Hadis Kisa'

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia

Hadis Kisa' (bahasa Arab:حدیث الکساء) adalah hadis Qudsi tentang keutamaan Rasulullah saw, Imam Ali as, Sayidah Fatimah sa, Imam Hasan as dan Imam Husain as. Peristiwa hadis Kisa' terjadi di rumah Ummu Salamah, istri Rasulullah saw. Saat turun ayat Tathhir, Rasulullah saw menutupi diri dan keluarganya dengan sebuah kain wol (Kisa'). Para imam Syiah bersandar pada hadis tersebut guna membuktikan keutamaan dan kelayakan mereka untuk memegang khilafah Muslim.[1]

Secara Bahasa

Kisa' dalam bahasa Arab adalah sebuah jenis jubah (kain yang panjang dan lebar) yang ditaruh diatas pundak. Demikian juga digunakan sebagai tikar dan selimut. Namun lafaz Kisa' dalam hadis ini berarti penutup seperti jubah, yang dikenakan sebagai pakaian-pakaian luar. [2]

Syarah Peristiwa Hadis Kisa'

Tidak ada satu hadis pun yang menjelaskan secara lengkap dan detail tentang peristiwa Kisa' dan setiap darinya mengisyaratkan sepenggal hadis tersebut. Adapun yang ada di bawah adalah menggunakan semua riwayat-riwayat yang ada untuk menggambarkan secara sempurna akan peristiwa tersebut.

Rasulullah saw saat di rumah Ummu Salamah - istrinya- mendapatkan pesan penting dari Allah swt tentang beberapa orang dari sanak kerabatnya. Karena itu, dia menegaskan kepada istrinya tersebut agar tidak mengizinkan siapapun untuk masuk. Dari sisi lain, pada hari tersebut, Fatimah sa putri Rasulullah saw hendak menyiapkan makanan yang pantas yaitu Ashidah (sejenis bubur) [3] untuk ayahandanya.

Dia menyiapkan makanan tersebut di sebuah panci batu kecil dan meletakkannya di atas nampan dan membawakannya untuk ayahandanya. Ummu Salamah berkata, saya tidak dapat menghalangi masuknya Fatimah. Rasulullah saw berkata kepada putrinya, silakan panggil suami dan dua putramu dan kemarilah bersama mereka. Fatimah sa pun bergegas pulang dan kembali ke rumah ayahandanya bersama suami dan dua orang putranya, dimana pada waktu itu mereka berdua masih kecil. Dengan isyarat Rasulullah saw, Ummu Salamah berdiri dan sibuk melakukan salat di sebuah sudut ruangan.

Rasulullah saw duduk di jamuan Fatimah bersama Ali, Fatimah dan kedua putranya, Hasan dan Husain. Dia menutupkan kain Khaibar (kain tenunan masyarakat Khaibar) di atas kepala menantu, putri dan kedua putranya dan dengan tangan kanan menengadah ke langit seraya bersabda: Ya Allah! mereka adalah Ahlulbaitku. Hapuskanlah segala dosa dan kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.

Kemudian Malaikat Jibril pun turun dan membacakan ayat Tathir,

﴾إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّـهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا﴿
"Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya"(Q.S. Al-Ahzab: 33).

Ummu Salamah maju ke depan dan mengangkat ujung kain, namun Rasulullah saw mengambil kain dari tangannya dan mencegahnya untuk masuk dalam kumpulan Ahlulbaitnya. Ummu Salamah berkata:" Tidakkah aku dalam barisan Ahlulbait? Dia menjawab, kamu dalam kebaikan, kamu termasuk salah seorang istri Nabi.[4]

Tempat Terjadinya Peristiwa

Allamah Hilli mengatakan, diturunkannya ayat Tathhir di rumah Ummu Salamah termasuk pembahasan ijma' (yang sudah disepakati) umat Islam, dan telah dinukil secara mutawatir dari para Imam dan banyak para sahabat. [5]

Tidak diragukan lagi turunnya ayat Tathhir dan peristiwa Kisa' terjadi di rumah Ummu Salamah. Ibnu Hajar mengatakan ayat ini diturunkan di rumah Ummu Salamah. [6]

Para ahli hadis meriwayatkan bahwa Umar ditanya tentang ayat tersebut dan ia menjawab, tanyalah pada Aisyah tentangnya dan Aisyah dalam menjawab mengatakan, ayat ini diturunkan di rumah saudariku, Ummu Salamah. Maka bertanyalah kepadanya tentang masalah ini, karena ia lebih tahu dariku. [7] Suyuthi dalam Dur al-Mantsur menukil dari Ibnu Mardawaih; sesungguhnya Ummu Salamah berkata, "Ayat إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّـهُ… diturunkan di rumahku". [8]

Ahlulkisa

Sanad Hadis Kisa'

Dari sisi sanad, peristiwa ini sama sekali tidak memiliki kelemahan, para ahli hadis besar menukilkan hadis tersebut dalam buku-buku muktabar mereka, hadis ini secara istilah disebut Mustafid dan bahkan dengan penelitian yang luas dapat diklaimkan kemutawatiran hadis tersebut. Peristiwa ini sangatlah populer dalam tubuh masyarakat Islam, sampai-sampai hari kejadian tersebut dinamai dengan hari Kisa' dan lima orang baik, yang telah mendapatkan inayah khusus dari Allah pada hari tersebut dijuluki dengan Ashabul Kisa'. [9]

Thabari dalam bukunya Dalāil al-Imāmah mengatakan, kaum muslimin bersepakat bahwa bersamaan dengan turunnya ayat Tathhir, Rasulullah saw mengundang Ali, Fatimah, Hasan dan Husein as dan menutupi mereka dengan kisa' dan berdoa sebagai berikut, «اللهم هؤلاء أهلی فأذهب عنهم الرجس و طهرهم تطهیرا», Ya Allah mereka adalah Ahlulbaitku! Hapuskanlah segala dosa dan kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. [10]

Dalam Literatur Syiah

Riwayat ini dikemukakan dalam buku-buku tafsir Syiah; seperti tafsir Qummi[11] , tafsir Furat Kufi[12] dan Al-Burhan fi Tafsir al-Quran. [13] Riwayat ini juga dikemukakan dalam buku-buku hadis Syiah, seperti Ushul al-Kafi[14] , Āmali Syekh Thusi. [15]

Dalam Literatur Ahlusunah

Riwayat ini juga dinukilkan dalam buku-buku hadis Ahlusunah. Hadis Kisa' dalam Shahih Muslim dituturkan sebagai berikut: Aisyah mengatakan, pada suatu pagi Rasulullah saw keluar rumah dan mengenakan jubah bergambar yang ditenun dari wol (bulu unta) berwarna hitam. Pertama-tama Hasan as datang, lantas dia menempatkannya di bawah kisa'; kemudian datanglah Husain as dan ia pun juga ditempatkan dibawah kisa', kemudian Fatimah sa datang dan dimasukkan mereka di bawah kisa', kemudian Ali as datang dan ia pun juga dimasukkan bersama rombongan lainnya, di bawah kain kisa' dan dia bersabda, إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّـهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا. [16]

Ibnu Hajar dalam Shawaiq al-Muhriqah mengatakan, sampai pada sanad yang sahih bahwasanya Rasulullah saw menutupkan kisa' di atas empat orang. Kemudian dia berkata: "Ya Allah! mereka adalah Ahlulbaitku dan orang-orang istimewaku, hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah sesuci-sucinya…[17] Ibn Atsir dalam Usd al-Ghābah[18] dan Ahmad dalam Musnadnya[19] telah menuturkan hadis tersebut dan Ibnu Taimiyyah dalam Minhāj al-Sunnah mengatakan, hadis Kisa' termasuk hadis-hadis yang sanadnya benar (shahihu Sanad), dimana Ahmad, at-Tirmidzi menukilnya dari Ummu Salamah dan juga Muslim dalam Shahihnya telah menukilnya dari Aisyah. [20]

Hadis ini juga disebutkan dalam buku-buku tafsir Ahlusunah. Zamakhsyari dalam al-Kasysyāf[21] , Fakhr Razi dalam tafsir Al-Kabir dan Qurthubi[22] , Ibn Katsir[23] dan Suyuthi[24] masing-masing dari mereka telah menuturkan hadis Kisa' dalam tafsirnya. Qurthubi[25] dalam tafsir ayat Tathhir menukil dari Ummu Salamah sebagai berikut, ketika ayat Tathhir diturunkan, Rasulullah saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, kemudian menutupi mereka dengan Kisa' Khaibari.

Argumentasi Para Imam dengan Hadis Kisa'

Imam Ali as dalam menjelaskan salah satu dalil kebenarannya akan khilafah dan pengganti Rasulullah saw, dia berargumentasi dengan hadis Kisa' dan mengingatkan khalifah seraya berkata, Apakah ayat Tathhir diturunkan untuk diriku, keluarga dan putra-putraku ataukah untuk dirimu, keluarga dan anak-anakmu? Ia menjawab: "Hanya untuk dirimu dan keluargamu". Imam berkata: "Demi Allah! Apakah aku, keluarga dan anak-anakku pada hari Kisa' yang masuk dalam ajakan Rasulullah saw, dimana dia berkata:" Ya Allah! mereka adalah keluargaku, yang aku seru menuju ke arah-Mu, bukan menuju neraka-Mu". [26]

Demikian juga, Amirul Mukminin Ali as dalam musyawarah yang dibentuk oleh Umar bin Khattab untuk menentukan khalifah sepeninggalnya berargumentasi dengan hadis Kisa' untuk prioritas dirinya dalam masalah kepemimpinan dan pengganti Rasulullah saw. [27]

Saat para sahabat Rasulullah saw berbangga satu sama lain akan keutamaannya, Imam Ali as menyebut hadis Kisa' untuk menjelaskan prioritas diri dan Ahlulbaitnya. [28]

Setelah perdamaian Imam Hasan as dengan Muawiyah dan setelah Muawiyah berpidato, Imam Hasan as berpidato dan setelah dia menyebutkan ayat Mubahalah tentang Ahlulbait as, dia juga berargumentasi dengan hadis Kisa' dalam menjelaskan keutamaan dirinya dan Ahlulbaitnya. [29]

Hadis Kisa yang Dinukil dalam Mafatih al-Jinan

Buku Mafatih al-Jinan

Hadis akhir Mafatih al-Jinan yang masyhur dengan nama hadis Kisa', sama sekali tidak disebutkan dalam buku-buku muktabar Syiah dan Sunni, bahkan dalam buku-buku seperti Bihar al-Anwar, yang mana tujuannya adalah pengumpulan hadis-hadis yang dinisbahkan kepada Ahlulbait as.

Marhum Syekh Abbas al-Qummi dalam buku Muntaha al-Āmāl setelah menukil hadis Kisa' sebagai hadis mutawatir, dia menulis tentang hadis yang marak ini sebagai berikut: "Adapun hadis yang makruf dengan hadis Kisa' yang sudah marak juga di zaman kita, yang dengan tata cara demikian tidak terlihat dalam buku-buku muktabar yang sudah makruf, pokok-pokok hadis dan para ahli hadis terpercaya dan dapat dikatakan termasuk Keistimewaan-keistimewaan dari buku-buku pilihan". [30]

Sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Syekh Abbas Qummi, buku pertama yang menukil hadis Kisa' dengan bentuk demikian adalah buku Muntakhab Thuraihi, itupun menuturkan hadis dengan tanpa sanad; dan ini berarti sejak era awal Islam sampai kurang lebih seribu tahun berikutnya, hadis tersebut sama sekali tidak terlihat dalam buku-buku hadis manapun.

Banyak sekali para ahli hadis besar Syiah, seperti Kulaini, Syekh Thusi, Syekh Mufid, Thabrisi dan Ibnu Syahr Asyub dalam buku-bukunya membawakan hadis Kisa' sebagaimana yang sudah ditulis di awal, dengan perbedaan ungkapan dan berbeda dengan teks hadis Kisa' yang sudah marak. [31]

Syarah Hadis Kisa'

Sejumlah cendekiawan Syiah menulis risalah independen tentang sanad-sanad hadis Kisa' dan membuktikan kredibilitasnnya, semisalnya adalah:

  1. Sanad hadis Kisa', Ayatullah Mar'asyi Najafi, cet. 1356 H/1937.
  2. Ayat Tathhir fi al-Khamsah Ahl al-Kisa', Muhyiddin Musawi Gharifi, cet. 1377 H/1957.
  3. Hadis al-Kisa' inda Ahli al-Sunnah, Sayid Murtadha Askari, cet. 1, 1395 H/1975; dan cet. 2 dengan penambahan referensi Syiah, 1402 H/1982.
  4. Sanad Hadis Syarif Kisa', Ali Akbar Mahdi Poor, cet. 1410 H/1989.

Demikian juga telah ditulis syarah-syarah teks makruf hadis Kisa', semialnya adalah:

  1. Al-Tuhfah al-Kisaiyyah, Syekh Bafaqi Yazdi (m 1310 H/1892).
  2. Kasyf al-Ghita an Hadis al-Kisa', Syekh Ali Āl Abdul Ghaffar Kasymiri (m 1345 H/1926).

Begitu juga puluhan penyair ternama Arab, Persia, Turki, Lor dan Urdu telah mengujarkan hadis Kisa' dalam bait-baitnya. [32]

Catatan Kaki

  1. Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 335 dan 561
  2. Murtadha Askari, Hadis al-Kisā' min Thuruq al-Fariqain.
  3. Makanan yang dibuat dari tepung dan minyak. Lisān al-Arab, jild. 3, hlm. 291.
  4. Ray Syahri, Ahlu Bait as dar Qurān wa Hadis, jild. 1, hlm. 38.
  5. Allamah Hilli, Nahjul Haq wa Kasyf al-Shidq, hlm. 174.
  6. Ibnu Hajar, Shawāiq al-Muhriqah, hlm. 144.
  7. Syekh Mufid, al-Fushul al-Mukhtarah, hlm. 122.
  8. Suyuthi, al-Dur al-Mantsur, jild. 5, hlm. 376.
  9. Ray Syahri, Ahlu Bait as dar Qurān wa Hadis, jild. 1, hlm. 38.
  10. Thabari, Dalāil al-Imāmah, hlm. 21.
  11. Tafsir al-Qummi, jild. 2, hlm. 193.
  12. Furat Kufi, Tafsir Furat al-kufi, hlm. 111, dan 332-337.
  13. Bahrani, al-Burhān fi Tafsir al-Qurān, jild. 2, hlm. 106.
  14. Kulaini, al-Kafi, jild, 2, hlm. 8.
  15. Syekh Thusi, al-Amāli, hlm. 368 dan 565.
  16. Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, jild. 15, hlm. 190.
  17. Ibnu Hajar, Shawāiq al-Muhriqah, hlm. 143.
  18. Ibn al-Atsir, Usdu al- Ghābah, jild. 4, hlm. 29.
  19. Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, jild. 7, hlm. 415.
  20. Ibn Taimiyyah, Minhāj al-Sunnah, jild. 5, hlm. 13.
  21. Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyāf, dibawah surah Ali Imran: 61.
  22. Qurthubi, al-Jāmi' li Ahkām al-Qurān, jild. 14, hlm. 183.
  23. Ibn Katsir, Tafsir al-Qurān al-Adzim, jild. 6, hlm. 369.
  24. Suyuthi, al-Dur al-Mantsur, jild. 5, hlm. 376.
  25. Qurthubi, al-Jāmi' li Ahkām al-Qurān, jild. 14, hlm. 183.
  26. Ibn Babawaih, Khisal, penj: Ja'fari, jild. 2, hlm. 335.
  27. Ibid., Khisal, jild. 2, hlm. 561.
  28. Ibid., Khisal, jild. 2, hlm. 561.
  29. Thusi, al-Āmāli, hlm. 559.
  30. Abbas Qummi, Muntaha al-Āmāl, jild. 1, hlm. 820.
  31. Ray Syahri, Ahlu Bait (as) dar Quran wa Hadis, jild. 1, hlm. 42.
  32. Dairah al-Ma'arif Tasayyu', jild. 6, hlm. 188.

Daftar Pustaka

  • Alquran
  • Muhammad Muhammad Ray Syahri. Ahlu Bait (as) dar Quran wa Hadis, Terj. Ridha Syekhi dan Hamid Reza Ojir, Dar al-Hadis, 1379 S.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf bin Mutahhar. Nahj al-Haq wa Kasyf al-Shidq. Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1982 M.
  • Ibn Hajar, Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Haitsami. Shawaiq al-Muhriqah. Mesir: Maktabah al-Qāhirah, 1385 H.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad bin al-Nu'man. Defa' az Tasayyu'. Terjemahan: Al-Fushul al-Mukhtārah. Penj. Jamal Khansari, Muhammad bin Husein, Riset: Hasan Zadeh Shadiq, Zamani Nezad Ali Akbar. Qom: Intisyarat Mukminin, 1377 S.
  • Thabari, Muhammad bin Jurair bin Rustam. Dalail al-Imamah. Riset: Qism al-Dirāsat al-Islamiyyah Muassasah al-Bi'tash. Qom: Bi'tsat, 1413 H.
  • Qummi, Ali bin Ibrahim. Tafsir Qummi. Riset: Musawi Jazairi Tayyib. Qom: Dar al-Kitab, 1404.
  • Kufi, Furat bin Ibrahim. Tafsir Furat Kufi. Riset: Kadzim Muhammad. Teheran: Muassasah al-Thab'a wa al-Nasyr fi Wizarat al-Irsyad al-Islami, 1410 H.
  • Bahrani, Hasyim bin Sulaiman. Al-Burhan fi Tafsir al-Quran. Riset: Qism al-Dirasat al-Islamiyyah Muassasah al-Bi'tash. Qom: Bi'tsat, 1374 S.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kafi. Qom: Dar al-Hadis, 1429 H.
  • Muslim bin al-Hajjaj. Shahih Muslim. Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1423 H/2003 M.
  • Ibn Taimiyyah, Ahmad bin Abd al-Halim. Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah fi Naqdh Kalam al-Syiah al-Qadariyyah. Riset: Muhamamd Rasyad Salim, tanpa tahun.
  • Ibn Babawaih (Shaduq), Muhammad bin Ali. Khishal. Terj. Ja'fari Ya'qub. Qom: Nasim Kautsar, 1372 S.
  • Ibid., Al-Khisal, Riset: Ghaffari Ali Akbar. Qom: Jame'eh Mudarrisin, 1362 S.
  • Ibid., Kamal al Din wa Tamam al-Nikmah. Riset: Ghaffari Ali Akbar. Teheran: Islamiyyah 1395 S.
  • Syekh Abbas Qummi. Muntaha al-Āmāl. Qom: Muassasah Intisyarat Hijrat, 1372 S.
  • Ibn Mandzur, Jamaluddin Muhammad bin Mukram. Lisan al-Arab. Qom: Nasry Adab al-Hauzah, 1405 H/1363 S.
  • Bahrani, Sayid Hasyim bin Sulaiman. Al-Burhan fi Tafsir al-Quran. Riset: Qism al-Dirasat al-Islamiyyah Muassasah al-Bi'tash. Qom: Bi'tsat, 1374 S.
  • Ibn Atsir, Ali bin Abi al-Karam Muhammad. Usd al- Ghābah fi Ma'rifah al-Shahabah. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1377 H.
  • Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1991 M/1412 H.
  • Suyuthi, Abdurrahman bin Abi Bakar. Al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma'tsur. Lebabon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1421 H/2000 M.
  • Zamakhsyari, Mahmud. Al-Kasysyaf an Haqaiq Ghawamidh al-Tanzil. jild. 1, Qom: Nasyr al-Balaghah, cet. 2, Qom, 1415 H.
  • Qurthubi, Muhammad bin Ahmad Anshari. Al-Jami' li Ahkam al-Quran. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1985 M/1405 H.
  • Ibn Katsir, Ismail bin Amr. Tafsir al-Quran al-Adzim. Riset: Muhammad Husein Syamsuddin. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Mansyurat Muhammad Ali Baidhun, 1419 H.
  • Dairah al-Maarif Tasayyu'. Teheran: Nasyr Syahid Sa'id Muhibbi, Teheran, 1380 S.