Pengguna anonim
Ahmad: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 26: | Baris 26: | ||
Terkait ke-'alaman nama Ahmad mesti dikatakan bahwa setiap kali penulis mencoba menulis nama lain selain nama Muhammad untuk Nabi Islam saw, nama Ahmad senantiasa disebutkan terlebih dahulu. Teks riwayat yang paling terkenal mengenai hal ini adalah hadis Jubair bin Muth'im yang dikutip dari Nabi saw yang berbicara tentang lima nama dari nama-nama Nabi saw, yang mana nama Muhammad dan Ahmad lebih banyak disebutkan. Penelitian terhadap sanad-sanad riwayat menunjukkan bahwa periwayatan hadis ini lebih dikenal melalui jalan Zuhri dari Muhammad bin Jubair dari Jubair bin Muth'im. <ref>Bukhari, ''Shahih'', jld.3, hlm.201; Muslim bin Hajjaj, ''Shahih'', hlm.1828; Tirmidzi, ''Sunan'', jld.5, hlm.135</ref> Namun, ada kandungan mirip dengan kandungan di atas dengan perbedaan tipis, telah diriwayatkan melalui jalan Jakfar bin Abi Wahsyiah dan Atabah bin Muslim dari Nafi', putra lain dari Jubair bin Muth'im, dari ayahnya.<ref>Ibnu Sa'ad, ''al-Thabaqāt al-Kabir'', jld.1, hlm.65; Hakim Neisyaburi, ''Mustadrak al-Shahihain'', jld.2, hlm.604; Baihaqi, ''Dalāil al-Nubuwah'', jld.1, hlm.155</ref> | Terkait ke-'alaman nama Ahmad mesti dikatakan bahwa setiap kali penulis mencoba menulis nama lain selain nama Muhammad untuk Nabi Islam saw, nama Ahmad senantiasa disebutkan terlebih dahulu. Teks riwayat yang paling terkenal mengenai hal ini adalah hadis Jubair bin Muth'im yang dikutip dari Nabi saw yang berbicara tentang lima nama dari nama-nama Nabi saw, yang mana nama Muhammad dan Ahmad lebih banyak disebutkan. Penelitian terhadap sanad-sanad riwayat menunjukkan bahwa periwayatan hadis ini lebih dikenal melalui jalan Zuhri dari Muhammad bin Jubair dari Jubair bin Muth'im. <ref>Bukhari, ''Shahih'', jld.3, hlm.201; Muslim bin Hajjaj, ''Shahih'', hlm.1828; Tirmidzi, ''Sunan'', jld.5, hlm.135</ref> Namun, ada kandungan mirip dengan kandungan di atas dengan perbedaan tipis, telah diriwayatkan melalui jalan Jakfar bin Abi Wahsyiah dan Atabah bin Muslim dari Nafi', putra lain dari Jubair bin Muth'im, dari ayahnya.<ref>Ibnu Sa'ad, ''al-Thabaqāt al-Kabir'', jld.1, hlm.65; Hakim Neisyaburi, ''Mustadrak al-Shahihain'', jld.2, hlm.604; Baihaqi, ''Dalāil al-Nubuwah'', jld.1, hlm.155</ref> | ||
Hadis di atas juga diriwayatkan dengan silsilah sanad A'masy dan Mas'udi dari Amr bin Murrah dari Abu Ubaidah dari [[Abu Musa Asy'ari]] dari Nabi saw <ref>Muslim,'' Shahih'', hlm.1828-1829; Ahmad bin Hanbal, ''Musnad'', jld.4, hlm.395, 404, 407; Baihaqi, ''Dalāil al-Nubuwah'', jld.1, hlm.156-157</ref> dan dengan silsilah sanad Hammad bin Salamah dari Ashim dari Zar bin Hubaisy dari Hudzaifah atau silsilah sanad Abu Bakar bin Ayasy dari Ashim dari Abu Wail dari Hudzaifah dari Nabi saw.<ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad'', jld.5, hlm.405; ''Tirmidzi, al-Samāil'', hlm.211-212; Ibnu | Hadis di atas juga diriwayatkan dengan silsilah sanad A'masy dan Mas'udi dari Amr bin Murrah dari Abu Ubaidah dari [[Abu Musa Asy'ari]] dari Nabi saw <ref>Muslim,'' Shahih'', hlm.1828-1829; Ahmad bin Hanbal, ''Musnad'', jld.4, hlm.395, 404, 407; Baihaqi, ''Dalāil al-Nubuwah'', jld.1, hlm.156-157</ref> dan dengan silsilah sanad Hammad bin Salamah dari Ashim dari Zar bin Hubaisy dari Hudzaifah atau silsilah sanad Abu Bakar bin Ayasy dari Ashim dari Abu Wail dari Hudzaifah dari Nabi saw.<ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad'', jld.5, hlm.405; ''Tirmidzi, al-Samāil'', hlm.211-212; Ibnu Sa'ad, ''al-Thabaqāt al-Kubra'', jld.1, hlm.65</ref> Berdasarkan pada sanad-sanad di atas dapat disimpulkan bahwa konten hadis tersebut telah dibicarakan oleh beberapa [[sahabat]] sejak paruh pertama abad ke-[[1 H]], namun pada generasi-generasi awal abad ke-[[2 H]], penukilan hadis tersebut yang tadinya dari person ke person lain menjadi lebih luas dan melebar. | ||
Berdasar pada apa yang telah disebutkan di atas tampaknya harus diterima bahwa asumsi adanya nama untuk Nabi saw lebih dari satu nama terkhusus nama Ahmad, sudah ada sejak pertengahan abad ke-1 H. Hal ini tidak jauh dari harapan dan dapat dicerna secara utuh ketika melihat makna lahiriah kalimat Alquran: {{ia|إسمه أحمد}}; namanya Ahmad. | Berdasar pada apa yang telah disebutkan di atas tampaknya harus diterima bahwa asumsi adanya nama untuk Nabi saw lebih dari satu nama terkhusus nama Ahmad, sudah ada sejak pertengahan abad ke-1 H. Hal ini tidak jauh dari harapan dan dapat dicerna secara utuh ketika melihat makna lahiriah kalimat Alquran: {{ia|إسمه أحمد}}; namanya Ahmad. | ||
Baris 50: | Baris 50: | ||
Alhasil, dari pembandingan antara dua nama Ahmad dan Muhammad dilihat dari sisi zaman, sebagian penulis sejarah meyakini bahwa penamaan Nabi saw dengan Ahmad lebih dahulu daripada penamaannya dengan Muhammad, dan dengan mengaitkan nama Ahmad dengan masalah pemberian kabar gembira, mereka mengembalikan penamaan Nabi saw dengan Ahmad kepada masa Al-Masih as.<ref>Suhaili, ''al-Raudh al-Unf'', jld.1, hlm.153</ref> Namun kelompok lain meyakini bahwa penamaan beliau dengan Ahmad dilihat dari sisi zaman adalah terbatas diantara penamaannya dengan Muhammad di Taurat dan penamaannya dengan Muhammad pada masa kehidupannya.<ref>Ibnu Qayyim, ''Jala' al-Afhām'', hlm.98 dst</ref> | Alhasil, dari pembandingan antara dua nama Ahmad dan Muhammad dilihat dari sisi zaman, sebagian penulis sejarah meyakini bahwa penamaan Nabi saw dengan Ahmad lebih dahulu daripada penamaannya dengan Muhammad, dan dengan mengaitkan nama Ahmad dengan masalah pemberian kabar gembira, mereka mengembalikan penamaan Nabi saw dengan Ahmad kepada masa Al-Masih as.<ref>Suhaili, ''al-Raudh al-Unf'', jld.1, hlm.153</ref> Namun kelompok lain meyakini bahwa penamaan beliau dengan Ahmad dilihat dari sisi zaman adalah terbatas diantara penamaannya dengan Muhammad di Taurat dan penamaannya dengan Muhammad pada masa kehidupannya.<ref>Ibnu Qayyim, ''Jala' al-Afhām'', hlm.98 dst</ref> | ||
Dengan mengabaikan pandangan historis dan kembali kepada masalah relatifitas ke-'alaman nama-nama Nabi saw di sisi muslimin serta tidak dilupakannya makna sifat dalam nama-nama ini, maka perlu diketahui bahwa terkadang riwayat-riwayat Islam ketika membandingkan dua nama Ahmad dan Muhammad, menekankan makna pengutamaan (tafdhil) dari kata Ahmad. Berdasarkan satu riwayat dari Nabi saw, beliau dinamai Muhammad karena di bumi dipuji dan dinamai Ahmad karena dilangit lebih dipuji.<ref>Qummi, ''Tafsir'', jld.2, hlm.365; Kulaini, ''al-Kafi'', jld.6, hlm.34; Ibnu Babawaih, '''Ilal al-Syarāyi'', jld.1, hlm.127-128 dan ''Ma'āni al-Akhbār'', hlm. 51-52; ''al-Ikhtishash'', dinisbatkan kepada | Dengan mengabaikan pandangan historis dan kembali kepada masalah relatifitas ke-'alaman nama-nama Nabi saw di sisi muslimin serta tidak dilupakannya makna sifat dalam nama-nama ini, maka perlu diketahui bahwa terkadang riwayat-riwayat Islam ketika membandingkan dua nama Ahmad dan Muhammad, menekankan makna pengutamaan (tafdhil) dari kata Ahmad. Berdasarkan satu riwayat dari Nabi saw, beliau dinamai Muhammad karena di bumi dipuji dan dinamai Ahmad karena dilangit lebih dipuji.<ref>Qummi, ''Tafsir'', jld.2, hlm.365; Kulaini, ''al-Kafi'', jld.6, hlm.34; Ibnu Babawaih, '''Ilal al-Syarāyi'', jld.1, hlm.127-128 dan ''Ma'āni al-Akhbār'', hlm. 51-52; ''al-Ikhtishash'', dinisbatkan kepada Syekh Mufid, hlm.34.</ref> | ||
Bentuk lain dari makna pengutamaan (tafdhil) yang terkandung dalam nama Ahmad disinggung dalam sebuah hadis dari Nabi saw yang diriwayatkan oleh [[Ali as]] dan [[Ubai bin Ka'ab]], dimana pada no.5 disebutkan tentang kelebihutamaan Nabi dibanding nabi-nabi sebelumnya karena bernama Ahmad.<ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad'', jld.1, hlm.98 dan jld.1, hlm.158; Suyuthi, ''al-Durr al-Mantsur'', jld.6, jlm.214; Bukhari, ''Shahih'', jld.1, hlm.70.</ref> Ada riwayat-riwayat lain yang serupa telah dinukil melalui jalan [[Ibnu Abbas]], [[Jabir al-Anshari|Jabir]] dan [[Abu Hurairah]], yang di dalamnya telah diganti penamaan dengan Ahmad dengan kalimat lain.<ref>Muslim bin Hajjaj, ''Shahih'', hlm.370-372; Ibnu Babawaih, ''al-Khishal'', jld.1, hlm.292.</ref> Terkadang nama Ahmad dan Muhammad hanya dipandang sebagai nama-nama asli Nabi saw. Sebagai contoh klasik adalah riwayat Ali as yang menjelaskan bahwa diantara para nabi ada 5 orang yang dipanggil dengan dua nama dan yang terakhir dari mereka adalah Nabi Islam saw yang mempunyai dua nama Muhammad dan Ahmad.<ref>Ibnu Babawaih, ''Uyun Akhbār al-Ridha'', jld.1, hlm.192; Baihaqi, ''Dalāil al-Nubuwah'', jld.1, hlm.159, dinukil dari Khalil bin Ahmad.</ref> | Bentuk lain dari makna pengutamaan (tafdhil) yang terkandung dalam nama Ahmad disinggung dalam sebuah hadis dari Nabi saw yang diriwayatkan oleh [[Ali as]] dan [[Ubai bin Ka'ab]], dimana pada no.5 disebutkan tentang kelebihutamaan Nabi dibanding nabi-nabi sebelumnya karena bernama Ahmad.<ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad'', jld.1, hlm.98 dan jld.1, hlm.158; Suyuthi, ''al-Durr al-Mantsur'', jld.6, jlm.214; Bukhari, ''Shahih'', jld.1, hlm.70.</ref> Ada riwayat-riwayat lain yang serupa telah dinukil melalui jalan [[Ibnu Abbas]], [[Jabir al-Anshari|Jabir]] dan [[Abu Hurairah]], yang di dalamnya telah diganti penamaan dengan Ahmad dengan kalimat lain.<ref>Muslim bin Hajjaj, ''Shahih'', hlm.370-372; Ibnu Babawaih, ''al-Khishal'', jld.1, hlm.292.</ref> Terkadang nama Ahmad dan Muhammad hanya dipandang sebagai nama-nama asli Nabi saw. Sebagai contoh klasik adalah riwayat Ali as yang menjelaskan bahwa diantara para nabi ada 5 orang yang dipanggil dengan dua nama dan yang terakhir dari mereka adalah Nabi Islam saw yang mempunyai dua nama Muhammad dan Ahmad.<ref>Ibnu Babawaih, ''Uyun Akhbār al-Ridha'', jld.1, hlm.192; Baihaqi, ''Dalāil al-Nubuwah'', jld.1, hlm.159, dinukil dari Khalil bin Ahmad.</ref> | ||
Baris 58: | Baris 58: | ||
==Pemberian Kabar Gembira dengan Ahmad di dalam Kitab-kitab Suci dan Riwayat== | ==Pemberian Kabar Gembira dengan Ahmad di dalam Kitab-kitab Suci dan Riwayat== | ||
Tema mengenai pemberian kabar gembira dengan "Ahmad" selain dinaskan dalam [[Alquran]] melalui lisan Nabi Isa as, kitab-kitab suci dan ajaran-ajaran para | Tema mengenai pemberian kabar gembira dengan "Ahmad" selain dinaskan dalam [[Alquran]] melalui lisan Nabi Isa as, kitab-kitab suci dan ajaran-ajaran [[para Nabi]] terdahulu juga menyinggungnya. Demikian pula, masalah ini disoroti dalam banyak riwayat. | ||
===Di dalam Alquran=== | ===Di dalam Alquran=== | ||
Baris 68: | Baris 68: | ||
Contoh terpenting adalah sejumlah hadis yang dinukil dari lisan Nabi saw melalui jalan [[sahabat]] seperti [[Ibnu Abbas]] dan Jabir. Berdasarkan riwayat-riwayat tersebut, nama Nabi saw di dalam Alquran adalah "Muhammad", di Injil "Ahmad" dan di Taurat "Ahbad".<ref>Ibnu Babawaih, ''Ma'āni al-Akhbār'', hlm.51; Suyuthi, ''al-Khashāish al-Kubra'', jld.1, hlm.133.</ref> | Contoh terpenting adalah sejumlah hadis yang dinukil dari lisan Nabi saw melalui jalan [[sahabat]] seperti [[Ibnu Abbas]] dan Jabir. Berdasarkan riwayat-riwayat tersebut, nama Nabi saw di dalam Alquran adalah "Muhammad", di Injil "Ahmad" dan di Taurat "Ahbad".<ref>Ibnu Babawaih, ''Ma'āni al-Akhbār'', hlm.51; Suyuthi, ''al-Khashāish al-Kubra'', jld.1, hlm.133.</ref> | ||
Terkadang ada upaya pula untuk menunjukkan ungkapan yang mengandung 'pemberian kabar gembira dengan Ahmad' dengan kalimat yang sama persis (tentu dengan bahasa Arab). Sebagai contoh, pada riwayat panjang terkait kisah mubahalah, ungkapan yang mengandung 'pemberian kabar gembira' telah dinukil oleh ulama kristen Najran dari "Miftah (dalam sebagian versi, Misbah) Injil keempat" (mungkin maksudnya adalah matan keempat Perjanjian Baru, Injil Yohanes).<ref>''Al-Ikhtishash'', dinisbatkan kepada | Terkadang ada upaya pula untuk menunjukkan ungkapan yang mengandung 'pemberian kabar gembira dengan Ahmad' dengan kalimat yang sama persis (tentu dengan bahasa Arab). Sebagai contoh, pada riwayat panjang terkait kisah mubahalah, ungkapan yang mengandung 'pemberian kabar gembira' telah dinukil oleh ulama kristen Najran dari "Miftah (dalam sebagian versi, Misbah) Injil keempat" (mungkin maksudnya adalah matan keempat Perjanjian Baru, Injil Yohanes).<ref>''Al-Ikhtishash'', dinisbatkan kepada Syekh Mufid, hlm.112-113; Ibnu Thawus, Saad al-Sa'ud, hlm. 91 dst, riwayat Abdurrazzaq; Ibnu Thawus, ''Iqbal al-A'mal'', hlm.509, riwayat Abu al-Mufadhdhal dan Ibnu Asynas.</ref> Ada kemungkinan bahwa riwayat-riwayat ini memiliki ikatan dengan 'pemberian kabar gembira dengan Farqalith (Parakletos)' di dalam Injil Yohanes. Apapun adanya, nas-nas yang dinukil di atas tidak selaras dengan nas-nas pemberian kabar gembira dengan Farqalith. | ||
Demikian juga, berdasarkan pada sebuah riwayat dari Muhammad bin Saad bin Mani' al-Hasyimi, pada abad ke-[[1 H]] ada seseorang yang baru masuk Islam bernama Sahal Murisi, budak yang dibebaskan oleh Utsaimah, yang dia sendiri seorang pembaca Injil, ia mengatakan bahwa di sisi pamannya menemukan satu mushaf (kitab suci) yang di dalamnya berbicara tentang Nabi Islam dan menyifatinya demikian: "Dia adalah dari keturunan Ismail dan namanya Ahmad".<ref>Ibnu Saad, ''Kitab Thabaqāt al-Kabir'', jld.1, hlm.64 dan 89.</ref> | Demikian juga, berdasarkan pada sebuah riwayat dari Muhammad bin Saad bin Mani' al-Hasyimi, pada abad ke-[[1 H]] ada seseorang yang baru masuk Islam bernama Sahal Murisi, budak yang dibebaskan oleh Utsaimah, yang dia sendiri seorang pembaca Injil, ia mengatakan bahwa di sisi pamannya menemukan satu mushaf (kitab suci) yang di dalamnya berbicara tentang Nabi Islam dan menyifatinya demikian: "Dia adalah dari keturunan Ismail dan namanya Ahmad".<ref>Ibnu Saad, ''Kitab Thabaqāt al-Kabir'', jld.1, hlm.64 dan 89.</ref> | ||
Baris 104: | Baris 104: | ||
* ''A'hdi Jadid''. | * ''A'hdi Jadid''. | ||
* Ahmad bin Hanbal. ''Musnad''. Kairo: 1313 H. | * Ahmad bin Hanbal. ''Musnad''. Kairo: 1313 H. | ||
* ''Al-Ikhtishash''. Dinisbatkan kepada | * ''Al-Ikhtishash''. Dinisbatkan kepada Syekh Mufid. Riset: Ali Akbar Ghaffari. Qom: Jamaah al-Mudarrisin. | ||
* Arbili, Ali. ''Kasyf al-Ghummah''. Beirut: 1405 H/1985. | * Arbili, Ali. ''Kasyf al-Ghummah''. Beirut: 1405 H/1985. | ||
* Baihaqi, Ahmad. ''Dalāil an-Nubuwah''. Riset: Abdul Mu'thi Qal'aji. Beirut: 1405 H/1985. | * Baihaqi, Ahmad. ''Dalāil an-Nubuwah''. Riset: Abdul Mu'thi Qal'aji. Beirut: 1405 H/1985. |