Haram Imam Ali as

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
Haram Imam Ali as
Haram Imam Ali as di Najaf
LokasiNajaf, Irak
Tahun pembangunanAbad kedua Hijriah
Informasi arsitektur
ArsitekSyaikh Bahai
Gaya arsitekturSyafawi
Lebar luas13.244 meter persegi
Jumlah kubah1
Tinggi luar kubah18,15 m
Tinggi dalam kubah23,5 m
Jumlah menara2
Tinggi menara29 m
Ciri khasTempat Ziarah

Haram Imam Ali as (bahasa Arab: حرم الإمام علي عليه السلام ) adalah tempat dimakamkannya Imam Ali as di Najaf al-Asyraf, Irak. Dikarenakan makam Imam Ali as dalam waktu yang lama tersembunyi, maka Imam Shadiq as untuk pertama kalinya pada tahun 135 H/753 menunjukkan makamnya. Kini Haram Imam Ali as sepanjang waktu dipugar dan diperluas.

Pada tahun-tahun terakhir pelataran luar yang bernama Pelataran Sayidah Zahra sa dan berada di sebelah Barat Haram sedang dibangun. Pemugaran dan perluasan Haram membuat luas Haram menjadi 140 hektar.

Penguburan secara sembunyi-sembunyi

Para putra Imam Ali as (Imam Hasan as, Imam Husain as dan Muhammad bin Hanafiyah) juga Abdullah bin Ja'far menguburkan Imam Ali as pada waktu malam hari di Gharin (Najaf masa kini) dan menyembunyikan makamnya. [1]

Sebagaimana yang dituliskan oleh Ibnu Thawus bahwa penyembunyian ini disebabkan rasa takut dari musuh seperti Bani Umayyah dan Khawarij karena kemungkinan mereka akan berusaha untuk membongkar kuburan itu dan hal ini akan menyebabkan ketegangan antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim. Jika hal ini terjadi, maka akan menimbulkan pertumpahan darah dan akan menimbulkan fitnah yang sangat besar sementara Imam Ali as selama hidupnya berusaha untuk meredam api fitnah yang dilancarkan mereka. Oleh karena itu wajarlah jika Imam Ali as berpesan supaya meredam hal-hal yang bisa membangkitkan ketegangan. [2]

Para Imam yang Menziarahi Amirul Mukminin as

Enam Imam Syiah telah menziarahi Haram Imam Ali as di Najaf: Imam Husain as, Imam Sajjad as, Imam Baqir as, Imam Shadiq as, Imam Hadi as, Imam Hasan al-Askari as. [3]

Pahala Ziarah

  • Nabi Muhammad saw bersabda: "Orang-orang yang menziarahiku dalam keadaan hidup atau mati, atau menziarahi Ali as, maka Allah harus menziarahinya pada Hari kiamat dan akan mengampuninya." [4]
  • Nabi Muhammad saw bersabda: "Barang siapa yang menziarahi Ali sepeninggalnya, maka ia akan masuk surga." [5]
  • Imam Shadiq as bersabda: "Ketika peziarah Imam Ali as berdoa, maka pintu-pintu langit akan terbuka." [6]

Diketahuinya Haram Imam Ali as

Mengingat pada masa keimamahan Imam Shadiq as kekuasaan Bani Umayah menurun, maka kuburan Imam Ali as tidak lagi disembunyikan dan secara perlahan-lahan menjadi jelas bagi semua orang sebagaimana diriwayatkan Shafwan yang meminta ijin dari para penganut Syiah Kufah untuk mengatakan tempat dikuburkannya Imam Ali as, dan Imam menjawab tidak ada masalah untuk memberitahukan makam tersebut disamping memberi sejumlah uang untuk memugar kuburan Imam Ali as. [7]

Sejarah Pembangunan Haram

  • Dengan kemunduran kaum Umawi dan terkuaknya tempat dikuburkannya Imam Ali as, Dawud bin Ali Abasi (w. 133 H) karena ia menyaksikan masyarakat bersemangat ke sana, maka ia mengadakan penelitian sehingga memperoleh keyakinan bahwa tempat dikuburkannya Imam Ali as adalah di sana. Oleh karena itu, ia meletakkan nisan di sana. Namun dengan dikukuhkannya pemerintahan Abbasi karena hubungan mereka dengan Alawi berubah, maka kuburan itu ditinggalkan dan tidak ada lagi bekas-bekas nisannya. [8]

Nampaknya, Harun Rasyid adalah seseorang yang membangun kuburan Imam Ali as dengan bata putih dari semua sisinya (kira-kira pada tahun 170 H) [9] dan memerintahkan untuk menyanyi kidung duka di atas kuburan Imam Ali as. Ia membangun dengan tanah merah dan menyelimuti dharih dengan kain berwarna hijau. Pihak perbendaharaan Haram menyimpannya hingga abad ke-7 H (berdasarkan perkataan Farhah al-Ghari) masih ada. [10] Mutawakil Abasi (w. 247 H) yang merusak Haram Imam Husain as juga memberangus istana Najaf. [11]

Setelah itu, Muhammad bin Zaid Da'i (w. 287) membangun kembali kuburan itu serta membangun kubah, dinding dan gapura seluas 70 taq. (setiap taq seukuran dengan 15 m2) [12] Amirul Haj Umar bin Yahya bin Husain Nasabah Naqib (keluarga Ali bin Abi Thalib) di Kufah, kira-kira pada tahun 330 H membangun kembali makam Imam Ali dan meletakkan kubah di atasnya. [13]

  • Setelah itu, Adhadullah Dailami (w. 372 H) membangun istana sedemikian mewah pada zaman itu. Istana ini masih ada hingga tahun 753 H. Dan setelah itu lenyap karena kebakaran. Dikatakan bahwa pada kebakaran itu, mushaf tiga jilid yang ditulis oleh Imam Ali as juga ikut terbakar. [14] Istana ini, disamping dibangun oleh Adhadaulah, juga turut di bangun penguasa-penguasa lain seperti: Ali Buyah dan para menterinya, Hamdiyan dan sebagian khalifah Abasiyan (Mustanshir Abasi). [15]
  • Kemudian pada tahun 760 H kembali dibangun. Ketika ini pembangungan tidak dinisbatkan kepada siapapun namun nampaknya adalah pekerjaan Ilkhaniyan dan banyak pula raja-raja yang turut serta dalam membangunnya. Raudhah, kubah dan pelataran istana ini dibangun oleh Syah Abas I. [16]
  • Setelah itu, Syah Shafi memperluas pelataran Haram. [17]
  • Sebagaimana yang ada dalam buku catatan perjalanan Muhammad Mirza (Safar pada tahun 1279) pembangunan kubah dilakukan oleh seseorang bernama Haji Muhammad Husain Khan Sadra Isfahani. Demikian juga dalam buku catatan safar ini dikatakan bahwa kubah pertama kali dibangun pada masa Ali Bawaih yang berada dibawah tanggung jawab Shafawiyah dan kubah yang ada pada tahun itu (1279) merupakan bangunan Syah Abas Shafawi yang dibangun oleh Syaikh Bahai [18]
  • Nadir Syah Afhar melapisi emas pada kubah, pelataran dan dua menara Haram. [19]
  • Pada tahun 27 Adzar 1395/17 Rabiul Awwal 1438 H, telah dipasangkan emas baru di kubah. [20]

Arsitektur Haram

Masjid Imran bin Syahin

Masjid ini adalah masjid terklasik di Najaf yang berada di sebelah utara pelataran Haram dan sekarang adalah termasuk bagian Haram. [21] Imran mengadakan perlawanan kepada pemerintahan 'Adhud al-Daulah namun kalah. Setelah kalah ia nazar jika 'Adhud al-Daulah memafkannya, maka ia akan membangun pelataran di Haram Imam Ali as. 'Adhud al-Daulah pun memaafkannya dan Imran melaksanakan nadzarnya dan membangun pelataran itu pada pertengahan abad ke-4 H. Pelataran ini berubah menjadi masjid dan pintu masuknya terletak di sebelah kanan lorong dan pintu Syaikh Thusi. Pada masa dahulu, terdapat pintu lain yang terbuka di depan pelataran ulama, namun karena ada penggantian nama Haram, tempat ini tidak lagi menjadi pelataran Haram dan terkenal dengan nama Masjid Imran bin Syahin masih terbengkelai. Pada pemugaran akhir, menjadi pelataran yang sangat indah dan megah. [22] Para ulama seperti Sayid Muhammad Kadhim Yazdi penulis al-Urwah al-Wutsqa, Sayid Muhammad Kadhim Muqadas dan Muhammad Baqir Qumi dikubur disana. [23]

Masjid Ra's

Masjid ini berada di sebelah barat aula dan menyambung dengan pelataran. Pada masa sekarang menjadi tempat perluasan Haram. Dalam penamaan terdapat dua kemungkinan: [24]

  1. Keberadaan masjid yang berada di depan kepala Imam Ali as
  2. Riwayat dari Imam Shadiq as bahwa kepala Imam Husain as berada di tempat ini

Masjid Al-Khadhra'

Masjid al-Khadhra' berada di sisi timur pelataran dan memiliki dua pintu yang salah satunya ada di dalam pelataran (pelataran ke tiga sebelah kanan pintu Muslim bin Aqil) dan yang lainnnya ada diluar pelataran. Masjid ini adalah tempat mengajar Ayatullah Khui dan pada masa sekarang tembok penghalang antara kuburan beliau (ruangan 31) dan masjid telah dihilangkan dan diganti dengan penghalang yang berbentuk anyaman. [25]

Husainiyah Pelataran Syarif

Husainiyah ini berada dibagian utara dan pintunya terbuka dari bagian timur laut. Bangunan ini didirikan oleh Sayid Muhsin Zaini, seorang dermawan dari Najaf. Bangunan ini dimaksudkan untuk peristirahatan orang-orang yang berziarah. Bangunan ini juga dilengkapi dengan tempat untuk berwudhu. Bangunan ini telah rusak selama bertahun-tahun semenjak kejatuhan Shadam dan sekarang telah menjadi bangunan baru dibawah pengawasan Ayatullah Sistani. [26]

Pelataran Ulama

Pelataran ini berada di tengah-tengah sisi utara. Sebab penamaan pelataran ini dengan nama pelataran ulama adalah karena di sana dikuburkan beberapa ulama terkenal. [27]

Madrasah Ilmu Agama

Di lantai atas pelataran, terdapat 52 ruangan dimana setiap ruangan terdapat teras dan belakang setiap ruangan terdapat lorong yang diujungnya terdapat anak tangga. Ruangan ini merupakan tempat belajar dan tempat tinggal para pelajar. Setelah perlawanan masyarakat Irak, Rezim Ba'ts menghancurkan ruangan-ruangan ini dan memaksa para pelajar keluar dari ruangan-ruangan mereka. Hingga sekarang, ruangan-ruangan tersebut masih kosong. [28]

Husainiyah Baktasyiyah

Husainiyah ini berada di sebelah utara masjid Ra's dan sisi barat Haram yang memiliki tiga pintu, 2 pintu terhubung dengan pelataran yang ada di dalam Haram dan 1 pintu lainnya di sisi Barat luar Haram. [29]

Maqam Imam Shadiq as

Maqam ini dekat dengan pintu Masjid Ra's dan berada di sebelah kanan orang-orang yang memasuki Haram melalui Bab Faraj (Pintu Barat Daya). Diriwayatkan bahwa Imam Shadiq as ketika berziarah kepada Imam Ali as, beliau melaksanakan salat di sana. Bangunan ini telah diberi kubah putih kira-kira semenjak 50 tahun yang lalu dan luasnya kira-kira 100 m2. Namun pada masa sekarang, tidak ada lagi bekasnya dan termasuk dalam lahan perluasan Haram. [30]

Tempat Ishba'ain (Tempat dua jari)

Tempat ini berada di dharih dan berada didepan wajah Imam. Terkait dengan hal itu dikatakan bahwa: Ada seorang hakim yang dzalim bernama Murrah bin Qais yang pada suatu hari berceramah tentang nenek moyang mereka. Dari mereka ia bertanya tentang orang-orang yang telah meninggal. Mereka mengatakan bahwa sebagian besar dari orang-orang yang terbunuh itu, meninggal di tangan Imam Ali as. Mereka bertanya dimana kuburan Imam Ali as. Masyarakat menjawab: Di Najaf. Murrah menyiapkan pasukan sebanyak 2000 orang dan membawa pasukan ke Najaf.

Setelah bertahan selama 6 tahun membela kota mereka, orang-orang dari Najaf akhirnya harus menderita kekalahan. Murrah pun memasuki Haram kemudian ia mulai merusak Haram. Saat ia hendak membongkar kuburan, maka keluar dua jari seperti pedang dari dharih dan memotong badan Murrah menjadi dua. Setengah badannya pada saat itu juga berubah menjadi batu. Kemudian dua batu itu dilemparkan ke jalan namun pada masa kemudian para musuh mengambil dan menyembunyikan batu itu. [31]

Perluasan Haram

Haram Imam Ali as pada tahun-tahun terakhir selalu diperbaiki dan diadakan perluasan. Bagian barat Haram, masih merupakan proyek perluasan dengan nama "Hadhrat Fatimah sa". Pelataran ini merupakan tempat yang sangat luas dari sebelah barat Haram hingga maqam Imam Sajjad as. Tempat ini dibangun oleh para insinyur dari Iran. Dengan dilaksanakan proyek ini, luas Haram mencapai 140.000 m2. [32]

Catatan Kaki

  1. Al-Mufid, Al-Irsyād, hlm. 27-28.
  2. Ibnu Thawus, Farhah al-Ghari, Terjemah Muhammad Baqir Majlisi, hlm. 65, Silahkan lihat juga: Al-Tamimi, Madinah Najaf, hlm. 117.
  3. Al-Tamimi, Madinah Najaf, hlm. 177.
  4. Ibnu Qulawaih, Kāmil Ziyarat, hlm. 91.
  5. Sayid Radhi, Khashāis Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, hlm. 26; Al-Mufid, Maqna'ah, hlm. 462.
  6. Sayid Radhi, Khashāih Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, hlm. 26; Al-Mufid, Al-Maqna'ah, hlm. 462.
  7. Al-Tamimi, Madinah al-Najaf, hlm. 177.
  8. Ali Mahbubah, Mādhi al-Najaf wa Hadhiruha, jld. 1, hlm. 40.
  9. Ali Mahbubah, Mādhi al-Najaf wa Hadhiruha, jld. 1, hlm. 40.
  10. Ibnu Thawus, Farhah al-Ghari, Terjemah Muhammad Baqir Majlisi, hlm. 127.
  11. Ali Mahbubah, Mādhi al-Najaf wa Hadhiruha, jld. 1, hlm. 43.
  12. Ali Mahbubah, Mādhi al-Najaf wa Hadhiruha, jld. 1, hlm. 42-43.
  13. Al-Tamimi, Madinah al-Najaf, hlm. 172.
  14. Ali Mahbubah, Mādhi al-Najaf wa Hadiruha, jld. 1, hlm. 43-45.
  15. Ali Mahbubah, Mādhi al-Najaf wa Hadiruha, jld. 1, hlm. 43-44.
  16. Ali Mahbubah, Mādhi al-Najaf wa Hadiruha, jld. 1, hlm. 46-48.
  17. Ali Mahbubah, Mādhi al-Najaf wa Hadiruha, jld. 1, hlm. 48.
  18. Bariri, Najaf dar Sizdah Safar Nāmeh, hlm. 167-173.
  19. Bariri, Najaf dar Sizdah Safar Nāmeh, hlm. 167 dan 173.
  20. Site Abna, Peresmian Kubah Amirul Mukminin.
  21. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 119.
  22. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 119.
  23. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 119.
  24. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 120.
  25. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 121.
  26. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 121.
  27. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 122.
  28. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 123.
  29. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 122.
  30. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 123.
  31. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 124.
  32. Alawi, Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq, hlm. 126.

Daftar Pustaka

  • Alawi, Ahmad. Rahnamāi Mushawwar Safar Ziyārate Arāq. Qom: 1389 S.
  • Ali Mahbubah. Mādhi al-Najaf wa Hadhiruha. Beirut: Dar al-Adhwa, 1406 H/1986.
  • Al-Mufid. Al-Muqni'ah. Qom: Muasasah al-Nasyar al-Islami, 1410 H.
  • Al-Tamimi, Muhammad Ali Ja'far. Madinah al-Najaf. Mathbu'ah Dar al-Nasyar wa Ta'lif, 1372.
  • Bariri, Abu Dzar. Najaf dar Sizdah Safar Nāmeh, Bakhsyi az Namehhai Ulama wa Masyahirah Daurah Qajar. Jurnal Farhang Ziyarah, tahun ke-3, no. 77, Musim Panas, 1390.
  • Ibnu Jauzi. Al-Muntadham fi Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Diteliti oleh: Muhammad Abdul Qadir Atha wa Musthafa Abdul Qadir Atha. Editor: Na'im Zarzor. Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1412 H/1992.
  • Ibnu Qulawaih, Ja'far bin Muhammad bin Qulawaih.Kāmil Ziyārah. Diteliti oleh: Jawad al-Qayyumi. Lajnah al-Tahkik, Muasasah Nasyr Fiqahah, 1417, Software Maktabah Ahlulbait as, CD ke-2, 1433.
  • Ibnu Thawus, Abdul Karim bin Ahmad. Farhah al-Ghari fi Ta'yin Qabr Amirul Mukminin Ali as. Terjemah Muhammad Baqir Majlisi. Teheran: Mirats Maktub, 1379 S.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man. Al-Irsyād. Qom: Sa'id bin Jubair, 1428 H.
  • Sayid Radhi. Khashāish Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Beirut: Muasasah al-A'lami lil Mathbu'at. 1406-1986.