh, jld. 1, hlm. 137; Ibnu Sa'ad, at-Thabaqat al-Kubra, jld. 7, hlm. 397.
  39. Thabari, Jld. 3 hlm. 436.
  40. Thabari, jld. 3, hlm. 435; Zuhri, al-Maghazi an-Nabawiyyah, hlm. 174.
  41. Baladzuri, Futuh, jld. 1, hlm. 154,156.
  42. Baladzuri, Futuh, jld. 1, hlm. 157.
  43. Futuh, jld. 1, hlm. 162.
  44. Futuh, jld. 1, hlm. 172,174.
  45. Azdi, Tharikh Futuhus Syam, hlm. 107.
  46. Baladzuri, Futuh, jld. 1, hlm. 164; Thabari, jld. 3, hlm. 608,609, QS: jld. 4 hlm. 56,57.
  47. Azdi, Tharikh Futuhus Syam, hlm. 267; Baladzuri, Futuh, jld. 1, hlm. 165; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, hlm. 319-322.
  48. Azdi, Tharikh Futuhus Syam, hlm. 267; Abu Zar’ah, Tarikh, jld.1, hlm.218; Ibnu A'tsam Kofi, Ahmad bin Ali, Kitabu al-Futuh, jld. 1, hlm. 311; Abu Na'im, Ma'rifah al-Shahabah, jld.2, hlm. 20.
  49. Ibnu Qutaibah, Al-Ma'arif, hlm. 247; Ibnu Hazm, Jamharah Ansab al-Arab, hlm.176; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld.1 hlm. 8, dinukil dari Zubair bin Bakkar.
  50. Abu Na'im, Ma'rifah al-Shahabah, jld.2, hlm. 28 dan setelahnya; Dzahabi, Siyaru A'lam al-Nubala, jld.1 hlm. 76; Mizzi, Tahfah al-Ashraf, jld. 4, hlm. 231, 233.
  51. Ahmad bin Hanbal, Alzuhd, hlm. 230; Hakim, Al mustadrak ala shahihain, jld. 3, hlm. 262 268; Ibnu Salam, hlm. 73, 74.
  52. Ibnu Abdul bar, al-Isti'ab, jld. 2, hlm. 793; Muhib Thabari, al-Riyadh al Nadhrah fi Manaqib al-'Asyarah, jld. 3, hlm. 350, 351.
  53. Ahmad Bin Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 18; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 343; Baladzuri, al-Ansab, 2/g 346 alif; Thabari, jld. 4, hlm. 227.
  54. Jauhari, al-Saqifah wa Fadak, hlm. 74.
  55. Ya'qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 123.
  56. Khusaibi, al-Hidayatul Kubra, hlm. 117, 1419 H.

Daftar Pustaka

  • Tauhidi, Abu Hayyan. Risalah Saqifah, tsalasah risalah, riset: Ibrahim Kilani, Damaskus, 1951 M.
  • Abu Na'im Isfahani, Ahmad bin Abdullah. Ma'rifatus Shahabah, riset: Muhammad Radzi Haji Usman, Riyadh, 1408 H/ 1988 M.
  • Abu Zar'ah Dimasyqi, Abdurrahman Bin Amru. Tarikh, riset: Syukrullah bin Ni'matullah Qoujani, Damaskus, 1400H/1980 M.
  • Isfahani, Abul Faraj. Al-Aghani, Kairo, Darul Kutubul Mishriyah.
  • Ahmad bin Hanbal. Az-Zuhd, Beirut, 1403 H/ 1983 M.
  • Ahmad bin Hanbal, Al I'lal wa Ma'rifatul Rijal, riset: Wasillah Abbas, Beirut, 1408 H/ 1988 M.
  • Ahmad bin Hanbal, Musnad, Kairo, 1313 AH.
  • Azdi, Muhammad Bin Abdullah. Tharikh Futuhus Syam, riset: Abdul Mun'im Amir, Kairo, 1970 M.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansabul Asyraf, jld. 1, riset: Muhammad Hamidullah, Kairo, 1959 M.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya.Ansabul Asyraf, jld. 2, tulisan tangan perpustakaan Ashir Efendy, Istanbul, 598.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya.Futuhul Balad, riset: Sholahuddin Munjid, Kairo 1956 M.
  • Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih, Bulaq, 1315 H.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad. Siar A'lamun Nubala, riset: Syuaib Arnaout dan Hasan Asad, Beirut, 1405 H/ 1985 M.
  • Dzuhri, Muhammad bin Muslim. Al-Maghazi An-Nabawiyyah, riset: Suhail zakaar, Damaskus, 1401 H/ 1981 M.
  • Hakim Neyshaburi, Muhammad bin Abdullah. Al-Mustadrak Alas Shahihain, Hyderabad Dekkan, 1334 AH.
  • Ibnu Abdul Bar, Yusuf bin Abdullah. Al-Isti’ab, riset: Ali Muhammad Bejawi, Kairo, 1380 H/ 1960 M.
  • Ibnu Abil Hadid, Abdul Hamid bin Hibbatullah. Syarh Nahjul Balaghah, riset: Muhammad Abulfadz Ibrahim, Kairo, 1378,1384 H.
  • Ibnu Asakir, Ali Bin Hasan. Tarikh Madinatu Dimasyq, riset: Syukri Fadzil, Damaskus, 1406 H/ 1986 M.
  • Ibnu A'tsam Kofi, Ahmad bin Ali. Kitabul Futuh, Hyderabad, Deccan, 1392 AH / 1972.
  • Ibnu Habib, Muhammad. Al-Muhabbar, riset: Aylza • h Lyshtn, Ashtatir, Hyderabad, Deccan, 1361 H / 1942 AD.
  • Ibnu Hajar, Ahmed bin Ali. Al-Ishabah, Kairo, 1328 H.
  • Ibnu Hazm, Ali bin Ahmad. Jumhuratu Ansabil Arab, riset: Muhammad Abdus Salam Harun, Kairo, 1328 H
  • Ibnu Hisyam, Abdul Mulk. Al-Siratun Nubuwwah, riset: Mustafa Saqa dan yang lain, Kairo, 1375 H/ 1955 M.
  • Ibnu Ishaq, Muhammad. As-Siar wal Maghazi, riset: Sahil Zakkar, Damaskus, 1398 H/ 1978 Masehi.
  • Ibnu Qutaibah, Abdullah bin Muslim. Al-Ma'arif, riset: Tsarwat Akaseh, Kairo, 1960 H.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad. At-Thabaqatul Kubra, Beirut, Darul shadir.
  • Ibnu Salam Ibadhi. Baddatul Islam wa Syara’iuddin, riset: varan Roshvartaz dan salim bin Yaqub, Weissbadun, 1406 H/ 1986 M.
  • Kala'i, Sulaiman bin Musa. Al-Iktifa, tullisan tangan perpustakaan Chester Beatty, 3892.
  • Kalbi, Hisyam bin Muhammad. Jumhuratul Ansab, riset: Naji Husain, Beirut, 1407 H/ 1986 M.
  • Khalifah Ibnu Hayyat. Al-Thabaqat, Rriset: suhail zakkaar,Damaskus, 1966 M.
  • Khushaibi, Husain bin Abdullah. Al-Hidayatul Kubra, Beirut, al-Iblagh, 1419 H.
  • Mizzi, Yusuf Bin Abdul Rahman, Tuhfatul Asyraf, Mumbai, 1392 H/ 1972 M.
  • Muhib Thabari, Ahmad bin Muhammad. Al-Riyadhun Nadhrah fi Manaqibil Asyrah, Beirut, 1405 H/ 1984 M.
  • Musa bin Uqbah. Al-Maghazi
  • Neisyaburi, Muslim bin Hajjaj. Shahih, riset: Fuad Abdul Baqi, Kairo,1955 M.
  • Thabari, Tarikh; Dzahiriyyah, Rayyan, Khatti (tarikh).
  • Thabrani, Sulaiman Bin Ahmad. Al-Mu'jamul Kabir, riset: Abdul Majid Salafi, Baghdad, Wizaratul Awqaf.
  • Waqidi, Al-Maghazi, riset: Marsden Jones, London, 1966 M.
  • Waqidi, Muhammad bin Umar. Al-Raddah, riset: Muhammad Hamidullah, Paris, 1989 M.
  • Ya’qubi, Ahmad bin Ishaq. Tarikh, Beirut, Darul Shadir, tanpa tanggal.

Sumber Latin

  • Sachau, E., Das Berliner Frament des Musa ibn‘Ukba…, Sitzungsberichte… der Berliner, Akademie der wissenschaften, Berlin, 1904, vol. XXV.