Lompat ke isi

Hanzhalah bin Abi 'Amir: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Hanzhalah bin Abi 'Amir''' (bahasa Arab: {{ia|حَنْظَلَة بْن اَبی‌عامِر}}) dikenal dengan Ghasil al-Malaikah ({{ia|غَسیلُ الْمَلائکه}}) artinya yang dimandikan malaikat (w. 3 H). Ia adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yang gugur syahid di Perang Uhud. Bagi teman maupun lawan Hanzhalah memiliki kedudukan istimewa. Hanzhalah termasuk orang yang menukil riwayat dari Rasulullah Saw dan sebagian sahabat nabi. Putranya yang bernama Abdullah, juga sahabat nabi, adalah tokoh yang memimpin perjuangan pada peristiwa Harrah 63 H.
'''Hanzhalah bin Abi 'Amir''' (bahasa Arab: {{ia|حَنْظَلَة بْن اَبی‌عامِر}}) dikenal dengan ''Ghasil al-Malaikah'' ({{ia|غَسیلُ الْمَلائکه}}) artinya yang dimandikan malaikat (w. [[3 H]]). Ia adalah salah seorang [[sahabat]] Nabi Muhammad saw yang gugur syahid di [[Perang Uhud]]. Bagi kawan maupun lawan, Hanzhalah memiliki kedudukan istimewa. Hanzhalah termasuk orang yang menukil riwayat dari [[Rasulullah saw]] dan sebagian sahabat nabi. Putranya yang bernama Abdullah, juga sahabat nabi, adalah tokoh yang memimpin perjuangan pada [[Peristiwa Harrah]] 63 H.


==Nasab==
==Nasab==
Hanzhalah termasuk keluarga Bani Amr bin Auf dari kabilah Aus<ref>Ibnu Hazm, Jamharah Ansab al-'Arab, hlm. 333</ref>. Ia adalah putra Abu 'Amir Abdu Amr bin Shaifi, salah seorang tokoh penting era jahiliah.  
Hanzhalah termasuk keluarga Bani Amr bin Auf dari kabilah [[Aus]]<ref>Ibnu Hazm, ''Jamharah Ansab al-'Arab'', hlm. 333</ref>. Ia adalah putra Abu 'Amir Abdu Amr bin Shaifi, salah seorang tokoh penting era jahiliah.  


==Berniat Membunuh Ayah==
==Berniat Membunuh Ayah==
Tak lama setelah masuk Islam, Hanzhalah dan Abdullah bin Abdullah Ubay memohon ijin pada Nabi Saw untuk membunuh ayah mereka, namun beliau melarangnya.<ref>Ibnu Hajar, al-Ishabah, jld. 1,hlm. 361</ref>Perkaranya waktu itu, setelah Nabi Saw hijrah ke Madinah, Abu 'Amir dan Abdullah Ubay dengki pada Nabi Saw. Mereka adalah tokoh munafik masyhur di masa awal penyebaran agama Islam. Dengan kemunafikannya, Abdullah bin Ubay tetap tinggal di Madinah, sedangkan Abu 'Amir bersama sejumlah pemuda pergi ke Mekah guna bergabung dengan musyrikin Quraisy.<ref>Ibnu Qudamah, al-Istibshar, hlm. 289; Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 2, hlm. 59</ref>
Tak lama setelah masuk [[Islam]], Hanzhalah dan Abdullah bin Abdullah Ubay memohon ijin pada Nabi saw untuk membunuh ayah mereka, namun Nabi saw melarangnya.<ref>Ibnu Hajar, ''al-Ishabah'', jld. 1,hlm. 361</ref>Perkaranya waktu itu, setelah Nabi saw [[hijrah ke Madinah]], Abu 'Amir dan Abdullah Ubay dengki pada Nabi saw. Mereka adalah tokoh munafik masyhur di masa awal penyebaran agama Islam. Dengan kemunafikannya, Abdullah bin Ubay tetap tinggal di [[Madinah]], sedangkan Abu 'Amir bersama sejumlah pemuda pergi ke [[Mekah]] guna bergabung dengan musyrikin [[Quraisy]].<ref>Ibnu Qudamah, ''al-Istibshar'', hlm. 289; Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 2, hlm. 59</ref>


==Hanzhalah Pemilik Julukan Ghasil al-Malaikah==
==Hanzhalah Pemilik Julukan Ghasil al-Malaikah==
Menurut beberapa referensi, malam sebelum Perang Uhud, karena baru saja menikah, atas izin Nabi Saw, Hanzhalah tinggal bersama istrinya. Paginya, di hari peperangan ia bergegas menuju medan perang.<ref>Lih. Waqidi, Maghazi, jld. 1, hlm. 273; Ibnu Hisyam, jld. 3, hlm. 594; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 379</ref>Istrinya bernama Jamilah binti Abdullah bin Ubay.<ref>Liht. Ibnu Sa'ad, jld. 5, hlm. 65</ref>Berdasar mimpinya di malam itu, yang ditafsirkan sebagai tanda kesyahidan suaminya,<ref>Waqidi, Maghazi, jld. 1, hlm. 273</ref> ia meminta empat keluarganya untuk bersaksi bahwa malam itu ia menghabiskan malam bersama Hanzhalah. Hal itu karena ia khawatir bakal terjadi masalah pada anak yang mungkin akan lahir hasil hubungan dengan suaminya di malam itu.<ref>Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 3, hlm. 147</ref>
Menurut beberapa referensi, malam sebelum [[Perang Uhud]], karena baru saja menikah, atas izin Nabi saw, Hanzhalah tinggal bersama istrinya. Paginya, di hari peperangan ia bergegas menuju medan perang.<ref>Lih. Waqidi, ''al-Maghazi'', jld. 1, hlm. 273; Ibnu Hisyam, jld. 3, hlm. 594; Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 1, hlm. 379</ref>Istrinya bernama Jamilah binti Abdullah bin Ubay.<ref>Liht. Ibnu Sa'ad, jld. 5, hlm. 65</ref>Berdasar mimpinya di malam itu, yang ditafsirkan sebagai tanda kesyahidan suaminya,<ref>Waqidi, ''al-Maghazi'', jld. 1, hlm. 273</ref> ia meminta empat keluarganya untuk bersaksi bahwa malam itu ia menghabiskan malam bersama Hanzhalah. Hal itu karena ia khawatir bakal terjadi masalah pada anak yang mungkin akan lahir hasil hubungan dengan suaminya di malam itu.<ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 3, hlm. 147</ref>


Di medan perang Hanzhalah berhasil mengalahkan Abu Sofyan dan ingin memenggal kepalanya, namun ia keburu tewas di tangan Syaddad bin Aswad bin Syaub. Saat itulah Rasulullah Saw bersabda, “Para malaikat akan memandikannya.<ref>Ibnu Hisyam, jld. 3, hlm. 594</ref>Sejak itu Hanzhalah disebut dengan Ghasil al-Malaikah (yang dimandikan malaikat), sedangkan anak keturunannya dikenal dengan sebutan Bani Ghasil al-Malaikah.<ref>Ibnu Sa'ad, jld. 5, hlm. 66; Ibnu Jauzi, al-Muntadzam, jld. 6, hlm. 19</ref>
Di medan perang Hanzhalah berhasil mengalahkan [[Abu Sufyan]] dan ingin memenggal kepalanya, namun ia keburu terbunuh di tangan Syaddad bin Aswad bin Syaub. Saat itulah Rasulullah saw bersabda, "Para malaikat akan memandikannya."<ref>Ibnu Hisyam, jld. 3, hlm. 594</ref>Sejak itu Hanzhalah disebut dengan ''Ghasil al-Malaikah'' (yang dimandikan malaikat), sedangkan anak keturunannya dikenal dengan sebutan Bani Ghasil al-Malaikah.<ref>Ibnu Sa'ad, jld. 5, hlm. 66; Ibnu Jauzi, ''al-Muntadzam'', jld. 6, hlm. 19</ref>


==Kedudukan Hanzhalah==
==Kedudukan Hanzhalah==
Baris 16: Baris 16:
'''Di Kalangan Musuh'''
'''Di Kalangan Musuh'''


Gugurnya Hanzhalah di Perang Uhud adalah hal besar. Musyrikin Quraisy, terutama Abu Sufyan bahkan merangkai syair khusus tentang hal itu.<ref>Lih. Thabari, seri 1, hlm. 1412-1423; Ibnu Atsir, al-Kamil, jld. 2, hlm. 159</ref>Di antara syair yang paling terkenal berjudul “Hanzhalah bi-Hanzhalah”. Syair ini dikarang oleh Abu Sufyan sebagai luapan dendam atas kekalahannya di Perang Badar dan terbunuhnya putranya.<ref>Lih. Waqidi, Maghazi, jld. 1, hlm. 296-297; Thabari, seri 1, hlm. 1410</ref>
Gugurnya Hanzhalah di [[Perang Uhud]] adalah hal besar. Musyrikin Quraisy, terutama Abu Sufyan bahkan merangkai syair khusus tentang hal itu.<ref>Lih. Thabari, seri 1, hlm. 1412-1423; ''Ibnu Atsir'', al-Kamil, jld. 2, hlm. 159</ref>Di antara syair yang paling terkenal berjudul "Hanzhalah bi-Hanzhalah". Syair ini dikarang oleh Abu Sufyan sebagai luapan dendam atas kekalahannya di [[Perang Badar]] dan terbunuhnya putranya.<ref>Lih. Waqidi, ''al-Maghazi'', jld. 1, hlm. 296-297; Thabari, seri 1, hlm. 1410</ref>
Seusai pertempuran (Uhud), tersiar isu bahwa Nabi Saw terbunuh. Abu Sufyan dan Abu 'Amir pun mencari jasad Nabi Saw. namun yang mereka temukan justru jasad Hanzhalah. Begitu mendapati jasad putranya, Abu 'Amir meratapinya seraya melantunkan syair. Dia menyatakan bahwa di antara seluruh korban Uhud, Hanzhalah adalah yang termulia.<ref>Lih. Waqidi, jld. 1hlm. 237</ref>Atas permintaan Abu 'Amir, musyrikin Quraisy tidak memutilasi jasad Hanzhalah.<ref>Lih. Waqidi, jld. 1, hlm. 274; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 391</ref>
 
Seusai pertempuran di Uhud, tersiar isu bahwa Nabi saw terbunuh. Abu Sufyan dan Abu 'Amir pun mencari jasad Nabi saw. namun yang mereka temukan justru jasad Hanzhalah. Begitu mendapati jasad putranya, Abu 'Amir meratapinya seraya melantunkan syair. Ia menyatakan bahwa di antara seluruh korban Uhud, Hanzhalah adalah yang termulia.<ref>Lih. Waqidi, jld. 1hlm. 237</ref>Atas permintaan Abu 'Amir, musyrikin Quraisy tidak memutilasi jasad Hanzhalah.<ref>Lih. Waqidi, jld. 1, hlm. 274; Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 1, hlm. 391</ref>


'''Di Kalangan Teman'''
'''Di Kalangan Teman'''


Hanzhalah adalah sosok istimewa sampai-sampai Bani Aus berbangga diri pada Bani Khazraj karena memiliki hubungan dengannya.<ref>Lih. Ibnu Qudamah, hlm. 288-289; Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 2, hlm. 60; Ramiyar, Tarikh Qur'an, hlm. 264</ref>Nama Hanzhalah tercantum dalam jajaran nama para pencatat wahyu.
Hanzhalah adalah sosok istimewa sampai-sampai Bani Aus berbangga diri pada Bani [[Khazraj]] karena memiliki hubungan dengannya.<ref>Lih. Ibnu Qudamah, hlm. 288-289; Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 2, hlm. 60; Ramiyar, ''Tarikh Qur'an'', hlm. 264</ref>Nama Hanzhalah tercantum dalam jajaran nama para pencatat wahyu.


==Abu 'Amir, Ayah Hanzhalah==
==Abu 'Amir, Ayah Hanzhalah==
Abu 'Amir, Ayah Hanzhalah adalah tokoh penting dalam kabilah Aus.<ref>Maqrizi, Imta' al-Asma', jld. 1, hlm, 132</ref>Di masa jahiliah ia menyibukkan diri dalam aktivitas kerahiban. Ia menyampaikan kajian tentang kiamat dan kepercayaan Hanif hingga ia dikenal sebagai rahib.<ref>Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 2, hlm. 59</ref>Ia juga mengetahui tentang perkara Ahli Kitab.<ref>Ibnu Syu'bah Namiri, jld. 1, hlm. 53</ref>Sebagaimana yang ditulis al-Baladzuri,<ref>Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 349</ref>ia memiliki pemikiran bahwa dirinya adalah nabi. Setelah berdialog panjang dengan Nabi Saw, ia dicap sebagai seoarang fasik.<ref>Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 423-424; Ibnu Atsir, al-Kamil, jld. 2, hlm. 150</ref>
Abu 'Amir, Ayah Hanzhalah adalah tokoh penting dalam kabilah Aus.<ref>Maqrizi, ''Imta' al-Asma''', jld. 1, hlm, 132</ref>Di masa jahiliah ia menyibukkan diri dalam aktivitas kerahiban. Ia menyampaikan kajian tentang kiamat dan kepercayaan Hanif hingga ia dikenal sebagai rahib.<ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 2, hlm. 59</ref>Ia juga mengetahui tentang perkara Ahli Kitab.<ref>Ibnu Syu'bah Namiri, jld. 1, hlm. 53</ref>Sebagaimana yang ditulis al-Baladzuri,<ref>Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 1, hlm. 349</ref>ia memiliki pemikiran bahwa dirinya adalah nabi. Setelah berdialog panjang dengan Nabi saw, ia dicap sebagai seoarang fasik.<ref>Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 423-424; Ibnu Atsir, ''al-Kamil'', jld. 2, hlm. 150</ref>


'''Di Barisan Musuh'''
'''Di Barisan Musuh'''


Setelah melakukan dialog dengan Nabi Saw, Abu 'Amir merasa geram. Akhirnya ia bersama 65 orang bergabung dengan Quraisy. Ia membujuk musyrikin Quraisy, kaum Yahudi dan kaum Anshar Madinah supaya melawan Nabi Saw.<ref>Maqrizi, Imta' al-Asma', jld. 1, hlm. 132</ref>Di Perang Badar ia tidak bergabung dengan musyrikin Quraisy. Namun di Perang Uhud ia adalah orang pertama yang memulai pertempuran.<ref>Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 223</ref> Ia bahkan menggali lubang di jalur yang dilalui kaum muslimin untuk mencelakai mereka. Ternyata lobang tersebut justru menelan korban salah seorang musyrikin yang hendak membunuh Nabi Saw. Orang itu terjatuh ke dalam salah satu lobang kemudian dibunuh oleh muslimin.<ref>Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 252</ref>
Setelah melakukan dialog dengan Nabi saw, Abu 'Amir merasa geram. Akhirnya ia bersama 65 orang bergabung dengan Quraisy. Ia membujuk musyrikin Quraisy, kaum Yahudi dan kaum [[Anshar]] Madinah supaya melawan Nabi saw.<ref>Maqrizi, ''Imta' al-Asma''', jld. 1, hlm. 132</ref>Di Perang Badar ia tidak bergabung dengan musyrikin Quraisy. Namun di Perang Uhud ia adalah orang pertama yang memulai pertempuran.<ref>Waqidi, ''al-Maghazi'', jld. 1, hlm. 223</ref> Ia bahkan menggali lubang di jalur yang dilalui kaum muslimin untuk mencelakai mereka. Ternyata lubang tersebut justru menelan korban salah seorang musyrikin yang hendak membunuh Nabi saw. Orang itu terjatuh ke dalam salah satu lubang kemudian dibunuh oleh muslimin.<ref>Waqidi, ''al-Maghazi'', jld. 1, hlm. 252</ref>


'''Menetap  di Syam'''
'''Menetap  di Syam'''


Setelah peristiwa Fathul Makkah (penaklukan kota Mekah) Abu 'Amir pergi ke Thaif. Begitu warga Thaif memeluk Islam ia pindah ke Syam. Di Syam ia berusaha mengumpulkan senjata dan prajurit untuk menyerang Madinah, namun pada tahun 9 H ia meninggal di sana.<ref>Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiah, jld. 2, hlm. 424; Thabari, seri 1, hlm. 1740</ref>
Setelah peristiwa [[Fathu Makkah|Fathul Makkah]] (penaklukan kota Mekah) Abu 'Amir pergi ke [[Thaif]]. Begitu warga Thaif memeluk Islam ia pindah ke Syam. Di Syam ia berusaha mengumpulkan senjata dan prajurit untuk menyerang Madinah, namun pada tahun 9 H ia meninggal di sana.<ref>Ibnu Hisyam, ''Sirah al-Nabawiah'', jld. 2, hlm. 424; Thabari, seri 1, hlm. 1740</ref>


Masjid al-Dhirar yang dihancurkan Nabi Muhammad Saw berdasarkan surah al-Taubah ayat 107 adalah masjid yang dibangun atas usul Abu 'Amir. Rencananya, setelah berhasil mengalahkan Nabi saw ia akan berceramah di sana. Menurut beberapa referensi, orang yang dimaksud dalam ayat “dan sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang yang telah memerangi Allah dan rasul-Nya,(al-Taubah: 107) adalah Abu 'Amir. Sebagaimana yang ditulis Al-Makrizi,<ref>Maqrizi, Imta' al-Asma', jld. 1, hlm. 132; Lih. Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1073; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 329330</ref> Abu 'Amir memutuskan untuk membongkar makam Sayidah Aminah sa, ibunda Nabi saw. Namun dengan kuasa Allah Swt hal itu tidak terjadi.
Masjid al-Dhirar yang dihancurkan Nabi Muhammad saw berdasarkan [[Surah Al-Taubah|surah Al-Taubah]] ayat 107 adalah masjid yang dibangun atas usul Abu 'Amir. Rencananya, setelah berhasil mengalahkan Nabi saw ia akan berceramah di masjid tersebut. Menurut beberapa referensi, orang yang dimaksud dalam ayat "dan sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang yang telah memerangi Allah dan rasul-Nya," (Qs. Al-Taubah: 107) adalah Abu 'Amir. Sebagaimana yang ditulis Al-Makrizi,<ref>Maqrizi, ''Imta' al-Asma''', jld. 1, hlm. 132; Lih. Waqidi, ''al-Maghazi'', jld. 3, hlm. 1073; Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 1, hlm. 329330</ref> Abu 'Amir memutuskan untuk membongkar makam [[Aminah|Sayidah Aminah sa]], ibunda Nabi saw. Namun dengan kuasa [[Allah swt]] hal itu tidak terjadi.


==Abdullah bin Hanzhalah==
==Abdullah bin Hanzhalah==
Abdullah adalah putra Hanzhalah. Nama kunya-nya adalah Abu Abdurrahman atau Abu Bakar. Ia merupakan sahabat junior Nabi Saw.<ref>Lih. Dzahabi, Hawadits wa Wafiyat, 6180, hlm. 144</ref> Ia lahir 9 bulan setelah kesyahidan ayahnya di Perang Uhud. Di kemudian hari ia disifati sebagai orang saleh, mulia, bijak, dan abid.<ref>Ibnu Atsir, al-Kamil, jld. 4, hlm. 103</ref> Saking tawadhu’nya ia selalu menunduk.<ref>Ibnu Sa'ad, jld. 5, hlm. 67</ref>
Abdullah adalah putra Hanzhalah. Nama kunyanya adalah Abu Abdurrahman atau Abu Bakar. Ia merupakan sahabat junior Nabi saw.<ref>Lih. Dzahabi, ''Hawadits wa Wafiyat'', 6180, hlm. 144</ref> Ia lahir 9 bulan setelah kesyahidan ayahnya di [[Perang Uhud]]. Di kemudian hari ia disifati sebagai orang saleh, mulia, bijak, dan abid.<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kamil'', jld. 4, hlm. 103</ref> Saking tawadhunya ia selalu menunduk.<ref>Ibnu Sa'ad, jld. 5, hlm. 67</ref>


'''Memimpin Perjuangan Harrah'''
'''Memimpin Perjuangan Harrah'''


Selain terkenal sebagai putra Hanzhalah, dalam sejarah Islam Abdullah juga dikenal karena kepemimpinannya dalam peristiwa Harrah.<ref>Untuk penjelasan lebih detail mengenai peristiwa ini dan peran Abdullah bin Hanzhalah pada peristiwa tersebut silakan lihat peristiwa Harrah</ref>Abdullah meriwayatkan hadis dari Nabi Saw, Umar, Abu Bakar, Abdullah bin Salam, dan Ka’ab bin al-Ahbar.<ref>Ibnu Sa'ad, Tabaqat al-Kubra, jld. 5, hlm. 66; Mizzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 14, hlm. 437</ref> Banyak orang yang menukil hadis darinya, misal; Qais bin Sa’ad bin Ubadah, Asma’ bin Zaid, Abdullah bin Abi Malikah, Abbas bin Sahl, Dhamdham bin Hus, Abdullah bin Yazid al-Khathmi, Saleh bin Abi Hassan, dan Abdul Mulk bin Abi Bakar.<ref>Ibnu Qudamah, al-Istibshar fi Nasab al-Shabahah min al-Anshar, hlm. 289; Mizzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 14, hlm. 437; Ibnu Hajar, al-Ishabah, jld. 2, hlm. 299</ref>
Selain terkenal sebagai putra Hanzhalah, dalam sejarah ''Islam'' Abdullah juga dikenal karena kepemimpinannya dalam [[Peristiwa Harrah]].<ref>Untuk penjelasan lebih detail mengenai peristiwa ini dan peran Abdullah bin Hanzhalah pada peristiwa tersebut silakan lihat peristiwa Harrah</ref>Abdullah meriwayatkan hadis dari Nabi saw, [[Umar]], Abu Bakar, Abdullah bin Salam, dan Ka'ab bin al-Ahbar.<ref>Ibnu Sa'ad, ''Tabaqat al-Kubra'', jld. 5, hlm. 66; Mizzi, ''Tahdzib al-Kamal'', jld. 14, hlm. 437</ref> Banyak orang yang menukil hadis darinya, seperti Qais bin Sa'ad bin Ubadah, Asma’ bin Zaid, Abdullah bin Abi Malikah, Abbas bin Sahl, Dhamdham bin Hus, Abdullah bin Yazid al-Khathmi, Saleh bin Abi Hassan, dan Abdul Mulk bin Abi Bakar.<ref>Ibnu Qudamah, ''al-Istibshar fi Nasab al-Shabahah min al-Anshar'', hlm. 289; Mizzi, ''Tahdzib al-Kamal'', jld. 14, hlm. 437; Ibnu Hajar, ''al-Ishabah'', jld. 2, hlm. 299</ref>


<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
Pengguna anonim