Kitab Sulaim Bin Qais Al-Hilali
Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali (bahasa Arab: كتاب سليم بن قيس الهلالي) dalam bahasa Arab juga dikenal dengan nama Asrar Ali Muhammad dan Kitab Sulaim. Kitab ini memuat riwayat-riwayat tentang keutamaan Ahlulbait as, mengenal Imam as, dan juga peristiwa-peristiwa setelah wafatnya Nabi Islam saw. Terdapat banyak perbedaan pendapat di kalangan ulama Syiah mengenai penisbatan kitab Sulaim bin Qais. Mir Hamid Husain menyebut kitab Sulaim lebih tua dan lebih baik dari semua kitab Syiah. Nu'mani dan Ibn Nadim menganggapnya sebagai kitab orisinal Syiah pertama. Di sisi lain, Syahid Tsani dan Ibnu Ghadairi menganggap kitab ini sebagai palsu dan dibuat-buat, bahkan Syekh Mufid melarang untuk mengamalkan sebagian besar riwayat-riwayat yang ada padanya.
Kitab ini berisi 48 riwayat panjang, yang sebagian besar diriwayatkan dari Imam Ali as, Salman Farsi, Miqdad bin Aswad dan Abu Dzar Ghifari. Terlepas dari perbedaan yang ada tentang keabsahan kitab tersebut, beberapa fukaha Syiah menggunakan riwayatnya dalam karya-karya fikih mereka, diantaranya adalah Syekh Mufid, Muhaqiq Hilli, dan Allamah Hilli.
Versi koreksi kitab ini telah diterbitkan oleh Muhammad Baqir Ansâri Zanjâni dalam tiga jilid, yang disalin dari sumber empat belas versi kitab ini. Jilid pertama merupakan pengantar tentang pembuktian keabsahan kitab, dan jilid kedua dan ketiga berisi matan dan indeks kitab. Kitab Sulaim ini pun telah diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu dan Persia dan ringkasannya juga telah dicetak dan diterbitkan.
Kedudukan dan Urgensitas
Muhammad bin Ibrahim Nu'mâni (W. 360 H) dan Ibnu Nadim (W. Awal abad ke-5 H) memperkenalkan Kitab Sulaim sebagai kitab orisinil Syi'ah pertama (dalam arti kitab hadis yang diriwayatkan langsung dari para maksumin as.[1] Berdasarkan ciri-ciri, kandungan akidah dan sejarah yang ada dalam buku ini, periode waktu penyusunannya diasumsikan pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Hisyâm bin Abdulmalik Umawi (memerintah: 105-125 H) dan tempat penulisannya adalah Kufah.[2]
Terlepas dari permasalahan historis dan teologis dalam Kitab Sulaim bin Qais, beberapa riwayat dari kitab tersebut telah dikutip dan digunakan oleh para fukaha Syiah dalam karya fikih mereka pada periode sejarah yang berbeda,[3] seperti Mulla Ahmad Naraqi, Akhund Khurasani, dan Syekh Anshari.[4]
Khair al-Din Zirkili (1310-1396 H) dalam kitabnya al-‘Alâm memperkenalkan Kitab Sulaim dengan judul Kitab al-Saqîfah (1310-1396 H).[5] Kitab ini pun terkenal dengan nama lain seperti Asrar Ali Muhammad saw, Kitab Fitan, Kitab Wafat al-Nabi saw dan Kitab al-Imamah.[6] Agha Buzurg Tehrâni dalam kitab Al-Dzari'ah, menceritakan tentang kitab ini dengan judul "Aslu Sulaim bin Qais al-Hilâli [7] dan di lain waktu, ia pun menyebutnya dengan Kitab Sulaim bin Qais al-Hilâli.[8]
Penulis
Menurut keterangan dari mukadimah kitab ini yang dinisbatkan kepada Sulaim bin Qais al-Hilâli, bahwa Sulaim bin Qais lahir dua tahun sebelum Hijrah, yang berarti Sulaim berusia dua belas tahun ketika Nabi saw wafat. Sulaim memasuki kota Madinah pada usia enam belas tahun, dan pada tahun Tahun 76 H dalam usia 78 tahun, ia memasuki kota Noubandegon Fars. Ia wafat dan dimakamkan di sana.[9]
Dalam kitab Rijal al-Barqi, salah satu karya ulama Syiah terkenal di abad ketiga Hijriah disebutkan nama Sulaim bin Qais al-Hilâli sebagai salah satu dari para sahabat lima imam Syiah pertama.[10] Juga, namanya disebutkan dalam Rijal al-Barqi sebagai salah satu dari sembilan puluh sahabat Imam Ali as.[11] Barqi juga menyebutkan sebelas sahabat Imam Hasan as, salah satunya adalah Sulaim.[12] Nama Sulaim juga disebutkan di antara empat belas sahabat Imam Husain as.[13] Barqi menuliskan di antara 33 sahabat Imam Sajjad as ada yang bernama Abu Shâdiq, yang mana menurut ulama peneliti kitab, Haidar Muhammad Ali Baghdadi bahwa ia tidak lain adalah Sulaim bin Qais al-Hilâli yang akrab dipanggil Abu Shadiq.[14]
Isi Kitab
Kitab Sulaim memuat 48 riwayat yang isinya secara umum menceritakan hal-hal yang terperinci.[15] Isi kitab Sulaim adalah uraian peristiwa penting yang terjadi setelah wafatnya Nabi saw, kekhalifahan Imam Ali as, keutamaan Imam Ali as dan Ahlulbait as, serta ramalan beberapa peristiwa di abad pertama Hijriah.[16]
Dikatakan bahwa sebagian besar hadis dalam buku ini diriwayatkan langsung dari Imam Ali as, Salman Farsi, Miqdad bin Aswad dan Abu Dzar al-Ghifari,[17] namun, ada juga riwayat dari Imam Hasan as, Imam Husain as, dan Imam Sajjad as, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Ja'far dan Muhammad bin Abu Bakar yang disebutkan dalam kitab ini.[18]
Menurut laporan dari Muhammad Taqi Subhâni, seorang faqih dan teolog Syiah, topik terpenting yang diangkat dalam kitab Sulaim bin Qais adalah sebagai berikut:
1. Penekanan pada keutamaan Ahlulbait as.
2. Pembuktian wilayah dan wasiat Imam Ali as setelah Nabi saw.
3. Penentuan jumlah imam Syiah oleh Nabi saw dan penyebutan nama-nama mereka.
4. Mengklarifikasi bahwa Imam Mahdi as berasal dari generasi kesembilan Imam Husain as.
5. Menjelaskan detail peristiwa Saqifah dan cara Imam Ali as dan para sahabatnya diperlakukan.
6. Peristiwa penyerangan dan pembakaran rumah Imam Ali as dan Sayyidah Fatimah as.
7. Pengingkaran wilayah Imam Ali as dari semua sahabat setelah wafatnya Nabi saw, kecuali empat orang: Salman, Abu Dzar, Miqdad dan Zubair.
8. Persekongkolan Pembunuhan Imam Ali as oleh Khalid bin Walid atas perintah Abu Bakar.
9. Kurangnya iman dari dua khalifah pertama dan ketaatan mereka pada kepercayaan pra-Islam.
10. Pengumpulan Al-Qur'an oleh Imam Ali as dan posisinya terhadap pengumpulan Al-Qur'an oleh Umar dan Utsman.
11. Ramalan Nabi saw dan Imam Ali as tentang pemerintahan Bani Umayyah yang menindas dan bani Abbasiyah serta penindasan terhadap kaum Syi'ah.[19]
Perbedaan Pendapat Terhadap Keaslian Kitab
Terdapat perbedaan pendapat dari para ulama mengenai keasliannya dan terkadang perbedaan tersebut saling bertentangan. Muhammad bin Ibrahim Nu'mani sepenuhnya menyetujuinya dan menganggapnya sebagai salah satu kitab hadis Syiah yang paling berharga.[20] Syekh Mufid, meskipun dia tidak menolak seluruh riwayat yang ada di dalamnya, tetapi ia mengakui adanya tahrif di dalam kitab tersebut.[21] Ibn Ghadhairi dan Syahid Tsani menganggap buku Sulaim telah dipalsukan oleh Aban bin Abi 'Ayash.[22]
Validasi Buku
Muhammad bin Ibrahim Nu’mâni, seorang mufassir dan ahli hadis Syiah abad keempat Hijriah, dalam Kitab al-Ghaibah-nya, menyebutkan bahwa kitab Sulaim sebagai salah satu kitab hadis paling berharga di antara semua ulama dan perawi Syiah, dan menganggapnya sebagai kitab yang dapat dipercaya oleh orang-orang Syiah.[23]
Ibn Nadim, ahli bibliografi dan katalog buku abad ke-4 Hijriah, juga menyebutkan bahwa Kitab Sulaim sebagai kitab pertama yang ditulis di kalangan Syiah.[24] Mir Hamid Husein, penulis Abaqat al-Anwar, juga menganggap Kitab Sulaim sebagai sumber hadis tertua dan memiliki keutamaan yang lebih dari semua kitab–kitab Syiah.[25]
Muhammad Baqir Khunsâri, penulis buku Raudhât al-Jannât juga menyebut Kitab Sulaim sebagai kitab kompilasi dan kumpulan hadis pertama di kalangan umat Islam.[26] Juga, Muhaddits Qummi menganggapnya sebagai buku pertama Syiah dan karya terkenal di kalangan ahli hadis.[27]
Dianggap Kitab Palsu
Ibnu Ghadhairi, salah satu ulama Syiah di abad kelima Hijriah, dalam bukunya al-Rijâl, menganggap karya yang dikaitkan dengan Sulaim bin Qais ini sebagai palsu, dan pihaknya mempertanyakan penisbatan kitab ini kepada Sulaim, serta mengatakan bahwa Âbân bin Abi ‘Ayyâsh telah memalsukan kitab ini dan menisbatkannya kepada Sulaim.[28] Ibnu Dawud al-Hilli dalam kitab rijalnya juga menganggap kitab Sulaim sebagai palsu.[29]
Syahid Tsâni, seorang fakih Syiah abad ke-10 H di dalam catatan kitab Khulâshah al-Aqwâl dari Allâmah Al-Hilli, merujuk pada sebuah hadis dalam Kitab Sulaim yang menyebutkan bahwa Muhammad bin Abu Bakar menasehati ayahnya sendiri pada saat kematiannya, dan narasi ini dianggap sebagai salah satu bukti jelas adanya pemalsuan hadis di dalam kitab ini. Karena Muhammad bin Abu Bakar lahir pada tahun ke-10 H bersamaan dengan haji perpisahan, dan Abu Bakar meninggal pada tahun 13 Hijriah, maka tidak mungkin putranya Muhammad bin Abu Bakar dapat menasihati ayahnya.[30] Syahid Tsâni di akhir tulisannya, dengan mengandalkan kelemahan dari hadis tersebut, dikarenakan juga adanya perawi Ibrahim bin Umar San’âni dan Abân bin Abi ‘Ayâsh di antara para perawi peristiwa tersebut, menolak kitab tersebut dan mengatakan bahwa kalaupun kitab ini ingin diterima maka isi kitab tersebut yang tidak benar dan lemah harus disingkirkan, adapun sisanya tidak boleh ditolak atau dikonfirmasi.[31]
Abul Hasan Sya’râni, seorang peneliti Al-Qur'an dan hadis, juga menganggap Kitab Sulaim sebagai hadis yang palsu dan mengatakan bahwa kitab tersebut berisi hadis palsu dan tidak dapat dipercaya; Kecuali dalam kasus di mana bukti rasional (akli) atau naratif (nakli) dapat mendukungnya.[32]
Tidak Sepenuhnya Palsu dan Tidak Sepenuhnya Dapat Dipercaya
Syekh Mufid, seorang fakih dan teolog Syiah abad kelima Hijriah, dalam bukunya Tashih I’tiqâdât al-Imâmiah, tidak memperbolehkan mengikuti sebagian besar riwayat yang ada di dalam Kitab Sulaim, karena banyaknya perubahan yang ada di dalamnya, dan ia melarang orang-orang yang paham agama untuk melakukannya.[33]
Allamah Hilli, seorang fakih dan teolog Syiah abad ke-8 Hijriah juga mengatakan dalam Khulâshah al-Aqwâl, meskipun ia menyebut Sulaim bin Qais adalah orang yang tsiqah (dapat dipercaya), tetapi sudah sepantasnya bagi kita menghindari untuk beramal berdasarkan riwayat palsu yang ada dalam kitab yang dikaitkan kepada Sulaim.[34]
Muhammad Taqi Syushtari, dalam bukunya Qâmûs al-Rijâl, membantah klaim Ibnu Ghadhari yang menganggap Kitab Sulaim ini adalah palsu, dengan menyatakan bahwa pada awalnya tidak palsu, tetapi para pengingkar telah ikut campur di dalamnya dan membuat isi kitab tersebut menjadi kacau.[35]
Ulasan dan Kritik
Para peneliti banyak melayangkan kririkan terhadap tema dan isi dari Kitab Sulaim. Qâsim Javâdi dalam artikel berjudul Kitab Sulaim bin Qais Al-Hilâli mencantumkan delapan belas kritikan[36] beberapa di antaranya adalah:
- Hadis yang ada di dalam kitab dinukil setelah wafatnya Sulaim: Dalam kitab ini, sebuah hadis telah diriwayatkan di zaman wafatnya Ibrahim Nakha’i; Sedangkan Sulaim meninggal pada tahun 76 H dan tanggal wafatnya Ibrahim Nakha’i adalah tahun 95 atau 96 H. Muhammad Baqir Anshâri Zanjâni yang telah mengoreksi dan meneliti Kitab Sulaim, mengatakan bahwa untuk menyelesaikan masalah tersebut maka hadis tersebut harus dinisbatkan kepada Abân bin Abi ‘Ayâsh; dengan hasil tersebut, maka harus dikatakan bahwa kitab ini bukan milik Sulaim, dan menisbatkan hadis kepada orang lain selainnya tidak akan menyelesaikan masalah yang ada.[37]
- Sapaan Nabi kepada Imam Ali as dengan kata "saudaraku": menurut hadis yang disebutkan dalam buku ini, Nabi saw tidak pernah memanggil Imam Ali as kecuali dengan sebutan "saudaraku"; Sedangkan dalam Kitab Sulaim, telah diriwayatkan hadis lain di mana Nabi saw berbicara kepada Imam Ali as dengan sebutan selain “saudaraku”. Adanya dua jenis riwayat ini berarti disinyalir adanya perubahan terhadap kitab aslinya.[38]
- Bertolak belakang dengan dengan fakta sejarah: Beberapa riwayat yang dikutip dalam Kitab Sulaim tidak sesuai dengan fakta sejarah; Diantaranya adalah adanya sebuah riwayat yang menyebutkan setelah Utsman, Muawiyah dan putranya akan berkuasa; Sedangkan setelah Utsman, kekhalifahan dipegang oleh Imam Ali as. Dalam kasus lain, jumlah khalifah Bani Umayyah dikatakan sepuluh orang dalam sebuah hadit, sedangkan jumlah khalifah Muawiyah sebenarnya adalah empat belas orang.[39]
Versi dan Cetakan
Menurut ‘Imâdi Hâiri dalam Danehnameh Jahan Islâm (Ensiklopedi Dunia Islam), terdapat berbagai versi Kitab Sulaim bin Qais dari sejak abad keempat Hijriah, dan versi yang berbeda tersebut menjadi bahan perdebatan dan dalam kurun waktu yang berbeda pula, bahkan diantaranya telah terjadi perubahan dan penambahan di dalamnya.[40]
Versi koreksi kitab Sulaim bin Qais diterbitkan pada tahun 1415 H oleh Muhammad Baqir Anshâri Zanjani dalam tiga jilid, yang merupakan hasil penelitian terhadap empat belas manuskrip kitab tersebut. Jilid pertama dari kumpulan ini merupakan pengantar yang rinci tentang keabsahan kitab tersebut, dan jilid kedua dan ketiga berisi teks kitab dan pengindeksan.[41]
Terjemahan
• Diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu oleh Syekh Malik Muhammad Syarif bin Syir Muhammad Syah Rasûli Multâni pada tahun 1375 H.
• Terjemahan Persia pada 1400 H untuk pertama kalinya di Najaf.
• Terjemahan Persia yang disertai dengan teks Arab pada 1412 H oleh Syekh Muhammad Baqir Kamrei.
• Terjemahan Persia dengan judul "Asrâr Âli Muhammad saw" oleh Ismail Anshâri Zanjâni,[42]
• Terjemahan Persia dengan judul "Târikh Siyâsi Shadr Islâm" oleh Mahmûd Ridhâ Iftikharzadeh.
Ringkasan
Berikut adalah nama dari dua ulama yang memilih hadis–hadis yang ada di dalam Kitab Sulaim dan menyusunnya dengan judul Muntakhab Kitab Sulaim.
• Syekh Abdul Hamid bin Abdullah Karharûdi.
• Sayid Muhammad Ali Syah Abdul Azhimi (W. 1334 H).[43]
Catatan Kaki
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, jlm. 465
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, jlm. 465-466
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, jlm. 466
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, jlm. 466
- ↑ Zirkili, al-I'lam, jld. 3, hlm. 119
- ↑ Hilali, Asrar Ali Muhammad, hlm. 47
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 2, hlm. 152
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 17, hlm. 276
- ↑ Hilali, Asrar Ali Muhammad, hlm. 17 keatas
- ↑ Barqi, Rijal al-Barqi, hlm. 64
- ↑ Barqi, Rijal al-Barqi, hlm. 39
- ↑ Barqi, Rijal al-Barqi, hlm. 58
- ↑ Barqi, Rijal al-Barqi, hlm. 61
- ↑ Barqi, Rijal al-Barqi, hlm. 64
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 465
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 465
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 465
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 465
- ↑ Subhani, Gam-e Digar dar Syenasai va Ehya-e Ketab Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 21
- ↑ Nu'mani, al-Ghaibah, hlm. 103-104
- ↑ Tashih I'tiqadat al-Imamiah, hlm. 149
- ↑ Ibnu Ghadairi, al-Rijal li Ibn al-Ghadairi, hlm. 36; Syahid Tsani, Rasail al-Syahid al-Tsani, jld. 2, hlm. 992-993
- ↑ Nu'mani, al-Ghaibah, hlm. 103-104
- ↑ Ibnu Nadim, al-Fihrist, hlm. 271
- ↑ Kunturi, Abaqat al-Anwar, jld. 2, hlm. 309
- ↑ Khansari, Raudhat al-Jannat, jld. 4, hlm. 67
- ↑ Qummi, al-Kunya wa al-Alqab, jld. 3, hlm. 293
- ↑ Ibnu Ghadairi, al-Rijal li Ibn al-Ghadairi, hlm. 36
- ↑ Ibnu Dawud, Kitab al-Rijal, hlm. 460
- ↑ Syahid Tsani, Rasail al-Syahid al-Tsani, jld. 2, hlm. 992-993
- ↑ Syahid Tsani, Rasail al-Syahid al-Tsani, jld. 2, hlm. 992-993
- ↑ Mulla Shalih Mazandarani, Syarh Ushul Kafi, jld. 2, hlm. 373 & 163
- ↑ Syekh Mufid, Tashih I'tiqadat al-Imamiah, hlm. 149
- ↑ Allamah Hilli, Khalasah al-Aqwal, hlm. 163
- ↑ Syustari, Qamus al-Rijal, jld. 5, hlm. 239
- ↑ Jawadi, Kitab Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 166-179
- ↑ Jawadi, Kitab Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 166
- ↑ Jawadi, Kitab Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 167
- ↑ Jawadi, Kitab Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 170
- ↑ 'Imadi Hairi, Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 466
- ↑ Maliki Mu'af, Mu'alif-e Ketab-e Asrar-e Ali Muhammad bar Tarazu-e Naqd, hlm. 150
- ↑ Hilali, Asrar Ali Muhammad, hlm. 154-155
- ↑ Hilali, Asrar Ali Muhammad, hlm. 154
Daftar Pustaka
- Agha Buzurg Tehrani, Muhammad Muhsin. al-Dzari'ah ila Tashanif al-Syiah Prolog: Muhammad Hasan Ali Kasyif al-Githa. Beirut: Dar al-Adhwa, 1403 HS/1983 M
- Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Khulasah al-Aqwal. Yayasan Nashr al-Faqahah, 1417 HS
- Barqi, Ahmad bin Abdillah. Rijal al-Barqi. Riset dan komentar: Haidar Muhammad Ali al-Baghdadi, dibawah bimbingan Ja'far Subhani. Qom: Yayasan Imam Shadiq, 1433 HS/1391 S
- Hilali, Sulaim bin Qais. Kitab Sulaim. Qom: Hadi, 1405 HS
- Ibnu Dawud, Hilli. Hasan. Kitab al-Rijal. Riset: Saydi Muhammad Shadiq Bahrul Ulum. Najaf: Cetakan Haidariah, 1392 HS
- Ibnu Gadhairi, Ahmad bin Husain. al-Rijal li Ibn al-Gadhairi. Riset: Sayid Muhammad Ridha Husaini Jalali. Qom: Dar al-Hadits, 1422 HS/1380 S
- Ibnu Nadim. al-Fihrist. Riset: Ibrahim ramadhan. Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1417 HS/1997 M
- 'Imadi Hairi, Sayid Muhammad. Salaim bin Qais Hilali. Dalam jurnal Jahan-e Eslam, dibawah naungan Ghulam Ali Haddad Hadil, jld. 24. Teheran: Bunyad Dairah al-Ma'arif Islami, 1375 S
- Jawadi, Qasim. Kitab Sualim bin Qais Hilali. Dalam jurnal Ulum-e Hadis, vol. 35 & 36, musim semi dan musim panas, 1384 S
- Khansari, Muhammad Baqir. Raudhat al-Jinan. Qom: ISmailian, 1390 HS
- Kunturi, Mir Hamid Husain. Abaqat al-Anwar. Riset: Ghulam Ridha Maulana Burujerdi. Qom: Ghulam Ridha Maulana Burujerdi, 1404 HS
- Maliki Mu'af, Islam. Muallif-e Ketab Asrar Ali Muhammad bar Tarazu-e Naqd. Dalam Majalah Muthala'at Quran va Hadis, tahun pertama, vol. 2, musim semi dan musim panas, 1387 HS
- Nu'mani, Muhammad bin Ibrahim. al-Ghaibah. Riset: Faris Hasun Karim. Beirut: Dar al-Jawadain, 1432 HS/2011 M
- Syahid Tsani, Zainuddin bin Ali. Rasail al-Syahid al-Tsani. Riset: Ridha Mukhtari, jld. 2. Qom: Bustan-e Ketab, 1422 HS/1380 S
- Syekh Mufid. Tashih I'tiqadat al-Imamiah. Editor: Hasan Dargahi
- Syustari, Muhammad Taqi. Qamus al-Rijal. Qom: Jamiah Mudarrisin Hawzah Ilmiah Qom, 1414 HS
- Zirkili, Khairuddin. al-I'lam. Beirut: Dar al-Ilm