Ja'far bin Abi Thalib

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Jakfar bin Abi Thalib)
Ja'far bin Abi Thalib
Makam Ja'far bin Abi Thalib di Yordania
Makam Ja'far bin Abi Thalib di Yordania
Info pribadi
Nama lengkapJa'far bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib
JulukanAbu Abdllah, Abul Masakin
LakabJa'far ath-Thayyar • Dzu al-Janahain • Dzu al-Hijratain
Garis keturunanQuraisy
Kerabat termasyhurNabi MuhammadImam Ali as ( kakak ) • Abu Thalib (ayah)
Muhajir/AnsharMuhajir
Tempat TinggalMekah • Habasyah • Madinah
Wafat/SyahadahSyahid dalam Perang Mu'tah
Tempat dimakamkanMu'tah, Yordania
Informasi Keagamaan
Keikutsertaan dalam GhazwahPerang Mu'tah
Hijrah keHabasyahMadinah
Peran utamaPemimpin kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah • Panglima tentara Islam dalam Perang Mu'tah

Ja'far bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib (bahasa Arab: جعفر بن أبی طالب) lebih populer dengan sebutan Ja'far al-Thayyar ( جعفر الطیار). Ia putra ketiga Abu Thalib, paman Rasulullah saw, kakak Imam Ali as dan juga tercatat sebagai sahabat Rasulullah saw.

Ia memiliki kedudukan dan posisi yang istimewa di sisi Rasulullah saw diantaranya ditunjuk oleh Nabi saw untuk menjadi ketua rombongan kaum Muslimin yang melakukan hijrah ke Habasyah. Setelah Ja'far kembali dari Habasyah, Nabi saw mengajarkan padanya salat yang dikenal dengan nama salat Ja'far Thayyar. Ia syahid pada Perang Mu'tah. Ia dimakamkan di Yordania.

Kelahiran dan Nasab

Menurut pendapat yang masyhur, Ja'far lahir pada 20 tahun sebelum Bi'tsah di Thaifah Bani Hasyim dari kabilah Quraisy. Ayahnya adalah Abu Thalib salah seorang pembesar Quraisy dan ibunya bernama Fatimah binti Asad. Ia adalah putera ketiga Abu Thalib setelah Thalib dan Aqil. Putera keempat Abu Thalib adalah Ali as. Disebutkan selisih usia antara mereka adalah 10 tahun. [1]

Silsilah keluarga Nabi saw
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Qushay
wafat: 400 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Uzza
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdu Manaf
wafat: 430 M
 
 
 
 
 
 
 
Abd al-Dar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Asad
 
 
 
Muththalib
 
 
Hasyim
wafat: 464 M
 
 
 
Nawfal
 
'Abd Shams
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Khuwaylid
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Muththalib
wafat: 497 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Al-'Awwam
 
Khadijah Sa
 
Hamzah
 
 
Abdullah
lahir: 545 M
 
 
 
Abu Thalib
 
Abbas
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Zubair
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nabi Muhammad saw
lahir: 571 M
 
Ali as
llahir: 599 M
 
'Aqil
 
Ja'far
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Fatimah binti Muhammad sa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muslim
 
Abdullah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Hasan as
lahir: 625 M
 
 
 
 
 
 
Husain as
lahir: 626 M
 
 
Zainab sa
lahir: 627 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Gelar dan Julukan

Dikarenakan Ja'far memiliki putera bernama Abdullah, maka ia dikenal dengan nama Abu Abdillah. [2]Kuniyahnya yang lain adalah Abu al-Masakin, dikarenakan ia sangat perhatian dan peduli pada nasib orang-orang fakir dan miskin. [3] Julukan yang terkenal untuknya Thayyar dan Dzu al-Janahin didapatnya setelah ia syahid dengan kondisi kedua tangan terpisah dari tubuhnya.

Riwayat dari Rasulullah saw disebutkan, "Suatu malam aku memasuki surga dan melihat Ja'far terbang bersama malaikat." [4] Dalam riwayat lain dari Imam Baqir as bahwa ada empat karakter dari Ja'far dimasa Jahiliyah yang mendapat pujian dari Allah swt. Ketika ditanya, "Apa saja karakter itu?". Imam Baqir as menjawab, "Tidak meminum minuman keras, tidak berkata dusta, menjauhi perbuatan keji dan tidak menyembah berhala."

Rasulullah saw diriwayatkan berdoa untuknya dengan berkata, "Adalah hakmu untuk Allah swt memberikan padamu dua sayap sehingga engkau terbang bersama malaikat menuju surga." [5] Lakabnya lainnya yang dimiliki Ja'far adalah Dzu al-Hijratain, disebabkan ia melakukan hijrah dua kali, hijrah ke Habasyah dan hijrah ke Madinah. [6]

Istri dan Keturunan

Nama istri Ja'far adalah Asma binti Umais bin Nu'man. Anak-anaknya bernama Abdullah, 'Aun, Muhammad dan Ahmad yang kesemuanya lahir dari Asma. [7] Ibnu 'Unabah menyebukan Ja'far memiliki anak 8 orang dari pernikahannya dengan Asma binti 'Umais. [8]

Dibawah Asuhan Pamannya

Ketika ayahnya mengalami kemiskinan dan kesulitan ekonomi, terpaksa pengasuhannya dimasa kecil dialihkan ke pamannya yang bernama Hamzah [9]. Pendapat lain menyebutkan kepada pamannya yang bernama Abbas bin Abdul Muththalib. [10] Ia tinggal di rumah pamannya sampai ia berusia remaja.

Masuk Islam

Ja'far adalah laki-laki kedua setelah Imam Ali as yang menyatakan beriman dengan kenabian Rasulullah saw. Abu Thalib ketika melihat puteranya Ali as salat di sisi Rasulullah saw, ia berkata kepada Ja'far, "Salatlah di sisi kiri Rasulullah." [11] Sebagian lain menyebutkan, ia orang yang ke-26 atau ke-32 yang masuk Islam. [12] Ibnu Sa'ad berkata, "Ja'far bin Abi Thalib masuk Islam sebelum Rasulullah saw masuk ke rumah Arqam." [13]

Maqam dan Kedudukan

Diriwayatkan Nabi Muhammad saw bersabda, "Manusia diciptakan dari pohon-pohon yang berbeda, namun aku dan Ja'far berasal dari satu pohon dan diciptakan dari bahan yang sama." [14] Pada riwayat lain, Nabi Muhammad saw bersabda, "Ja'far!, kamu memiliki wajah dan akhlak, sangat mirip denganku." [15] Kemiripan antara Ja'far dengan Nabi saw, sampai jika ada yang bertemu dengan Ja'far, akan memberi salam dengan mengucapkan, "Salam bagimu ya Rasulullah" karena mengira yang bertemu dengannya tersebut adalah Rasulullah saw. Maka setiap kali menghadapi yang demikian, Ja'far hanya berkata, "Aku bukan Rasululah, aku adalah Ja'far." [16]

Ja'far sangat dicintai oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw pernah menyerahkan padanya harta rampasan perang yang didapat dari Perang Badar meskipun saat itu, ia tidak ikut dalam Perang Badar."[17] Demikian pula, ketika Rasulullah saw telah mencapai kemenangan yang gemilang atau kelompok Yahudi pada Perang Khaibar, pada perjalanan pulang ke Madinah, ia menjumpai Ja'far yang baru kembali dari Habasyah. Pada pertemuan tersebut, Rasulullah saw memeluk Ja'far dan mengecup diantara kedua matanya dan berkata, "Demi Allah aku bersumpah, aku tidak tahu apa yang membuatku bahagia, apakah pertemuanku dengan Ja'far atau kemenangan di Khaibar?" [18] Pada momen tersebutlah, Nabi Muhammad saw mengajarkan salat kepada Ja'far yang kemudian dikenal dengan nama Salat Ja'far Thayyar. [19]

Imam Ali as juga sangat mencintai Ja'far. Sampai diceritakan oleh Abdullah bin Ja'far, "Setiap aku menghendaki sesuatu dari pamanku Ali, dan aku menyampaikannnya dengan mengucap sumpah atas nama ayahku -Ja'far- maka pasti ia mengabulkannya." [20]

Karakteristik

Abu Na'im al-Isfahani mengatakan, "Ja'far bin Abi Thalib, adalah orator, dermawan, pemberani dan seorang yang arif."[21] Ibnu Qudamah menyebutkan Ja'far bin Abi Thalib sebagai sosok yang penyabar dan tawadhu. [22] Dzahabi menulis, "Ja'far bin Abi Thalib, adalah sosok yang sangat mulia, sayid para syahid dan mujahidin." [23]

Misdaq Ayat Al-Qur'an

Beberapa ayat Alquran disebutkan turun berkenaan dengan maqam dan kedudukan Ja'far bin Abi Thalib. Ali bin Ibrahim al-Qummi mengenai ayat مِّنَ الْمُؤْمِنِینَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّـهَ عَلَیهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَیٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن ینتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِیلًا (Surah Al-Ahzab: 23) yang artinya. "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)" meriwayatkan dari Imam Baqir as yang menyebutkan orang Mukmin yang menepati janjinya dan mempersembahkan dirinya untuk Allah swt adalah Hamzah dan Ja'far bin Abi Thalib. [24]

Atau pada ayat lain: أُذِنَ لِلَّذِینَ یقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّـهَ عَلَیٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِیرٌ (Surah Al-Hajj: 39) yang artinya, "Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu." disebutkan turun berkenaan Imam Ali as, Hamzah dan Ja'far. [25]

Kepala Rombongan Muhajirin ke Habasyah

Pada tahun ke-5 Bi'tsah dengan semakin kerasnya kekejaman dan perlakuan kaum kafir kepada kaum [Muslimin]] di Mekah, Nabi Muhammad saw pun memeritahkan kepada sejumlah kaum Muslimin untuk berhijrah ke Habasyah dan menunjuk Ja'far bin Abi Thalib sebagai kepala rombongan. [26] Disebutkan jumlah mereka 82 orang laki-laki dan wanita dan anak-anak. [27] Nabi Muhammad saw berkata kepada kaum Muhajirin, "Berangkatlah kalian berhijrah ke Habasyah, karena raja Habasyah adalah laki-laki yang saleh dan tidak akan zalim pada siapapun. Pergilah kesana sampai Allah swt memudahkan urusan kaum muslimin". [28]

Ketika Muhajirin tiba di Habasyah, Raja Habasyah yang bernama Najasyi menghadapkan mereka di Mahkamah untuk diiterogasi. Ja'far bin Abi Thalib berkata kepada Najasyi, "Aku akan menyampaikan apa yang telah diajarkan Nabi Muhammad saw kepada kami." Lebih lanjut Ja'far berkata, "Nabi datang kepada kami dan meminta kami untuk menjauhi penyembahan berhala, menghindari memakan barang riba, mengharamkan kezaliman dan menumpahkan yang bukan hak, mengharamkan kekejian dan perbuatan buruk, memerintahkan untuk salat, zakat, berbuat adil dan berbuat baik pada kerabat."

Setelah itu Ja'far bin Abi Thalib bertanya, "Apakah nabi-nabi utusan Allah yang datang kepada kalian, juga menyampaikan hal yang demikian?" Ja'far juga dalam pertemuan tersebut membacakan Surah Maryam yang berisi mengenai kedudukan Maryam dan Nabi Isa as didalam Islam. Sewaktu mendengarkan ayat-ayat Alquran tersebut dibacakan, Najasyi menangis. [29] Setelah mendengarkan penjelasan Ja'far bin Abi Thalib, Najasyi memerintahkan agar kaum Musyrikin Mekah -yang datang membawa hadiah dan meminta agar kaum Muslimin ditolak oleh Raja Najasyi- untuk dikeluarkan dari Habasyah. Najasyi juga menyatakan akan menjamin keamanan kaum Muhajirin untuk tinggal di Habasyah. [30]

Kaum Muslimin tinggal dan menetap di Habasyah sampai akhir tahun ke-6 H. Nabi Muhammad saw sebelum peristiwa Perang Khaibar meminta kepada Najasyi agar kaum Muslimin diizinkan untuk ke Madinah. Najasyi menuruti permintaan tersebut sehingga Ja'far dan yang lainnya bersama dengan Amru bin Umayyah menuju Madinah dengan mengendarai dua perahu." [31]

Panglima Perang Pasukan Islam

Setelah peristiwa Perang Khaibar dan kembalinya Ja'far dari Habasyah, pada bulan Jumadil Awal tahun ke-8 H, Nabi Muhammad saw mengangkat Ja'far sebagai komandan perang dan mengutusnya ke Mu'tah untuk menghadapi pasukan Roma. Nabi Muhammad saw bersabda, "Jika Ja'far terbunuh, Zaid bin Haritsah akan menggantikan posisinya mengomandoi pasukan, dan jika ia juga terbunuh, pasukan dibawah kendali Abdullah bin Rawahah." [32] Menurut riwayat versi lain, Zaid bin Haritsah disebut sebagai komandan pertama dan kedudukan Ja'far sebagai komandan kedua." [33]

Kesyahidan

kuburan dan dharih Ja'far bin Abi Thalib di Yordania

Ja'far bin Abi Thalib syahid pada Perang Mu'tah yang terjadi di bulan Jumadil Awal tahun ke-8 H. [34] Abu al-Faraj al-Isfahani menyebutkan putera Abu Thalib yang pertama gugur di jalan Islam adalah Ja'far bin Abi Thalib. [35] Thabari menulis, "Setelah Zaid syahid, bendera pasukan diambil alih oleh Ja'far dan kembali melanjutkan peperangan. Disebutkan musuh mengelilinginya, ia turun dari kudanya dan menghadapi mereka. Dalam pertarungan tersebut, dua tangan Ja'far terputus oleh tebasan pedang musuh dan akhirnya gugur sebagai syahid." [36] Menurut pendapat yang masyhur, Ja'far syahid pada usia 41 tahun dan menjadi orang yang ke-10 syahid dalam perang tersebut. [37]

Syaikh Shaduq meriwayatkan, "Ketika Nabi Muhammad saw mendengarkan kabar kesyahidan Ja'far, ia segera menemui keluarga Ja'far [38]. Ia memeluk anak-anak Ja'far dengan berurai air mata." [39] Diriwayatkan, Asma binti Umais dan Ka'ab bin Malik membacakan syair duka mengenai syahidnya Ja'far bin Abi Thalib. [40]

Makam

Ja'far bin Abi Thalib bersama dengan syuhada Mu'tah lainnya dimakamkan di kawasan yang bernama Mazar di dekat Mu'tah (Yordania). Makam tersebut sampai hari ini dihormati dan dijadikan tempat ziarah oleh warga setempat. Ja'far bin Abi Thalib, Abdullah bin Rawahah dan Zaid bin Haritsah dimakamkan di satu tempat. [41] Pemakaman tersebut, pada tahun-tahun terakhir, dibakar oleh kelompok Wahabi takfiri, karena menganggap pemakaman tersebut dijadikan tempat kesyirikan. [42]

Catatan Kaki

  1. Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 3.
  2. Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 3.
  3. Al-Ishabah, jld. 7, hlm. 309; Usd al-Ghabah, jld. 1, hlm. 288; 'Umdah al-Thalib, hlm. 35.
  4. Bihar al-Anwar, jld. 22, hlm. 277.
  5. 'Ilal al-Syarayi' , jld. 3, hlm. 557.
  6. 'Umdah al-Thalib, hlm. 35.
  7. Al-Ashabah, jld. 1, hlm. 325.
  8. 'Umdah al-Thalib, hlm. 36.
  9. Lih: Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 15.
  10. Sirah Ibnu Hisyam, jld. 1, hlm. 162; Tarikh Thabari, jld. 2, hlm. 58.
  11. Usud al-Ghabah, jdl. 1, hlm. 287.
  12. Al-Ashabah, jld. 1, hlm. 592.
  13. Thabaqat al-Kubra, jld. 4, hlm. 34.
  14. Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 10; Syarh al-Akhbar, jld. 3, hlm. 205.
  15. Bihar al-Anwar, jld. 22, hlm. 276.
  16. A'yan al-Syiah, jld. 4, hlm. 125.
  17. Magazi Waqidi, jld. 1, hlm. 156.
  18. Tabaqat Ibnu Sa'ad, jld. 4, hlm. 35.
  19. Wasail al-Syiah, jld. 8, hlm. 49.
  20. A'yan al-Syiah, jld. 4, hlm. 126.
  21. Hilyatu al-Aulia, jld. 1, hlm. 114.
  22. Al-Tabyin, hlm. 115.
  23. Sair A'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 206.
  24. Tafsir al-Qommi, jld. 2, hlm. 188.
  25. Tafsir al-Qommi, jld. 2, hlm. 84.
  26. Sirah Ibnu Hisyam, jld. 1, hlm. 323; Tabaqat Kubra, jld. 4, hlm. 34.
  27. Bihar al-Anwar, jld. 18, hlm. 412.
  28. Bihar al-Anwar, jld. 18, hlm. 415.
  29. Bihar al-Anwar, jld. 18, hlm. 415.
  30. A'yan al-Syiah, jld. 4, hlm. 123.
  31. Tarikh Ibnu Asakir, jld. 45, hlm. 430.
  32. Tarikh Ibnu Asakir, jld. 45, hlm. 430.
  33. Sirah Ibnu Hisyam, jld. 3, hlm. 829; al-Bidayah wa al-Nihaya, jld. 4, hlm. 275.
  34. A'yan al-Syiah, jld. 4, hlm. 118.
  35. Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 3.
  36. Tarikh Thabari, jld. 2, hlm. 321.
  37. Bihar al-Anwar, jld. 22, hlm. 126; al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 245.
  38. Man Laa Yahdhuru al-Faqih, jld. 1, hlm. 177.
  39. Maghazi Waqidi, jld. 2, hlm. 766.
  40. Tahdzhib al-Kamal, jld. 5, hlm. 63; Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 8 dan 9.
  41. Umdah al-Thalib, hlm. 36.
  42. kantor berita Fars (dalam bahasa persia).

Daftar Pustaka

  • Al-Amin al-'Amili, Sayid Muhsin. A'yan al-Syiah. Beirut: Dar al-Ta'aruf.
  • Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Al-Ishabah. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiah, 1415 H.
  • Dzahabi, Muhammad. Siar A'lam al-Nubala. Beirut: Muassisah al-Risalah, 1413 H.
  • Hurr al-'Amili, Muhammad. Wasail al-Syiah. Qom: Muassisah Al al-Bait.
  • Ibnu 'Inabah, Ahmad.'Umdah al-Thalib. Najaf: al-Mathbaah al-Haidariyah, 1380 H.
  • Ibnu Abd al-Barr, Ahmad. Al-Isti'ab. Beirut, Dar al-Jail, 1412 H.
  • Ibnu Asakir, Ali. Tarikh Madinah Dimasyq. Beirut: Dar al-Fikr, 1415 H.
  • Ibnu Atsir, Ali. Usd al-Ghabah. Beirut: Dar al-Kitab al-'Arabi.
  • Ibnu Hisyam, Abd al-Mulk. Al-Sirah al-Nabawiah. Kairo, Madani, 1383 H.
  • Ibnu Katsir, Ismail. Al-Bidayah wa al-Nihayah. Beirut: Daru Ihya at-Turats al-'Arabi, 1408 H.
  • Ibnu Qudamah, Abdullah. Al-Tabyin fi Ansab al-Qurasyiyyin. Beirut: 1408 H.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad. Al-Thabaqat al-Kubra. Beirut: Dar Shadir.
  • Isfahani, Abu al-Faraj. Maqatil al-Thalibiyyin. Najaf: al-Maktabah al-Haidariyah, 1385 H.
  • Maghribi, Nu'man bin Muhammad. Syarh al-Akhbar. Qom: Jamiah al-Mudarrisin, 1414 H.
  • Al-Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar. Beirut: Muassisah al-Wafa, 1403 H.
  • Al-Mizzi, Yusuf. Tahdzhib al-Kamal. Beirut: Muassisah al-Risalah, 1406 H.
  • Al-Qummi, Ali bin Ibrahim. Tafsir al-Qummi. Qom: Muassisah Dar al-Kitab, 1404 H.
  • Al-Shaduq, Muhammad bin Ali. 'Ilal al-Syarayi' . Najaf: al-Maktbah al-Haidariyah, 1385 H.
  • Al-Shaduq, Muhammad bin Ali, Man laa Yahdhuruh al-Faqih. Qom: Jami'ah Mudarrisin.
  • At-Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh al-Thabari. Beirut: Muassasah al-'Ilmi, 1403 H.
  • Al-Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Amali. Qom: Dar al-Tsiqafah, 1414 H.
  • Al-Waqidi, Muhammad bin Umar. Al-Magazi. Beirut: al-A'lami, 1409 H.