Ja'far Kasyif al-Ghitha

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Syaikh Kasyif al-Ghita)
Syekh Ja'far Kasyif al-Ghita
Informasi Pribadi
Nama LengkapJa'far bin Khidhr bin Yahya Janahi al-Hilli al-Najafi
LakabKasyif al-Ghita • Syekh Ja'far al-Kabir
Lahir1156 H
Tempat lahirNajaf, Irak
Wafat/Syahadah1227 H
Tempat dimakamkanNajaf
Informasi ilmiah
Guru-guruWahid Behbahani • Sayid Muhammad Mahdi Bahrul Ulum • Sayid Shadiq Fahham
Murid-muridShahib Jawahir • Ali bin Ja'far Kasyif al-Ghita • Muhammad Taqi Isfahani.
Ijazah Riwayat kepadaSyekh Ahmad al-Ihsai • Syekh Abdul Ali al-Gilani • Sayid Abdullah Syubbar
Karya-karyaKasyful GhithaAl-Haqqul Mubin fi Tashwib al-Mujtahidin wa Takhthiah al-AkhbariyinBughyah al-Thalib fi Ma'rifah al-Mufawwadh wa al-WajibGhayatul Murad fi Ahkam al-Jihad.
Kegiatan Sosial dan Politik
PolitikMelawan Wahabi • Melawan Akhbari • Mengeluarkan fatwa perang melawan Rusia


Ja'far bin Hidhr bin Yahya Janahi Hilli al-Najafi (bahasa Arab:جعفر بن خضر بن يحيى الجناحي الحلّي النجفي) bergelar Kasyif al-Ghita (كاشف الغطاء ) (1156-1227) adalah seorang Marja' Taklid Syiah pada abad ke-13 H. Nasab keluarga Kasyif al-Ghita bersambung ke nasab keluarga ulama Syiah pada abad ke-13 dan 14.

Syekh Ja'far menjadi marja' setelah gurunya, Allamah Bahrul Ulum. Ia juga seperti gurunya Wahid Behbahani berjuang melawan akhbariyun dan menulis kitab untuk mengkritik mereka.

Syekh Ja'far ikut berjuang ketika kaum wahabi menyerang Najaf. Ia adalah ulama pertama kali yang menulis buku untuk mengkritik aliran wahabi. Kasyif al-Ghita juga menulis karya dalam bidang fikih, ushul dan kalam (teologi). Karya terpentingnya adalah Kasyf al-Ghita yang karena menulis kitab ini maka ia dikenal dengan Kasyif al-Ghita. Ia menulis kitab Manhaj al-Rasyad liman Arad Sidad untuk mengkritik pemikiran-pemikiran Wahabi dan kitab al-Haqq al-Mubin fi Tashwib lil Mujtahidin dan Takhthiah al-Akhbariyin untuk mengkritik paham Wahabi. Syekh Muhammad Hasan Najafi terkenal dengan Shahib Jawahir adalah salah satu muridnya.

Nasab dan Kehidupan

Nasab keluarga Kasyif al-Ghita bersambung hingga ke Malik Asytar. Ayahnya, Khidhr adalah seorang ulama dan zahid pada zamannya. Ia meninggalkan Janajiyah, sekitar Hillah demi untuk melanjutkan pelajarannya ke Najaf dan tinggal disana juga, meninggal pada tahun 1181 H. [1] Syekh Ja'far juga meninggal di Najaf.

Batu Nisan Kasyif al-Ghita


Ia belajar di Karbala dan Najaf. Setelah menyelesaikan pelajarannya, ia menetap di Najaf hingga akhir umur. Ia meninggal di Najaf pada 22 Rajab 1227 H dan dikuburkan di pemakaman yang telah dipersiapkan sendiri (dalam sebuah ruangan di madrasah) di kawasan Amarah Najaf. Di atas makamnya dibangun sebuah kubah. Sebagian anak-anak dan keturunannya juga dikubur di komplek pemakaman ini. [2]

Syekh Ja'far Kasyif al-Ghita adalah orang yang menonjol dalam keluarga Kasyif al-Ghita dalam keluarga ulama Syiah pada abad 13 dan 14 H. Sangat banyak ulama yang lahir dari keluarga ini diantaranya Muhammad Husain Kasyif al-Ghita yang merupakan marja' taklid Syiah abad 14 H. Ciri khas ulama pada keluarga ini adalah memerangi paham akhbari dan meluaskan prinsip-prinsip Wahid Behbahani.

Pendidikan

Syekh Ja'far belajar ilmu-ilmu dasar dari ayahandanya dan setelah itu, ia belajar fikih dan ushul dari ulama Irak seperti Sayid Shadiq Fahham (1124-1205), Syekh Muhammad Dauraqi (1187), Syekh Fattuni, Wahid Behbahani di Karbala, dan belajar juga dari Sayid Muhammad Mahdi Bahrul Ulum (1155-1212) di Najaf dan membawa ia menjadi mujtahid dan seorang alim terkenal.

Para Murid

Sangat banyak para murid yang mengikuti pelajarannya. Beberapa diantara mereka bahkan para fakih dan peneliti kenamaan. Diantara para muridnya adalah para ulama agama yang berasal dari Iran dan Irak:

  • Muhammad Najafi pengarang kitab Jawahir (1266 H)
  • Syekh Asadullah Dizfulli Kadhimi (1234)
  • Syekh Ali Hezar Jaribi
  • Syekh Muhammad Taqi Isfahani (1248)
  • Syekh Muhsin A'sam (1238 H)
  • Sayid Muhammad Amir al-Ma'sum al-Badawi (1255 H)
  • Mashum Radhawi (1255 H)
  • Sayid Baqir Isfahani (1260 H)
  • Syekh Ibrahim Kalbasi (1261 H)
  • Sayid Shadruddin Amili (1263 H)
  • 4 dari putra-putranya: Musa, Ali, Hasan, Muhammad [3]

Ulama-ulama seperti Syekh Ahmad Ihsai (1241 H), Syekh Abdul Ali bin Amid Gilani, Syekh Mulla Ali Razi Najafi, Syekh Asadullah Dizfuli, Sayid Abdullah Kadzimi Syubbar (1242 H) menerima ijazah untuk meriwayatkan dari Syekh Ja'far. [4]

Kepemimpinan Agama

Syekh Ja'far setelah meninggalnya Bahrul Ulum menjadi rahbar Syiah di Irak, Iran dan negara-negara sekitarnya. Ia memiliki pengaruh politik dan kemasyarakatan. Meskipun sebelum masa Syekh Murtadha Anshari tidak terlalu mengemuka pendapat tentang perlunya bertaklid dari yang a'lam, oleh karena itu para mukallid Syiah bertaklid kepada para mujtahid dan bahkan marja lokal, namun Kasyaf Ghita termasuk marja' Taklid Syiah di dunia Syiah.

Usaha Memerangi Kaum Akhbariyun

Pada masa kehidupan Kasyful Ghita terjadi pembahasan keilmuan yang serius antara ulama Ushuli dan Akhbari. Keduanya saling beradu argumen untuk memperkuat pendapatnya dan menolak pendapat lawan. Syekh Ja'far yang merupakan murid pelajaran Ushul Wahid Behbahani dan mengikuti metode ijtihad, melakukan istinbat (penyimpulan) hukum, menggunakan akal dan argumentasi untuk memahami masalah-masalah akidah dan hukum-hukum syar'i, menjawab pemikiran akhabari untuk mempertahankan ilmu Ushul.

Bentuk luar biasa jadal ini dapat dilihat dari bagaimana ia menanggapi Syekh Muhammad bin Abdul Nabi Nisyaburi (1232 H) seorang alim akhbari yang sangat terkenal yang karenanya, Mirza Muhammad merasa bahaya dan datang ke Iran dan meminta perlindungan dari Fatah Ali Syah Panah. Syekh Ja'far pada awalnya menulis kitab Kāsyfif al-Ghitā 'an Ma'āyib Mirzā Muhammad 'Aduww al-Ulamā untuk menangkis pendapatnya dan mengirimkan kitab itu untuk Syah Iran. [5] Tak lama setelah itu, ia datang ke Iran dan bertindak sehingga Syah Muhammad meninggalkan Syah Qajar. [6] Ia kemudian disamping safar ke Isfahan dan menulis kitab berjudul Al-Haqq al-Mubin fi Tashwib al-Mujtahidin wa Takhthi'ah Juhhal al-Akhbāriyun untuk putranya sendiri, Syekh Ali. Di tempat itu, ia kembali mengkritisi pendapat akhbari. [7] Dan Mirza Ahmad Akhbari menulis kitab berjudul Al-Saihah bil Haqq 'ala man al-Hadd wa Tazandaq untuk menjawab kitab yang telah ditulis Kasyif Ghita. [8]

Memerangi Wahabi

Pada akhir abad 12 H/18 M pengikut Muhammad bin Abdul Wahab melakukan penyerangan di Arab Saudi (1111-1207 H) dan dengan klaim membaharui agama mulai mengadakan perlawanan terhadap berbagai akidah yang ada (khususnya Syiah) dan melakukan perlawanan terhadap segala sesuatu yang mencerminkan perilaku ketidakber-agamaan dan perilaku syirik.

Keluasan kejahatan ini sampai perbatasan Arab Saudi, Mekah dan Madinah bahkan Irak. Dua kota Karbala dan Najaf juga tidak lepas dari serangan kaum Wahabi. Dalam penyerangan mereka ke Najaf, Syekh Ja'far demi untuk membela kota dan menjaga kesucian kota tersebut serta membela masyarakatnya, ia bersama dengan ulama dan pelajar mengangkat senjata dan melawan penyerang dan akhirnya para penyerang terpaksa melarikan diri. Setelah itu, ia memerintahkan untuk membuat tembok yang kuat untuk mengelilingi kota Najaf sehingga ketika kaum Wahabi menyerang kota Najaf, kota dan masyarakatnya akan terlindungi.

Dalam hal berjihad ilmu ia juga menulis kitab Manhaj al-Rāsyad liman Arada al-Sidād, sebuah kitab yang berisi kritikan atas pendapat wahabi yang bahkan seolah-olah bisa dikatakan bahwa kitab ini adalah kitab yang pertama kali ditulis dalam permasalahan ini. [9]

Safar-safar

Kasyif al-Ghita pergi safar haji sebanyak 2 kali. Pertama kalinya pada tahun 1186 H dan kedua kalinya pada tahun 1199 H. Pada tahun 1222 H ia ke Iran dan melakukan perjalanan ke sejumlah kota di Iran seperti: Tehran, Isfahan, Qazwin, Yazd, Masyhad dan Rasyt. Masyarakat selalu menyambutnya dengan hangat. Ia membuat pertemuan-pertemuan dan majelis ilmu dengan masyarakat diseluruh tempat.

Pengaruh Politik

Pada saat safar ke Iran, Syekh Ja'far yang sedang berada di puncak ketenarannya baik dalam hal agama ataupun politik, bertemu dengan Fatah Ali Syah Qajar di Tehran. Pada kesempatan itu, ia memberikan kitab Kasyif al-Ghita kepada Syah. Kasyfi al-Ghita memberikan ijin kepada Fatah Ali Syah Qajar untuk berjihad melawan kafir dan mengumpulkan para tentara dan mengumpulkan zakat dan pajak dari masyarakat sebagai sumber dana pasukannya. [10] Fatwa ini dikeluarkan terkait dengan perang Iran dan Rusia (1218-1228 H). Kasyif al-Ghita sangat diperhitungkan dalam pemerintahan Iran dan Utsmani. Oleh karena itu, pendapatnya didengar untuk menyelesaikan perselisihan antara dua negara itu. [11]

Pentingnya Upaya untuk Memberlakukan Hudud

Ia memiliki kepercayaan yang kuat untuk melaksanakan hukum Islam seperti: hudud, diyat, takzir dan amar ma'ruf nahi munkar. Ia menggunakan kemampuan dan kekuasaannya untuk menegakkan hukuman ini, kadang-kadang ia menerima tekanan karenanya. [12]Syekh sangat memperhatikan keadaan orang miskin. Ia mengambil harta dari orang-orang kaya untuk kemudian diberikan kepada orang miskin dan kadang-kadang ia sendiri yang melakukannya.

Karya-karya

Kitab Manhaj al-Rasyad li man Arada al-Sidad

Karya-karya Kasyful Ghita sangat banyak, sebagian besarnya dalam hal fikih, ushul, kalam dan sastra Arab. Diantara karya-karya yang paling menonjol adalah:

  • Al-Haqqul Mubin fi Tashwib al-Mujtahidin wa Tahthiah al-Akhbāriyin, cet. Tehran (1306 dan 1309)
  • Kasyf al-Ghitā an Mubhamāt al-Syari'ah al-Gharra, Teheran, 1371 H dan 1317 H

Kemampuan Kasyiful Ghita tidak hanya dalam bidang Fikih dan Ushul saja namun dari karyanya yang dituliskan menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam hal istinbat hukum. Ia menulis kitab ini ketika ia melakukan safar ke Iran padahal ia hanya membawa kitab Qawāid karya Allamah Hilli. Dinukilkan bahwa Syekh Murtadha Anshari (1214-1281 H) berkata:" Apabila seseorang mengetahui kaidah dan ushul kita ini, maka menurut penilaianku, ia adalah seorang mujtahid". Kasyif al-Ghita juga mengklaim bahwa apabila aku tidak memiliki kitab fikih, maka aku tetap bisa menuliskan semua bab-bab kitab fikih semenjak awal kitab hingga akhir. [13] Kemahiran keilmuan dan fikihnya diakui oleh para fakih zamannya dan setelahnya.

  • Bughyah al-Thalib fi Ma'rifah al-Mufawwadh wa al-Wajib: Risalah Amaliyah, bagian awalnya Ushul Aqaid dan bagian kedua ahkam
  • Al-Tahqiq wa al-Tanqir fi Ma Yata'allaq bil Maqādir
  • Risālah Shaumiyyah
  • Miskah al-Mashābih
  • Risalah al-Ibādāt al-Maliyah
  • Ghāyah al-Murād fi Ahkām al-Jihād
  • Minhāj al-Rasyad Li Man Arāda al-Sidād

Catatan Kaki

  1. Mu'alim Habib Abadi, Makārim al-Atsār, jld. 3, hlm. 852; Agha Buzurg, Thabaqāt A'lām al-Syiah, hlm. 249.
  2. Khansari, Raudhat al-Jannah, jld. 2, hlm. 206.
  3. Harazuddin, Ma'ārif al-Rijāl, jld. 1, hlm. 152-153.
  4. Hirzuddin, Ma'ārif al-Rijāl, jld. 1, hlm. 152-153.
  5. Agha Buzurg Tehrani, Al-Dzari'ah, jld. 45, hlm. 18; Khansari, Raudhah al-Jinan, jld. 2, hlm. 204.
  6. Agha Buzurg, Thabaqāt I'lām al-Syi'ah, hlm. 250.
  7. Agha Buzurg Tehrani, Al-Dzari'ah, jld. 7, hlm. 37.
  8. Agha Buzurg Tehrani, Al-Dzari'ah, jld. 7, hlm. 38.
  9. Agha Buzurg Tehrani, Thabaqāt 'Ulamā al-Syiah, hlm. 251.
  10. Kasyif al-Ghita, Kāsyif al-Ghitā, hlm. 394.
  11. A'yān al-Syiah, Amin, jld. 4, hlm. 102.
  12. A'yān al-Syiah, Amin, jld. 4, hlm. 102.
  13. Qummi, Abas, Fawāid al-Radhawiyah, hlm. 70

Daftar Pustaka

  • Agha Buzurg Tehrani. Thabaqāt A'lām al-Syiah. Abad ke-13 dan 14. Masyhad: 1404 H.
  • Agha Buzurg Tehrani. Adz-Dzari'ah ila Tashānif al-Syiah.
  • Amin, Muhsin.A'yān al-Syiah. Beirut: 1403 H.
  • Qumi, Abas.Fawāid al-Radhawiyah. Teheran: 1327 HS.
  • Kasyif al-Ghita, Ja'far. Kasyf al-Ghita. Teheran, Sanggi.
  • Mu'alim Habib Abadi, Muhammad Ali. Makarim al-Ātsār. Isfahan: 1352 HS.
  • Khansari, Muhammad Baqir. Raudhah al-Jinan. Qom: Maktabah Ismailiyan, Tanpa tahun.