Lompat ke isi

Konsep:Ayat 1 Surah At-Tahrim

Dari wikishia

c || || || - || || || || || editorial box

Ayat 1 Surah At-Tahrim
Informasi Ayat
SurahAt-Tahrim
Ayat1
Juz28
Informasi Konten
Sebab
Turun
Pengharaman sebagian hal yang halal oleh Nabi atas diri beliau sendiri.
Tempat
Turun
Madinah
Ayat-ayat terkaitAyat 2,3, dan 4 Surah At-Tahrim


Ayat 1 Surah At-Tahrim diturunkan dengan nada teguran yang ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, menanyakan mengapa beliau mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah baginya demi mencari keridhaan istri-istrinya.

Berdasarkan riwayat-riwayat, ayat ini dapat merujuk pada dua peristiwa: pertama, ketika Rasulullah saw mengharamkan hubungan intim dengan Mariyah al-Qibthiyah untuk menyenangkan Hafsah; dan kedua, ketika beliau mengharamkan madu bagi diri sendiri karena lebih lama berdiam di rumah sebagian istri yang menyuguhkan madu.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


Wahai Nabi (Muhammad), mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau bermaksud menyenangkan hati istri-istrimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



Surah At-Tahrim: 1


Pengenalan Ayat

Pada ayat pertama Surah At-Tahrim, Rasulullah saw ditanya mengapa beliau mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah baginya.[1] Sebagian mufasir memandang sapaan ini disertai teguran,[2] sementara yang lain menganggapnya sebagai wujud kecintaan Allah kepada Rasulullah saw.[3] Namun, Allamah Thabathaba'i berpendapat bahwa teguran dalam ayat ini justru ditujukan kepada sebagian istri Rasulullah saw yang menyebabkan keputusan ini, karena pada ayat 4 Surah yang sama, dua orang dari mereka disarankan untuk bertaubat.[4]

Tempat turunnya ayat ini adalah Madinah.[5]

Asbabun Nuzul

Para mufasir mengutip dua riwayat mengenai sebab turunnya ayat ini. Kedua laporan ini, dengan variasi, terdapat dalam kitab-kitab tafsir Syiah dan Ahlusunah.[6]

Nabi saw Meninggalkan Konsumsi Madu

Berdasarkan beberapa riwayat, Rasulullah saw lebih lama berdiam di rumah istri-istri tertentu yang menyuguhkan madu, karena kesukaannya terhadap madu. Hal ini menimbulkan kecemburuan Aisyah dan Hafsah. Mereka kemudian membujuk Nabi dengan alasan mencium bau tidak sedap dari mulut beliau, sehingga Nabi saw berhenti memakan madu. Akibat peristiwa ini, Rasulullah saw bersumpah untuk tidak memakan madu lagi.[7]

Nabi saw Meninggalkan Hubungan dengan Mariah

Berdasarkan riwayat lain, Rasulullah saw berhubungan intim dengan Mariyah al-Qibtiyah di rumah Hafsah ketika Hafsah tidak ada. Setelah mengetahuinya, Hafsah protes. Untuk mendamaikan Hafsah, Rasulullah saw bersumpah tidak akan lagi berhubungan dengan Mariyah dan meminta Hafsah merahasiakan hal ini. Namun, Hafsah membocorkan rahasia ini kepada Aisyah dan istri-istri Nabi lainnya, yang kemudian menyebabkan turunnya ayat-ayat.[8]

Dalam Tafsir Nemuneh, riwayat pertama dinilai lebih masyhur dan lebih sesuai dibanding riwayat-riwayat lainnya.[9] Allamah Thabathaba'i berpendapat bahwa kedua laporan ini tidak secara jelas sejalan dengan ayat-ayat pertama Surah At-Tahrim dan tidak dapat dipastikan kesesuaiannya dengan kandungan ayat. Meski demikian, beliau menyebutkan sebuah riwayat dari Imam Ja'far Shadiq as yang terkait dengan peristiwa Mariah, yang dinukil dari Tafsir Al-Qummi.[10]

Catatan Kaki

  1. Syekh Thusi, Al-Tibyan, Dar Ihya' al-Turats Al-'Arabi, jld. 10, hlm. 44.
  2. Thabathaba'i, Al-Mizan, Mansyurat Ismailiyan, jld. 19, hlm. 329.
  3. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 24, hlm. 273.
  4. Thabathaba'i, Al-Mizan, Mansyurat Ismailiyan, jld. 19, hlm. 330.
  5. Ma'rifat, Amuzesy 'Ulum Qur'an, 1371 HS, jld. 2, hlm. 168.
  6. Lihat, misalnya: Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 10, hlm. 471; Zamakhsyari, Al-Kasyaf, 1407 H, jld. 4, hlm. 562–563; Suyuthi, Al-Durr al-Mantsur, 1404 H, jld. 6, hlm. 239; Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 24, hlm. 271.
  7. Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 10, hlm. 471.
  8. Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 10, hlm. 471–472.
  9. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 24, hlm. 271.
  10. Thabathaba'i, Al-Mizan, 1417 H, jld. 19, hlm. 337.

Daftar Pustaka

  • Ma'rifat, Muhammad Hadi. Amuzesy 'Ulum al-Qur'an. Qom: Pusat Percetakan Sazman Tablighat Islami, cet. pertama, 1992.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Tafsir Nemuneh. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, cet. pertama, 1995.
  • Suyuthi, Abdurrahman. Al-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma'tsur. Kitabkhane-ye 'Umumi-ye Hazrat Ayatullah Mar'asyi Najafi (ra). Qom: cet. pertama, 1404 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Tibyan fi Tafsir al-Qur'an. Tahqiq: Ahmad Qasir 'Amili, Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-'Arabi.
  • Thabarsi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an. dengan pendahuluan Muhammad Jawad Balaghi, Tehwran: Nashir Khosrow, cet. ke-3, 2003.
  • Thabathaba'i, Sayid Muhammad Husain. Al-Mizan fi Tafsir al-Qur'an. Qom: Daftar Intisyarat Islami, cet. ke-5, 1417 H.
  • Zamakhsyari, Mahmud. Al-Kasysyaf 'an Haqa'iq Ghawamid al-Tanzil. Dar al-Kutub al-'Arabi. Beirut: cet. ke-3, 1407 H.