Sadir ash-Shairafi adalah seorang perawi Syiah dan sahabat Imam Baqir a.s. dan Imam Shadiq a.s.. Ayah dan anak-anak Sadir juga merupakan perawi hadis dan dari kalangan Syiah. Sekitar sembilan puluh hadis telah diriwayatkan dari Sadir. Para ulama ilmu rijal, termasuk Sayid Abul Qasim al-Khui, Allamah Hilli, dan Mamaqani, menganggap Sadir ash-Shairafi sebagai individu yang tsiqah (dapat dipercaya).

Beberapa peneliti rijal dari kalangan Sunni seperti adz-Dzahabi juga menganggap Sadir sebagai pribadi yang dapat dipercaya dan telah menyampaikan riwayat-riwayat mengenai ketsiqahannya tersebut. Banyak perawi seperti Abdullah bin Muskan dari kalangan sahabat secara ijma' telah meriwayatkan hadis dari Sadir.

Meskipun demikian, terdapat juga sejumlah riwayat yang mencela Sadir, yang menyebabkan beberapa orang ragu atas ketsiqahannya.

Profil dan Kedudukan

Sadir bin Hukaim bin Shuhaib [1] dengan laqab ash-Shairafi [2] dan kunyah Abu al-Fadhl [3] adalah seorang perawi hadis Imam Baqir a.s. [4] dan Imam Shadiq a.s..[5] Hakim, ayah Sadir, adalah seorang perawi Imam Sajjad a.s. dan Imam Baqir a.s..[6] Demikian pula, anak-anaknya Hannan [7] dan Khalid [8] adalah perawi Imam Shadiq. Tentu saja, Khalid juga meriwayatkan dari Imam Kazim a.s..[9]

Mamaqani, penulis buku Tanqiḥ al-Maqal, menggunakan satu riwayat yang menyatakan bahwa ayah Sadir, kakek, dan pamannya adalah dari kalangan Syiah dan orang-orang khusus serta Ahlulbait a.s.[10] Kasysyi juga mencatat dalam rijalnya bahwa Hannan, anak Sadar, bergabung dengan mazhab Waqifiyah.[11] Jumlah hadis yang digunakan dengan nama Sadir dalam sanad mencapai 68 dan dengan penisbatan terhadap Sadir mencapai 21 hadis.[12] Dalam sumber-sumber rijal dan sejarah, tidak ada informasi lebih lanjut mengenai identitas Sadir.[13]

Ketsiqahan Sadir

Para ulama rijal dalam literatur-literatur klasik dan kontemporer menyepakati mengenai ketsiqahan (keterpercayaan) Sadir. Alamah Hilli dalam kitab Khulasah al-Aqwal menganggap tangis harapan dan doa Imam Shadiq a.s. untuk membebaskan Sadir dari penjara penguasa sebagai indikasi dari kedudukannya yang tinggi.[14] Ayatullah Khui dalam kitab Mu'jam al-Rijal berpendapat bahwa semua perawi yang terdapat dalam sanad kitab Tafsir Ali bin Ibrahim dan kitab Kamal al-Ziyarat dianggap sebagai orang-orang yang terpercaya, [15] dan Sadir adalah salah satu perawi yang namanya tercantum dalam sanad kedua kitab tersebut. [16] Mamaqani, seorang peneliti rijal Syiah, juga menulis dalam Tanqih al-Maqal bahwa dari riwayat-riwayat dapat disimpulkan bahwa Sadir adalah salah satu tokoh besar Syiah yang memiliki banyak riwayat, dan para tokoh sahabat yang sepakat seperti Abdullah bin Muskan telah meriwayatkan hadis darinya.[17]

Muhammad Jawad Syubairi, seorang peneliti rijal Syiah, mengenai ketsiqahan Sadir mengatakan bahwa para ulama Ahlusunnah sangat sensitif terhadap perawi Syiah dan dengan hal kecil saja, mereka melemahkan perawi Syiah; namun, meskipun ada penegasan tentang ke-Syiah-an Sadir, para ulama rijal Ahlusunnah seperti Aqili dan Ibn 'Udi menetapkan ketsiqahan Sadir. Selain itu, Imam Baqir a.s. menyebut Sadir secara tersirat, dan ini menunjukkan bahwa Sadir adalah sosok yang dikenal pada masa imam ini.[18]

Namun demikian, terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan celaan terhadap Sadir [19] yang menyebabkan perbedaan pandangan dalam ketsiqahan Sadir di antara beberapa peneliti ilmu rijal Syiah. Ayatullah Khui, dengan membantah pandangan terhadap riwayat-riwayat yang berisi celaan pada Sadir, berpendapat bahwa hal itu ditimbulkan oleh pemahaman yang salah terhadap riwayat-riwayat tersebut sehingga membuat beberapa orang berpendapat tentang tercelanya Sadir; padahal riwayat tersebut bukan hanya tidak menunjukkan celaan terhadap Sadir, tetapi justru pujian baginya.[20] Selain itu, beberapa riwayat yang menunjukkan celaan terhadap Sadir memiliki sanad yang lemah.[21] Dzahabi, seorang ulama rijal Sunni, dalam kitabnya Mizan al-I'tidal, telah menyampaikan sebuah riwayat mengenai ketsiqahan Sadir.[22]

Para perawi dari Sadir

Para perawi yang telah meriwayatkan dari Sadir antara lain: Abdullah bin Muskan dari perawi sahabat ijma, [23] Husain bin Nu'aim Sahhaf,[24] Hakim bin Zubair, [25] Khattab bin Mush’ab,[26] Abi al-Wafa al-Muradi,[27] Ishaq bin Jarir, [28] Bakr bin Muhammad al-Azadi,[29] Jamil bin Shalih,[30] Hannan bin Sadir,[31] Ruzaiq bin al-Zubair,[32] Sa'dan bin Muslim,[33] Hasyim bin al-Mutsanna,[34] Yunus bin Ya’qub,[35] dan Sulaiman al-Daimuli.[36]

Catatan Kaki

Daftar Pustaka