Khalid bin Sa'id
Info pribadi | |
---|---|
Nama lengkap | Khalild bin Sa'id bin Ash bin Umayyah bin Abdu Syams |
Julukan | Abu Sa'id |
Garis keturunan | Quraisy |
Kerabat termasyhur | Sa'id bin al-'Ash (ayah) |
Lahir | Mekkah |
Muhajir/Anshar | Muhajir |
Tempat Tinggal | Mekkah • Habasyah • Madinah • Yaman |
Wafat/Syahadah | 13 H/634 atau 14 H/635 |
Penyebab Wafat /Syahadah | Syahid dalam Perang Marj al-Suffar atau Perang Ajnadain |
Informasi Keagamaan | |
Memeluk Islam | Permulaan Islam |
Keikutsertaan dalam Ghazwah | Penaklukan Kota Mekah • Ghazwah Tabuk • Ghazwah Hunain |
Hijrah ke | Habasyah |
Peran utama | Juru tulis Nabi Muhammad saw • Pelayan Nabi saw di Yaman |
Aktivitas lain | Menolak keputusan dalam Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah • Tidak memberikan baiatnya kepada Abu Bakar |
Khalild bin Sa'id bin Ash bin Umayyah bin Abdu Syams (bahasa Arab:خالِد بن سَعید بن العاص بن اُمَیَّة بن عَبدشَمس) merupakan salah satu orang yang pertama masuk Islam. Dia adalah seorang juru tulis (katib) Nabi Muhammad saw. Ia pelayan Nabi saw di Yaman. Setelah wafatnya Nabi, dia mengundurkan diri dari posisi ini dan memilih untuk tidak bekerja untuk khalifah. Khalid bin Sa'id adalah salah seorang dari 12 orang yang tidak memberikan bai'at kepada Abu Bakar dan hal ini yang menyebabkan Umar bin Khattab, khalifah kedua, melawannya. Terdapat perbedaan pendapat di antara para sejarawan mengenai waktu dan tempat syahidnya.
Keturunan
Dia berasal dari bangsa Quraisy dan julukannya adalah Abu Sa'id. [1] Ayahnya, yang dikenal sebagai Abu Uhaiha, adalah seorang pemuka kaum Quraisy. [2] Ibunya, Lubaina, yang dikenal sebagai Ummu Khalid, adalah putri Khabbab atau Habbab bin 'Abd Yalil bin Nashib dari Thaqif. [3]
Masuk ke Islam
Khalid bin Sa'id masuk Islam sebelum saudara laki-lakinya masuk Islam. [4] Dia telah masuk Islam ketika Nabi saw secara sembunyi-sembunyi mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat. Dia dikenal sebagai orang ketiga, keempat atau kelima yang masuk Islam. [5] Syaikh Thusi dalam kitab Rijalnya meulis bahwa ia termasuk sahabat Rasul saw. [6] Khalid bin Sa'id dikenal sebagai orang yang terhormat dalam kaum Bani Umayyah. [7]
Mimpi yang benar
Alasan mengapa dia masuk Islam adalah bahwa suatu malam ia bermimpi dia berada di ambang sebuah lubang api, dan ayahnya mencoba untuk melemparkannya ke dalam api, tapi Nabi Muhammad saw menyelamatkannya. Kemudian Khalid menceriterakan mimpinya kepada Abu Bakar, dan dengan dorongan Abu Bakar, Khalid masuk Islam. Dia pergi ke Ajyad untuk menemui Rasulullah saw dan masuk Islam. [8]
Bersabar Atas Penyiksaan Kaum Musyrik
Saat Sa'id bin Ash yang merupakan musuh Nabi Muhammad saw mengetahui bahwa anaknya, Khalid, masuk Islam, dia mencelanya, mengutuknya dan memukulnya dengan keras dengan mematahkan tongkat di atas kepalanya dan melarang anggota keluarganya yang lain berbicara dengan dia. Setelah itu, Khalid menemui Nabi saw dan selalu bersamanya sepanjang waktu. Terkadang ia salat sendiri di sekitar Mekah. Sejak Khalid bin Sa'id bersikeras untuk mendukung dan mengikuti Nabi Muhammad saw, ayahnya memenjarakannya dan menyiksanya dengan menempatkan ia di bawah terik sinar matahari Mekah selama tiga hari namun Khalid lolos dari penjara ayahnya dan bersembunyi di daerah sekitar Mekah. [9]
Hijrah
Ketika orang-orang musyrik meningkatkan siksaan kepada kaum muslimin, atas perintah Nabi saw, Khalid bin Sa'id dan beberapa Muslim lainnya berhijrah ke Habasyah. Mengingat bahwa ada dua kesempatan umat Islam berhijrah ke Habasyah, maka terdapat perbedaan pendapat tentang waktu kapan Khalid bin Sa'id berhijrah ke Habasyah. [10] Kebanyakan sejarawan berpendapat bahwa ia berhijrah pada kesempatan kedua (yaitu pada 5 tahun setelah bi'tsah, sementara sejarawan lainnya mengatakan bahwa Khalid hijrah pada kesempatan pertama. [11] Khalid bin Sa'id membawa istrinya, Humaina atau Umaima atau Umaina binti As'ad al-Khuza'i bersamanya ke Habasyah. Anaknya, Sa'id, dan putrinya, Amah (Ummu Khalid) lahir dan besar di Habasyah, dan Amah kemudian menikah dengan Zubair bin 'Awwam [12] Pada tahun ke-7 H/629 Khalid bin Sa'id bersama dengan penduduk Habasyah lainnya kembali ke Hijaz dan menemui Nabi Muhammad saw di Khaibar setelah Perang Khaibar selesai. Nabi saw menyambut mereka dan mengungkapkan kebahagiaannya dengan melihat mereka. Meskipun mereka tidak ikut perang, namun Nabi Muhammad saw memberi mereka ghanimah dari barang rampasan perang Khaibar. Setelah itu, Khalid bin Sa'id pergi ke Madinah bersama dengan Nabi saw dan kaum Muslim lainnya. [13]
Bersama Dengan Nabi Muhammad saw
Menjadi Juru Tulis Nabi saw
Menurut sejarawan, Khālid bin Sa'id adalah juru tulis Nabi saw. [14] Dia bekerja sebagai juru tulis di Mekah, sebelum Hijrah ke Madinah. Dia dikatakan sebagai orang pertama yang menulis, "Bismillah al-Rahman al-Rahim". [15] Setelah hijrah ke Madinah, dia juga menuliskan surat Nabi saw yang ditujukan untuk orang-orang Thaif, ia menyerahkan surat tersebut kepada delegasi Thaif. Dia juga menjadi perantara dalam perundingan damai antara delegasi Thaif dan Nabi di Madinah hingga kaum Thaif masuk Islam. [16]
Perang dengan Orang-orang yang Murtad
Setelah kembali dari Habasyah, Khalid bin Sa'id bersama dengan Nabi Muhammad saw dan umat Islam lainnya dalam haji Umrah al-Qada, Penaklukan Kota Mekah, Perang Hunain, Thaif dan Perang Tabuk. [17] Nabi saw sering mengirim Khalid untuk melakukan berbagai misi; misalnya, ketika 'Amr bin Ma'di Yakrib murtad dari Islam dan mengadakan pemberontakan kepada Kaum Muslim, Nabi Muhammad saw mengirim Ali bin Abi Thalib as untuk ikut serta dalam pasukan Muhajirin termasuk Khalid bin Sa'id sebagai pemimpin untuk melawan Amru dan kaumnya. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan yang dipimpin oleh Amru bin Ma'di Karb, Ali bin Abi Thalib as menugaskan Khalid untuk mengumpulkan pajak dan zakat dari orang-orang di sana, Khalid tetap bertugas di sana. Kepadanya diberikan tugas bahwa orang-orang yang melarikan diri kemudian menyerahkan diri dan masuk Islam, maka kepada mereka akan diberikan perlindungan. Setelah Ali as kembali, Amru bin Ma'di Karb menemui Khalid dan akhirnya masuk Islam. [18]
Wakil Nabi Muhammad saw
Menurut beberapa hadis, di Habasyah, Khalid bin Sa'id menjadi wakil Nabi saw untuk menikahkan Ummu Habibah bagi Nabi saw. [19] Ini menunjukkan kedudukan Khalid dihadapan Nabi Muhammad saw.
Wakil Nabi di Yaman
Pada tahun-tahun terakhir kehidupan Nabi saw, setelah Badhan atau Badham, penguasa Muslim Iran di Yaman, meninggal dunia, menunjuk Khalid bin Sa'id sebagai gubernur di daerah antara Najran dan Zubaid [20]. Penunjukan ini terjadi pada tahun ke-10 H/631 karena pada tahun ini Farwah bin Musaik al-Muradi bersama dengan satu rombongan delegasi pergi menemui Nabi saw di Madinah, dan Nabi menunjuk Farwah sebagai penguasa sukunya (Murad), suku Zubaid serta suku Madhhij dan mengirim Khalid bin Sa'id bin al-'Ash ke Yaman bersamanya sebagai delegasi Nabi Muhammad saw untuk mengumpulan sedekah. [21] Menurut riwayat lain, Khalid bin Sa'id ditugaskan oleh Nabi saw untuk mengumpulkan pajak di Yaman, sedangkan dalam riwayat lain dia ditugaskan untuk mengumpulkan pajak di Madhhij dan ditunjuk sebagai delegasi Nabi saw di Sana'a. Dari keterangan ini bisa diketahui bahwa hingga wafatnya Nabi, dia sebagai delegasi Nabi saw di Yaman. [22] Pada tahun ke-11 H/632, Aswad 'Ansa (w.11 H/632) mengaku sebagai Nabi dan melakukan perlawanan. Kabilah Madzhaj mengikutinya. Karena pergerakan ini cukup mendominasi dan berhasil, maka Khalid diusir dari daerah itu. [23]
Menolak Bekerja untuk Khalifah
Setelah wafatnya Nabi, Khalid bin Sa'id dan saudara-saudara laki-lakinya yaitu Aban dan 'Amr, yang merupakan salah satu delegasi Nabi di Bahrain dan di Taima' dan Khaibar, kembali ke Madinah, dan mereka menyatakan bahwa mereka tidak akan bekerja untuk siapa pun selain Nabi saw. [24]
Menentang Dewan Saqifah
Tulisan Asli: Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah Khalid bin Sa'id tiba di Madinah setelah Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah terjadi dan Abu Bakar dipilih sebagai khalifah. Dia adalah satu dari 12 orang yang menolak untuk memberi baiat kepada Abu Bakar. [25] Saudaranya, Aban, juga bergabung dengan Khalid dan tidak memberikan baiatnya kepada Abu Bakar. Khalid bin Sa'id mengatakan bahwa "Kami akan mengikuti Bani Hasyim". [26] [27] Ketika Ali as memberikan baiatnya kepada Abu Bakar, [28] Bani Hasyim dan pendukung lainnya, seperti Khalid bin Sa'id, juga memberikan baitnya kepada Abu Bakar. [29]
Permusuhan Umar terhadap Khalid
Khalid bin Sa'id menolak untuk memberi baiat kepada Abu Bakar, hal ini membuat Umar bin Khattab memusuhi dia. Kemudian dalam banyak kasus, Umar keberatan atas masalah ini dan memecatnya dari posisi yang sedang diembannya, misalnya, pada tahun ke-13 H/635, ketika Abu Bakar ingin mengirim tentara Islam ke Suriah, dia menunjuk Khalid bin Sa'id sebagai komandan tentara dan memberinya bendera. Tapi Umar mengingatkan Abu Bakar atas penolakan Khalid untuk membaiat kepadanya dan menegaskan bahwa Khalid harus dipecat. Abu Bakar membatalkan Khalid untuk menjadi komandan sebelum tentara tersebut pergi. Khalid mengembalikan bendera tersebut dan berkata: "Saya bersumpah kepada Tuhan bahwa kekuasaanmu tidak akan membahagiakan saya dan pembatalan yang Anda lakukan ini tidak membuat saya sedih". [30]
Perang dengan Romawi
Meskipun Khalid bin Sa'id pada awalnya tidak mau memberikan baiatnya kepada Abu Bakar, namun Abu Bakar menugaskannya menjadi gubernur di Taima, sebuah kota di Suriah. Ia mengumpulkan orang-orang yang tidak murtad untuk mengikuti perang. Ia hanya boleh memerangi orang-orang yang melawan dan jika orang tersebut tidak melawan, maka tidak boleh diperangi. [31] Khalid mengorganisir mereka. Kabar tentang kesiapan Khalid dan pasukannya terdengar sampai ke telinga orang-orang Romawi. Pasukan Romawi menyiapkan pasukannya dengan mengumpulkan orang-orang yang berasal dari kaum Arab di Suriah seperti suku-suku Bahra ', Sulaiman, Tanukh, Ghassan, Kalb, Lakhm dan Judham untuk melawan pasukan Khalid bin Sa'id. Khalid bin Sa'id menulis surat untuk Abu Bakar. Abu Bakar memerintahkannya untuk bergerak maju dengan hati-hati. Iapun melancarkan serangan dan membubarkan suku-suku tersebut dan berkemah di lokasi mereka. Semua orang di suku tersebut masuk Islam. Seorang komandan Romawi, yang disebut Bahan, melawan Khalid bin Sa'id. Dalam pertempuran ini, beberapa orang Romawi terbunuh dan sisanya dikalahkan. Khalid bin Sa'id meminta pertolongan kepada Abu Bakar, lalu Abu Bakar mengirim pasukan bantuan kepadanya di bawah komando Dhu al-Kila 'dan' Ikramah bin Abi Jahl. Ia juga dibantu oleh pasukan Walid bin Uqbah. [32]
Wafat
Terdapat perbedaan pendapat tentang kapan dan di mana Khalid bin Sa'id meraih kesyahidan. Berdasarkan sebuah riwayat, dia syahid dalam Perang Ajnadain bersama orang Romawi dan orang-orang Suriah (tahun 13 H/634) pada periode Abu Bakar. [33] Sedangkan berdasarkan riwayat yang lain, dia meraih syahid dalam Perang Marj al-Suffar di Suriah. Perang ini terjadi pada periode awal kekhalifahan Umar pada tahun 14 H/635. [34] Berdasarkan riwayat lain, hanya putra Khalid yang syahid dalam Perang Marj al-Suffar dan Khalid sendiri lolos dari medan perang. Ketika Khalid melawan orang Romawi dan mengejar Bahan ke Marj al-Suffar dekat Damaskus, dia dikelilingi oleh tentara Bahan. Bahan menyerangnya dan membunuh Sa'id, putra Khalid. Ketika Khalid mendengar berita ini, dia melarikan diri dan mundur ke Dzu al-Marwah. Abu Bakar menyuruh mereka tinggal di sana. [35]Riwayat tentang mana yang lebih dahulu atau lebih akhir tentang terjadinya Perang Ajnadain, Marj al-Suffar dan Yarmuk berbeda-beda. [36] Menurut Ibn Qutaibah, Khalid meninggal dalam Perang Yarmuk. [37]
Catatan Kaki
- ↑ Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, Ibnu Sa’ad, jld. 5, hlm. 6; al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 94.
- ↑ Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 95-96; Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 2, hlm. 242.
- ↑ Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 94; Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 2, hlm. 97.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 95-96; Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, jld. 16, hlm. 69.
- ↑ Silahkan lihat Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 95-96; Ya'qubi, jld. 2, hlm. 23.
- ↑ Thusi, Rijāl, hlm. 24.
- ↑ Bahrul Ulum, Rijāl, jld. 2, hlm. 325.
- ↑ Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 94.
- ↑ Silahkan lihat: Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 95-96; Ibnu Asakir, ’’Tārikh Madinah Damisyq’’, jld. 16, hlm. 70-72; Ibnu Hajar Asqalani, al-Ashābah fi Tamiz al-Shahābah, jld. 2, hlm. 236.
- ↑ Ibid
- ↑ Silahkan lihat: Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 95-96, Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, jld. 16, hlm. 70-72; Ibnu Hajar Asqalani, al-Ashābah fi Tamiz al-Shahābah, jld. 2, hlm. 236.
- ↑ Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 94, 97; Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 2, hlm. 98; Ibnu Hajar Asqalani, al-Ashābah fi Tamiz al-Shahābah, jld. 2, hlm. 236.
- ↑ Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 95-96; Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashāb, jld. 2, hlm. 421.
- ↑ Jahsyari, Kitab al-Wuzarā wa al-Kitāb, hlm. 9; Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 313.
- ↑ Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma'rifah al-Ashhāb, jld. 2, hlm. 421.
- ↑ Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 96.
- ↑ Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashāb, jld. 2, hlm. 421.
- ↑ Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 337.
- ↑ Silahkan lihat: Ibnu Katsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 309-309.
- ↑ Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 236.
- ↑ Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 296-297.
- ↑ Silahkan lihat: Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2 hlm. 297; Ibid, 197, jld. 2 hlm. 98; Silahkan lihat Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 96; Ya’qubi, Tārikh Ya’qubi, jld. 2, hlm. 76; Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 2, hlm. 421.
- ↑ Silahkan lihat: Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 337.
- ↑ Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 2, hlm. 422-424.
- ↑ Ya’qubi, Tārikh Ya’qubi, jld. 2, hlm. 124, 126; Ibnu Babuwaih, Kitab al-Khishāl, hlm. 461.
- ↑ Ya’qubi, Tārikh Ya’qubi, jld. 2, hlm. 133; Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah fi Ma’rifah al-Shahābah, jld. 2, hlm. 98.
- ↑ Ya’qubi, Tārikh Ya’qubi, jld. 2, hlm. 126, 124; Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 97.
- ↑ Ya’qubi, Tārikh Ya’qubi, jld. 2, hlm. 124, 126
- ↑ Ibnu Atsir, Usdu al-Ghābah fi Ma'rifah al-Shahābah, jld. 2, hlm. 98; Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 97 yang mengatakan bahwa Khalid bin Sa’ad setelah tiga bulan berbaiat kepada Abu Bakar; Thabari, Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 387 dua bulan.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 97; Ya’qubi, Tārikh Ya’qubi, jld. 2, hlm. 133; Thabari, Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 387-388; Tārikh Madinah Damisyq, jld. 16, hlm. 79-80; Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 402.
- ↑ Thabari, Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 388; Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 402.
- ↑ Thabari, Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 388-389, 391; Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 402-403.
- ↑ Ibnu Abdul Barr, al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashhāb, jld. 2, hlm. 422; Ibnu Atsir, Asdu al-Ghābah fi Ma'rifah al-Shahābah, jld. 2, hlm. 98; Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Ashābah fi Tamiz al-Shahābah, jld. 2, hlm. 329.
- ↑ Ibnu Sa’ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 4, hlm. 99; Ibnu Abdul Barr, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 2, hlm. 422; Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Ashābah fi Tamiz al-Shahābah, jld. 2, hlm. 238-239.
- ↑ Thabari, Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 391; Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 98.
- ↑ Ibnu Atsir, Usdu al-Ghābah fi Ma'rifah al-Shahabah, jld. 2, hlm. 98.
- ↑ Ibnu Qutaibah, hlm. 296.
Daftar Pustaka
- Abu Abdillah Muhammad bin Abdus Jahsyayari. Kitāb al-Wuzarā` wa al-Kuttāb. Kairo:1357 H.
- 'Asqalani, Ibnu Hajar. Al-Ishābah fī Tamyīz ash-Shahābah. Riset Ali Muhammad al-Bajawi. Beirut: 1992.
- Bahrul Ulum, Sayid Muhammad Mahdi. Al-Fawāid ar-Rijāliyyah. Tehran: 1363 HS(1984).
- Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Riset Mahmud Firdaus 'Azhm. Damaskus: 1999.
- Ibnu 'Abdil Barr, Yusuf bin Abdullah. Al-Istī'āb fī Ma'rifah al-Ashhāb. Diedit oleh Ali Muhammad al-Bajawi. Cet. I. Beirut: Dar al-Jil,1412 H.
- Ibnu 'Asakir, Ali bin Hasan. Tārīkh Madīnah Dimasyq. Riset Ali Muhammad al-Bajawi. Damaskus: 1981 .
- Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad al-Jazari. Al-Kāmil fī At-Tārīkh. Beirut: Dar ash-Shadir, 1385 H.
- Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad al-Jazari. Usd al-Ghābah fī Ma'rifat al-Shahābah. Riset Muhammad Ibrahim Banna dan Muhammad Ahmad Asyura. Beirut: 1970.
- Ibnu Sa'ad, Muhammad bin Mani'. Ath-Thabaqāt al-Kubrā. Riset Ihsan Abbas. Beirut: 1985.
- Shaduq, Muhammad bin Ali.. Al-Khishāl. Diedit oleh Ali Akbar Ghaffari. Qom: 1403 H.
- Thabari, Muhammad bin Jarir. Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk. Cet II. Riset Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Beirut: Rawai' at-Turats al-'Arabi, 1387 H.
- Thusi, Muhammad bin Hasan. Rijāl ath-Thūsī. Riset Jawad Qayyumi Isfahani. Qom: 1415 H.
- Ya'qubi, Ahmad bin Ya'qub. Tārīkh al-Ya'qubī. Beirut: Dar ash-Shadir.