Tilawah Al-Qur'an

tanpa foto
tanpa Kategori
tanpa infobox
tanpa navbox
tanpa alih
tanpa referensi
Dari wikishia

Tilawah Al-Qur'an (bahasa Arab: تلاوة القرآن) atau Qiraat Al-Qur'an adalah membaca ayat-ayat Al-Qur'an langsung dari mushaf yang dianjurkan oleh Allah swt kepada Nabi saw dan selainnya. Dalam hadis-hadis juga telah disebutkan bahwa hal itu memiliki banyak pahala.

Membaca Al-Qur'an memiliki adab dan hukum-hukum tertentu. Menurut Fukaha, diharamkan membaca surah-surah yang mengandung ayat-ayat sajdah atau hanya ayat-ayat sajdah bagi orang junub atau haid dan ketika membaca ayat-ayat ini, maka diwajibkan untuk sujud. Para fukaha berbeda pendapat tentang bernyanyi saat membaca Al-Qur'an; beberapa di antaranya menganggapnya haram karena seperti hukum nyanyian, sementara yang lain menganggapnya sebagai pengecualian. Selain itu, membaca Al-Qur'an dalam keadaan berwudhu, menghadap kiblat, memakai minyak wangi dan mentadaburi ayat-ayatnya adalah termasuk dari hal-hal yang disunahkan dalam membaca Al-Qur'an. Banyak anjuran untuk membaca Al-Qur'an pada waktu-waktu dan tempat tertentu seperti bu lan Ramadan dan Makkah.

Ketenangan hati, dijauhkan dari ketakutan, bashirah dan mawas diri, peningkatan daya ingat, mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan iman adalah beberapa pengaruh yang disebutkan dari membaca Al-Qur'an.

Tahqiq, tadwir dan tahdir adalah di antara cara-cara dalam membaca Al-Qur'an.

Pengertian dan Urgensi Tilawah

Tilawah Al-Qur'an adalah membaca Al-Qur'an langsung dari mushaf.[1] Menurut Abdul Baqi dalam buku "Mu'jam al-Mufahras" kata تلاوة hanya digunakan sekali dalam Al-Qur'an, tetapi turunannya digunakan lebih dari 50 kali dalam Al-Qur'an.[2] Membaca Al-Qur'an, memiliki pengaruh sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dan ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranya adalah ketenangan hati, menjauhkan diri dari ketakutan, bashirah, peningkatan daya ingat, mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan iman.[3] Selain itu, dalam sebuah hadis disebutkan: Membaca Al-Qur'an langsung dari mushaf dapat mengurangi dosa kedua orang tua, meskipun mereka kafir.[4]

Di beberapa negara Islam, terdapat kegiatan-kegiatan dan pertemuan-pertemuan resmi yang dimulai dengan membaca Al-Qur'an oleh seorang qari. Sebelum dikumandangkan adzan, suara bacaan Al-Qur'an disiarkan melalui pengeras suara masjid. Selain itu, pertemuan membaca Al-Qur'an juga diadakan secara eksklusif di rumah.[5] Menurut direktur Lembaga Dar al-Qur'an Iran pada tahun 2020 M, terdapat 10.000 pertemuan membaca Al-Qur'an rumahan yang aktif di Iran.[6] Selain itu, dalam sistem pendidikan Iran, pengajaran Al-Qur'an disertakan dalam kurikulum dalam berbagai tingkatan pendidikan[7] dan telah didirikan pusat-pusat pembelajaran bacaan Al-Qur'an di negara tersebut.[8]

Perbedaan Qiraat dan Tilawah

Dalam Al-Qur'an, digunakan kata قراءة "Qiraat" dan تلاوة "Tilawah" yang berarti membaca Al-Qur'an.[9] Beberapa ahli bahasa menganggap kata-kata "qiraat" dan "tilawah" sebagai kata sinonim.[10] Namun, ada yang meyakini bahwa kata "tilawah" memiliki arti lebih khusus daripada "qiraat"; artinya setiap tilawah pasti merupakan qiraat, tetapi tidak setiap qiraat selalu tilawah. Menurut mereka, hanya qiraat yang disertai dengan ilmu dan amal perbuatan dari pembaca yang disebut tilawah.[11] Oleh karena itu, menurut beberapa penulis, dalam Al-Qur'an, ketika hanya mengacu pada bacaan kata-kata Al-Qur'an disebut sebagai "qiraat", sedangkan ketika membaca Al-Qur'an untuk orang lain, tadabur ayat-ayat atau tabligh Al-Qur'an dan lai-lain disebut sebagai "tilawah".[12] Jika tidak, kata qiraat akan disertai dengan keterangan seperti dalam ayat وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلً yang berarti "Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manussia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian".[13]

Menurut Raghib Isfahani, kata قراءة memiliki makna umum sedangkan kata تلاوة hanya digunakan untuk membaca kitab-kitab Samawi.[14] Meskipun demikian, Ibnu Manzhur menyatakan bahwa penggunaan kata تلاوة dalam beberapa kondisi digunakan bersifat umum.[15]

Arti Sebenar-benarnya Tilawah dalam Ayat 121 Al-Baqarah

Berdasarkan ayat 121 Surah Al-Baqarah, Allah swt telah menetapkan berbagai tingkatan dalam bacaan Al-Qur'an, dimana yang tertinggi adalah حق التلاوة.[16] Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai makna dari "Haq at-Tilawah":[17] Ada yang berpendapat bacaan Al-Qur'an disertai dengan penuh rasa tunduk dan khusyuk serta menjauhi tahrif ayat-ayat Al-Qur'an.[18] Ada pula yang mengartikan "Haq at-Tilawah" sebagai renungan ayat-ayat surgawi dan neraka dengan tujuan berharap akan surga dari Allah dan berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Sebagian lainnya memandang "Haq Tilawah" adalah bacaan Al-Qur'an dengan tartil, yaitu memperhatikan pengucapan kata-kata Al-Qur'an, memahami dan tadabur dalam makna-maknanya serta mengamalkannya.[19] "Tartil" merujuk pada jenis bacaan Al-Qur'an yang dilakukan dengan tuma'ninah, renungan, penerapan kaidah-kaidah tajwid serta memulai dan mengakhiri dengan benar, sehingga dengan penerapan yang telah disebutkan disebut dengan sebenar-benarnya tilawah Al-Qur'an.[20]

Keutamaan Tilawah Al-Qur'an

Nabi saw bersabda, "Hidupkanlah rumah-rumah kalian dengan tilawah Al-Qur'an, jangan menjadikannya seperti kuburan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka beribadah di gereja dan tempat-tempat ibadah mereka, namun mereka meninggalkan rumah-rumah mereka dalam keadaan sepi. Ketika Al-Qur'an banyak dibaca di rumah, keberkahan dan kebaikan akan melimpah, penghuninya akan merasa tenteram dan rumah tersebut akan bersinar bagi penghuni langit sebagaimana bintang-bintang langit bersinar bagi penghuni bumi."[21]

Al-Qur'an menganjurkan kepada Nabi saw dan para lawan bicaranya untuk membaca Al-Qur'an.[22] Terkait dengan tilawah Al-Qur'an dinukil sebuah riwayat dari Imam Shadiq as, "Barangsiapa membaca ayat-ayat firman Ilahi sekali pun hanya dengan memandangnya saja, Allah akan mencatat untuknya pahala atas setiap huruf yang ia baca, mengampuni dosa-dosanya dan meningkatkan derajatnya. Barangsiapa membaca sebuah ayat dari Al-Qur'an dalam shalatnya, Allah akan memberikan kepadanya 100 kebaikan atas setiap hurufnya, menghapus 100 dosa dari dirinya dan meninggikan derajatnya sebanyak 100 kali."[23] Dalam hadis lainnya, barangsiapa menghatamkan Al-Qur'an, maka satu doanya akan dikabulkan.[24] Selain itu, telah diriwayatkan tentang tilawah beberapa surah dan ayat yang memiliki keutamaan dan keistimewaan tertentu.[25] Imam Shadiq as menukil sebuah riwayat dari Imam Ali as berkata, "Sebuah rumah di mana Al-Qur'an dibaca di dalamnya, keberkahannya akan bertambah, malaikat pun hadir di sana dan setan menjauh darinya."[26] Syekh Kulaini dalam kitabnya mengumpulkan hadis-hadis tentang keutamaan membaca Al-Qur'an dalam bab tersendiri.[27]

Anjuran untuk Tilawah Al-Qur'an pada waktu dan tempat tertentu

Berdasarkan riwayat para Imam Maksum as, tilawah Al-Qur'an pada waktu dan tempat tertentu memiliki pahala tersendiri. Imam Sajjad as menganjurkan untuk membaca Al-Qur'an di awal hari.[28] Selain itu, berdasarkan sebuah hadis, membaca satu ayat Al-Qur'an selama bulan Ramadhan setara dengan membaca seluruh Al-Qur'an di bulan-bulan lain.[29] Dinukil dari Imam Shadiq as bahwa siapa pun yang menghatamkan Al-Qur'an di Makkah, ia tidak akan mati kecuali dia melihat Rasulullah saw dan tempatnya di surga.[30]

Hukum Fikih Tilawah al-Qur'an

Apakah wajib membaca Al-Qur'an setiap hari?

Menurut berbagai pandangan, terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum membaca Al-Qur'an dalam salat dan di luar salat:

1. Beberapa ulama menganggap bahwa kalimat فأقروا ما تیسّر منه "Maka bacalah apa yang mudah bagimu" dalam ayat 20 Surah Al-Muzzammil menunjukkan kewajiban untuk membaca Al-Qur'an.[31] Tetapi, mengenai seberapa banyak tilawah harian yang menjadi kewajiban, terdapat perbedaan pendapat tentangnya.[32] Sebagian berpandangan bahwa membaca 50 ayat Al-Qur'an setiap hari (di luar bacaan salat) adalah sebuah kewajiban.[33] Tetapi, menurut Fadhl Miqdad bahwa pandangan wajib menurut beberapa ulama ini termasuk dalam wajib kifayah.[34]

2. Ada yang berpendapat bahwa membaca Al-Qur'an hanya wajib dalam salat. Mereka menjawab subhat tentang bagaimana mungkin salat sunnah dapat mencakup bagian wajib (membaca Al-Qur'an), mereka mengumpamakannya seperti transaksi di mana seseorang memiliki pilihan untuk melakukannya atau tidak, tetapi begitu transaksi itu terjadi, mematuhi ketentuannya menjadi sebuah kewajiban.[35] Para Fukaha seperti Sayid Khui,[36] Fadhil Miqdad[37] dan Allamah Hilli[38] meyakini bahwa berdasarkan ayat-ayat dan riwayat yang ada, membaca Al-Qur'an hanya wajib dalam salat harian. Tetapi, Muhammad Hasan Najafi, penulis kitab Jawahir al-Kalam, meyakini bahwa kewajiban membaca Al-Qur'an dalam salat diistinbathkan dari sunah dan riwayat, bukan dari ayat tersebut.[39] Hadis-hadis terkait dengan jumlah tilawah Al-Qur'an dikumpulkan dalam bab yang berjudul بَابٌ فِی کَمْ یُقْرَأُ الْقُرْآنُ وَ یُخْتَمُ "Bab tentang berapa banyak Al-Qur'an dibaca dan dikhatamkan" dalam kitab Al-Kafi.[40]

Kewajiban Sujud Tilawah

Menurut Fukaha Syiah, beberapa ayat Al-Qur'an diwajibkan sujud, artinya ketika ayat-ayat tersebut dibaca, diwajibkan untuk melakukan sujud. Ayat-ayat tersebut adalah ayat 15 Surah As-Sajdah, ayat 37 Surah Fusshilat, ayat 62 Surah An-Najm dan ayat 19 Surah Al-'Alaq.[41] Selain itu, menurut Sahib Jawahir, terdapat 11 ayat lain yang disunnahkan untuk sujud.[42]

Keharaman Qiraat Ayat Sajadah atas Orang Junub dan Haid Menurut Fukaha Syiah, diharamkan membaca surah-surah yang mengandung ayat-ayat sajdah bagi orang dalam keadaan junub[43] dan haid.[44] Para Fukaha berbeda pendapat mengenai apakah hanya membaca ayat-ayat sajdah yang diharamkan atau membaca seluruh surah yang mengandung ayat-ayat sajdah juga diharamkan.[45] Menurut Allamah Hilli, bahkan membaca satu huruf dari surah-surah tersebut diharamkan atasnya.[46]

Kewajiban Menjaga Kehormatan Al-Qur'an Menurut para ulama, menjaga kehormatan Al-Qur'an adalah kewajiban dan melecehkan kehormatan Al-Qur'an adalah haram. Tindakan-tindakan seperti membaca Al-Qur'an dengan cara yang tidak pantas atau membacanya sambil mendengarkan musik dianggap sebagai pelecehan terhadap kehormatan Al-Qur'an.[47] Selain itu, dalam teks-teks agama dilarang membaca Al-Qur'an di tempat-tempat seperti kamar mandi dan toilet.[48]

Hukum Nyanyian dalam Tiwalah Para ulama Syiah berbeda pendapat mengenai hukum membaca Al-Qur'an dengan nada bernyanyi.[49] Sebagian besar dari mereka menganggap nyanyian sebagai suara yang bersifat melenakan dan secara umum diharamkan dan tilawah Al-Qur'an tidak terkecuali dari hukum ini. Pendapat ini dikaitkan kepada Fukaha seperti, Ibnu Idris Hilli, Fakhr al-Muhaqqiqin, Muqaddas Ardabili, Sayid Jawad Amili, Mulla Ahmad Naraqi dan Syekh Ansari.[50] Ada pun kebolehan membaca Al-Qur'an dengan nada bernyanyi dikaitkan kepada Fukaha seperti, Syekh Kulaini, Syekh Thusi, Sayid Abdul A'la Sabziwari, Mulla Ahmad Naraqii dalam kitab Mustanad al-Syiah dan Muhammad Hadi Tehrani. Mereka tidak menganggap nyanyian secara umum sebagai suatu yang haram, namun menganggapnya haram jika melazimkan hal-hal yang agama.[51] Salah satu argumentasi yang digunakan oleh mereka yang memperbolehkan membaca Al-Qur'an dengan nada bernyanyi adalah riwayat yang menyatakan, مَن لَم یَتَغَنَّ بالقُرآن فلیسَ مِنّا "Barangsiapa tidak bernyanyi saat membaca Al-Qur'an, dia bukan bagian dari kami."[52] Tetapi, para penentang kebolehan membaca Al-Qur'an dengan nada bernyanyi memahaminya sebagai, "Barangsiapa merasa tidak membutuhkan Al-Qur'an, maka dia bukan bagian dari kami."[53]

Adab Tilawah Al-Qur'an

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat para Imam Maksum as, membaca Al-Qur'an memiliki adab-adab tertentu. Berwudhu, menghadap kiblat, tafakur dan tadabur terhadap ayat-ayat Ilahi,[54] menjaga keheningan dan mendengarkan ayat-ayat yang dibacakan oleh qari Al-Qur'an,[55] berlindung kepada Allah,[56] membaca beberapa dzikir saat membaca beberapa ayat Al-Qur'an, serta membaca doa sebelum dan setelah membaca Al-Qur'an termasuk di antara [[Mustahab|sunah-sunah membaca Al-Qur'an.[57] Juga, ikhlas, menjauhi riya', khusyu'[58] dan mengamalkan isi ayat yang dibaca[59] merupakan adab-adab yang ditekankan dalam riwayat.[60]

Sesuai dengan anjuran Nabi saw, Al-Qur'an sebaiknya dibaca dengan kesedihan agar memberikan dampak yang lebih besar pada hati dan jiwa manusia.[61] Selain itu, disarankan bahwa nada yang digunakan dalam membaca Al-Qur'an harus menggunakan nada Arab dan tidak boleh menggunakan nada selain Arab untuk membaca Al-Qur'an.[62]

Cara Qiraat Nabi saw Dinukil dari Imam Baqir as bahwa Nabi saw memiliki suara paling indah dalam tilawah Al-Qur'an.[63] Beliau membaca Al-Qur'an dengan tartil, sehingga Ummu Salamah menyatakan bahwa Nabi saw membaca Al-Qur'an dengan jelas, huruf demi huruf, dan ayat demi ayat dalam cara yang memungkinkan untuk menghitung huruf-huruf dari ayat-ayat tersebut.[64] Imam Ali as menggambarkan cara Nabi saw membaca Al-Qur'an tanpa diulang, sambil menarik huruf-huruf dan dengan tartil.[65]

'Lebih Baik Membaca Al-Qur'an dari Mushaf atau dari Hafalan? Menurut beberapa riwayat, membaca Al-Qur'an dari mushaf memiliki keutamaan lebih dibandingkan membaca ayat-ayat dari hafalan; Imam Shadiq as menyebutkan bahwa keutamaan ini disebabkan oleh penggunaan mata untuk melihat teks Al-Qur'an.[66] Zarkasyi, seorang mufasir dari kalangan Ahlusunah, setelah menelaah dan memeriksa riwayat-riwayat terkait, berpendapat bahwa kriteria utamanya adalah tadabur, kehadiran pikiran dan kehadiran hati seseorang saat membaca; oleh karena itu, jika seseorang mendapatkan manfaat yang lebih besar saat menghafal, maka membacanya dari hafalan memiliki keutamaan yang lebih besar, namun jika tidak, maka membacanya dari mushaf adalah lebih baik.[67]

Metode-metode Tilawah Al-Qur'an

Para ulama Ulum Al-Qur'an telah menjelaskan berbagai cara tilawah Al-Qur'an dalam kitab-kitab mereka, pembagian ini lebih berkaitan dengan kecepatan dan ketenangan qari saat membaca ayat-ayat:

1. Tahdir: Merupakan metode membaca Al-Qur'an dengan cepat dan mengurangi aturan seperti memendekkan mad dan membuat berharakat tetap mati, tetapi tidak keluar dari batasan tartil.[68] Metode ini digunakan ketika seorang qari bermaksud untuk menghatamkan Al-Qur'an dalam waktu singkat dengan membaca lebih banyak ayat.[69]

2. Tadwir: Membaca ayat-ayat dengan tenang, sambil merenungkan makna ayat-ayat dan memperhatikan semua aturan tajwid.[70] Metode ini, berada di antara metode tahdhir dan tahqiq, di mana mad munfashil dikategorikan sebagai mad tetapi tidak membawanya hingga ke panjang maksimal (dua hingga lima harakat). Metode ini dikenal sebagai "tartil" di kalangan umum.[71] Menurut Allami dalam bukunya tentang ilmu tajwid, metode ini telah menjadi metode membaca Al-Qur'an yang banyak digunakan oleh para pendahulu dalam tilawah.[72]

3. Tahqiq: Menunaikan hak setiap huruf, memanjangkan mad secara maksimal, menunaikan hamzah-hamzah, mengekspresikan semua harakat, ghunnah dan sebagainya. Tilawah ini adalah yang paling lambat dalam hal kecepatan. Seiring berjalannya waktu, metode ini dikenal sebagai "tilawah majelis."[73] Dalam tilawah ini, yang juga dikenal sebagai tilawah tanghimi, nada dan melodi alunan yang digunakan untuk mengekspresikan makna ayat dan memiliki dampak lebih besar bagi pendengar.[74]

Catatan Kaki

  1. Baihaqi, Tāj al-Mashādir, kata تلاوة.
  2. Abdul Baqi, Mu'jam al-Mufahras kata تلا.
  3. Radmard, Marateb Wa Asar-e Uns Ba Qur'an Dar Ayat Wa Rewayat, majalah Sukhan-e Jame'e, vol. 4, hlm. 35-38.
  4. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 613.
  5. Lihat: Tentang Kami.
  6. 10 Hezar Jalase-e Qur'an-e Khanegi Dar Sath-e Kesywar Fa'al Ast, site IRNA.
  7. Lihat: Daur-e Awal Amuzesy-e Mutawasset-e Paye-e Haftum.
  8. Lihat: Mu'arrifi-e Markaz-e Amuzesy-e Qur'an-e Karim, site Abdul Azim.
  9. Lihat: QS. Al-Muzammil:20; QS. Al-Ankabut:45; QS. Al-A'raf:204.
  10. Ibn Mandzhur, Lisān al-'Arab, kata التلاوة وتلا يتلو.
  11. Raghib Isfahani, Mufradāt Alfādz al-Qur'ān al-Karīm, kata التلاوة.
  12. Kuhi Garmi & Bahzad, Wujūh-e Esyterak Wa Efteraq-e Qara'at, Telawat Wa Tartil Az Nazar-e Adabi Wa Rawiyye-e Elmi-e Qurra', majalah Muthale'at-e Ulum-e Eslami-e Ensani, vol. 26, hlm. 78 & 79.
  13. Thabathabai, al-Mīzān, jld. 20, hlm. 574.
  14. Kuhi Garmi & Bahzad, Wujūh-e Esyterak Wa Efteraq-e Qara'at, Telawat Wa Tartil Az Nazar-e Adabi Wa Rawiyye-e Elmi-e Qurra', majalah Muthale'at-e Ulum-e Eslami-e Ensani, vol. 26, hlm. 79.
  15. Ibn Mandzhur, Lisān al-'Arab, kata تلا يتلو.
  16. Nahj al-Balāghah, khotbah 110; Shahīfah as-Sajjādiyyah, doa 47.
  17. Lihat: Daulati, Telawat-e Qur'an, ensiklopedia Jahan-e Eslami, hlm. 78.
  18. Kasyani, Tafsīr Manhaj as-Shādiqīn, jld. 1, hlm. 271.
  19. Kasyani, Tafsīr Manhaj as-Shādiqīn, jld. 1, hlm. 271; Daulati, Telawat-e Qur'an, ensiklopedia Jahan-e Eslami, hlm. 78.
  20. Kuhi Garmi & Bahzad, Wujūh-e Esyterak Wa Efteraq-e Qara'at, Telawat Wa Tartil Az Nazar-e Adabi Wa Rawiyye-e Elmi-e Qurra', majalah Muthale'at-e Ulum-e Eslami-e Ensani, vol. 26, hlm. 78 & 79.
  21. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 610.
  22. Lihat: QS. Al-Muzammil:3; QS. Al-Isra':106; QS. Al-Kahfi:27.
  23. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 613.
  24. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 613.
  25. Lihat: Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 620-626.
  26. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 613.
  27. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 613.
  28. Dailami, Irsyād al-Qulūb, jld. 1, hlm. 83.
  29. Syekh Shaduq, al-Āmālī, hlm. 93.
  30. Syekh Thusi, Tahdzīb al-Ahkām, jld. 5, hlm. 468.
  31. Qathbuddin Rawandi, Fiqh al-Qur'ān, jld. 1, hlm. 106 & 107 & 127 & 130; Fakir Maibudi, Farayand-e Estenbat-e Wujub-e Qara'at-e Qur'an Az Aye-e فَاقْرَؤُوا مَا تَیَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ, majalah Amuzeha-e Feqh-e Ebadi, vol. 1, hlm. 81.
  32. Wahidiyan & tim, Murad Az Qara'at-e Qur'an Dar Aye-e Akhar-e Sure-e Muzammil Wa Hukm-e Syar'i-e An, majalah Amuzeha-e Qur'ani, vol. 34, hlm. 314.
  33. Fakir Maibudi, Farayand-e Estenbat-e Wujub-e Qara'at-e Qur'an Az Aye-e فَاقْرَؤُوا مَا تَیَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ, majalah Amuzeha-e Feqh-e Ebadi, vol. 1, hlm. 81.
  34. Fadhil Miqdad, Kanz al-'Irfān, jld. 1, hlm. 118.
  35. Wahidiyan & tim, Murad Az Qara'at-e Qur'an Dar Aye-e Akhar-e Sure-e Muzammil Wa Hukm-e Syar'i-e An, majalah Amuzeha-e Qur'ani, vol. 34, hlm. 316.
  36. Khu'i, Mausū'ah al-Imām al-Khū'ī, jld. 4, hlm. 262.
  37. Fadhil Miqdad, Kanz al-'Irfān, jld. 1, hlm. 118.
  38. Allamah Hilli, Tadzkirah al-Fuqahā', jld. 3, hlm. 128.
  39. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 9, hlm. 284 & 285.
  40. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 617.
  41. Thabathabai Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 2, hlm. 577.
  42. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 10, hlm. 217.
  43. Thabathabai Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 1, hlm. 510.
  44. Thabathabai Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 1, hlm. 603.
  45. Thabathabai Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 1, hlm. 603; Bani Hasyimi, Taudhīh al-Masā'il Marāji', jld. 1, hlm. 225-227, no. 355, jld. 1, hlm. 276, no. 450.
  46. Allamah Hilli, Mukhtalaf as-Syī'ah, jld. 1, hlm. 333.
  47. Hurmat-e Qath;i-e Telawat-e Qur'an Hamrah Ba Musiqi, site Vasa'el; Muhandesi-e Telawat-e Qur'an-e Karim, site Shafaqna.
  48. Syekh Shaduq, al-Khishāl, jld. 2, hlm. 358.
  49. Esma'ili, Barresi-e Didgaha-e Andisymandan-e Eslami Darbare-e Taghanni Dar Qara'at-e Qur'an, majalah Muthale'at-e Qur'an Wa Hadis, vol. 1, hlm. 1.
  50. Esma'ili, Barresi-e Didgaha-e Andisymandan-e Eslami Darbare-e Taghanni Dar Qara'at-e Qur'an, majalah Muthale'at-e Qur'an Wa Hadis, vol. 1, hlm. 1.
  51. Esma'ili, Barresi-e Didgaha-e Andisymandan-e Eslami Darbare-e Taghanni Dar Qara'at-e Qur'an, majalah Muthale'at-e Qur'an Wa Hadis, vol. 1, hlm. 16-17.
  52. Ibn Atsir, an-Nihāyah Fī Gharīb al-Hadīts Wa al-Atsar, jld. 3, hlm. 391.
  53. Esma'ili, Barresi-e Didgaha-e Andisymandan-e Eslami Darbare-e Taghanni Dar Qara'at-e Qur'an, majalah Muthale'at-e Qur'an Wa Hadis, vol. 1, hlm. 1-3.
  54. Sabzawari, Muhaddzab al-Ahkām, jld. 7, hlm. 128.
  55. QS. Al-A'raf:24.
  56. QS. An-Nahl:98.
  57. Daulati, Telawat-e Qur'an, ensiklopedia Jahan-e Eslami, hlm. 78.
  58. Majlisi, Bihār al-Anwār. jld. 89, hlm. 184 & 210.
  59. Nahj al-Balāghah, editor: Subhi Shalih, khotbah 110; Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 89, hlm. 185.
  60. Daulati, Telawat-e Qur'an, ensiklopedia Jahan-e Eslami, hlm. 78.
  61. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 614.
  62. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 614.
  63. Thabathabai, Sunan an-Nabī, hlm. 311.
  64. Wizegiha-e Qara'at-e Payambar Chist? Payambar Wa Musalmanan-e Shadr-e Eslam Cegune Qur'an Ra Telawat Kardan? Site Mqmeshkat.
  65. Sakhawi, Jamāl al-Qurrā' Wa Kamāl al-Iqrā', jld. 2, hlm. 525.
  66. Khu'i, al-Bayān, hlm. 26.
  67. Zarkisyi, al-Burhān, jld. 1, hlm. 461.
  68. Allami, Pazuhesyi Dar Elm-e Tajwid, hlm. 50.
  69. Allami, Pazuhesyi Dar Elm-e Tajwid, hlm. 50.
  70. Allami, Pazuhesyi Dar Elm-e Tajwid, hlm. 51.
  71. Musawi, Hilliyah al-Qur'ān Sath 2, hlm. 19.
  72. Allami, Pazuhesyi Dar Elm-e Tajwid, hlm. 51.
  73. Allami, Pazuhesyi Dar Elm-e Tajwid, hlm. 50.
  74. Shadeqi Mazidi & Farahnak Busyehri, Negaresyi Bar Mahiyyat-e Taghanni Dar Telawat-e Qur'an, majalah Muthale'at-e Qara'at-e Qur'an, vol. 12, hlm. 197.

Daftar Pustaka

  • Alquran
  • 10 Hezar Jalase-e Qur'an-e Khanegi Dar Sath-e Kesywar Fa'al Ast. Site IRNA. Diakses tanggal 11 November 2023.
  • Abdul Baqi, Muhammad Fu'ad. Mu'jam al-Mufahras Li Alfādz al-Qur'ān al-Karīm. Beirut: Dar al-Fikr Li at-Thiba'ah Wa an-Nasyr Wa at-Tauzi, 1417 H.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Mukhtalaf as-Syī'ah Fī Ahkām as-Syarī'ah. Qom: Daftar-e Entesyarat-e Eslami Wabaste Be Jame'e-e Mudarrisin Hauze-e Ilmiye-e Qom, 1413 H.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Tadzkirah al-Fuqahā'. Qom: Yayasan Āl al-Bait 'Alaihim as-Salam Li Ihya' at-Turats, 1414 H.
  • Allami, Abul Fadhl. Pazuhesyi Dar Elm-e Tajwid. Qom: Entesyarat-e Yaqut, 1381 HS/2002.
  • Baihaqi, Ahmad bin Ali. Tāj al-Mashādir. Tehran: Hadi Alim Zade, 1375 HS/1996.
  • Bani Hasyimi Khomeini, Sayyid Muhammad Hasan. Taudhīh al-Masā'il Marāji. Qom: Daftar-e Nasyr-e Eslami, 1378 HS/1999.
  • Dailami, Hasan bin Muhammad. Irsyād al-Qulūb Ilā as-Shawāb. Qom: As-Syarif ar-Radhī, 1412 H.
  • Daulati, Karim. Telawat-e Qur'an. Ensiklopedia Jahan-e Eslam. Tehran: Bunyad-e Da'irah al-Ma'arif Eslami, 1383 HS/2004.
  • Daure-e Awal-e Amuzesy-e Mutawassete Paye-e Haftum. Site Chap. Diakses tanggal, 11 November 2023.
  • Esma'ili, Sayyid Muhammad. Barresi-e Didgaha-e Andisymandan-e Eslami Darbare-e Taghanni Dar Qara'at-e Qur'an. Majalah Muthale'at-e Qur'an Wa Hadis. Vol: 1, 1397 HS/2018.
  • Fadhil Miqdad, Miqdad bin Abdullah. Kanz al-'Irfān Fī Fiqh al-Qur'ān. Tehran: Mansyurat al-Maktabah al-Murtadhawiyyah Li Ihya' al-Atsar al-Ja'fariyyah.
  • Fakir Meibudi, Muhammad. Farayand-e Estenbat-e Wujub-e Qara'at-e Qur'an Az Aye-e فَاقْرَؤُوا مَا تَیَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ. Majalah Amuzeha-e Feqh-e Ebadi. Vol: 1, 1399 HS/2020.
  • Hurmat-e Qat'i-e Telawat-e Qur'an Hamrah Ba Musiqi. Site Vasael. Diakses tangga; 10 Oktober 2023.
  • Ibn Atsir, Mubarak bin Muhammad. An-Nihāyah Fī Gharīb al-Hadīts Wa al-Atsar. Beirut: Perpustakaan al-'Ilmiyyah, 1399 H.
  • Ibn Mandzhur, Muhammad bin Mukarram. Lisān al-'Arab. Beirut: Dar al-Fikr Li at-Thiba'ah Wa an-Nasyr Wa a-Tauzi'.
  • Kasyani, Mula Fathullah. Tafsīr Manhaj as-Shādiqīn Fī Ilzām al-Mukhālifīn. Tehran: Ketabfurusyi-e Muhammad Hasan Elmi, 1336 HS/1957.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Mausū'ah al-Imām al-Khū'ī. Qom: Yayasan Ihya' Ātsar al-Imam al-Khu'i, 1418 H.
  • Kugi Garmi & Behzad. Qujuh-e Esyteraq Wa Efteraq-e Qara'at, Telawat Wa Tartil Az Nazar-e Adabi Wa Rawiyye-e Elmi-e Qurra'. Majalah Muthale'at-e Ulum-e Eslami-e Esnasni. Vol: 26, 1400 HS/2021.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kāfī. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1407 H.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār. Qom: Dar Ihya' at-Turats, 1403 H.
  • Mu'arrif-e Markaz-e Amuzesy-e Qur'an-e Karim. Site Abdul Azim. Diakses tanggal 11 November 2023.
  • Muhandesi-e Telawat-e Qur'an-e Karim/Ahangg-e Qara'at-e Qur'an Wa Tarji' Dar Qara'at. Site Shafaqna. Diakses tanggal 10 Oktober 2023.
  • Musawi Baldah, Muhsin. Hillyah al-Qur'ān Sath 2. Tehran: Ehya' Kitab, 1382 HS/2003.
  • Nahj al-Balāghah. Editor: Subhi Shalih. Qom: Markaz al-Buhuts al-Islamiyyah, 1374 HS/1996.
  • Najafi, Muhammad Hasan bin Baqir. Jawāhir al-Kalām Fī Syarh Syarā'i' al-Islām. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi, 1404 H.
  • Qathbuddin Rawandi, Sa'id bin Hibatullah. Fiqh al-Qur'ān Fī Syarh Āyāt al-Ahkām. Qom: Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi an-Najafi, 1405 H.
  • Radmar Muhammad. Marateb Wa Asar-e Uns Ba Qur'an Dar Ayat Wa Rewayat. Majalah Sukhan-e Jame'e. Vol: 4, 1399 HS/2020.
  • Raghib Ishfahani, Husain bin Muhammad. Mufradāt Alfādz al-Qur'ān. Beirut: Ad-Dar as-Syamiyah, 1416 H.
  • Sabzawari, Sayyid Abdul Ali. Muhaddzab al-Ahkām Fī Bayān al-Halāl Wa al-Harām. Qom: Dar at-Tafsir.
  • Sakhawi, Alamuddin bin Muhammad. Jamāl al-Qurrā' Wa Kamāl al-Iqrā'. Qom: Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi an-Najafi.
  • Shadeqi Majidi, Majid & Hamid Farahnak Busyehri. Negaresyi Bar Mahiyyat-e Taghanni Dar Trlawat-e Qur'am. Majalah Muthale'at-e Qara'at-e Qur'an. Vol: 12, 1398 HS/2019.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-Khishāl. Qom: Jame'e Mudarrisin Hauze-e Ilmiye-e Qom, 1362 HS/1983.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-Āmālī. Tehran: Ketabci, 1376 HS/1997.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. At-Tibyān Fī Tafsīr al-Qur'ān. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Tahdzīb al-Ahkām. Tehran: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1365 HS/1986.
  • Tentang Kami. Diakses tanggal 11 November 2023.
  • Thabathabai Yazdi, Sayyid Muhammad Kazim. Al-'Urwah al-Wutsqā. Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1419 H.
  • Thabrasi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayān. Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1408 H.
  • Wahidiyan Ardakan, Hamid & Hasan Taqi Zade & Muhammad Hasan Rustami. Murad Az Qara'at-e Qur'an Dar Aye-e Akhar-e Sure-e Muzammil Wa Hukm-e Syar'i-e An. Majalah Amuzeha-e Qur'ani. Vol: 34, 1400 HS/2021.
  • Wizegiha-e Qara'at-e Payambar Chist? Payambar Wa Musalmanan-e Shadr-e Eslam Cegune Qur'an Ra Telawat Mi Kardan. Site Mqmeshkat. Diakses tanggal 9 November 2023.
  • Zarkisyi, Abu Abdillah. Al-Burhān Fī Tafsīr al-Qur'ān. Beirut: Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyyah Isa al-Babi al-Halabi Wa Syuraka'uh, 1376 H.