Ahmad bin Ali al-Najasyi

tanpa prioritas, kualitas: b
tanpa referensi
Dari wikishia
(Dialihkan dari Ahmad bin Ali Najasyi)
Ahmad bin Ali al-Najasyi
Informasi Pribadi
Nama LengkapAbu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Abbas Najasyi asadi
LahirShafar tahun 372 H/982
Wafat/SyahadahTahun 463 H/1071 di Mathar Abad atau Mathir Abad dekat kota Samarra, Irak
Kerabat termasyhurAbdullah, gubernur Manshur Dawaniqi di Ahwaz (datuk)
Informasi ilmiah
Guru-guruSyaikh MufidSyaikh ShaduqSayid MurtadhaSayid Radhi dan lain-lain
Karya-karyaAl-Jum’ah wa ma Warada fihi al-A’malAl-Kufah wa ma Fiha min al-Atsar wa al-FadhailAnsab Bani Nadhr bin Qa’ain wa Ayyamuhum wa Asy’aruhum
Kegiatan Sosial dan Politik


Abu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Abbas Najasyi asadi (372/982 - 450 H/1058 atau 463 H/1071) lebih dikenal sebagai Najasyi dan Ibnu Kufi, salah seorang alim terkemuka Syiah dalam Ilmu Rijal yang hidup pada akhir abad keempat dan pertengahan awal abad kelima Hijriah. Kitab Fihrist Asma Mushanifi al-Syiah yang lebih dikenal dengan nama Rijal al-Najasyi merupakan salah satu literatur terpenting biografi Syiah adalah karyanya.

Biografi

Dalam kitab-kitab Rijal dan Tarajim (yang berisikan tentang biografi) tidak disebutkan tentang tempat kelahiran Najasyi; namun disebutkan bahwa ia lahir pada bulan Shafar tahun 372 H/982. [1] Sebagian menilai bahwa ia adalah seorang yang berasal dari Baghdadi (Baghdad) dan ayahnya seorang Kufi (berasal dari Kufah). [2] Nasabnya sampai pada Adnan kakek ke-20 Nabi Muhammad saw, [3] sebagaimana yang ia sebutkan sendiri bahwa datuknya adalah Abdullah salah seorang gubernur Manshur Dawaniqi di Ahwaz dan ia menulis surat kepada Imam Shadiq as dan dalam menjawab surat tersebut, Imam Shadiq as menulis Risalah al-Ahwaziah kepadanya. [4]

Orang-orang Najasyi disebut dengan gelar-gelar seperti Abu al-Hasan dan Abu al-Abbas. Karena salah satu datuk Najasyi bernama Abdullah yang memerintah Ahwaz dan dikenal sebagai Najasyi maka Ahmad disebut dengan nama Najasyi. [5] Najasyi wafat pada tahun 450 H/1058 di Mathar Abad atau Mathir Abad dekat kota Samarra, Irak. Orang yang pertama menyebut tahun dan tempat wafatnya adalah Allamah Hilli (W. 726 H/1326) dalam Khulasah al-Aqwal dan sebelum Allamah Hilli, baik dalam referensi-referensi Ahlusunnah maupun Syiah tidak ada yang menyebutkan tanggal wafat Najasyi. Akan tetapi nampaknya sejarah ini tidak benar dan Najasyi wafat pada beberapa tahun setelah itu. Syubairi Zanjani berkata, “Najasyi menulis wafatnya Abu Ya’la Muhammad bin Hasan bin Hamzah Ja’fari pada bulan Ramadhan tahun 463 H/1071 karena itu sangat kecil kemungkinan wafatnya Najasyi jatuh pada tahun 450 H/1058. [6]

Latar Belakang Pendidikan

Najasyi belajar berbagai ilmu dasar dari ayahnya. Pada usia 13 tahun ia telah menguasai ilmu hadits dan belajar qiraah Alquran di masjid Lu’lu dari pemilik masjid dan belajar kitab al-Kafi pada Ahmad bin Ahmad Kufi. [7]

Para Guru dan Masyaikh

Najasyi menuntut ilmu dari para pembesar seperti Syekh Mufid, Syekh Shaduq, Sayid Murtadha, Sayid Radhi, Ibnu Ghadhairi. Sebagian guru dan masyaikh Najasyi adalah sebagai berikut:

  • Ali bin Ahmad bin Abbas Najasyi, ayah Najasyi
  • Ahmad bin Muhammad bin Imran yang lebih dikenal sebagai Ibnu Jundi. Agha Buzurgh *Tehrani memandangnya sebagai guru pertama Najasyi. [8]
  • Ahmad bin Muhammad bin Musa yang lebih dikenal sebagai Ibnu Shalt Ahwazi.
  • Ahmad bin Abdul Wahid bin Ahmad Bazar yang lebih dikenal sebagai Ibnu Abdun atau Ibnu Hasyir.
  • Ahmad bin Ali bin Abbas Sirafi yang lebih dikenal sebagai Ibnu Nuh Sairafi.
  • Abu Ishaq Ibrahim bin Mukhlid.
  • Al-Qadhi Abu Abdillah Ju’fi
  • Abu al-Husain bin Muhammad Abi Said
  • Hasan bin Ahmad bin Ibrahim
  • Hasan bin Ahmad bin Muhammad yang lebih dikenal sebagai Ibnu Haitsam ‘Ajli.
  • Hasan bin Muhammad Yahya Fahham.
  • Abu Abdillah Husain bin Ubaidillah Ghadhairi
  • Husain bin Ahmad bin Musa
  • Husain bin Ja’far bin Muhammad Makzhumi yang lebih dikenal sebagai Ibnu Khimri.
  • Salamah bin Dzaka Abu al-Khair Maushili.
  • Abbas bin Umar bin Abbas yang lebih dikenal Ibnu Abi Marwan.
  • Abdul Wahid bin Mihri
  • Abdu al-Salam bin Husain Adib
  • Abdullah bin Muhammad bin Abdullah lebih dikenal sebagai Abu Muhammad Hidza Da’laji.
  • Utsman bin Hatim Muntab Taghlabi.
  • Utsman bin Ahmad Wasithi.
  • Ali bin Ahmad bin Muhammad Qummi lebih dikenal sebagai Ibnu Abi Jayyid.
  • Abu al-Qasim Ali bin Syubul bin Asad.
  • Abu al-Hasan Muhammad bin Ahmad Qummi
  • Muhammad bin Ja'far Adib lebih dikenal sebagai Abu al-Hasan Tamimi.
  • Muhammad bin Utsman bin Hasan yang lebih dikenal sebagai Nashibi Muaddal.
  • Muhammad bin Ali bin Syadzan Qazwini.
  • Muhammad bin Ali bin Ya'qub yang lebih dikenal sebagai Abu al-Farah Qanai Katib.[9]

Najasyi lebih banyak menghabiskan hidupnya di Baghdad (Irak) dan melakukan beberapa perjalanan di beberapa tempat. Jika keluar meninggalkan kota Baghdad, kebanyakan untuk pergi berziarah ke tempat-tempat suci para Imam yang terletak di Irak. Di antara tempat yang dikunjungi adalah Najaf al-Asyraf pada tahun 400 H/1009. Untuk beberapa lama tinggal di sekitaran Haram Imam Ali as. Ia juga melakukan perjalanan ke Samarra untuk berziarah ke Haram Askariyain as. Najasyi juga melakukan perjalanan ke Mekah dan Bashrah. Ia juga melakukan perjalanan ke kampung halamannya yaitu Kufah. Di tempat itu, ia mendengarkan hadis dan memperoleh ijazah (izin) untuk mengambil (mengutip) hadis. [10]

Karya

  • Fihrist asma Mushannif al-Syiah yang lebih dikenal sebagai Rijal al-Najasyi. Kitab ini merupakan karya terpenting Najasyi dalam hidupnya. Walaupun penyusunan kitab Fihrist Asma Mushannif al-Syiah atau Rijal al-Najasyi telah berumur seribu tahun yang lalu -dengan berjalananya waktu, ratusan kitab rijal lainnya juga telah disusun- namun kitab ini masih menjadi kitab rujukan yang paling penting untuk mengenal witsaqah (dapat dipercaya) atau tidaknya para periwayat hadis. Sesuai dengan pengakuan ulama ilmu Rijal, fakih dan ahli hadis, bahwa Rijal al-Najasyi masih yang teratas ketika disandingkan dengan kitab-kitab Rijal lainnya, maka Rijal al-Najasyi lebih diutamakan atas kitab Rijal lainnya.
  • Al-Jum’ah wa ma Warada fihi al-A’mal
  • Al-Kufah wa ma Fiha min al-Atsar wa al-Fadhail
  • Ansab Bani Nadhr bin Qa’ain wa Ayyamuhum wa Asy’aruhum
  • Mukhtashar al-Anwar wa Mawadhi’ al-Nujum allati Sammatha al-‘Arab. [11]
  • Tafsir al-Najasyi. [12]
Kitab Rijal Najasyi

Ketelitian dalam Menukil Riwayat

Salah satu hal yang paling penting terkait dengan Najasyi adalah bahwa ia hanya mengutip riwayat dari orang yang dipercaya dan dapat diandalkan. Meski dengan banyaknya riwayat yang dikutip oleh orang-orang lemah atau tertuduh lemah sama sekali Najasyi tidak menukil riwayat dari mereka. Dalam banyak hal, Najasyi berkata, “Saya tidak mengutip satu masalah yang di dalamnya terdapat sebuah riwayat berasal dari seorang yang lemah atau kitab yang cacat.” Sikap hati-hati dan perhatian terhadap masalah ini membuat ia tidak ingin mendengar hadis dari orang yang lemah. Sikap seperti ini dalam mengutip tentu saja menjadikan Najasyi semakin diperhitungkan dalam periwayatan dan membuat orang-orang semakin percaya kepadanya.

Pendapat Tokoh Hadis

Muhammad Baqir Khunsari sesuai dengan kutipan dari Syekh Abdul al-Nabi Jazairi dalam kitab Hawi menulis: “Najasyi adalah seorang besar dan ulama yang hebat dalam merekam biografi dan ulama mutaakhir (kontemporer) dalam ilmu Jarh wa Ta’dil al-Rijal sangat mempercayai ucapan Najasyi.”[13]

Muhaddits Qummi berkata: “Ia adalah salah seorang ulama terbesar ilmu Rijal, ulama besar kita yang menulis dan menyusun Rijal, Jarh wa Ta’dil tiada seorang pun yang dapat menyamai Najasyi. Seluruh ulama mengandalkan ucapan Najasyi.” [14]

Catatan Kaki

  1. Allamah Hilli, Khulasah al-Aqwal, 1417, hlm. 73.
  2. Zarkili, al-A’lam, 1980, jld. 1, hlm. 172; Kahalah, Mu’jam al-Muallifin, Beirut, jld. 1, hlm. 317.
  3. Najasyi, Rijal al-Najasyi, 1614, hlm. 213.
  4. Ibid, hlm. 101.
  5. Gulsyan Abrar, jld. 1, hlm. 70.
  6. Syubairi Zanjani, Abu al-Abbas Najasyi wa ashri Wei.
  7. Bahr al-‘Ulum, al-Fawaid al-Rijaliyah, 1363, jld. 2, hlm. 81-82.
  8. Agha Buzurgh, al-Dzariyah, 1403, jld. 2, hlm. 449.
  9. Sesuai kutipan dari Najasyi, Rijal al-Najasyi, 1614.
  10. Silahkan lihat, Majidi Nasab, Tarikh Negari Syiah dar Kitab Rijal Najasyi.
  11. Najasyi, Rijal al-Najasyi, 1614, hlm. 101.
  12. Agha Buzurgh, al-Dzariyah, 1403, jld. 4, hlm. 317.
  13. Khunsari, Raudhah al-Jannah, Qum, jld. 1, hlm. 61.
  14. Qummi, al-Kuni wa al-Alqab, Tehran, jld. 3, hlm. 239.

Daftar Pustaka

  • Bahr al-Ulum, Sayid Muhammad Mahdi, al-Fawaid al-Rijaliyah, Tehran, Maktabah al-Shadiq, 1363 S.
  • Hilli, Hasan bin Yusuf, Khulasah al-Aqwal fi Ma’rifat al-Rijal, Nasyr al-Fuqaha, 1417 H.
  • Khunsari, Muhammad Baqir, Raudhah al-Jinan fi Ahwal al-‘Ulama wa al-Sadat, Qum, Ismailiyan, Tanpa Tahun.
  • Kahalah, Umar Ridha, Mu’jam Muallifin, Beirut, Maktabah al-Matsna, Tanpa Tahun.
  • Majidi Nasab, Narges, Tarikhnegari Syiah dar Kitab Rijal Najasyi, Nameh Tarikh Pazyuhan, No. 16, Zemistan, 1387 H.
  • Najasyi, Ahmad bin Ali, Rijal Najasyi, Qum, Jamiah Mudarrisin, 1416 H.
  • Qummi, Abbas, al-Kuni wa al-Alqab, Tehran, Maktabah al-Shadr, Tanpa Tahun.
  • Sekumpulan Penulis, Gulsyan Abrar, Khulasah az Zendegi Usweha Ilm wa Amal, Qum, Ma’ruf, 1385 H.
  • Syubairi Zanjani, Sayid Musawi, Abu al-Abbas Najasyi wa ashr-e Wei, Nur Ilm, No. 11, 1364 S.
  • Tehrani, Agha Buzurgh, al-Dzariyah ila Tashanif al-Syi’ah, Beirut, Dar al-Adhwa, 1403 H.
  • Zarkili, Khairuddin, al-A’lam, Beirut, Dar al-‘Ilm, 1980 M.