Abu Ayyub al-Anshari

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Abu Ayub al-Anshari)
Sahabat
Abu Ayyub al-Ansharihttp://id.wikishia.net/view/Majma_Jahani_Ahlulbait_As
Masjid Sultan Ayyub, Istanbul
Info pribadi
Nama lengkapKhalid bin Zaid bin Kalib bin Al-Najjar
Disebut juga denganAbu Ayyub al-Anshari
Garis keturunanKabilah Khazraj
Kerabat termasyhurSa'ad bin Qais bin Amr bin Imraul Qais • Zaid bin Tsabit
Muhajir/AnsharAnshar
Tempat TinggalMadinah
Wafat/Syahadah52 H/672
Tempat dimakamkanIstanbul Turki
Informasi Keagamaan
Keikutsertaan dalam GhazwahHadir dalam seluruh peperangan: ShiffinJamalNahrawan • Perang melawan Romawi
Terkenal sebagaiPenolong Nabi Muhammad saw saat hijrah ke Madinah
Peran utamaHakim Madinah di masa kekhalifahan Imam Ali as
Aktivitas lainMengumpulkan Alquran dizaman Nabi

Khalid bin Zaid bin Kulayb bin al-Najjar (bahasa Arab:خالد بن زید بن کُلَیب بن النجّار) yang populer dengan Abu Ayyub al-Anshari(أبو أيوب الأنصاري) (w. 52 H/672) merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw dan Imam Ali as. Ia berpartisipasi dalam pembaiatan di Aqabah kedua dan Nabi saw tinggal di rumahnya setelah hijrah ke Madinah. Abu Ayyub berpartisipasi dalam pertempuran pada zaman Nabi saw dan Imam Ali as. Setelah kematian Utsman, Abu Ayyub berada di antara orang-orang pertama yang berbaiat dengan Imam Ali as. Ulama Ahlusunah menganggap dia sebagai orang terpercaya, tapi ulama Rijal Syiah hanya sekedar memujinya.

Keturunan

Khalid bin Zaid bin Kulayb bin al-Najjar yang bergelar Abu Ayyub garis keturunannya sampai ke Najjar yang berasal dari suku Khazraj. Ibunya adalah putri Sa'ad bin Qays bin 'Amr bin Amru al-Qays dan istrinya adalah putri dari Zaid bin Tsabit. [1] Menurut Ibnu Sa'ad [2] , Abu Ayyub memiliki seorang putra yang disebut 'Abd al-Rahman yang tidak memiliki anak.

Peristiwa Penting dalam Kehidupan

Partisipasi dalam baiat Aqabah Kedua

Abu Ayyub termasuk salah satu diantara 70 orang yang berbaiat dengan Rasulullah saw bahwa mereka tidak akan meninggalkan dukungannya. [3] Nashr bin Muzahim menganggap Abu Ayyub merupakan salah satu sesepuh Anshar dan Syiah Imam Ali as. [4] 150 hadis telah dinisbahkan kepada Abu Ayyub, namun Bukhari dan Muslim hanya menyetujui 7 hadis darinya. [5]

Tuan Rumah Nabi Saw

Sesuatu yang membuat Abu Ayyub besar di mata umat Islam karena Rasulullah saw datang ke rumahnya saat hijrah ke Madinah, meski banyak ajakan orang lain. Karenanya, para sejarawan mengenangnya sebagai tuan rumah bagi Rasulullah saw. [6] Menurut al-Baladzuri[7] , Nabi saw tinggal di rumahnya selama 7 bulan, sampai masjid dan rumahnya sendiri selesai dibangun. Mas'udi[8] telah menyebutkan bahwa periode ini selama satu bulan.

Pembela Keimamahan Ali as

Pasca wafatnya Rasulullah saw, Abu Ayyub dan 11 sahabat lainnya membela kekhalifahan Ali bin Abi Thalib as. [9] Oleh karena itu, Ibn Atsir[10] menganggapnya sebagai salah seorang sahabat khusus Ali As.

Termasuk Kelompok Penyusun Alquran

Bukhari[11] menganggapnya termasuk dari lima orang Anshar yang mengumpulkan Alquran pada masa Nabi saw.

Partisipasi dalam Ghazawat (peperangan Nabi saw)

Abu Ayyub ikut berpartisipasi dalam semua pertempuran Rasulullah saw dan para sejarawan telah menganggap ia di antara peserta perang Badar, Uhud dan Khandaq. [12] Hanya sekali ia menahan diri untuk ikut serta dalam pertempuran, karena panglima pasukan muslimin dipimpin oleh seorang pemuda, dan setelah itu ia selalu menyesal tentang hal itu. [13] Melalui teks sejarah, ketaatan, kesetiaan dan penghormatannya yang besar terhadap Nabi saw terlihat jelas. [14] Menurut Ibn Hisyam, [15] dia pelopor dalam melaksanakan perintah nabi untuk mengusir orang-orang munafik yang mengejek kaum muslimin di Masjid Nabawi dan beberapa dari mereka adalah keluarganya sendiri. Menurut beberapa hadis, ayat Alquran[16] pada peristiwa ifk, menunjukkan pujian kepada Abu Ayyub dan istrinya. [17]

Wafat

Makam Abu Ayyub al-Anshari

Abu Ayyub meninggal tahun 52 H karena sakit ketika Konstantinopel sedang dikepung oleh kaum muslimin. [18] Menurut sepenggal riwayat, ia meninggal pada tahun 50 atau 51 H. [19]

Abu Ayyub di akhir hayatnya berwasiat kepada Yazid yang datang menjenguknya, "Ketika aku mati, bawalah tubuhku hingga ke tempat Anda sampai di tanah musuh dan kuburkanlah aku di sana." [20]

Menurut riwayat lain, dia berkata: "Aku mendengar dari Nabi saw bahwa seorang yang sholeh akan dimakamkan di kaki dinding Konstantinopel, aku berharap orang itu adalah diriku." [21]

Setelah kematian Abu Ayyub, Yazid menyalati jenazahnya dan memerintahkan supaya menguburkannya di kaki dinding Konstantinopel, [22] kemudian menurut beberapa riwayat, ia memerintahkan pasukan berkuda untuk menginjak-injak tanah pemakaman dan melenyapkannya supaya musuh tidak akan dapat menemukan makamnya. [23]

Para Perawi dari Abu Ayyub

Di antara mereka yang telah meriwayatkan darinya, termasuk Ibnu Abbas, Bara' bin 'Azib, Jabir bin Samurah, Miqdam bin Ma'di Karb, Abu Umamah al-Bahili, Zaid bin Khalid al-Juhani dan beberapa sahabat lainnya.

Beberapa Tabi'in seperti Said bin Musayyib, 'Urwah bin Zubair dan 'Abdullah bin Hunain telah mendengar hadis darinya dan dikutip mereka. Ibnu Sa'ad[24] dan Mizzi[25] juga telah menyebutkan daftar orang-orang yang telah meriwayatkan tentangnya.

Sanjungan untuk Abu Ayyub

Abu Ayyub telah dipuji oleh semua ulama Rijal Ahlusunah dan sebagian yang lain juga telah menganggapnya terpercaya[26] , namun ulama Syiah hanya menyanjungnya dan menghindari autentisitas dirinya[27] ; bahkan Ibnu Dawud al-Hilli[28] telah menyebutkannya termasuk orang-orang yang ditinggalkan.

Ulama rijal Syiah berselisih tentang justifikasi partisipasinya dalam pertempuran dengan orang musyrik di bawah komando Muawiyah dan Yazid terlepas dari pembelaannya akan hak khilafah Imam Ali as. Fadhl bin Syadzan menganggap tindakannya ini kelalaian dan kesalahan dalam berijtihad dan menambahkan bahwa meskipun ia tidak senang dengan khalifah pada zamannya, namun ia berpartisipasi[29] dalam perang dengan niat memajukan dan memperkuat Islam dan bukti untuk klaim ini adalah bahwa ada perselisihan antara dia dan Muawiyah[30] , namun Ayatullah Khu'i[31] menolak pendapat ini dan menganggap mungkin ia bertindak demikian dengan seizin Imam Hasan as.

Mahir Bersyair

Abu Ayyub juga dikenal sebagai penyair handal. [32] Mungkin saja ia dipanggil penyair karena puisi yang dilantunkan pada pertempuran Shiffin dan juga dalam membalas surat Muawiyah bin Abi Sufyan.[33]

Catatan Kaki

  1. Ibn Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 3, hlm. 484; Ibn Abd al-Bar, al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 424.
  2. Ibn Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 3, hlm 484.
  3. Ibn Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 3, hlm. 484; Ibn al-Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 2, hlm. 80.
  4. Nashr bin Muzahim, Waq'atu Shiffin, hlm. 366.
  5. Nawawi, Tahdzib al-Asmā wa al-Lughāt, jld. 1, hlm. 177
  6. Ibn Hisham, al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 2, hlm. 141; Ibn Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 3, hlm. 484.
  7. Baladzuri, Futuh al-Buldān, 20.
  8. Mas'udi, Muruj al-Dzahab, jld. 2, hlm. 280.
  9. Barqi, Ahmad bin Muhammad, al-Rijal, hlm. 63-66.
  10. Ibn al-Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 5, hlm. 143.
  11. Bukhari, al-Tarikh al-Saghir, jld. 1, hlm. 66.
  12. Ibn Hisham, al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 2, hlm. 100.
  13. Ibn Sa'ad, Thabāqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 485.
  14. Semisalnya lihatlah; Ibn Hisham, al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 2, hlm. 144; Ibn Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 8, hlm. 126.
  15. Ibn Hisham, al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 2, hlm. 175.
  16. Q.S. Nur 24:12.
  17. Ibn Hisham, al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 3, hlm. 316; Thabari, Tarikh, jld. 2, hlm. 617.
  18. Bandingkan: Ibnu Sa'ad, Muhammad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 3, hlm. 485; Ibnu 'Asakir, al-Tarikh al-Kabir, jld.5, hlm. 37.
  19. Khalifah bin Khayyat, al-Thabaqāt, jld. 1, hlm. 202; Mas'udi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 24.
  20. Ibnu Sa'ad, Muhammad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 8, hlm. 126.
  21. Ibnu 'Abd Rabbih, al-'Aqd al-Farid, jld. 5, hlm. 116.
  22. Ibnu Sa'ad, Muhammad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 8, hlm. 126.
  23. Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, hlm. 274.
  24. Ibn Sa'ad, Muhammad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 3, hlm. 484.
  25. Mizzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 8, hlm. 67-68.
  26. Lihatlah: Ibnu Hebban, Kitab al-Tsiqat, jld. 3, hlm. 102; Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubala, jld. 2, hlm. 402; Yafi'i, Mir'āt al-Jinan, jld. 1, hlm. 124.
  27. Lihatlah: Ibnu Dawud, al-Rijal, hlm. 392; Allamah Hilli, hlm. 65.
  28. Ibnu Dawud al-Hilli, al-Rijal, hlm. 137.
  29. Kasyi, Makrifat al-Rijal, jld. 1, hlm. 177.
  30. Lihatlah, Nashr bin Muzahim, Waq'atu Shiffin, hal 366.
  31. Ayatullah Khu'i, Mu'jam Rijal al-Hadis, jld. 7, hlm. 24.
  32. Amin, A'yān al-Syiah, jld. 6, hlm. 238.
  33. Lihatlah, Ibn A'tsam, jld. 3, hal. 48-49; Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jld. 8, hal. 44-45.

Daftar Pustaka

  • Alquran al-Majid.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Rijal. Editor: Muhammad Shodiq Bahrul Ulum. Najaf: 1381 H/1961.
  • Amin, Muhsin. A'yān al-Syiah. Editor: Hasan Amin. Beirut: 1403 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Editor: Muhammad Baqir Mahmudi. Beirut: 1394 H/1974.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Editor: Ihsan Abbas. Beirut: 1400 H/1979.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Futuh al-Buldān. Editor: Ridwan Muhammad Ridwan. Beirut: 1398 H/1978.
  • Barqi, Ahmad bin Muhammad. Ar-Rijal. Editor: Jalaluddin Muhaddits. Teheran: 1964.
  • Bukhari, Muhammad bin Ismail. At-Tārikh al-Shaghir. Editor: Mahmud Ibrahim Zayid. Beirut: 1406 H.
  • Dinawari, Ahmad bin Dawud.Al-Akhbār al-Thiwāl. Editor: Abdul Mun'im 'Amir dan Jamaluddin Syayyal. Kairo: 1379 H/1959.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad.Siyar A'lām an-Nubala. Editor: Syu'aib al-Arna'uth. Beirut: 1405 H/1985.
  • Halabi, Ali bin Burhanuddin. As-Sirah al-Halabiyyah. Beirut: Maktabah Islamiyyah.
  • Ibnu A'tsam, Ahmad. Kitab al-Futuh. Heyderabad Dekkan: 1390 H/1970.
  • Ibnu Habib, Muhammad. Al-Muhabbar. Editor: A. Likhten Shtiter. Heyderabad Dekkan: 1361 H/1942.
  • Ibnu 'Abd al-Bar, Yusuf bin Abdullah. Al-Isti'āb. Editor: Ali Muhammad al-Bajawi. Kairo: Maktabah al-Nahdhoh.
  • Ibnu 'Asakir, Ali bin Hasan, al-Tarikh al-Kabir, Editor. Abdul Qadir Efendi Badran, Damaskus, 1332 H.
  • Ibnu Abdu Rabbih, Ahmad bin Muhammad. Al-Aqd al-Farid. Editor: Abd al-Majid al-Tarhini. Beirut: 1404 H/1983.
  • Ibnu Abil Hadid, Abd al-Hamid bin Hibatullah. Syarh Nahjul Balaghah. Editor: Muhammad Abu al-Fadl Ibrahim. Kairo: 1960.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Usd al-Ghābah. Teheran: 1377 H.
  • Ibnu Dawud al-Hilli, Hasan bin Ali.Ar-Rijal. Editor: Jalaluddin Muhaddits. Teheran: 1964.
  • Ibnu Hebban, Muhammad.Kitab al-Tsiqat. Heyderabad Dekkan, 1397 H/ 1977.
  • Ibnu Hisyam, Abdul Mulk. As-Sirah an-Nabawiyyah. Editor: Mustafa Saqa dan yang lain. Kairo: 1375 H/1955.
  • Ibnu Mandzur, Muhammad bin Mukrim. Mukhtashar Tarikhi Dimasyq li Ibni 'Asakir. Editor: Ahmad Rayat Hammusy dan Muhammad Nasaji al-Omar. Damaskus: 1404 H/ 1984.
  • Ibnu Qutaibah, Abdullah bin Muslim. Al-Ma'ārif. Editor: Tserwat Akkasyeh. Kairo: 1960.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad. Ath-Thabaqāt al-Kubra. Beirut: Dar Shadir.
  • Iskafi, Muhammad bin Abdullah. Al-Mi'yār wa al-Muwazanah. Editor: Muhammad Baqir Mahmudi. Beirut: 1402 H/1981.
  • Kasyi, Muhammad. Makrifat ar-Rijal, Ikhtiyar Thusi. Syarh Mir Damad Esterabadi. Qom: 1404 H.
  • Khalifah bin Khayyat. Ath-Thabaqāt. Editor: Suhail Zakar. Damaskus: 1966.
  • Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali. Ar-Rihlah fi Thalab al-Hadits. Editor: Nuruddin 'Itr. Damaskus: 1395 H.
  • Khu'i, Abu al-Qasim. Mu'jam Rijal al-Hadits. Beirut: 1403 H.
  • Mas'udi, Ali bin Husain. Muruj al-Dzahab. Editor: Yusuf As'ad Daghir. Beirut: 1965 M.
  • Mazzi, Yusuf bin Abdurrahman. Tahdzib al-Kamal. Editor: Basyar 'Awwad Ma'ruf. Beirut: 1407 H.
  • Nashr bin Muzahim. Waq'atu Shiffin. Editor: Abdussalam Muhammad Harun. Kairo: 1382 H.
  • Nawawi, Yahya bin Syaraf. Tahdzib al-Asmā wa al-Lughāt. Kairo: Idaroh al-Thaba'ah al-Muniriyyah.
  • Thabari. Tarikh.
  • Tsaqafi, Ibrahim bin Muhammad. Al-Ghārāt. Editor: Jalaluddin Muhaddits. Teheran: 1975.
  • Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qub. Tarikh. Beirut: 1379 H/1960.
  • Yafi'i, Abdullah bin As'ad. Mir'āt al-Jinan. Heyderabad Dekkan: 1338 H.