Wafat Nabi Saw

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Wafat Nabi Muhammad saw)
Wafat Nabi saw
Lukisan Sayidah Fatimah sa dan Jibril as di samping tempat tidur Nabi saw dalam kitab Sirah al-Nabi yang ditulis Sayid Sulaiman Kasim Pasya atas perintah Hakim Utsmani pada abad ke-11 H
Lukisan Sayidah Fatimah sa dan Jibril as di samping tempat tidur Nabi saw dalam kitab Sirah al-Nabi yang ditulis Sayid Sulaiman Kasim Pasya atas perintah Hakim Utsmani pada abad ke-11 H
Zaman28 Safar, 11 H
TempatMadinah
SebabDiracun
Faktor-faktorWanita Yahudi atau musuh dari dalam
KonsekuensiPeristiwa Saqifah
ReaksiPengingkaran wafatnya Nabi saw oleh Umar bin Khattab
TerkaitNabi Muhammad saw


Wafatnya Nabi saw (bahasa Arab:وفاة النبي) merupakan salah satu peristiwa besar tahun 11 Hijriah yang menyebabkan umat Islam terpecah belah dan masalah ini berdampak besar pada nasib umat. Pembahasan tentang wafat atau syahidnya Nabi saw dan akibat yang ditimbulkannya juga menjadi salah satu topik penting dalam sejarah Islam. Menurut hadis yang diriwayatkan dalam sumber riwayat Syiah dan Sunni, Nabi saw diracun dan dibunuh oleh seorang wanita Yahudi; Namun ada pula yang berpendapat bahwa Nabi saw meninggal secara wajar. Menurut Jafar Murtadha Âmuli, seorang ulama dan peneliti sejarah Islam, Rasulullah saw beberapa kali telah diteror dan akhirnya meninggal karena keracunan.

Dalam sumber-sumber sejarah diriwayatkan bahwa peristiwa-peristiwa penting di hari-hari terakhir kehidupan Nabi saw; Diantaranya: peristiwa pasukan Usamah, permasalahan tinta dan pena, sabda Nabi saw tentang pentingnya hadis Tsaqalain dan penentuan penerus Nabi saw.

Menurut sumber sejarah, sepeninggal Nabi saw, masyarakat Madinah, khususnya putrinya, Fatimah sa, sangat bersedih. Umar bin Khattab menegaskan bahwa Nabi saw belum wafat dan mengancam akan membunuh orang-orang yang percaya bahwa Nabi saw telah meninggal dunia, hingga Abu Bakar datang dan menenangkannya dengan membacakan ayat 144 Surat Ali Imran. Beberapa orang menganggap tindakan Umar sebagai rencana yang telah direncanakan sebelumnya untuk membawa Abu Bakar ke tampuk kekuasaan.

Menurut para sejarawan, Imam Ali as dengan bantuan orang-orang seperti Fadhl bin Abbas dan Usamah bin Zaid, yang melakukan tajhiz jenazah Nabi saw sampai dimakamkannya di rumahnya. Pada saat pemakaman Nabi saw, sebagian pemimpin kaum Anshar dan muhajirin berkumpul di Saqifah Bani Saidah dan mengangkat Abu Bakar sebagai penerus Nabi, hal ini tentunya bertentangan dengan perintah dan wasiat Rasulullah saw di Ghadir.

Wafat atau syahidnya Nabi saw terjadi pada tanggal 28 Safar menurut riwayat Syiah yang masyhur, sedangkan menurut riwayat Sunni yang masyhur jatuh pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal.

Kedudukan

Nabi Muhammad saw wafat pada tahun 11 Hijriah,[1] di Madinah.[2] Wafat atau syahidnya Nabi saw terjadi pada hari Senin, hal ini disepakati oleh semua sejarawan.[3] Di kalangan Syiah, Syekh Mufid dan Syekh Thusi menganggap peristiwa tersebut terjadi pada bulan Safar, hari ke-28.[4] Syekh Abbas Qomi menganggap penentuan kedua Ulama tersebut sebagai pendapat sebagian besar ulama Syiah.[5] Menurut Rasul, Ja'fariyan, seorang sejarawan Syiah, tidak ada hadis yang menunjukkan tanggal tersebut[6] dan kaum Syiah telah menerima sejarah ini secara masyhur setelah Syekh Mufid dan Syekh Thusi.[7]

Ahlusunah berpendapat bahwa peristiwa wafatnya Nabi saw terjadi di bulan Rabiul Awwal, pada hari pertama,[8] atau kedua[9] dan sebagian mereka juga berpendapat terjadinya pada hari kedua belas [10] di bulan yang sama. Ada juga yang menganggap bahwa pendapat terakhir inilah sebagai pendapat terkenal kaum Sunni.[11] Dalam Kasyf al-Ghummah, Irbili, seorang penulis Manâqib, menukil riwayat dari Imam Baqir as bahwa hari wafatnya Nabi saw adalah hari kedua bulan Rabiul Awwal,[12] namun Syekh Abbas Qomi menafsirkannya sebagai pendapat yang didasari dengan Taqiyah.[13] Sebagaimana dua ulama Syiah lainnya, Kulaini dan Muhammad bin Jarir al-Thabari juga meyakini hal itu terjadi pada tanggal 12 Rabiul Awwal.[14]

Sumber-sumber pustaka seperti Al-Sîrah Al-Nabawiyyah yang ditulis oleh Ibnu Hisyâm (W. 218 H),[15] Al-Thabaqât al-Kubra yang ditulis oleh Muhammad bin Sa'ad (W. 230 H),[16] Târikh Ya’qûbi yang ditulis oleh Ahmad bin Abi Ya'qûb (W. 284 H),[17] al-Irsyâd karya Syekh Mufid (W. 413 H)[18] dan Shahih Min Sîrah Al-Nabi Al-A'dzam karangan Jafar Murtadha Âmili (W. 1441 H) memuat topik khusus yang berkaitan dengan wafatnya Nabi saw.[19]

Akibat yang Terjadi karena Wafatnya Nabi saw

Peristiwa ini mempunyai dampak yang nyata dan penting terhadap nasib umat Islam.[20] Segera setelah wafatnya Nabi saw, sekelompok sesepuh muhajirin dan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah dan memilih Abu Bakar sebagai khalifah.[21] Mereka beserta pendukungnya bersama-sama datang ke rumah Fatimah sa putri Nabi saw untuk mengambil baiat dari Ali as.[22] Dalam serangan ini, Fatimah terluka[23] yang menurut kaum Syiah, hal tersebut menjadi penyebab Fatimah as syahid di kemudian hari.[24] Menurut kaum Syiah, setelah wafatnya Nabi saw, pesan Nabi saw mengenai suksesi Imam Ali as tidak dilaksanakan oleh umat[25] dan perselisihan suksesi ini berubah menjadi konflik mendalam dalam masyarakat Islam dan menjadi peletak dasar bagi berdirinya dua mazhab besar, Syiah dan Sunni.[26]

Di berbagai negara di dunia, pada peringatan wafatnya Rasulullah saw, diadakan upacara berkabung.[27] Di Iran, Safar ke-28 adalah hari libur resmi sebagai hari wafatnya Nabi saw, dan kaum Syiah meratapi Nabi saw pada kesempatan ini.[28]

Kisah Nabi Diracun

Ada dua jenis riwayat mengenai hal ini, apakah Nabi meninggal karena kematian biasa atau karena keracunan?[29] Ada yang berpendapat bahwa wafatnya Rasulullah saw disebabkan oleh faktor alami,[30] namun dalam kitab al-Kâfi, menurut sebuah hadis dari Imam Shadiq as,[31] Kitâb Basâir Al-Dararjât, kitab hadis Syiah,[32] dan dalam Thabaqât Ibn Sa’ad, kitab sejarah abad ketiga Hijriah, terdapat riwayat bahwa sebab penyakit yang diderita Nabi saw di akhir hayatnya disebabkan oleh keracunan akibat makan daging kambing setelah penaklukan Khaibar, yang mana seorang wanita Yahudi membawakannya untuk Nabi dan para sahabatnya.[33]

Syekh Mufid,[34] Syekh Thusi,[35] Allamah Hilli[36] dan beberapa penulis sumber-sumber pustaka Sunni seperti Shahih Bukhari,[37] Sunan Dârami[38] dan Al-Mustadrak ‘Ala Al-Shahihain[39] menyebutkan secara gamblang bahwa wafatnya Nabi saw disebabkan karena keracunan. Jafar Murtadha 'Amili, seorang sejarawan Syiah, telah mengumpulkan laporan dari sumber-sumber pustaka Syiah dan Sunni tentang sebab dan upaya pembunuhan Nabi saw[40] dan pihaknya meyakini bahwa Nabi syahid karena diracuni.[41] Dia menganggap beberapa musuh internal sebagai penyebab keracunan tersebut.[42] Seperti Dalam Tafsir ‘Ayyâsyi disebutkan mengenai hadis dari Imam Shadiq as bahwa dua orang dari istri-istri Nabi saw menjadi penyebab keracunan Nabi saw.[43]

Hadis Ladud

Kisah Ladud yang sebagian orang menganggap palsu[44] dan sebagian lagi menganggap sebagai takhayul,[45] juga merupakan salah satu peristiwa di masa sakitnya Nabi Muhammad saw. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Thabaqât Ibnu Sa'ad, diriwayatkan dari Aisyah bahwa di hari-hari terakhir hidup Nabi saw, ketika beliau sedang sekarat karena penyakit yang parah, mereka menuangkan Ladud (obat pahit untuk penderita pneumonia) ke dalam mulut Nabi saw, namun Nabi saw mengisyaratkan bahwa mereka tidak boleh melakukan hal ini. Ketika Nabi saw merasa lebih baik, beliau memerintahkan agar obat tersebut dituangkan ke dalam mulut semua orang yang hadir dalam pertemuan tersebut, kecuali pamannya Abbas.[46] Najmi, seorang peneliti Syiah, berpendapat bahwa dengan menggunakan hadis ini, para pemalsu hadis ini sedang mencari konfirmasi tindakan Umar bin Khattab dalam kasus pena dan tinta, dimana Umar menuduh nabi sedang berkhayal.[47]

Pemakaman Nabi Saw

Ibnu Sa'ad meriwayatkan bahwa setelah wafatnya Rasulullah saw, umat Islam sangat bersedih.[48] Putrinya Fatimah sa terus-menerus menangis dan berseru, "Ya Abatâh!" dan setelah kematian Nabi saw, tidak ada yang melihatnya tersenyum.[49] Dalam Nahjul-Balâghah, diriwayatkan dari Imam Ali as bahwa dengan meninggalnya Rasulullah saw, seluruh alam dan para malaikat berduka atas Nabi saw.[50]

Menurut sumber sejarah, Nabi saw meninggal di pelukan Ali as[51] dan Imam as memandikan Nabi saw dengan bantuan Fadhl bin Abbas, Usamah bin Zaid dan orang lain. Mereka memandikan Nabi saw dari balik bajunya dan dikafani.[52] Atas saran Ali as[53] orang-orang masuk ke rumah Nabi saw secara berkelompok dan menyalatkan Nabi saw sendiri- sendiri tanpa menjadi makmum bagi siapa pun, dan acara ini berlanjut hingga keesokan harinya.[54] Dalam sebagian riwayat disebutkan adanya usulan yang berbeda-beda mengenai tempat dimakamnya Nabi saw, tetapi Ali as berpendapat bahwa Nabi Allah saw harus dimakamkan di tempat yang paling suci, dan semua pihak menyetujuinya, dan pada akhirnya jenazah nabi saw dimakamkan di tempat kesyahidan Nabi saw sendiri (rumahnya).[55] Abu ‘Ubaidah Jarrâh dan Zaid bin Sahl mempersiapkan tempat dimakamkan jenazah Nabi saw.[56] Dan Ali as yang dibantu oleh Fadhl dan Usamah menguburkan jenazah Nabi di rumahnya.[57]

Masalah Suksesi

Hak untuk menggantikan Nabi saw dan memimpin pemerintahan Muslim setelah wafatnya Nabi saw telah menjadi salah satu isu terpenting dan penyebab utama perpecahan di kalangan umat Islam.[58] Oleh karena itu, peristiwa sebelum wafatnya Nabi Islam saw dan sesaat setelahnya , adalah salah satu peristiwa paling sensitif dan penuh dengan nuansa politik tersembunyi dan rumit.[59] Berdasarkan analisa dari sumber-sumber pustaka Syiah, Nabi saw, untuk menguatkan suksesi kepemimpinan Imam Ali as yang telah diumumkan di Ghadir berusaha menjauhkan para penentang kekhalifahan Ali as dari Madinah dengan memerintahkan mereka untuk bergabung pada tentara Usamah,[60] selain itu Nabi saw juga mewasiatkan pengganti setelahnya melalui pesan yang akan ditulis,[61] Nabi saw sering menekankan mengenai hadis Tsaqalain beberapa kali,[62] Nabi saw pun memperkenalkan penggantinya setelah dirinya,[63] dan mencegah pendirian jemaah melalui kekhalifahan Abu Bakar.[64]

Menurut riwayat sejarah, pendekatan para sahabat terhadap masalah suksesi setelah Nabi saw ada dua cara: sekelompok sahabat mengatakan bahwa Nabi saw tidak menunjuk siapa pun dan mereka berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah dan memilih Abu Bakar sebagai khalifah,[65] dan kelompok lain yang sebagian besar dari mereka berasal dari Bani Hasyim, dengan berdasarkan -pada sabda Nabi saw, mereka yakin bahwa Nabi saw telah mengangkat Ali as sebagai penggantinya, dan oleh karena itu, mereka tidak melakukan baiat kepada Abu Bakar selama beberapa waktu. Perbedaan antara kedua kelompok ini menyebabkan konflik di Madinah dan penyerangan terhadap rumah Ali as.[66] Menurut beberapa laporan, Ali as tidak berjanji setia kepada Abu Bakar sampai setelah syahidnya Fatimah as.[67] Menurut kitab Sulaim bin Qais dan sumber-sumber pustaka lainnya, pada masa hidup Nabi saw, beberapa orang bersekongkol untuk menentukan suksesi kepemimpinan setelah Nabi saw, dan peristiwa ini disebut di dalam bagian Shahîfah Mal’ûnah dari kitab tersebut.[68]

Monografi

Berikut adalah beberapa karya mengenai topik wafatnya Nabi saw yang ditulis secara terpisah, yang sebagian besarnya ditulis oleh penulis Sunni:

  • Wafât An-Nabi saw, ditulis oleh Abdul Wahid Al-Mudzaffar. Penulis menuliskan topik – topik penting dalam tulisannya yakni: sebab-sebab wafat Nabi saw, seperti lamanya penyakit yang diderita Nabi saw dan penyebabnya, peristiwa-peristiwa pada saat wafatnya, tajhiz jenazah dan penguburannya, serta acara duka.[69]
  • Wafât An-Nabi Muhammad saw, yang ditulis oleh Syeikh Husein Al-Darâzi al-Bahrâni, yang diterbitkan oleh Muassasah Balâgh di Beirut.[70]
  • Wafât Rasulullah SAW Wa Maudhi’u Qabrihi yang ditulis oleh Nabîl al-Hasani, dalam karya ini beliau telah menyebutkan bagaimana Rasulullah saw wafat, tempat pemakamannya dan perbedaan-perbedaan yang timbul antara para sahabat dalam hal ini.[71]
  • Wa Adzlamat Al-Madinah: Wafât An-Nabi saw, ditulis oleh Nizâr al-Na’lâwâni al-‘Asqalâni, yang diterbitkan pada tahun 1424 H oleh Dar al-Minhâj Beirut.[72]
  • Salwat Al-Kaib Bi Wafât Al-Habib saw, ditulis oleh Ibnu Nâsir al-Din, yang diteliti kembali oleh Shâlih Yusuf Ma'tûq. Karya ini berisi tentang peristiwa setelah wafat dan berkabungnya para malaikat, pemandian jenazah Nabi saw oleh Ali bin Abi Thalib as, serta topik mengenai anak dan istri Nabi saw.[73]

Catatan Kaki

  1. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 182; Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 200.
  2. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 182; Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 195.
  3. Ja'fariyan, Sire-e Rasul-e Khuda, hlm. 628.
  4. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 189.
  5. Qummi, Muntaha al-Amal, jld. 1, hlm. 249.
  6. Ja'fariyan, Sire-e Rasul-e Khuda, hlm. 628.
  7. Ja'fariyan, Sire-e Rasul-e Khuda, hlm. 628.
  8. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 5, hlm. 254; Suhaili, al-raudh al-Unuf, jld. 7, hlm. 579.
  9. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 200; Suhaili, al-raudh al-Unuf, jld. 7, hlm. 579.
  10. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 5, hlm. 276; Waqidi, al-Maghazi li al-Waqidi, jld. 3, hlm. 1089; Khalifah bin Khayath, Taraikh Khalifah bin Khayath, hlm. 46; Mas'udi, Muruj al-Dzahab, jld. 2, hlm. 280.
  11. Tari Jalil, Taammuli dar Tarikh-e Wafat-e Peyambar, hlm. 12.
  12. Qummi, Muntaha al-Amal, jld. 1, hlm. 249.
  13. Qummi, Muntaha al-Amal, jld. 1, hlm. 249.
  14. Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 439; Thabari, al-Mustarsyid, hlm. 115.
  15. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 2, hlm. 649-666.
  16. Ibnu Mas'ud, al-Thabaqat al-Kubra, jlf. 2, hlm. 129-253.
  17. Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 113-115.
  18. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 179-192.
  19. 'Amili, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham, jld. 33, hlm. 125-355 & 5-230.
  20. Syahidi, Tarikh-e Tahlili-e Eslam, hlm. 106-107.
  21. Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, jld. 3, hlm. 201-203.
  22. Ibnu Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 30-31.
  23. Mas'udi, Itsbat al-Washiyah, hlm. 146.
  24. Mahdi, al-Hujum, hlm. 221-356..
  25. Syahidi, Tarikh-e Tahlili-e Eslam, hlm. 106-107.
  26. Silakan lihat ke: Thabathabai, Syieh dar Eslam, hlm. 28.
  27. Marasim-e Salruz-e Rehlat-e Peyambar-e Akram dar Kharij az Kesywar, site mehernews.com.
  28. Untuk contoh silakan lihat ke: Harakat va Tajammu-e Dastejat-e Azadari dar Salruz-e Rehlat-e Peyambar-e Akram dar Busyahr, site tasnimnews.com.
  29. 'Amili, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham, jld. 33, hlm. 141-158.
  30. Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jld. 10, hlm. 266.
  31. Kulaini, al-Kafi, jld. 6, hlm. 315, hadits no 3.
  32. Shafar, Bashair al-Darajat, hlm. 503.
  33. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 156-155.
  34. Syekh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 456.
  35. Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 2.
  36. Hilli, Muntaha al-Mathlab, jld. 13, hlm. 159.
  37. Bukhari, Shahih al-Bukhari, jld. 6, hlm. 9, hadits no. 4428.
  38. Al-darami, Sunan al-Darami, jld. 1, hlm. 207, hadits no. 68.
  39. Hakim Neisyaburi, al-Mustadrak, jld. 3, hlm. 61, hadits no. 4395.
  40. 'Amili, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham, jld. 33, hlm. 141-158.
  41. 'Amili, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham, jld. 33, hlm. 158.
  42. 'Amili, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham, jld. 33, hlm. 159-193.
  43. 'Ayasyi, Kitab al-Tafsir, jld. 1, hlm. 200.
  44. Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jld. 13, hlm. 32; Najmi, Dastan-e Durugin Darbare-e Peyambar-e Akram, hlm. 120.
  45. 'Amili, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham, jld. 32, hlm. 130.
  46. Bukhari, Shahih al-Bukhari, jld. 6, hlm. 14, hadits no. 4458, & jld. 7, hlm. 127, hadits no. 5712; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 181.
  47. Najmi, Dastan-e Durugin Darbare-e Peyambar-e Akram, hlm. 120; Najmi, Adhwa ala al-Shahihain, hlm. 264.
  48. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 238.
  49. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 237-238.
  50. Sayid Radhi, Nahj al-Balaghah, hlm. 311, khotbah no. 197; Makarim Syirazi, Nahj al-Balaghah ba Tarjumeh Farsi-e Ravan, hlm. 485.
  51. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 201.
  52. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 212 & 214; Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 2, hlm. 253-662.
  53. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 188.
  54. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 220; Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 114.
  55. Irbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 1, hlm. 19.
  56. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 2, hlm. 263.
  57. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 229.
  58. Madelung, Janesyini-w Hazrat-e Muhammad, hlm. 13.
  59. Ghulami, Pas az Ghurub, hlm. 21.
  60. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 180.
  61. Bukhari, Shahih al-Bukhari, jld. 6, hlm. 9, hadits no. 4432.
  62. Syekh Mufid, al-Amali, hlm. 135; Ibnu Hajar Haitsami, al-Shawaiq al-Muhriqah, jld. 2, hlm. 438 & 440.
  63. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 185; Dzahabi, Tarikh al-Islam, jld. 11, hlm. 224; Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 7, hlm. 359.
  64. Ja'fariyan, Sire-e Rasul-e Khuda, hlm. 679; Kitab Sulaim bin Qais, hlm. 420.
  65. Ibnu Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 22; Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, jld. 2, hlm. 327.
  66. Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 124; Askari, Saqifah, hlm. 99.
  67. Ibnu Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 30-31.
  68. Sulaim bin Qais, Asrar Ali Muhammad, hlm. 232; Qummi, Safinah al-Bihar, jld. 5, hlm. 56; Sayid Ibnu Thawus, Tharf min al-Anba wa al-Manaqib, hlm. 564; Syekh Mufid, al-Fushul al-Mukhtarah, jld. 1, hlm. 232.
  69. Al-Mudzaffar, Wafat an-Nabi, hlm. 2.
  70. Al-Darazi, Wafat an-Nabi, hlm. 2.
  71. Wafat Rasulullah saw wa Maudhi’u Qabrihi, site ghbook.ir.
  72. Al-Na'lawani, Wafat an-Nabi, hlm. 2.
  73. Ibnu Nashir ad-Din, Salwah Al-Kaib, hlm. 211.

Daftar Pustaka

  • Al-Muzhaffar, Abdul Wahid. Wafat an-Nabi. Qom: Penerbit Perpustakaan al-Haidariyah, cet. 1, 1386 HS.
  • Al-Na'lawi al-Asqalani, Nezar. Wafat an-Nabi wa Adzlamat al-Madinah. Beirut: Dar al-Minhaj, 1443 H.
  • 'Amili, Sayid Ja'far Murtadha. al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham. Qom: Dar al-Hadits, cet. 1, 1385 HS.
  • Askari, Sayid Murteza. Saqifah. -Barresi-e nahwey-e Syiklgiri Hukumat pas az Rehlt-e Peyambar-. Mahdi Dasyti. Qom: Universitas Usuluddin, 1387 HS.
  • 'Ayasyi, Muhammad bin Mas'ud. Tafsir al-'Ayasyi. Teheran: Penerbit Ilmiah, cet. 1, 1380 H.
  • Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari. Riset: An-Nashir, Muhammad Zuhair. Damaskus: Dar Tuq al-Najah, cet. 1, 1422 H.
  • Darami, Abdullah bin Abdul Rahman. Sunan al-Darami. Riset: Husain Salim al-Darani. Saudi Arabia: Dar al-Mughni wa al-Tauzi', cet. 1, 1412 H.
  • Darazi al-Bahrani, Syekh Husain. Wafat an-Nabi saw. Beirut: Yayasan Balagh, cet. 1, 1428 H.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Tarikh al-Islam. Riset: Umar bin Abdu al-Salam. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, cet. 2, 1413 H.
  • Hakim Neisyaburi. Muhammad bin Abdullah. al-Mustadrak ala al-Shahihain. Riset: Abdul Qadir Musthafa. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, cet. 1, 1411 H.
  • Hilli, Hasan bin Yusuf. Muntaha al-Mathlab fi Tahqiq al-Mazhab. Masyhad: Majma' al-Buhuts al-Islamiah, 1412 H.
  • Ibnu Abi al-Hadid, Abdul Hadmid bin Hibatullah. Syarh Nahj al-Balaghah. Riset dan editor: Ibrahim, Muhammad Abu al-Fadhl. Qom: Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi Najafi, cet. 1, 1404 H.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. al-Kamil fi al-Tarikh. Beirut: Dar Shadir, tanpa tahun.
  • Ibnu Hajar Haitami, Ahmad bin Muhammad. al-Shawaiq al-Muhriqah ala Ahli al-Rafhd wa al-Dhalal wa al-Zinndiqah. Beirut: Yayasan al-Risalah, 1417 H.
  • Ibnu Hisyam, Abdul Malik. al-Sirah al-Nabawiyah. Riset: Musthafa al-Saqa, Ibrahim al-Abyar, Abdul Hafizh Syalbi. Beirut: Dar al-Ma'rifah, cet. 1, tanpa tahun.
  • Ibnu Katsir Dimasyqi, Ismail bin Umar. al-Bidayah wa al-Nihayah. Beirut: Dar al-Fikr, 1407 H.
  • Ibnu Nashir ad-Din. Silwah al-Kaib bi Wafat al-Habib. Emirat: Dar al-Buhuts li al-Dirasat al-Islamiah, tanpa tahun.
  • Ibnu Qutaibah, Abdullah bin Muslim. al-Imamah wa al-Siyasah. Riset: Ali Syiri. Beirut: Dar al-Adhwa, 1410 H.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad. al-Thabaqat al-Kubra. Riset: Atha, Muhammad Abdul Qadir. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, cet. 1, 1410 H.
  • Irbili, Ali bin Isa. Kasyf al-Ghummah. Riset: Sayid Hasyim Rasuli Mahalati. Tabriz: Penerbit Bani Hasyim, cet. 1, 1381 H.
  • Ja'fariyan, Rasul. Sire-e Rasul-e Khuda. Qom: Penerbit Dail-e Ma, 1383 HS.
  • Khalifah bin Khayath. Tarikh Khalifah bin Khayath. Riset: Najib Fawaz. Beirut: dar al-Kutub al-Ilmiah, 1415 H.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. al-Kafi. Riset dan editor: Ghafari, Ali Akbar Akhundi, Muhammad. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, cet. 4, 1407 H.
  • Madelung, Wilferd. Janesyini-e Hazrat-e Muhammad. Studi khilafah Pertama, penerjemah: Ahmad namai, Jawad Qasimi, Muhammad Jawad Mahdi Dan Haidar Ridha Dhabith. Masyad: Pazuhesyha-e Eslami Astan-e Quds, 1377 HS.
  • Mahdi, Abdu al-Zahra. al-Hujum ala bait Fatimah. Teheran: Penerbit Barg-e Rezvan, 1425 H.
  • Mas'udi, Ali bin Husain. Muruj al-Dzahab wa Ma'adin al-Jauhar. Riset: As'ad Daghir Yusuf. Qom: Yayasan Dar al-Hijrah, 1409 H.
  • Najmi, Muhammad Shadiq. Dastani Durugin Darbare-e Peyambar A'zham. Jurnal Miqat-e Haj, vol. 58, musim dingin 1385 HS.
  • Qummi, Syekh Abbas. Muntaha al-Amal. Qom: Penerbit Dalil-e Ma, cet. 1, 1379 HS.
  • Shafar, Muhammad bin Hasan. Bashair al-Darajat. Qom: Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi Najafi, cet. 2, 1404 H.
  • Site ghbook.ir. Wafat Rasulullah saw wa Maudhi’u Qabrihi. Dilihat 17 Dey, 1402 HS.
  • Site mehrnews.com. Marasim-e Salruz-e Rehlat-e Peyambar-e Akram dar Kharij az Kesywar. Diakses 22 Azar 1394 HS, dilihat 6 Dey 1402 HS.
  • Site tasnimnews.com. Harakat va Tajammu' Dastejat Azadari dar Salruz-e Rehlatat-e Peyambar Akram dar Busyahr. Diakses 5 Aban 1398 HS, dilihat 1 Murdad 14 1403 HS.
  • Suhaili, Abdul Rahman. al-Raudh al-Unuf fi Syarh al-Sirah al-Nabawiyah. Beirut: Dar al-Turats al-Arabi, cet. 1, 1412 H.
  • Syahidi, Sayid Ja'far. Tarikh-e Tahlili-e Eslam. Teheran: Markaz Nashr Danesygahi, 1390 HS.
  • Syekh Mufid, muhammad bin Muhammad. al-Muqni'ah. Qom: Kongres Internasional Syekh Mufid, cet. 1, 1413 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Tahdzib al-Ahkam. Editor: Muhammad Akhundi. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, cet. 4, 1407 H.
  • Tari Jalil. Ta'ammuli dar Tarikh-e Wafat-e Peyambar. Dalam majalah Tarikh-e Eslam, vol. 5, musim semi, 1380 HS.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir bin Rustam. al-Mustarsyid fi Imamah Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib. Riset: Ahmad Mahmudi. Teheran: Yayasan al-Tsaqafah al-Islamiah Lakushanpur, 1415 H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh Thabari (tarikh al-Umam wa al-Muluk). Riset: Ibrahim, Muhammad Abul Fadhl. Beirut: Dar al-Turats, cet. 1387 H.
  • Thabathabai, Sayid Muhammad Husain. Syieh dar Eslam. Qom: Jamiah Mudarrisin hauzah Ilmiah Qom, kantor penerbit Islami, 1378 HS.
  • Waqidi, Muhammad bin Umar. al-Magazi li al-Waqidi. Marseden Jones. Beirut: Yayasan al-A'lami li al-Mathbu'at, 1409 H.
  • Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qub. Tarikh al-Ya'qubi. Beirut: Dar Shadir, cet. 1, tanpa tahun.