Khataman Al-Qur'an

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia

Khataman Al-Qur'an (bahasa Arab:ختم القرآن) artinya membaca Al-Qur'an dari awal hingga akhir. Dalam literatur Islam banyak keutamaan dijelaskan dari khataman Al-Qur'an, baik keutamaan spiritual maupun material. Salah satu tempat pengijabaan dan penerimaan doa adalah setelah khataman Al-Qur'an. Khataman Al-Qur'an terkadang dilakukan secara kelompok. Banyak doa-doa dianjurkan dibaca setelah melakukan perbuatan ini yang diterangkan dalam beberapa riwayat. Di antara doa yang terpenting dan paling komprehensip adalah doa ke-42 Shahifah Sajjadiyah.

Dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa balasan perbuatan diukur dengan pengkhataman Al-Qur'an dan ia dijadikan tolok ukur pemberian pahala terhadap perbuatan. Mengkhatamkan Al-Qur'an dapat dilakukan dengan beragam motivasi seperti untuk mendapatkan makrifat dan pengetahuan lebih banyak, akrab dengan Tuhan, menghadiahkan (pahalanya) kepada ruh orang-orang yang telah meninggal bahkan untuk menyelesaikan problem kehidupan, kesembuhan orang sakit dan lain sebagainya.

Leksikologi

Kata "Khatm" dalam bahasa berarti sampai ke finish segala sesuatu. [1]. Istilah khataman Al-Qur'an, selaras dengan konsep bahasanya adalah membaca Al-Qur'an dari awal hingga akhir.[2] Di dalam Al-Qur'an tidak ada pembicaraan soal 'khataman', akan tetapi semuanya mengajak kepada pembacaan (qiraat) yang mudah: فَاقْرَءُوا مَا تَیسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ; "Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an". [3]; bacalah Al-Qur'an semampunya. [4]

Masalah "khataman Al-Qur'an" sejak awal Islam sudah diketahui oleh muslimin. Nabi saw, Ahlulbait as dan sahabat telah menyampaikan tata cara, waktu dan pahala mengkhatamkan Al-Qur'an.[5]Secara lahirian, istilah "majelis khataman" yang diadakan untuk orang-orang yang sudah meninggal diambil dari "khataman Al-Qur'an", sebab sudah menjadi budaya dalam majelis semacan ini bahwa Al-Qur'an dikhatamkan sekali atau beberapa kali.[6]

Keutamaan

Dalam beberapa riwayat dijelaskan pahala-pahala dan berkah-berkah yang melimpah dari pengkhataman Al-Qur'an.[7] Sebagian dari keutamaan tersebut terbatas pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan atau tempat-tempat khusus seperti Mekah dan sebagian lagi berlaku untuk semua waktu dan tempat. [8]

Dalam sebuah hadis dari Nabi saw diterangkan bahwa barang siapa mengkhatamkan Al-Qur'an seakan kenabian menempati jiwanya, hanya saja wahyu tidak turun kepadanya.[catatan 1][9]

Nabi saw juga bersabda: "Doa pengkhatam Al-Qur'an pasti diijabah". [catatan 2][10] Demikian juga berdasarkan riwayat dari Imam Shadiq as, doa pengkhatam Al-Qur'an akan dikabulkan. [catatan 3][11]

Dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa pahala mengkhatamkan Al-Qur'an dijadikan salah satu tolok ukur pahala dan balasan perbuatan-perbuatan yang lain. Sebagai contoh, pahala membaca satu ayat di bulan Ramadan[12] atau tiga kali membaca surah Al-Ikhlash di bulan-bulan lain [13] atau salat khusus malam Senin[14]dipadankan dengan pahala khataman Al-Qur'an.

Adab-adab

Membaca Al-Qur'an memiliki adab-adab lahir (seperti bersuci dan berpenampilan rapi)[15] dan batin (seperti kehadiran hati dan perenungan)[16] dan juga hukum-hukum (seperti wudhu untuk menyentuh tulisan Al-Qur'an).[17]

Khataman Al-Qur'an juga memiliki adab-adab khusus, di antaranya: dilakukan pada hari Jumat,[18]berpuasa pada hari mengkhatamkan Al-Qur'an,[19] dan setiap selesai mengkhatamkan -sekalipun tidak ada niat untuk mengkhatamkan lagi- hendaknya membaca surah al-Fatihah dan lima ayat pertama dari surah Al-Baqarah dan menyambungkan khataman Al-Qur'an dengan pembukaannya (yakni mengulangi pembacaan lagi dari awal Al-Qur'an). [20]

Demikian juga diriwayatkan adab-adab untuk selang waktu pengkhataman Al-Qur'an, misalnya dilarang mengkhatamkan Al-Qur'an dalam kurun waktu kurang dari 3 hari dan dianjurkan mengkhatamkannya dalam selang waktu 3, 5 atau 7 hari. [21] Berdasarkan sebuah riwayat, mengkhatamkan Al-Qur'an dalam kondisi normal kurang dari 3 hari atau seminggu (sepekan) suatu hal yang tidak diterima, [22] sebab dalam sunah Islam lebih ditekankan memahami ayat daripada mengulangi dan memperbanyak jumlah bacaan. [23] Dalam riwayat Nabi dinukilkan bahwa orang yang mengkhatamkan Al-Qur'an kurang dari tiga hari tidak akan memahami maksud ayat-ayat. [24] dan pembacaan semacam ini mengantarkan kepada pembacaan yang tergesa-gesa dan tanpa perenungan terhadap (makna) ayat-ayatnya. [25]Dalam hadis Imam Ridha as dimuat, meskipun aku mampu mengkhatamkan Al-Qur'an kurang dari tiga hari, namun tidak kulakukan supaya bacaanku tidak kosong dari perenungan. Pun demikian, pada bulan Ramadan dibolehkan mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 30 hingga 40 kali.[26]

Dianjurkan bagi jamaah haji untuk mengkhatamkan Al-Qur'an selama tinggal di Mekah. [27] Dalam sebuah hadis diterangkan, orang yang mengkhatamkan Al-Qur'an di Mekah, maka hingga sebelum kematian akan melihat Rasulullah saw dan kedudukannya di surga. [28]

Sejumlah besar dari manusia menghadiahkan pahala bacaan atau khataman Al-Qur'an kepada Nabi saw, para Imam as, anak keturunan para Imam, para pembesar agama, para syahid dan keluarganya yang meninggal dunia. Dalam sebagian riwayat dijelaskan tentang balasan-balasan dari menghadiahkan pahala khataman Al-Qur'an kepada maksumin. [29]

Di berbagai negara terdapat aneka ragam adab mengkhatamkan Al-Qur'an. Dalam banyak tempat, diakhir khataman Al-Qur'an pertama yang dilakukan oleh anak muda, mereka diberi hadiah cincin atau hadiah lain.

Hukum makruh membaca dan khataman Al-Qur'an bagi wanita haid bermakna berkurangnya pahala. Tentu menyentuh ayat atau membaca satu ayat atau surah-surah yang memiliki ayat-ayat yang mewajibkan sujud ketika dibaca (ayat Sajdah), tidak dibolehkan (haram).

Khataman Secara Kelompok

Acara khataman Al-Qur'an di Haram Sayidah Maksumah sa

Khataman Al-Qur'an dapat dilakukan dengan dua cara: khataman personal dan khataman kelompok. Dalam majelis-majelis khataman kelompok biasanya keinginan dan motivasi membaca lebih besar. [30]Salah satu waktu khataman Al-Qur'an adalah bulan Ramadhan, dimana pembacaan Al-Qur'an di dalamnya memiliki pahala yang banyak. Untuk mengkhatamkan satu kali atau lebih di bulan ini, ditunjukkan berbagai metode berdasarkan jumlah halaman Al-Qur'an. [31]

Majelis-majelis khataman Al-Qur'an di masa lampau lebih sering dilakukan di dalam rumah dan di tahun-tahun akhir di sejumlah besar masjid dibacakan satu halaman Al-Qur'an dan terjemahannya selepas salat berjamaah, yang dengan bergulirnya waktu terwujudlah pengkhataman Al-Qur'an. Pada sebagian haram para Imam dan anak keturunan mereka juga diselenggarakan setiap hari acara khataman Al-Qur'an secara kelompok dan pahalanya dihadiahkan kepada ruh mereka. Model lain dari khataman adalah melalui koneksi pesan atau menjadi peserta dalam situs-situs internet. Model khataman-khataman semacam ini biasanya dilakukan untuk keselamatan Imam Zaman, penyelesaian problem atau permintaan hajat kepada Allah swt.

Dalam acara tahlilan (tarhim) untuk orang-orang yang baru meninggal dunia biasanya dibagikan kepada peserta yang hadir satu juz, setengah juz atau seperempat juz Al-Qur'an, Kemudian masing-masing dari mereka membacanya sehingga keseluruhannya mencapai pengkhataman Al-Qur'an sekali atau beberapa kali. Barangkali alasan penamaan acara memperingati orang-orang yang meninggal dengan "majelis al-Khatm" adalah tradisi dan budaya mengkhatamkan Al-Qur'an secara kelompok ini. Majelis semacam ini disebut juga dengan "majelis doa" atau "majelis Al-Qur'an".[32]

Doa-doa Khataman Al-Qur'an

Khataman Al-Qur'an berarti membaca satu putaran Al-Qur'an secara sempurna, tetapi ketika sudah menyelesaikan setiap surah atau hizib dan juz dapat membaca doa-doa khataman Al-Qur'an. [catatan 4][33]

Sebagian doa-doa yang telah menyebar di tengah-tengah masyarakat memiliki landasan riwayat (ma'tsur) dan sebagian lagi meskipun mempunyai kandungan yang bagus tapi bukan doa maksumin as (tidak ma'tsur).

Ketika doa khataman Al-Qur'an dibacakan, biasanya para pendengar mengatakan 'Amin' atau 'Ilahi Amin' di akhir setiap bagian doa tersebut. Dalil perbuatan ini adalah riwayat Imam Ali as. [catatan 5][34]

Doa-doa Ma'tsur

  • Doa ke-42 Shahifah Sajjadiyah dari Imam Sajjad as adalah doa khataman Al-Qur'an yang paling komplet dan terkenal: أَللهُمَّ إنَّكَ أَعَنْتَنی عَلی خَتْمِ كِتابِكَ...; "Ya Allah, sungguh Engkau telah membantuku untuk mengkhatamkan kitab-Mu..."Lanjutan
  • Nabi saw ketika mengkhatamkan Al-Qur'an membaca doa ini:

اللهمَّ ارْحَمْنی بِالقرآنِ وَاجْعَلْهُ لی اِماماً وَ نُوراً وَ هُدًی وَ رَحْمَةً. أَللهمَّ ذَكِّرْنی مِنهُ ما نَسیتُ وَ عَلِّمْنی مِنهُ ما جَهِلْتُ، وَارْزُقْنی تِلاوَتَهُ آناءَ اللَّیلِ وَالنَّهارِ، وَاجْعَلْهُ حُجَّةً لی یارَبَّ العالمینَ; "Ya Allah rahmatilah aku dengan Al-Qur'an dan jadikanlah alquran untukku sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku akan ayat-ayat Al-Qur'an yang kulupa, ajarilah aku tentang isi Al-Qur'an yang tidak aku ketahui dan anugerahkan kepadaku kesempatan untuk membacanya tengah malam dan siang hari dan jadikanlah Al-Qur'an sebagai hujjah yang kuat bagiku, wahai Tuhan sementa Alam".

  • Doa lain Nabi saw: أللهمَّ اِنّی أَسْئَلُكَ اِخْباتَ المُخْبِتینَ..; "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kerendahan hati orang-orang yang rendah hati.."[35]
  • Doa Imam Shadiq as saat khataman Al-Qur'an:

أللهمَّ انّی قَدْ قَرَأْتُ ماقَضَیتَ مِنْ كِتابِكَ الَّذی أَنْزَلْتَهُ عَلی نَبِیكَ الصّادِقِ صلی الله علیه وآله وسلم، فَلَكَ الحمدُ رَبَّنا، اللهمَّ اجْعَلْنی مِمَّنْ یحِلُّ حَلالَهُ وَ یحَرِّمُ حَرامَهُ وَ یؤْمِنُ بِمُحْکْمِهِ وَ مُتَشابِهِه، وَاجْعَلْهُ لی اُنْساً فی قَبْری وَ اُنساً فی حَشْری، وَاجْعَلْنی مِمَّنْ تُرْقیهِ بِكُلِّ آیةٍ قَرَأَها دَرَجَةً فی أَعْلی عِلِّیینَ، بِرَحْمَتِكَ یا أَرْحَمَ الرَّاحِمینَ; "Ya Allah, aku telah membaca apa yang Engkau tetapkan untukku dari kitab-Mu yang Engkau turunkan kepada Muhammad yang jujur, semoga salawat dan rahmat-Mu tercurahkan atasnya dan keluarganya. Hanya pada-Mu lah segala pujian, Ya Allah, jadikakanlah aku dari orang-orang yang menghalalkan kehalalan-Mu, mengharamkan keharaman-Mu, mengimani ayat muhkamat dan mutasyabihat dan jadikanlah Al-Qur'an untukku teman di kuburku dan teman di mahsyarku, dan naikkanlah derajatku dari setiap ayat yang kubaca pada derajat orang-orang yang memiliki derajat yang paling tinggi, wahai Tuhan yang paling penyayang diantara para penyayang".[36]

Doa-doa yang tidak Ma'tsur

Di berbagai sumber dan juga sebagian Al-Qur'an yang dicetak terdapat doa-doa, yang meskipun kandungan umumnya disaring dari ayat-ayat dan hadis-hadis, namun tampaknya hal itu disampaikan oleh ilmuwan dan para qari. Sebagai contoh:

  • صَدَقَ اللهُ العَلی العَظیمُ، وَ صَدَقَ رَسُولُهُ النَّبی الکریمُ، وَ نَحْنُ عَلی ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدینَ، رَبَّنا تَقَبَّلْ مِنَّا، اِنَّكَ أنْتَ السَّمیعُ العَلیمُ، اللهمَّ ارْزُقنا بِكُلِّ حَرْفٍ مِنَ القرآنِ حَلاوَةً، وَ بِكُلِّ جُزْءٍ مِنَ القُرآنِ جَزاءً، اللهمَّ ارْزُقنا بِالأَلِفِ أُلْفَةً..; "Maha jujur Allah yang Maha tinggi, dan sungguh jujur Rasul-Nya seorang nabi yang mulia, dan atasnya kami menjadi saksi. Ya Allah, terimalah (amalan) kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Maha Mengetahui, Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kemanisan dari setiap huruf Al-Qur'an, balasan dari setiap juz Al-Qur'an, Ya Allah anugerahkanlah kepada kami kedamaian dari setiap huruf Alifnya.."
  • صَدَقَ اللهُ أَعْلَی الصَّادِقینَ وَ منطِقَ جَمیعِ النَّاطِقینَ... أللهمَّ انْفَعْنا بِالقرآنِ العظیمِ وَاهْدِنا بِالآیاتِ وَالذِّکْرِ الحکیمِ وَ تَقَبَّلْ مِنَّا قِرائَتَهُ...; "Maha jujur Allah, Tuhan yang paling jujur dan tempat berbicara seluruh makhluk yang berbicara…, Ya Allah berilah kami manfaat dengan Al-Qur'an yang agung, dan berilah kami petunjuk dengan ayat-ayat dan Al-Qur'an, dan terimalah bacaan Al-Qur'an kami".
  • اللهمَّ، رَبَّنا تَقَبَّلْ مِنَّا خَتْمَ القرآنِ، وَ تَجاوَزْ عَنْ ما کانَ مِنَّا فی تِلاوَتِهِ مِنْ خَطَأٍ أَوْ نُقْصانٍ..; "Ya Allah, terimalah dari kami pengkhataman Al-Qur'an, dan maafkanlah kesalahan dan kekurangan dari bacaan kami".
  • أَللهمَّ اجْعَلِ القرآنَ لَنا فِی الدُّنیا قَریناً، وَ فِی القَبْرِ مُونِساً، وَ فِی القِیامَةِ شَفیعاً; "Ya Allah, jadikanlah Al-Qur'an pendamping kami di dunia, dan teman kami di dalam kubur dan penyafaat kami di hari kiamat".

Catatan Kaki

  1. Maqāyis al-Lughah; Lisan al-Arab, kata «ختم»
  2. Syenakhnameh Quran bar Paye-e Quran wa Hadits, jld.3, hlm.383
  3. QS. Al-Muzzammil: 20
  4. Syenakhnameh Quran bar Paye-e Quran wa Hadits, jld.3, hlm.383
  5. Syenakhnameh Quran bar Paye-e Quran wa Hadits, jld.3, hlm.384
  6. Syenakhnameh Quran bar Paye-e Quran wa Hadits, jld.3, hlm.284
  7. Syenakhnameh Quran bar Paye-e Quran wa Hadits, jld.3, hlm.373-375
  8. Syenakhnameh Quran bar Paye-e Quran wa Hadits, jld.3, hlm.384
  9. Kulaini, al-Kafi, jld.2, hlm.604
  10. Majma' al-Zawāid, Nuruddin Ali Haitsami Meshri, jld.7, hlm.256
  11. Allamah Majlisi, Mir'āt al-Uqul, jld.12, hlm.497
  12. Uyun Akhbār al-Ridha, jld.1, hlm.296
  13. Amali Shaduq, hlm.86
  14. Barang siapa pada malam Senin melakukan salat dua rakaat dan di setiap rakaatnya membaca al-Fatihah sekali dan surah al-Ikhlas tujuh kali, kemudian seusai salat membaca tasbihat al-Arba'ah tujuh kali dan لاحول و لاقوه الا بالله العلی العظیم, niscaya akan dicatat baginya pahala khataman Al-Qur'an
  15. Dāerah al-Maārif Quran Karim, jld.8, hlm.615
  16. Dāerah al-Maārif Quran Karim, jld.8, hlm.618
  17. Dāerah al-Maārif Quran Karim, jld.8, hlm.620
  18. Mishbāh al-Mutahjjid, hlm.322
  19. Syarh al-Muhadzdzab, Nawawi, jld.2, hlm.168
  20. Kulaini, al-Kafi, jld.2, hlm.605
  21. Syenakhnameh Quran bar Paye-e Quran wa Hadits, jld.3, hlm.377 dan 384-387
  22. Kulaini, al-Kafi, jld.2, hlm.618-619
  23. Kulaini, al-Kafi, jld.2, hlm.618-619
  24. Kanzul Ummal, jld.1, hlm.614
  25. Kulaini, al-Kafi, 2, hlm.617
  26. Kulaini, al-Kafi, jld.2, hlm.618
  27. Husaini, Behtarin A'māl dar Sarzamini Haj (Sebaik-baik amalan di musim haji), hlm.18
  28. Kulaini, al-Kafi, jld.2, hlm.612
  29. Hakim, Ceguneh Quran bekhonim (Bagaimana kita membaca Al-Qur'an), jld.2, hlm.32
  30. Khatm-e Quran, Nasim-e Wahy, hlm.6
  31. Khatm-e Quran, Nasim-e Wahy, hlm.6
  32. Lughat nameh Dehkhuda, kata "Khatm Kardan"
  33. Quran wa Adab-e Telawati on (Al-Qur'an dan adab-adab membacanya), hlm.43, 44
  34. Bihār al-Anwār, jld.92, hlm.206
  35. Zarr bin Hubaisy menukil: Aku membaca Al-Qur'an dari awal sampai akhir di sisi Amirul Mukminin as di masjid jami' kota Kufah, ketika aku sampai pada ayat 22 surah حم عسق beliau menangis hingga air matanya membasahi pipinya, kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit sembari berkata: Hai Zarr, aku membaca doa dan kau katakan Amin. Pada saat itu beliau berucap: أللهمَّ اِنّی أَسْئَلُكَ اِخْباتَ المُخْبِتینَ، وَاخْلاصَ المُوقنینَ، وَ مُرافَقَةَالأَبرارِ، وَاسْتِحْقاقَ حَقائِقِ الایمان، وَالغَنیمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلامَةَ مِن كُلِّ اِثْمٍ، وَ وُجُوبَ رَحْمَتِكَ، وَ عَزائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالْفَوزَ بِالْجَنَّةِ، وَالنَّجاةَ مِنَ النَّارِ; "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kerendahan hati orang-orang yang rendah hati, keikhlasan orang-orang bertakwa, kebersamaan dengan orang-orang baik, kelayakan mendapatkan hakikat-hakikat iman, mendapatkan semua kebaikan, keterjagaan dari seluruh dosa, pencakupan rahmat-Mu, peraihan ampunan-Mu, kesuksesan meraih surga dan keselamatan dari api neraka", Amirul Mukminin as di akhir bicaranya berkata kepadaku: Hai Zarr! bila mana kamu mengkhatamkan Al-Qur'an, maka bacalah doa ini, sebab teman dan kekasihku, Nabi saw, memerintahkan aku dan berpesan kepadaku supaya aku berdoa dengan kalimat-kalimat ini saat aku mengkhatamkan Al-Qur'an. (Bihar al-Anwar, jld.92, hlm.206 dan 208)
  36. Bihar al-Anwar, jld.92, hlm.207

Daftar Pustaka

  • Amili, Jakfar Murtadha. Haqāiq Hammah Haula al-Quran al-Karim. Qom: 1410 H.
  • Faidh Kasyani, Muhsin. Quran wa Ādābe Tilawati on. Penerjemah: Dr. Asadullah Nashih. Teheran: Kanun Intisyarat Muhammadi.
  • Ghazali, Muhammad bin Muhammad. Ihya Ulum ad-Din. Beirut: 1412 H/ 1992.
  • Hakim, Muhammad Taqi. Ceguneh Quran Bekhanim. Teheran: Kantor penerbit Farhang Islami, 1380 HS.
  • Husaini, Daud. Behtarin A'māl dar Sarzamini Haj. Teheran: Masy'ar, 1392 HS.
  • Ibnu Babawaih (Syaikh Shaduq). Al-Amali. Qom: 1417 H.
  • Ibnu Babawaih (Syaikh Shaduq). Tsawāb al-A'māl wa Iqāb al-A'māl. Qom: 1368 HS.
  • Ibnu Babawaih (Syaikh Shaduq). Uyun Akhbār ar-Ridha. 7.1
  • Khtame Quran, Majalah Nasime wahy, no. 7, Syahriwar 1386 HS.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kafi.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār. Beirut: 1403 H/ 1983.
  • Muhammadi Ray Sayhri, Muhammad. Syenakhtnameh Quran bar Payeh-e Quran wa Hadits. Qom: Dar al-Hadits, 1391 HS.
  • Muttaqi, Ali bin Hisamuddin. Kanz al-Ummāl fi Sunan al-Aqwāl wa al-Af'āl. Beirut: Percetakan Bakri Hayani dn Shafwa Saq, 1409 H/ 1989.
  • Nuri, Yahya bin Syaraf. Al-Majmu, Syarh al-Muhadzdzab. Beirut: Dar al-Fikr.
  • Shahifah as-Sajjadiyah.
  • Syahidipur, Muhammad Ridha wa Bakhsye Ulumi Qurani. Dāirah al-Ma'ārif Qurani Karim. Markaz Farhang wa Ma'arif Quran. Qom: Bustan Kitab, cet. 1, 1389 HS.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Mishbāh al-Mutahajjid. Beirut: 1411 H/1991.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "catatan", tapi tidak ditemukan tag <references group="catatan"/> yang berkaitan