Sayid Abu al-Qasim al-Musawi al-Khui

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
Informasi Pribadi
Nama LengkapSayid Abu al-Qasim Musawi Khui
Lahir15 Rajab 1317 H/1899
Tempat lahirKhui, Iran
Tempat tinggalNajaf Asyraf • Khui
Wafat/SyahadahSabtu 8 Shafar 1413 H/1992, pada usia 96 tahun
Tempat dimakamkanHaram Imam Ali as
Informasi ilmiah
Guru-guruSyaikh al-Syari'ah Isfahani • Agha Dhiya' IraqiMuhammad Husain Naini dll.
Murid-muridSayid Muhammad Baqir ShadrMirza Jawad TabriziSayid Ali Sistani dll.
Tempat pendidikanHauzah Ilmiah Najaf
Karya-karyaAl-Bayan fi Tafsir al-QuranMu'jam Rijal al-Hadits • Takmilah Minhaj al-Shalihin
Kegiatan Sosial dan Politik
PolitikMendukung Intifadah Sya'baniyah Irak
SosialMendirikan Yayasan-yayasan Khairiyah dan pusat-pusat Islam di berbagai negara
Situs resmiYayasan Islam Ayatullah Khui


Sayid Abu al-Qasim al-Musawi al-Khui (bahasa Arab: سید ابوالقاسم الموسوی الخویی) adalah marja' Taklid Syiah yang sangat berpengaruh, pakar rijal dan penulis 23 jilid Mu'jam Rijal Hadits serta pemilik karya Tafsir al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Mirza Naini dan Muhaqqiq Isfahani adalah dua sosok yang paling menonjol di anatara para gurunya dalam bidang fikih dan usul fikih. Permulaan kemarja'an resminya al-Khui diyakini pasca kewafatan Ayatullah Burujerdi, sementara kepergiaan Ayatullah Hakim diyakini sebagai permulaan kemarja'an tingginya, terkhusus di negara Irak. Selama 50 tahun mengajar, Al-Khui mampu mengajar satu paket sempurna pelajaran kharij fikih dan enam paket pelajaran kharij usul fikih serta satu paket singkat pelajaran tafsir Alquran.

Diantara ulama yang diperkenalkan sebagai murid Ayatullah al-Khui adalah: Sayid Muhammad Baqir al-Shadr, Mirza Jawadi Tabrizi, Sayid Ali Sistani, Husain Wahid Khurasani, Sayid Musa al-Shadr dan Sayid Abdul Karim Musawi Ardabili.

Dalam fikih dan usul fikih, al-Khui memiliki pandangan yang layak diperhatikan, dimana terkadang berbeda dengan pandangan-pandangan masyhur fukaha Syiah. Sebagian sumber menyebut fatwa-fatwanya yang berbeda mencapai 300. Penentangannya dengan diberinya taklif (kewajiban) orang-orang kafir untuk melakukan Furu'udin, penolakan akan relatifitas permulaan bulan Qamariah dan penentangannya dengan kemuktabaran syuhrah fatwaiyah (kemasyhuran fatwa) dan ijma' adalah termasuk di antara pandangan-pandangannya yang berbeda dalam fikih dan usul fikih. Pada periode kemarja'annya, al-Khui memberikan pengkhidmatan dan partisipasinya dalam menyiarkan agama, menyebarkan ajaran Syiah dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Di antara pengkhidmatannya: membangun perpustakaan, madrasah, masjid, husainiyah dan rumah sakit-rumah sakit di negara-negara Iran, Irak, Malaysia, Inggris, Amerika, India dll.

Ayatullah al-Khui pada dekade 1340 HS (1961) tergolong dari wajah-wajah yang aktif dalam masalah-masalah politik dan memiliki sikap dan pernyataan anti pemerintahan Pahlevi, di antaranya protes terhadap Peristiwa Faidhiyah tahun 1342 HS (1963). Ayatullah al-Khui selama 10 tahun meninggalkan ranah politik, namun setelah bergelorannya Revolusi Islam Iran tahun 1357 HS (1978), pertemuannya dengan Farah Diba istri Muhammad Reza Pahlevi dan isu-isu miring yang muncul setelah pertemuan ini, maka dalam beberapa kasus, diantaranya referendum untuk menentukan pemerintah republik Islam dan perang Irak atas Iran, al-Khui bangkit mendukung revolusi dan Republik Islam Iran. Dalam proses Intifadah Sya'baniyah Syi'ah di Irak dan penentuan dewan syura kepemimpinan agung (rahbari) untuk mengatur kawasan-kawasan di bawah administrasi orang-orang Syiah, al-Khui berada di bawah tekanan pemerintahan Saddam dan sampai akhir hayatnya terkena tahanan rumah.

Biografi

Sayid Abu al-Qasim Musawi al-Khui lahir pada pertengahan Rajab tahun 1317 H/1899 di kota Khui, salah satu kota yang terletak di Azerbaijan Barat di tengah-tengah keluarga ulama. Ayahnya Sayid Ali Akbar al-Khui termasuk murid dari Abdullah Mamaqami yang karena menolak gerakan konstitusional ilegal (masyruthe ghairu masyru') [1]pada tahun 1328 H/1910 melakukan hijrah dari Iran ke Najaf.[2]

Ayatullah al-Khui menutup usia di kota Kufah Irak pada hari sabtu, 8 Shafar 1413 H disebabkan penyakit jantung yang dideritanya dalam usia 94 tahun. Ia dimakamkan di samping masjid Al-Khadhra' di pelataran haram Imam Ali bin Abu Thalib as. [3]

Istri dan Anak-anaknya

Ayatullah al-Khui menikah dua kali. Dari istri pertamanya memiliki 3 putra dan 3 putri, sementara dari istri keduanya dikaruniai 4 putra dan 2 putri.[4] Sebagian anak-anak Ayatullah al-Khui yang dikenal adalah:

  • Sayid Jamaluddin al-Khui, putra tertua Ayatullah al-Khui yang banyak dari usianya ia habiskan untuk memberikan pengkhidmatan dan mendampingi urusan ayahnya yang disibukkan oleh aktivitas kemarjaan. Diantara karyanya: Syarh Kifayah al-Ushul, Bahtsun fi al-Falsafah wa Ilmi al-Kalam, Tausdhih al-Murād fi Syarh Tajrid al-‘Itiqad, Syarh Diwān Matnabi dan Diwān Syi'ir berbahsa Persia.[5]
  • Sayid Muhammad Taqi Khui, setelah didirikannya Yayasan Ayatullah Khui pada tahun 1368 HS (1989) ia diangkat sebagai kepala Yayasan. Pasca Intifadah Sya'baniyah tahun 1369 HS (1990), ia terpilih menjadi anggota tim ayahnya untuk mengatur daerah-daerah yang dibebaskan, namun setelah tumbangnya kebangkitan dan pembunuhan massal orang-orang Syiah, bersama dengan ayahnya ia pernah menjadi tahanan rumah dan akhirnya meninggal dunia pada 21 Juli 1994, lewat kasus kecelakaan lalu lintas. Sebagian orang meyakini bahwa insiden tersebut direncana oleh pemerintahan Saddam. [6] Selain transkrip pelajaran ayahnya, diantara karyanya adalah al-Iltizāmāt al-Taba'iyah fi al-‘Uqud. [7]

Tidak ada informasi akurat di tangan mengenai putri-putri Ayatullah al-Khui. Adapun para menantunya antara lain adalah: Sayid Nasrullah Mustambith, Sayid Murtadha Hakami, Sayid Jalaluddin Faqih Imani, Sayid Jakfar Gharawi Naini dan Sayid Mahmud Milani. [8]

Pendidikan

Sayid Abu al-Qasim Khui pada tahun 1330 H/1912 saat berusia 13 tahun bersama saudaranya Sayid Abdullah al-Khui bergabung dengan ayahnya di kota Najaf. [9] Selama enam tahun ia menjalani pendidikan tahap awal dan tingkat tinggi pelajaran Hauzah, kemudian selama 14 tahun ia mengikuti pelajaran guru-guru besar dalam berbagai bidang ilmu seperti fikih dan usul fikih. Dalam biografi yang ditulisnya ia mengutarakan, saya paling banyak meraup ilmu dari Muhammad Husain Naini dan Muhammad Husain Gharawi Isfahani. [10][11]

Para Guru dan Ijazah Ijtihad

Sayid Abu al-Qasim al-Khui selain berbicara sendiri bahwa ia paling banyak menimba ilmu dari Mirza Muhammad Husain Naini dan Mirza Muhammad Husain Isfahani serta belajar secara sempura ilmu usul dan sebagian kitab-kitab fikih dari mereka, ia juga menyebut guru-guru lain diantaranya: Syaikh al-Syari'ah (wafat 1338 H/1920), Syaikh Mahdi Mazandarani (wafat 1342 H/1924) dan Agha Dhiya Iraqi[12]

Di antara guru-guru Ayatullah al-Khui adalah: Syaikh Muhammad Jawad Balaghi dalam ilmu kalam, akidah dan tafsir, Sayid Abu Turab Khunsari dalam ilmu rijal dan dirayah, Sayid Abu al-Qasim Khunsari dalam ilmu matematika, Sayid Husain Badkubeh-i dalam filsafat dan irfan, dan Sayid Ali Qadhi. [13]

Selama Sayid Abu al-Qasim al-Khui belajar di Hauzah Ilmiah Najaf, ia belajar kelompok (mubahatsah) dengan Sayid Muhammad Hadi Milani (wafat 1395 H/1975), Sayid Muhammad Husain Thabathabai (wafat 1402 H/1982), Sayid Shadruddin Jazairi, Ali Muhammad Burujerdi (wafat 1395 H/1975), Sayid Khadimi dan Sayid Muhammad Husaini Hamadani.[14]

Al-Khui pada tahun 1352 H/1933 mendapatkan ijazah ijtihad dari banyak guru besar Hauzah Ilmiah Najaf, di antaranya: Muhammad Husain Naini, Muhammad Husain Gharawi Isfahani, Agha Dhiya Iraqi, Muhammad Husain Balaghi, Mirza Ali Agha syirazi dan Sayid Abu al-Hasan Isfahani. [15]

Kemarjaan

Mengenai permulaan kemarja'an Ayatullah Khui tidak diketahui secara pasti,namun banyak sumber yang mengatakan bahwa kemarja'annya dimulai secara resmi pasca wafatnya Ayatullah Burujerdi dan ditegaskan bahwa ketika Ayatullah Hakim meninggal dunia, ia dikenal sebagai marja yang paling unggul, terkhusus di Irak[16] dan kemarja'annya di kalangan Syiah Iran pun dilaporkan menempati posisi penting.[17] Ayatullah al-Khui termasuk diantara marja' yang diyakini mempunyai pengaruh luas di kalangan mayoritas orang-orang Syiah, baik Arab maupun selain Arab. .[18]

Empat belas orang dari para mujtahid Najaf diantaranya Shadra Badkubeh-i, Sayid Muhammad Baqir Shadr, Sayid Muhammad Ruhani, Mujtaba Langkarani, Syaikh Musa Zanjani, Yusuf Karbalai, Sayid Yusuf Hakim, dan Sayid Jakfar Mar'asyi mengumumkan kea'laman (kepiawaian dalam ilmu fikih) al-Khui.[19] Sayid Musa al-Shadr sebagai perwakilan Majlis Syura Islam Syiah Lebanon memperkenalkan al-Khui sebagai Marja' yang a'lam.[20]

Tujuh Puluh Tahun Mengajar

Sayid Abu al-Qasim al-Khui disela-sela belajar di Hauzah Ilmiah Najaf juga sibuk mengajar. Dan menurut laporan berbagai sumber dilaporkan bahwa setiap pelajaran yang dipelajarinya ia mengajarkannya.[21]

Pasca wafatnya Muhammad Husain Naini dan Muhammad Husain Gharawi Isfahani, majlis pelajaran Sayid Abu al-Qasim Khui dan Mirza Muhammad Ali Kazhimi Khurasani dilaporkan termasuk dari pelajaran-pelajaran penting Najaf. Atas dasar ini, pasca wafatnya Kazhimi Khurasani, majelis pelajaran Ayatullah Khui diperkenalkan sebagai pelajaran hauzah Najaf yang paling unggul dan penuh.[22] Seperti yang ditulis sendiri oleh al-Khui dalam biografinya, selain hari-hari yang mengalami sakit atau bepergian, ia sama sekali tidak pernah meninggalkan mengajar murid-muridnya .[23] Selama 70 tahun lamanya ia mengajar pelajaran sutuh dan kharij di Hauzah Najaf, dan berdasarkan sumber-sumber hampir 50 tahun ia memegang paling pentingya majlis pelajaran Hauzah Ilmiah Najaf. Santri-santri dari Iran, India, Afganistan, Pakistan, Irak, Lebanon dan negara-negara lain hadir dalam pelajarannya. [24]

Ayatullah Khui mengajarkan satu putaran penuh pelajaran kharij fikih dan enam putaran pelajaran kharij usul fikih kepada murid-muridnya. Ia juga mengajarkan satu putaran singkat pelajaran tafsir Alquran. [25]

Metodelogi Pengajaran

Ayatullah Khui sangat piawai dan menguasai dalam mengajarkan kajian-kajian ilmiah, dimana ia menyampaikannya satu persatu dengan bahasa fasih, sistematis dan tidak keluar dari pembahasan. Ia tidak mengkaji pembahasan-pembahasan filsafat, tapi lebih banyak mengutarakan riwayat-riwayat dan memperhatikan sanad-sanadnya secara khusus.[26]Pelajaran al-Khui merupakan inti sari dari pandangan-pandangan dan dasar-dasar pemikiran ilmiah pelajaran Agha Dhiya' Iraqi, Muhammad Husain Naini, Muhammad Husain Gharawi Isfahani dan pandangan-pandangannya sendiri.[27]

Karya-karya dan Transkrip-transkrip

Al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an

Berbagai karya diantaranya tulisan-tulisan dan risalah-risalah ilmiah, risalah-risalah amaliah dan transkrip-transkrip pelajaran-pelajaran gurunya termasuk dari karya-karya berharga Ayatullah Khui. Sekian banyak dari karya-karyanya terbukukan dalam kitab berjumlah 50 jilid dengan judul Mausu'ah al-Imam al-Khui yang 40 jilid darinya mencakupi satu paket sempurna pelajaran fikih argumentatif, dan jilid ke-43 hingga ke-48 merupakan satu paket sempurna pelajaran usul fikih. Jilid ke-49 darinya meliputi beberapa risalah rijal dan tiga risalah transkrip-transkrip dari pelajaran-pelajaran al-Khui dan lain sebagainya. Dan jilid ke-50 memuat kitab al-Bayan fi Tafsir al-Quran.[28]

Nafahāt al-'I'jāz

Tulisan-tulisan dan Risalah-risalah Ilmiah

Ayatullah Khui mewariskan karya-karya ilmiah yang sangat berharga dalam banyak bidang diantaranya ulumul quran, fikih, ushul fikih dan rijal, yang secara lebih detail dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Risālah fi Nafahāt al-I'jāz. Kitab ini berisi pembahasan kalam mengenai pembelaaan atas kemukjizatan[29] dan keabadian Alquran, yang merupakan jawaban atas kitab Husnu al-Ijāz fi Ibtāl al-I'jaz karya Musta'ar Nashiruddin Dzhafir.[30]Ayatullah Khui menulis kitab ini diwaktu berumur 25 tahun dan ia merupakan karya pertamanya. [31]
  2. Al-Bayān fi Tafsir al-Qur'an. Karya ini berisi sebuah pengantar terperinci mengenai sebagian kajian-kajian ulumul qur'an dan juga tafsir enam ayat dari surah Al-Fatihah .[32]Mukadimah kitab ini berisi berbagai topik diantaranya, keutamaan, kemukjizatan dan keabadian Alquran al-Karim. Dalam mukadimah ini ditegasakan soal kesalahan adanya pentahrifan dalam Alquran, begitu juga dimuat penelitian tentang 36 ayat dari Alquran yang diasumsikan telah dihapus (Mansukh), sementara Ayatullah Khui berkeyakinan bahwa ayat-ayat tersebut tidak dihapus.[33] Menurut sebagai peneliti, kitab al-Bayan ini semenjak awal penerbitannya, mendapat perhatian berbagai forum ilmiah dan menjadi landasan pelajaran-pelajaran jurusan ini di hauzah dan universitas.[34]
  3. Mu'jam Rijāl al-Hadits wa tafshil Thabaqāt al-Rijāl. Kitab ini terdiri dari 23 jilid. Ia adalah kitab rijal yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1398 H/1978 di Najaf[35] dan menjelaskan biografi lebih dari 150 ribu perawi hadis. Dalam menjelaskan setiap perawi, ia menyebutkan semua perawi-perawi orang tersebut. Karya ini diyakini sebagai karya yang paling terperinci dan terkuat diantara ensiklopedia rijal Syiah. [36]
Mu'jam Rijal al-Hadits
Takmilah Minhāj al-Shālihin

Risalah Amaliah dan Kumpulan Fatwa

Lebih dari 30 kitab fatwa dari Ayatullah Khui yang sudah terbit; mulai dari Risāleh-i Darbāre-e Libāse Masykuk (Risalah mengenai pakaian yang diragukan) yang dicetak pada tahun 1361 H/1961 di Najaf hingga kitab al-Masāil al-Muntakhabah, yang diterbitkan dalam bahasa Arab, Persia, Inggris, Urdu, Perancis, Indonesia dan Turki, dan ringkasan dari kitab Minhaj al-Shalihin. Karya-karya lain dari kitab-kitab fikih dan fatwanya yang ditulis pada tahun 1351 H/1932 adalah: Taudhih al-Masāil, Muntakhab al-Rasāil, Manāsik Haj dalam bahasa Arab dan Persia begitu juga sebuah risalah dengan tema Izālah al-Muhāhad an Milk al-Manāfi' al-Mutadhāddah.[37] Karya-karya terpenting al-Khui dalam bidang fikih antara lain:

  1. Minhāj al-Shālihin. Kitab ini adalah kumpulan fatwa Ayatullah Khui yang paling penting. Pada mulanya ia menulis kitab ini dalam bentuk komentar atas Minhaj al-Shalihin karya Sayid Muhsin Hakim, kemudian komentar-komentar itu dicantumkan kedalam matan sebagai ganti dari pendapat-pendapat Sayaid Muhsin Hakim, dan pada akhirnya ia merevisi kitab yang ditulis al-Hakim sesuai dengan landasan fatwa-fatwanya sendiri. Karya ini pertama kali dicetak pada tahun 1390 H/1970 di Najaf, dan setelah itu berulang kali diterbitkan.[38]. Syarh Minhāj al-Shalihin karya Ayatullah Khui dicetak dalam 10 jilid dengan ditulis oleh Sayid Taqi Thabathabai Qummi. Sebagian fukaha setelah al-Khui, khususnya para muridnya, dengan meneladani al-Khui dalam menyusun karya fatwa seperti ini, menulis risalah-risalah amaliahnya dengan judul "Minhāj al-Shalihin".
  2. Tanggapan atas Urwah al-Wutsqah. Pertama Ayatullah Khui menulis sebuah tanggapan atas kitab fatwa ini yang pada sidang istifta yang dihadiri oleh para muridnya, disusun Zubdah, akan tetapi setelah ia mengajar Urwah al-Wutsqa secara tuntas, sekali lagi ia menulis tanggapan. Dikatakan bahwa tanggapan ini kira-kira sepertiga darinya berbeda dengan tanggapan sebelumnya.[39]

Transkrip-transkrip Pelajaran Gurunya

Dalam berbagai sumber disebutkan beberapa transkrip yang ditulis dari pelajaran fikih dan ushul fikih dua gurunya; Mirza Muhammad Husain Naini dan Muhammad Husain Isfahani.[40] Agha Buzurg Tehrani juga menyebutkan transkrip-transkrip pelajaran Agha Dhiya Iraqi yang ditulis oleh Al-Khui.[41] Diantara hasil transkrip-transrip Ayatullah Khui yang paling terkenal adalah transkrip/penjelasan pelajaran ushul dari Ayatullah Naini yang dicetak pada semasa ia masih hidup dengan judul Ajwad al-Taqrirāt[42] dan beberapa tahun kemudian, setelah direvisi dan ditambahkan sesuatu kepadanya, pada tahun 1368 H diterbitkan di tehran. Karya ini diyakini sebagai sumber terpenting mengenai pandangan-pandangan ushul Ayatullah Naini.[43]

Transkrip-transkrip pelajarannya sendiri yang ditulis oleh murid-muridnya

Banyak dari murid-murid Ayatullah Khui, sepanjang ia menganjar, menyusun penjelasan-penjelasan pelajarannya. Dan penjelasan-penjelasan ini dicetak setelah dikoreksi oleh Sayid al-Qasim Khui. Penjelasan-penjelasan ini antara lain adalah:

  1. Mishbāh al-Ushul karya Sayid Muhammad Sarwar Behsudi. Karya ini merupakan satu paket sempurna pelajaran ushul fikih Ayatullah Khui.[44]
  2. Dirāsāt fi al-Ushul karya Sayid Ali Hasyimi Syahrudi, yang berisi penjelasan lengkap paket ketiga pelajaran Ushul Ayatullah Khui.
  3. Muhādharāt fi Ushul Fiqh oleh Muhammad Ishaq Fayyadh. Penjelasan ini sangat diterima oleh oleh Ayatullah Khui.[45]
  4. Mabāni al-Istinbāth oleh Sayid Abu al-Qasim Kaukabi Tabrizi.
  5. Mashābih al-Ushul oleh Sayid ‘Alauddin Bahrul Ulum.
  6. Risālah fi al-Amr bain al-Amrain oleh Muhammad Taqi Ja'fari,[46] Ayatullah Khui mengutarakan topik kalam-filsafat ini dengan meneladani Akhun Khurasani dalam kitab Kifayah al-Ushul tepat pada pembahasan ushul "Thalab wa Iradah" (Tuntutan dan kehendak)
  7. Mishbāh al-Faqāhah fi al-Mu'āmalāt oleh Muhammad Ali Taqi Tauhidi. Kitab ini memuat penjelesan Ayatullah Khui dalam ilmu fikih. Ayatullah Khui dalam sanjungannya mengapresiasi sang penyusun dalam kejelian dan keluasan wawasannya.[47]

Murid-muridnya

Ayatullah Khui memiliki banyak murid dan sebagian sumber menyebutkan lebih dari 600 murid yang berhasil dicetak olehnya. [48] Diantara murid-murid al-Khui yang menjadi anggata lembaga perfatwaannya adalah: Sadra Badkubeh-i, Sayid Muhammad Baqir Shadr, Mirza Jawad Tabrizi, Sayid Ali Husaini Behesyti, Sayid Murtadha Khalkhali, Sayid Ali Sistani, Muhammad Ja'far Naini dan Murtadha Burujerdi. [49] Husain Wahid Khurasani, Sayid Ali Hasyimi Syahrudi, Muhammad Taqi Jakfari, Sayid Muhammad Husain Fadlullah, Basyir Najafi, Sayid Musa Shadr, Haj Agha Taqi Qummi dan Sayid Abdul Karim Musawi Ardabili adalah termasuk diantara murid-murid lain al-Khui.[50]

Pendapat dan Pandangan Ilmiahnya

Dalam fikih dan ushul fikih, Ayatullah Sayid Abu al-Qasim al-Khui memiliki pandangan-pandangan dan pendapat-pendapat yang patut diperhatikan. Terkadang pandangan-pandangan tersebut berbeda dengan pendapat masyhur fukaha Syiah dan sesuai dengan sebuat laporan, ada sekitar 300 fatwa ayatullah Khui yang berbeda dengan fatwa-fatwa masyhur fukaha Syiah,[51] antara lain adalah:

  • Tidak menerima bahwa orang-orang kafir terkena taklif (kewajiban) untuk menjalankan furu'uddin. Ayatullah Khui sebagaimana Syaikh Yusuf Bahrani berbeda pendapat dengan pandangan semua ulama Syiah yang meyakini bahwa orang-orang kafir selain harus yakin kepada ushuluddin juga terkena taklif untuk menjalankan furu'uddin.[52]
  • Menolak relatifitas permulaan bulan Qamariah. Menurut Ayatullah Khui, berbeda dengan pendapat yang masyhur, permulaan bulan Qamariah adalah sama untuk semua dan tidak bisa diyakini relatif. Sebab tolok ukur permulaan bulan Qamariah, berdasarkan pandangan al-Khui, adalah keluarnya bulan dari muhaq (yaitu bulan tidak terlihat baik dalam waktu malam atau menjelang pagi yang biasanya terjadi pada akhir bulan Qamariyah), sebuah fenomena alam yang berhubungan erat dengan menetapnya matahari, bulan dan bumi dan tidak bergantung kepada bagian-bagian dan daerah-daerah bumi yang berbeda-beda.[53]
  • Menolak Syuhrah Fatwaiyah (kemasyhuran fatwa) dan Ijma'. Terkait dengan kemasyhuran fatwa, Ayatullah Khui memiliki pandangan berbeda total dengan pandangan-pandagan yang masyhur di kalangan ulama Syiah. Menurut keyakinan mayoritas pakar ushul Syiah, jika ada satu fatwa masyhur di kalangan fukaha, maka riwayat muktabar yang tidak cocok dengannya tidak akan bernilai apa-apa. Sementara al-Khui menolak asas ini dan tidak menyebut "kemasyhuran fatwa" sebagai penguat ketika terjadi ta'arudz (perlawanan diantara dua dalil) yang dibahas dalam ushul fikih. Dan menurutnya, kemasyhuran suatu tindakan (syuhrah amaliah) tidak menopang lemahnya sanad riwayat, sebagaimana tidak perhatiannya fukaha kepada satu hadis sahih tidak akan bisa menggugurkan kehujahan hadis tersebut. [54] Ia juga mempersoalkan kehujahan ijma', baik ijma' manqul maupun ijma' muhashshal. Namun demikian, dalam fatwa-fatwanya ia mengambil sikap hati-hati (ihtiyath) dan memperhatikan ijma'.[55]
  • Fatwa-fatwa yang bertentangan dengan fatwa masyhur. Banyak dari fatwa-fatwa Ayatullah Khui berbeda dengan fatwa-fatwa masyhur fukaha Syiah, antara lain: bolehnya istri keluar rumah tanpa izin suami, bolehnya wanita untuk menggugurkan bayi dalam kandungan jika dimungkinkan akan menyebabkan kematian dirinya, bolehnya perkawinan permanen seorang muslim dengan wanita ahli kitab, tidak disyaratkannya kehadiran imam maksum dalam jihad ibtidai, dan juga kesucian kulit-kulit binatang yang diimpor dari negara-negara non muslim yang penyembelihannya masih diragukan.[56]

Pengkhidmatan Sosial

Sayid Abu al-Qasim al-Khui memiliki pengkhidmatan sosial dan politik yang banyak. Sebelum kemaraja'annya, ia banyak mengeluarkan pernyataan pernyataan dan informasi-informasi yang menentang tindakan-tindakan pemerintahan Pahlevi. Dalam satu periode yang lebih dari 10 tahun, boleh dikata ia memilih sikap bungkam, kemudian menjelang kemenangan Revolusi Islam Iran pada Bahman 1357 HS (1979) ia mulai bangkit mendukung Imam Khomaini dan Revolusi Islam. Pada akhirnya, dukungan al-Khui kepada pergerakan dan Intifadah Sya'baniyah orang-orang Syiah di Irak menyebabkan dia terkena sanksi tahanan rumah.[57]Di antara pengkhidmatan-pengkhidmatan terpenting sosial-politik Ayatullah al-Khui adalah:

Sikap Penentangan Terhadap Pemerintahan Pahlevi

Sayid Abu al-Qasim al-Khui sebelum menjadi marja' termasuk diantara sosok yang aktif dalam masasalah-masalh sosial dan terkadang dilaporkan juga memiliki sikap-sikap keras.[58] Pada tahun 1341 HS(1963), al-Khui dalam pesan telegrafi yang dilayangkan ke Syah menentang undang-undang lembaga-lembaga keprovinsian dan mengatakan bahwa itu bertentangan dengan syariat. [59] Begitupun dalam pesannya kepada Sayid Muhammad Behbahani menegaskan, "didiamkannya suara masyarakat secara paksa tidak akan berkepanjangan dan penyiaran yang menipu kaum awam tidak akan menyelesaikan problem serta krisis ekonomi dan luka hati masyarakat tidak akan bisa terobati". [60] Dalam mereaksi Peristiwa Faidhiyah di awal tahun 1342 HS (1964) ia juga mengirim pesan telegram kepada Syah dan menunjukkan kekecewaannya terhadap "kemunduran pemerintahan Islam dan sikap para pemimpinnya". [61] Satu bulan setelahnya, dalam menjawab surat balasan kepada sekelompok ulama Iran, ia menegaskan tentang ketidaklayakan para penguasa yang rusak moralnya dan meyakini bahwa hal ini akan menambah berat tanggung jawab ruhaniawan serta menilai sikap diam sebagai tindakan yang tidak benar. [62] Menganggap tirani pemerintahan yang berkuasa di Iran pasca pembunuhan masyarakat pada 5 Juni 1963, pelarangan untuk berpartisipasi dalam pemilu putaran ke-21 Majlis dan penggugurannya dan membela Imam Khomaini setelah beliau ditangkap dan isu penghakimannya adalah reaksi-reaksi lain dari politik al-Khui. [63]

Periode Bungkam Lebih dari 10 Tahun

Setelah menjadi marja', Ayatullah al-Khui meningalkan ranah politik.[64] Periode ini bertepatan dengan masa-masa kehadiran Imam Khomaini di Najaf. [65] Diamnya al-Khui di hadapan peristiwa-peristiwa yang terjadi pasa periode revolusi Iran tahun 1357 HS (1978) menuai berbagai protes di Iran. [66] Kehadiran Farah Diba, istri Muhammad Reza Pahlevi di kantor kemarjaannya pada 19 Novenmber 1978 membangkitkan gelombang protes, namun Ayatullah Khui dalam sebuah catatan yang ditujukan kepada sebagian ulama mengatakan bahwa pertemuan ini terjadi secara tiba-tiba dan tidak direncanakan. [67]

Pertemuan Farah Diba dengan Ayatullah Khui

Farah Diba, istri Muhammad Reza Pahlevi, raja Iran waktu itu, pada 19 Novenmber 1978 yang bertepatan dengan Idul Ghadir secara tiba-tiba dan tanpa izin pergi menemui Sayid Abu al-Qasim al-Khui. [68]Pertemuan ini terjadi pada suatu kondisi dimana Revolusi Islam Iran sedang memuncak dan Imam Khomaini dikeluarkan dari Irak. [69] Pertemuan Farah Diba dengan Ayatullah Khui menyebabkan ia dihujani protes dalam acara-acara revolusi. [70] Oleh sebab itu, marja taklid ini dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Sayid Shadiq Ruhani, selain menegaskan bahwa pertemuan itu terjadi secara tiba-tiba dan tidak direncanakan juga mengisyaratkan bahwa dalam pertemuan ini "kami sangat protes terhadap terjadinya peristiwa-peristiwa yang menyayat perasaan dan mengerikan di negara Iran". [71][72]Husain Fardust, keluarga dekat Muhammad Reza Pahlevi berkenaan dengan pertemuan ini mengatakan: Karena Ayatullah Sayid Abu al-Qasim Khui tidak merespon permintaan Farah Diba untuk mengadakan pertemuan, maka Farah secara pribadi dengan memakai hijab Islami pergi ke rumah al-Khui. [73]

Mendukung Revolusi Islam Iran

Ayatullah Khui setelah bertemu dengan Farah Diba pada Aban 1357 HS (November 1978), dimana perlawanan penduduk terhadap pemerintahan Pahlevi semakin menggelora, bangkit mendukung revolusi Islam Iran, dan setelah itu pun dalam berbagai kasus membela Republik Islam Iran. Sebelum terjadi kemenangan revolusi, al-Khui dalam sebuah pernyataan yang ditujukan kepada para marja', ulama dan penduduk Iran meminta kepada masyarakat supaya bangkit dengan berani dan menjaga aturan-aturan syariat. [74]Setelah itu, dalam referendum penentuan Pemerintahan Republik Islam, mengajak penduduk untuk memberikan suara kepada Republik Islam, menghimbau murid-muridnya untuk berpartisipasi dalam urusan-urusan revolusi dan pada perang Irak dengan Iran, sekalipun ada tekanan dari pemerintahan Saddam untuk mendukung Irak, ia memberikan hukum boleh menggunakan wujuh syari (kewajiban-kewajiban harta) untuk membiayai perlengkapan-perlengkapan para pejuang Iran. [75]

Pengusiran Warga Iran dari Irak

Pada proses pengusiran warga Iran dari Irak sejak dekade 1340 HS(1961) Ayatullah Khui termasuk diantara ulama Syiah yang tidak dikeluarkan. Kendatipun demikian, dikeluarkannya sekian banyak dari murid-muridnya membuat pelajarannya semakin sepi. [76] Banyak dari para murid Ayatullah al-Khui dengan kehadiran mereka di Hauzah Ilmiah Qom menyebarkan pemikiran-pemikiran fikih dan ushul gurunya dan memperkenalkan Hauzah Ilmiah Qom pada periode kontemporer kepada pola pandang fikih dan ushul al-Khui, Mirza Naini, Muhaqqiq Isfahani dan Agha Dhiya Iraqi setelah sebelumnya berada di bawah pengaruh pemikiran Hairi Yazdi dan Burujerdi. [77]

Intifadah Sya'baniyah Irak

Tindakan politik terpenting Ayatullah Khui adalah dukungannya kepada Intifadah orang-orang Syiah Irak dimana ia menunjuk tim delegasi terdiri dari 9 orang yang akan mengatur daerah-daerah yang berada di bawah pengawasan orang-orang Syiah. Kekalahan intifadah Sya'baniyah berujung dengan penahanan rumah Ayatullah al-Khui dan tekanan secara meluas pemerintahan Irak pada periode Saddam. [78]Sayid Abu al-Qasim Khui dikarenakan dukungan langsungnya kepada Intifadah Sya'baniyah penduduk Irak tahun 1991 M dan penunjukan Dewan Syura Rahbari (kepemimpinan tertinggi) ditangkap oleh partai Ba'ats dan dikirim ke Bagdad. Setelah dua hari ditangkap, secara paksa dibawa ke Saddam Husain dan Saddam mencela dan mencemoohnya. [79]

Kantor pusat Yayasan Khairiyah Ayatullah Khui berada di London

Pengkhidmatan Religius dan Sosial

Ayatullah Khui pada periode kemarjaannya mempunyai pengkhidmatan yang banyak dalam mentabligkan agama, menyebarkan ilmu-ilmu Islam dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Pembangunan perpustakaan, madrasah, masjid, husainiyah, asrama, klinik, rumah sakit, yayasan khairiyah dan darul aitam di berbagai negara seperti Iran, Irak, Malasyia, Inggris, Amerika, India dll. termasuk diantara pengkhidmatan al-Khui. Kantor pusat Yayasan Khairiyah Ayatullah Khui berada di London. [80] Diantara pusat-pusat Islam di bawah pengawasan Yayasan Khairiyah Ayatullah al-Khui adalah:

Makam Ayatullah al-Khui di Haram Imam Ali as
  • Markas al-Imam al-Khui di London. Markas ini meliputi Islamic Center, madrasah Imam Shadiq as khusus putra, Madrasah Az-Zahra sa khusus putri, auditorium pertemuan, perpustakaan umum dan toko buku. Ada 800 siswa belajar di dua madrasah lembaga ini. Di pusat ini setiap bulan diterbitkan satu majalah Al-Nur dengan dua bahasa; Arab dan Inggris. [81]
  • Pusat Islam Imam Khui di New York. Pusat ini meliputi auditorium pertemuan berkapasitas 3000 orang, perpustakaan yang memiliki lebih dari 10.000 jilid kitab, sekolah TK, madrasah putra dan putri yang masing-masing dapat menampung 150 siswa/i, Madrasah Iman yang khusus mengajarkan bahasa Arab, Alquran dan pendidikan Islam anak-anak, dan tempat pemandian jenazah dll. [82]
  • Komplek Kebudayaan Imam Khui di Bombai dengan luas 1000 M persegi yang terletak di 20 kilo meter kota Bombai dan meliputi auditorium besar pertemuan, masjid yang dapat menampung 3000 orang, perpustakaan berisi 50.000 kitab, husainiyah dengan kapasitas 700 orang, madrasah ilmu-ilmu agama dengan kapasitas 1000 pelajar, madrasah SD dan SMP dengan kapasitas 1200 siswa/i dan apotek serta klinik.

Wafat

Ayatullah Khui menutup usia di kota Kufah Irak pada hari sabtu, 8 Shafar 1413 H disebabkan penyakit jantung yang dideritanya dalam usia 94 tahun. Ia dimakamkan di dalam kompleks Haram Imam Ali bin Abu Thalib as.

Galery

Catatan Kaki

  1. Anshari Qummi, Nujume Ummat – Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.54
  2. Shadrai Khui, Simāye Khui, 1374 HS, hlm.169; Piri Sabzawari, Ayatullah al-Uzma Sayid Abu al-Qasim Khui; Quran Syenase Buzurge Iran (Ayatullah Khui pakar besar Alquran di Iran), hlm.30
  3. Piri Sabzawari, Ayatullah al-Uzma Sayid Abu al-Qasim Khui; Quran Syenase Buzurge Iran, hlm.41-42
  4. Memperkenalkan Ayatullah Sayid Abu al-Qasim Musawi Khui
  5. Amini, Mu'jam Rijal al-Fikr wa al-Adab fi al-Najaf, 1384, hlm. 170
  6. Mengenalkan Ayatullah Sayid Abu al-Qasim Musawi Khui
  7. Syakiri, Al-Imam al-Sayid al-Khui: Sirah wa Dzikrayāt, hlm.254, 256-257
  8. Memperkenal Ayatullah Sayid Abu al-Qasim Khui
  9. Subhani Tabrizi, Marja'iyat dar Syiah, hlm.16
  10. Piri Sabzawari, Ayatullah al-Uzma Sayid Abu al-Qasim Khui; Quran Syenās Buzurge Mu'ashir (Ayatullah al-Uzma Sayid Abu al-Qasim Khui pakar besar Alquran komtemporer ), hlm.30
  11. Anshari Qummi, Nujume Ummat – Hazrate Ayatullah al-Uzma Ha Sayid Abu al-Qasim Khui (Bintang Umat –Ayatullah al-Uzma Ha Sayid Abu al-Qasim Khui), hlm.57
  12. Yadnemeh Hazrate Ayatullah al-Uzhma Agha Haj Sayid Abu al-Qasim Khui (Diary Ayatullah al-Uzma Haji Sayid Abu al-Qasim al-Khui), 1372 HS, hlm. 58 dan 59
  13. Yadnemeh Hazrate Ayatullah al-Uzhma Agha Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, 1372 HS, hlm. 58 dan 59
  14. Anshari Qummi, Nujume Ummat- Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.58
  15. Yadnemeh Hazrate Ayatullah al-Uzhma Agha Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, 1372 HS, hlm. 58 dan 59
  16. Syarif Razi, Ganjineh Dānisymandān (Harta karun para ilmuan), 1352-1354 HS, jld.2, hlm.3-4
  17. Jakfariyan, Tasyayyu' dar Iraq, Marja'iyat wa Iran (Syiah d Irak dan Kemarjaan di Iran), 1386 HS, hlm.108
  18. Jakfariyan, Tasyayyu' dar Iraq, Marja'iyat wa Iran, 1386 HS, hlm.51
  19. Khathirāte Ayatullah Abbasi Khatam Yazdi (Kenangan-kenangang Ayatullah Abbasi Khatam Yazdi) , 1380 HS, hlm.98-100
  20. 20
  21. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.59
  22. Anshari, Qummi, Nujume Ummat - Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.61
  23. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.62
  24. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.65
  25. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.62
  26. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.63
  27. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.64
  28. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.522
  29. Pircheragh, Ayatullah Khui wa al-Bayan, hlm.76
  30. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.69
  31. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.70
  32. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.70
  33. Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.70
  34. Ayazi, Che Kasāni Murawwij Maktabe Tafsiri Ayatullah Khui Syudand?, hlm.231
  35. Pircheragh, Ayatullah Khui wa al-Bayan, hlm.76
  36. Pircheragh, Ayatullah Khui wa al-Bayan, hlm.76
  37. Silakan lihat: Anshari, Qummi, Nujume Ummat-Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, hlm.72-74
  38. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.521, dinukil dari Shaghir, Asathin al-Marja'iyah al-'Ulya fi al-Najaf al-Asyraf, 1424 H, hlm. 297
  39. Dikatakan bahwa 300 fatwa Ayatullah Khui berbeda dengan pendapat masyhur
  40. Anshari, Zindeqi wa Syakhshiyate Syaikh Anshari, hlm. 454-455
  41. Agah Buzurg Tehrani, Thabaqātu A'lām al-Syiah, bagian 1, 1404 H, hlm.71-72
  42. Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, 1403 H, jld.1, hlm.378
  43. Silakan lihat: Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.5120
  44. Silakan lihat: Wa'izh Behsudi, Mishbah al-Ushul, 1422, jld.1; Wa'izh Behsudi, Mishbah al-Ushul, 1430 H, jld.2
  45. Anshari Qummi, Nujume Ummat: Hazrate Ayatullah al-Uzhma Khui, hlm.68
  46. Musyar, Muwafin Kutub Chape Parsi wa Arabi, 1340-1344 HS, jld. 1, Sutun 241
  47. Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, 1403 H, jld.20, hlm.240
  48. Silakan lihat: Syarif, Talāmidzah al-Imam al-Khui, hlm.235-252
  49. Anshari Qumi, hlm. 78, 93.
  50. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.515, dinukil dari syarif, 1414 H
  51. Dekhālate Akhund Khurasani dar Masyrutheh Muta'araf Nabud
  52. Fayyadh, Nauowariha-ye Ushuli wa Fiqhi Ayatullah Khui, hlm. 336-337
  53. Fayyadh, Nau owariha-ye Ushuli wa Fiqhi Ayatullah Khui (Gagasan-gagasan ushul dan fikih al-Khui), hlm. 336-337
  54. Fayyadh, Nauowariha-ye Ushuli wa Fiqhi Ayatullah Khui, hlm. 325-326; Rais zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.518
  55. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.518
  56. Rais Zadeh, Khui Abu al-Qasim, hlm.518
  57. Rais Zadeh, Khui Abu al-Qasim, hlm.516
  58. Rais Zadeh, Khui Abu al-Qasim, hlm.516
  59. Rais Zadeh, Khui Abu al-Qasim, hlm.516
  60. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516
  61. Raiz Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516
  62. Rais Zadeh, Khui Abu al-Qasim, hlm.516
  63. Khui, Abu al-Qasim, hlm.516
  64. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516
  65. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516
  66. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516
  67. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516-517
  68. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516-517
  69. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516-517
  70. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516-517
  71. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516
  72. Thabathabai, "Pertemuan yang penuh peristiwa dan kisah-kisah yang berbeda-beda"
  73. Hasyimiyan far, Gunehsyenasi Raftare Siyasi Maraji' Taqlid (Mengenal Sikap Politik Para Marja' Taklid), 1390 HS, hlm.224
  74. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.517
  75. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.517
  76. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.519
  77. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.519-520
  78. Rais Zadeh, Khui, Abu al-Qasim, hlm.516
  79. Jakfariyan, "Kenangan yang layak dibaca mengenai penangkapan Ayatullab Khui pada Intifadah Sya'baniyah 1991 M"
  80. Anshari Qummi, Nujume Ummat - Hazrate Ayatullah al-Uzma Haj Sayid Abu al-Qasim al-Khui, hlm.95
  81. Islami, Ghurub Khursyide Faqahat (terbenamnya matahari kefakihan), 1372 HS, hlm.42
  82. Yadnameh, Muassasah al-Khui al-Islamiyah (Diary Yayasan Islam al-Khui), hlm.117-118

Daftar Pustaka

  • Agha Buzurgh Tehrani. al-Dzari'ah ila Tashānif al-Syiah. beirut: cet. Ali Naqi Manzawi dan Ahmad Manzawi, 1403 H.
  • Agha Buzurgh Tehrani. Thabaqāt A'lām al-Syiah: Nuqbāi al-Basyar fi al-Qarn al-Rābi' ‘Asyar, bagian 1-4. Masyhad: Dar al-Murtadha li an-Nasyr, 1404 H.
  • Ayatullah Sistani berkata:Saya banyak berhubungan dengan Agah Khomaini, wawancara dengan Muhammad Qaini, di majalah Mehnameh, volume 12, Khordad 1390 HS.
  • Amini, Muhammad Hadi. Mu'jam Rijāl al-Fikr wa al-Adab fi al-Najaf Khilāl Alfi ‘Am. Najaf: 1384 H.
  • Anshari, Murtadha. Zendegani wa Syakhshiat Syaikh Anshari. Qom, Kongres Ulang tahun Syaikh Anshari ke-200, 1373 HS.
  • Anshari Qummi, Nasiruddin. Nujume Ummat: Hazrate Ayatullah al-Uzma Khui, di majalah Nure Ilm, edisi 4, volume 11, Mehr dan Aban 1371 HS.
  • Islami, Ghulam Ridha. Ghurube Khursyide Faqahat. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1372 HS.
  • Pircheragh, Muhammad Ridha. Ayatullah Khui wa al-Bayan. di jurnal Kajian Komparatif Mazhab-mazhab Islam, volume 24, musim panas 1390 HS.
  • Piri Sabzawari, Husain. Ayatullah al-Uzma Sayid Abu al-qasim Khui; Qur'an Syenase Buzurge Mu'ashir, di jurnal Gulestane Quran, volume 126, Aban 1381 HS.
  • "Ayah dalam pandangan anak/wawancara dengan anak Ayatullah al-Uzma Khui yang layak dibaca", wawancara dengan Sayid Shahib Khui, di situs Syafaqna, 20 Isfand 1390 HS.
  • Jakfariyan, Rasul. Tasyayyu' dar Iraq: Marja'iyat wa Iran. Tehran:Yayasan Kajian Sejarah Kontemporer Iran, 1386 HS.
  • Jakfariyan, Rasul.Kenangan menarik untuk dibaca mengenai penangkapan Ayatullah Khui pada Intifadah Sya'baniyah 1991 M
  • Khaterāt Ayatullah Sayid Abbas Khatam Yazdi (Kenangan Ayatullah Sayid Khatam Yazdi). Tehran: Intisyarāt Markaz Asnād Inqilab Islami, 1380 HS.
  • Khui, Abu al-Qasimm. Mu'jam Rijāl al-Hadits wa Tafsil Thabaqāt al-Ruwāt.Qom: Markaz Nasyr al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1372 HS.
  • Siapakah yang menyemarakkan mazhab tafsirnya Ayatullah Khui?, wawancara dengan Muhammad Ali Ayazi, di majalah Mehrnameh, volume 12, Khurdad 1390 HS.
  • "Intervensi Akhund Khurasani dalam gerakan konstitusional tidak umum", wawancara Farid Mudarrisi dengan Ayatullah Sayid Ahmad Madadi, di weblog Āzar 22 Syahrivar 1390 HS.
  • Rais Zadeh Muhammad. Khui Abu al-Qasim, di Danesh Nameh Jahan Islam. Tehran: Bunyad Dairah al-Ma'arif Islam, 1375 HS.
  • Subhani, Ja'far. Marja'iyat dar Syiah, di jurnal Yad Nameh Ayatullah Khui, tahun 32, Mehr 1371 HS.
  • Syakiri, Husain. Al-Imam al-Sayyid al-Khui: Sireh wa Dzikrayāt, di majalah al Musim, volume. 17, 1414 H.
  • Syuabairi Zanjani, Sayid Musa. Jur'ih-i az darya. Qom: muassasah kitabsyenasi Syiah, 1393 HS.
  • Syarif, Sayid Sa'id. Talāmidzh al-Imam al-Khui di majalah al-Musim, volume 17, 1414 H.
  • Syarif Razi, Muhammad. Atsār al-Hujjah atau Tārikh wa Dāirah al-Ma'arif Hauzah Ilmiah Qum. Qom: 1332 HS.
  • Syarif Razi, Muhammad. Ghanjineh Danesymandan. Tehran: kitab furusyi Islamiyah, 1352-1354 HS.
  • Shadrai Khui, Ali. Simāi Khui. Tehran: Yayasan Tablighat Islami, Pusat Penerbitan dan Percetakan, 1374 HS.
  • Shaghir, Muhammad. Asāthin al-Marja'iyah al-'Ulya fi al-Najaf al-Asyraf. Beirut: 1424 H.
  • Thabathai, Sayid Hadi. Pertemuan penuh kejadian dan cerita yang beragam, 13 Tir 1394 HS.
  • Fayyadh, Muhammad Ishaq. Nuawariha-ye Ushuli wa Fiqhi Ayatullah Khui, di majalah Kawisyi Nu dar Fiqh, volume 17 dan 18, musim gugur dan panas 1377 HS.
  • Musyar, Khan Baba, Muallifin Kutub Farsi wa Arabi. Tehran:1340-1344 HS.
  • Memperkenalkan Ayatullah Abu al-Qasim Musawi Khui» di webblog Perpustakaan Umum Ayatullah Musawi Khui, 27 Mehr 1392 HS.
  • Hasyimiyan Far, Sayid Hasan. Gunehsyenasi Raftare Siyasi Maraji' Taqlid Syiah. Tehran: Universitas Imam Shadiq as, 1390 HS.
  • Yadname Hazrate Ayatullah al-Uzma Aghaye Haj Sayid Abu al-Qasim Khui, 1372 HS (berdasarkan naskah digital di situs Yayasan al-Khui al-Islamiah)
  • Dhahir, Ya'qub. Masirah al-Imam al-Sayyid Musa al-Shadr. Beirut: Dar Balal, 2000 M.
  • Gurji, Abu al-Qasim. Tārikh Fiqh wa Fuqaha.Qom: Samt, 1381 HS.