Tabaki

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia

Tabaki (bahasa Arab: تباکي) bermakna memaksakan diri (berpura-pura) untuk menangis. Di dalam kamus Farhang Syiah disebutkan bahwa menangis dan memaksakan diri untuk menangis di dalam ibadah dan begitu juga untuk berdukacita (aza) kepada Imam Husain as mempunyai keutamaan yang sangat besar. Dalam berduka cita kepada Imam Husain as, doa, salat, haji dan membaca Al-Qur'an atau mendengarkannya, bila seseorang tidak bisa menangis maka dianjurkan (mustahab) untuk memaksakan diri (berpura-pura) menangis (tabaki). Syekh Jakfar Syusytari berkata: "Tabaki berbeda dengan menangis karena riya dan tabaki hanya akan diterima jika dilakukan dengan ikhlas".

Definisi

"Tabaki" dalam bahasa berarti 'memaksakan diri untuk menangis' dan 'menangis dengan susah payah'. [1] Tabaki dalam budaya Syiah adalah sebuah perbuatan yang terpuji dan memiliki keutamaan dan pahala menangis. [2] Dalam beberapa riwayat dijelaskan, setiap kali seseorang tidak bisa menangis maka lebih baik berusaha keras meneteskan air matanya walaupun satu tetes atau menyerupakan dirinya dengan orang-orang yang menangis supaya bergabung dengan mereka dalam pahala. [3] Syaikh Jakfar Syusytari berkata: "Tabaki berbeda dengan menangis karena riya, dan itu hanya akan diterima jika dilakukan dengan hati ikhlas."[4]

Tempat-tempat Tabaki

Berduka cita atas kesyahidan Imam Husain as

Di dalam beberapa hadis dijelaskan, jika seseorang menangis untuk Imam Husain as atau membuat orang lain menangis atau ber-tabaki (berusaha keras untuk menangis), maka wajib dibalas dengan surga. [5] Makna 'Tabaki' dalam aza Imam Husain as adalah manusia menampakkan dirinya seperti orang yang menangis dan sedih hingga dihitung sebagai orang-orang yang melakukan dukacita dan mendapatkan pahala maknawiyahnya.[6]

Saat Melakukan Ibadah

Menurut beberapa riwayat, disaat berdoa untuk memenuhi kebutuhan atau disaat takut akan terjadinya sesuatu maka kita lebih baik menangis dan berusaha keras untuk menangis. [7] Demikian pula diterangkan, berupayalah kalian untuk menangis dan berusahalah untuk meneteskan sedikit air matamu meskipun dengan mengingat kerabat kalian yang telah meninggal dunia. [8] Menurut satu riwayat dari Nabi saw, jika seseorang ketika membaca Al-Qur'an atau mendengarkannya menangis atau berusaha keras untuk menangis, maka surga wajib baginya. [9]Dan berdasarkan beberapa hadis diterangkan bahwa berusaha keras untuk menangis karena takut kepada Allah atau untuk meraih kecintaan Allah atau rindu kepada surga dan karena takut kepada neraka kehususnya dalam salat, membaca ta'qib (zikir) setelah salat, berdoa, zikir dan saat melakukan amalan-amalan haji terkhusus diwaktu sai, wukuf di Arafah dan berada di atas gunung marwah adalah mustahab dan mempunyai pengaruh yang besar.[10]

Catatan Kaki

  1. Dehkhuda, Farhang Lughat, jld.5, kata "تباكى"
  2. Makarim Syirazi, Asyura Risyeh-ha, Anggizihha Ruyidad-ha, hlm.81
  3. Majlisi, Mir'atul Uqul, jld. 56, hlm.12
  4. Ahamadvand, Hadis Buye Sib, hlm.99
  5. Hasan Zadeh Amuli, Namehha Barnamehha, hlm.284
  6. Makarim Syirazi, Asyura Risyeh-ha Anggizihha Ruyedad-ha, hlm.81
  7. Ghaffari Sarawi, Aine-e Bandigi wa Niyayisy, hlm.289; Majlisi, Mir'ātul Uqul, jld.12, hlm.57
  8. Nuri Thabrisi, Mustadrak al-Wasail, jld.5, hlm.205
  9. Muaddab, I'jazi Quran dar Nazhari Ahlibait, hlm.184; Mahmufi, Tartib al-Amali, hlm.369
  10. Wasail al-Syiah, Hur Amili, jld.6, hlm. 289, bab Boleh Berqunut dengan Selain Bahasa Arab; Farhang Fegh Farsi, jld.2, hlm.326; Shadiqi Ardastani, az Miqoti Haj ta Mi'ad, hlm.145

Daftar Pustaka

  • Ahmadvand, Muhsin. Hadits Buye Sib. Qom: Nasyre Maitsam Tammar, 1381 HS.
  • Dekhuda, Ali Akbar. Farhang Lughat Dekhuda. Teheran: Muassasah Lughat nameh Dehkhuda, 1377 HS.
  • Farhang Fiqh Parsi. Qom: Muassasah Daerah al-Ma'arif Fiqh Islami, 1385 HS.
  • Ghaffari Sarawi, Husain. Aine Bandeqi wa Niyayisy. Qom: Bonyad Ma'arif Islami, 1375 HS.
  • Hasan Zadeh Amuli, Hasan. Nameha Barnameha. Qom: Nasyre Alif Lam Mim, 1386 HS.
  • Mahmudi, Muhammad Jawad. Tarbiyat al-Amali. Qom: Bonyad Ma'arif Islami, 1420 H.
  • Majlisi, Muahammad Baqir. Mir'āt al-Uqul. Teheran: Dar al-Kutub Islamiyah, 1363 HS.
  • Makarim Syirazi, Nasir. Asyura Risyeh-ha, Angizih-ha Ruwidad-ha. Qom: Nasyr Muallif, 1387 HS.
  • Muaddab, Ridha. I'jāze Quran dar Nazhari Ahlibait. Qom: Inyisyarate Ahsan al-Hadits, 1379 HS.
  • Nuri Thabarsi, Mirza Husain. Mustadrak al-Wasail. Beirut: Muassasah Al al-Bait as lu Ihya at-Turats, 1408 HS.
  • Shadiqi Ardastani, Ahmad. Haj az Miqat ta Mi'ad. Teheran: Nasyre Masy'ar, 1385 HS.