Al-Amali Syekh Shaduq (buku)

Prioritas: a, Kualitas: a
Dari wikishia
Al-Amali
Judul Asliالأمالی للشیخ الصدوق
PengarangSyekh Shaduq
BahasaArab
GenreHadis
Diterbitkan olehMuassasah al-A'lami lil Mathbu'at
Tahun DisusunAbad ke-4 H


Al-Amali (bahasa Arab: الأمالي) adalah sebuah kitab dalam bahasa Arab yang ditulis oleh Syekh Shaduq seorang teolog terkemuka Syiah, yang juga dikenal sebagai ahli bahasa, Fakih dan ahli hadis. Ia hidup di abad ke-4 H sekitar tahun 305-381 H.

Kitab ini merupakan kumpulan transkrip dari pelajaran Syekh Shaduq yang diadakan dua kali dalam seminggu pada hari Selasa dan Jumat dari 18 Rajab 367 H sampai 11 Sya'ban 368 H di kota Masyhad yang ditulis oleh murid-muridnya.

Penulis

Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Musa bin Babawaih al-Qummi dikenal dengan Syekh Shaduq (305-381 H) adalah salah seorang ulama besar Syiah di abad ke-4 H. Tidak diketahui secara tepat mengenai tanggal kelahirannya. Namun dipastikan ia lahir setelah tahun 305 H/917. Makam Syekh Shaduq terdapat di kota Rey. Ia dikenal sebagai ahli hadis terbesar dan Fakih dari Qom yang disebut setidaknya menghasilkan 300 karya ilmiah, namun banyak dari karya tersebut yang hilang saat ini.

Kitab Man La Yahdhuruhu al-Faqih yang dikenal sebagai salah satu dari empat kitab utama Syiah adalah karyanya. Kitab Ma'ani al-Akhbar, 'Uyun al-Akhbar, al-Khishal, Ilal al-Syara'i dan Shifat al-Syi'ah juga merupakan beberapa karyanya yang lain.

Beberapa murid terkenalnya antara lain adalah Sayid Murtadha, Syekh Mufid dan Talla'ukbari. [1]

Proses Penulisan

Setelah tersebarnya keterampilan yang beragam dalam komunitas sastra sejak akhir abad ke-3 H, muncul keterampilan lain di tengah-tengah ilmuwan Islam yang dikenal dengan nama "Amali". Amali adalah jamak dari imla' (dikte), yaitu ketika salah seorang ulama terkenal yang sedang berbicara atau berceramah di mimbar, murid-muridnya akan menulis dan menyusunnya menjadi satu kitab, yang kemudian dinamakan Āmāli.

Berikut ini beberapa kitab Āmāli yang dikenal di kalangan Syiah:

Muatan Kitab

Syekh Shaduq mengadakan majelis sebanyak 97 pertemuan yang berlangsung selama 13 bulan kecuali beberapa majelis (22, 23, 24 dan 26) setiap Jumat dan Selasa disetiap pekannya. Majelis itu dimulai dari 18 Rajab 367 H/6 Maret 978 ketika sedang safar di Masyhad dan berakhir pada 18 Sya'ban 368 H/ 26 Maret 979. Hanya ada jeda singkat dalam penyusunan kitab ketika ia dalam perjalanan ke Thus.

Majelis 29 diadakan pada 8 Muharram (Jumat kedua bulan Muharram) sehingga materi-materi yang disampaikan berkenaan dengan kisah kesyahidan Imam Husain as, yang selesai dalam majelis 30 dan 31. Majelis 26 bertepatan dengan hari Ghadir sehingga yang disampaikan mengenai keutamaan hari itu. Hal ini menunjukkan keutamaan dan kelebihan kitab ini dibandingkan kitab al-Amali lainnya, sebab Syekh Shaduq dalam menukilkan hadis sesuai dengan waktu dan tempat ia menyampaikan hadis tersebut.

Selain itu, pada bulan Rajab, ia menyampaikan keutamaan bulan tersebut, dan pada bulan Ramadhan, maka hadis yang disampaikan adalah hadis-hadis yang berkenaan dengan fadhilah dan keutamaan bulan Ramadhan dan pahala berpuasa di bulan tersebut. Ketika ia tiba di Naisyabur, ia meriwayatkan hadis tentang keutamaan menziarahi Imam Ridha as. [2]

Kitab ini mencakup hadis-hadis dari Nabi Muhammad saw dan Ahlulbait as dari berbagai topik yang beragam, seperti sirah Nabi Muhammad saw, peristiwa Isra Mi'raj, kumpulan doa dan kumpulan khutbah, serta keutamaan Ahlulbait as. Begitupun mencakup tema-tema yang berkaitan dengan sejarah, akhlak, akidah dan masih banyak tema beragam lainnya. [3]

Kritikan Ayatullah Kamare'i

Dalam pengantar terjemahan al-Amali Syekh Shaduq, Ayatullah Muhammad Baqir Kamare'i memberikan penilaian mengenai titik-titik lemah dan kekurangan kitab ini.

Menurut penilaiannya, dalam kitab tersebut terdapat beberapa kelemahan dan hal-hal yang kontroversial. Berikut ini diantara yang menjadi kritikan Ayatullah Kamare'i:

  • Hadis-hadis mengenai pahala-pahala yang menurutnya tidak logis dan jauh dari pikiran normal seperti pahala untuk beberapa amalan-amalan mustahab. Diantaranya seperti pahala berpuasa setiap harinya pada bulan Sya'ban atau Rajab yang menurutnya terlalu dilebih-lebihkan.
  • Hadis-hadis yang menceritakan penggambaran di padang Mahsyar, Kiamat, Mikraj serta azab penghuni neraka yang tidak bisa dibayangkan manusia biasa. Seperti deskripsi mengenai gigi orang kafir pada hari Kiamat ukurannya seperti gunung Uhud.
  • Hadis-hadis yang mengaitkan beberapa ayat tertentu dalam Alquran dengan beberapa masalah yang disertai dengan penjelasan mengenai waktu turunnya, namun itu tidak sesuai dengan sejarah yang ada. Seperti ayat 1 surah An-Najm yang berbunyi, "Demi bintang ketika terbenam", disebutkan turun berkenaan dengan peristiwa ketika Rasulullah saw sakit parah, sebuah bintang turun ke rumah Imam Ali as, dan menetapkannya sebagai khalifah pengganti Nabi saw, sementara surah An-Najm adalah Makkiyah, yang artinya turunnya di Mekah.

Ketika menjawab kritikan ini, ada dua pendapat yang bisa diajukan:

  • Pertama, banyak dari hadis dalam kitab ini adalah Mutasyabih, yaitu mengandung muatan-muatan yang tidak mudah dipahami, termasuk berkenaan urusan yang akan datang dan terjadinya Kiamat. Dalam Alquran sendiri terdapat ayat-ayat Muhkam dan ayat-ayat Mutasyabih. Ayat-ayat Muhkam adalah ayat-ayat yang pengertiannya jelas dan lebih sering dalam bentuk perintah berupa amalan. Seperti ayat-ayat yang berkenaan dengan hukum fikih (ahkam), akhlak dan ayat-ayat yang menceritakan kisah-kisah yang dimaksudkan sebagai pembelajaran akhlak dan menjadi peringatan bagi umat selanjutnya.
  • Kedua, berkenaan dengan ketelitian dalam mencatat dan mendokumentasikan hadis yang dikaitkan dengan Syekh Shaduq. Banyak dari kitab-kitab yang ada dari ulama-ulama terdahulu khususnya pada abad ke-10 sampai 12 H yang tersisa tidak memiliki silsilah sanad yang bersambung dengan mereka. [4]

Catatan Kaki

  1. Lihat: Biografi singkat Syekh Shaduq
  2. Makalah al-Amali dari Syekh Shaduq
  3. Ibnu Babawaih, al-Amali, cet. Muassasah Bi'tsat, Muqaddimah, hlm. 41
  4. Ibnu Babawaih, Muhammad bin Ali, al-Amali, terj. Muhammad Baqir Kamare'i, penerbit: Kitabchi, hlm. 9 dan 10

Daftar Pustaka