Thalhah bin Ubaidillah

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Sahabat
http://id.wikishia.net/view/Majma_Jahani_Ahlulbait_As
Info pribadi
Nama lengkapThalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Marrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib Qursyi at-Taimi
LakabAbu Muhammad
Garis keturunanDari Bani Taim bin Marrah
Kerabat termasyhurAbu Bakar (sepupu)
Lahir10 Tahun sebelum Bi'tsah, Mekah
Muhajir/AnsharMuhajir
Tempat TinggalMadinah
Wafat/Syahadah36 H/656
Penyebab Wafat /SyahadahTerbunuh di tangan Marwan bin Hakam
Tempat dimakamkanBashrah, Irak
Informasi Keagamaan
Memeluk IslamPermulaan Islam
Keikutsertaan dalam GhazwahPerang UhudPerang Tabuk
Hijrah keMadinah
Terkenal sebagaiSahabat Nabi Muhammad saw
Peran utamaMengobarkan Perang Jamal melawan Imam Ali as
Aktivitas lainPerawi Hadis Rasulullah saw

Thalhah bin Ubaidillah (bahasa Arab: طلحة بن عبیدالله ) adalah salah satu di antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw dan merupakan di antara orang-orang yang awal dalam memeluk Islam. Ia adalah sepupu dari khalifah pertama Abu Bakar bin Abu Quhafah dan selalu ikut dalam berbagai peperangan pada periode awal Islam serta mampu menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya.

Setelah Rasulullah saw wafat, Ia bekerjasama dengan khalifah pertama serta ikut secara aktif dalam berbagai invasi perluasan wilayah. Thalhah ditunjuk oleh Khalifah kedua sebagai salah seorang anggota Dewan Syuro yang terdiri dari enam orang untuk memilih dan menetapkan khalifah Ketiga. Ia terlibat dalam peristiwa pembunuhan Usman bin Affan dan dianggap sebagai orang mendorong pembunuhan khalifah. Setelah Usman terbunuh, Ia berbaiat kepada Ali bin Abi Thalib as; namun tak lama kemudian Ia menarik kembali baiatnya dan bersama Zubair serta Aisyah istri Nabi saw dan sebagian kalangan bani Umayyah yang dikenal dengan Nakitsin, menyulut terjadinya perang Jamal untuk melawan Ali bin Abi Thalib as dan dalam perang ini Ia terbunuh oleh Marwan bin al-Hakam (yang tergabung dalam pasukan Nakitsin).

Biografi

Abu Muhammad Thalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Marrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib Qursyi at-Taimi dari bani Taim bin Marrah lahir 10 tahun sebelum era kenabian. Ibunya Sha'bah binti Hadhrami masih sempat hidup di masa Nabi saw dan menurut perkataan sebagian keluarga Thalhah, meninggal dalam keadaan Muslim. [1]

Di antara istri-istrinya adalah Hammanah binti Jahsy (sepupu Nabi saw dan ibu dari Muhammad dan Imran), Ummu Kultsum putri Abu Bakar (melahirkan Ya'qub, Ismail, Zakaria dan Aisyah), Su'da binti Auf (ibu dari Isa dan Yahya), Khulah binti Qa'qa bin Ma'bad bin Zurarah bin Adas Tamimi (ibu dari Musa), Ummu Harits binti Qusamah dari kabilah Tha (ibu dari Ummu Ishaq), Ummu Aban binti Utbah bin Rabi'ah (ibu dari Ishaq) serta seorang perempuan dari Taglabiah (ibu dari Shaleh). Begitupula Sha'bah dan Maryam masing-masing adalah pelayan dari Ummu Walid. [2]

Masuk Islam

Thalhah bin Ubaidillah tertarik dan masuk Islam berkat Abu Bakar. [3]Menurut penukilan yang lain Thalhah sedang berada di Syam di mana seorang Pendeta (Rahib) mengabarkan padanya kedatangan seorang Nabi bernama Ahmad putra Abdul Muththalib dan setelah datang ke Mekah dia masuk Islam bersama Abu Bakar. [4]

Thalhah bersama Abu Bakar lebih sering disiksa oleh Naufal bin Khuwailid bin Adwiah atau Usman bin Ubaidillah (saudara Thalhah). Naufal (atau Usman) selalu mengikat kedua orang ini dengan satu tali guna mencegah mereka salat. [5] Thalhah adalah termasuk di antara Muhajir (orang-orang yang hijrah) sebelum Nabi saw hijrah dan bersama sebagian Keluarga Nabi saw melakukan perjalanan ke Madinah [6]dan tinggal di rumah Habib bin Asaf dari bani Harits bin Khazraj [7]

Menurut sebuah nukilan Thalhah membawa dua baju putih dari Syam untuk Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar, dan keduanya memakai pakaian putih dari Syam tersebut dan masuk ke Madinah. [8]Di kota Mekah Nabi saw mengikat ikrar persaudaraan (akad Ukhuwat) di antara Thalhah dan Zubair bin 'Awwam [9]atau Said bin Zaid [10]atau Sa'ad bin Abi Waqqash [11]dan setelah berhijrah ke Madinah, dalam hal Akad Ukhuwat, Nabi saw mengikat ikrar persaudaraan di antara Thalhah dan Ka'ab bin Malik [12]atau Abu Ayub Anshari [13]atau Ubai bin Ka'ab. [14]

Thalhah termasuk di antara para perawi Nabi saw di mana riwayat terkenal ini adalah darinya: Thalhah berkata, "Aku bertanya kepada Nabi saw bagaimana kami mengirimkan sholawat kepadamu. Ia bersabda, "Katakanlah!: اللَّهمّ صل علی محمد و علی آل محمد کما صلیت علی إبراهیم إنک حمید مجید، و بارک علی محمد و علی آل محمد کما بارکت علی آل إبراهیم إنک حمید مجید ” [15] Terdapat orang-orang seperti anak-anaknya Yahya, Musa, Isa, Qais bin Abu Hazim, Ahnaf bin Qais, Saib bin Yazid, Abu Usman Nahdi dan Abu Salmah bin Abdurrahman yang menukilkan riwayat darinya. [16]

Keikutsertaan dalam Peperangan

Thalhah tidak hadir dalam perang Badar di Madinah dan Nabi saw mengirim dia bersama Said bin Zaid ke Syam sebagai mata-mata dan ketika kembali dari Syam kaum Muslimin telah kembali dari Badar. Setelah kembali dari safar Thalhah mendatangi Nabi saw dan meminta kepada beliau bagian dari ghanimah (harta rampasan perang) perang Badar dan Nabi saw memberikan secara khusus bagian dari ghanimah kepadanya. [17] Thalhah turut serta dalam perang Uhud dan menurut sebagian nukilan beliau mampu menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya. Ia terluka dalam perang ini dan sebagian dari jemarinya lumpuh atau tak berfungsi lagi. [18]

Di akhir-akhir perang ini dan setelah tersebarnya berita terbunuhnya Nabi saw, Thalhah bersama sebagian kaum Muhajir dan Anshar di antaranya Umar bin Khattab memutuskan mundur dari peperangan. Anas bin Nadhir berpaling kepadanya dan berkata, "Mengapa engkau duduk?" Ia berkata, "Nabi saw telah terbunuh!" Anas berkata, "Maka bangkitlah! Dan tempuhlah jalan di mana Nabi terbunuh dan terbunuhlah dengan penuh kemuliaan!". [19] Tentunya menurut penukilan lainnya, Thalhah termasuk salah satu di antara beberapa orang yang loyal tetap tinggal di sekeliling Nabi saw di tengah-tengah pertempuran setelah gempuran pasukan Quraisy (di mana banyak di antara kaum Muslimin melarikan diri). [20]

Begitupula sebelum perang Tabuk, Thalhah dipercayakan memimpin sekelompok pasukan (satuan yang biasanya bergerak di malam hari) untuk membubarkan segerombolan kaum Munafik yang berkumpul di rumah Sulaim seorang Yahudi. [21]

Terusiknya Nabi Muhammad saw

Thalhah mengeluarkan kata-kata tentang istri-istri Nabi saw yang telah membuat Nabi saw marah dan karena itu pula beberapa ayat turun mengecamnya. Thalhah berkata, "Jika Nabi saw meninggal, aku akan menjalin hubungan (menikah) dengan istrinya Aisyah". Lantaran hal ini turunlah ayat: وَمَا كَانَ لَكُمْ أَن تُؤْذُوا رَ‌سُولَ اللَّـهِ وَلَا أَن تَنكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِن بَعْدِهِ أَبَدًا ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ عِندَ اللَّـهِ عَظِيمًا (Dan tidak boleh kamu menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh yang demikian itu sangat besar di sisi Allah) [Surah al Ahzab : 53]. [22]

Masa para Khalifah

Thalhah adalah di antara orang-orang yang hadir dalam berbagai peperangan bersama khalifah Pertama (Abu bakar). [23][24]Begitupula dia bersama Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Abdurrahman bin Abu Bakar, sebelum Abu Bakar dikubur, adalah di antara orang-orang yang masuk kedalam kuburnya dan kemudian menguburkan Abu Bakar di samping Nabi saw. [25]

Pada sebagian kasus Thalhah mengecam Abu Bakar lantaran memberikan ruang yang lebih dari semestinya kepada Umar bin Khattab [26]dan termasuk di antara orang-orang yang protes setelah Abu Bakar mengumumkan Umar bin Khattab sebagai pengganti atau khalifah selanjutnya. [27]Thalhah turut serta dalam sebagian agresi-agresi penaklukan di antaranya dalam penaklukan Iran bersama Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin 'Awwam di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. [28] Begitupula pada sebagian invasi perluasan wilayah, menjadi penasehat Umar. [29]

Dewan Syura Penentuan Khalifah Ketiga

Anggota Syuro Enam Orang

Untuk Menentukan Khalifah Ketiga

Imam Ali as
Utsman bin Affan
Abdurrahman bin 'Auf
Sa'ad bin Abi Waqqash
Zubair bin 'Awwam
Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah termasuk di antara ke enam anggota dewan syuro penentuan khalifah ketigabersama Imam Ali as, Utsman bin Affan, Zubair bin 'Awwam, Abdurrahman bin Auf serta Sa'ad bin Abi Waqqash. Umar dalam menyifati Thalhah berkata, "Dia adalah seorang lelaki yang mencari wibawa dan pujian memberikan harta miliknya guna memperoleh harta milik orang lain serta terperangkap dalam keangkuhan". [30] Sebagian berpendapat bahwa dia pada masa itu tinggal di luar kota Madinah. Namun setelah Ia kembali, Ia menjatuhkan pilihan (suaranya) kepada Utsman. [31]Sebagian mengatakan pula bahwa Ia kembali ke Madinah setelah Umar meninggal serta berbaiat kepada Usman. [32]

Turut Serta dalam Pembunuhan Usman

Thalhah adalah di antara orang-orang yang terlibat dalam pengepungan rumah Utsman pada tahun 35 H/655 di mana Ia sangat bersikeras dalam pengepungan rumah khalifah dan menghalangi masuknya air ke rumah Utsman; hingga Ali bin Abi Thalib as mengetahui hal tersebut dan marah dan sesudah itu barulah mereka mengizinkan untuk membawa kantong-kantong air kerumah Usman. [33]

Begitupula di hari-hari saat pengepungan, Ia mengemban tugas sebagai imam jamaah Kota Madinah. [34] Berdasarkan nukilan Ibnu Atsam, Thalhah bersama seorang lelaki dari bani Taim mengepung rumah Usman dan Usman meminta bantuan kepada Ali bin Abi Thalib as. Setelah Imam Ali as turut campur dalam kejadian ini, Thalhah bersama teman-temannya menghentikan pengepungan rumah. [35] Dalam peristiwa pembunuhan Usman, Thalhah dituduh membunuh Khalifah Ketiga. Dalam hal ini terdapat beberapa bukti; di antaranya: Pada saat pengepungan rumahnya, Usman menyebut Thalhah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pembangkangan itu dan menyebutnya sebagai provokator utama pemberontakan terhadap khilafah. [36]

Begitu pula Ya'qubi menyebutkan nama Thalhah di samping nama-nama Zubair dan Aisyah sebagai penggerak (provokator) utama masyarakat dalam pembunuhan Khalifah Ketiga. [37]Bahkan Anaknya sendiri Muhammad menyebut dia terlibat dalam pembunuhan Usman. [38]Marwan bin Hakam menyebut alasan atau sebab pembunuhan Thalhah pada perang Jamal lantaran tak ada seorang pun yang berusaha membunuh Usman melebihi usaha Thalhah. [39]

Pemutusan Baiat dan Perang Jamal

Thalhah adalah orang yang pertama kali berbaiat kepada Imam Ali as setelah pembunuhan Utsman [40]dan karena tangannya terlihat lumpuh, seorang lelaki dari bani Asad menyebut baiatnya yang keliru atau tak baik. [41]Beberapa lama kemudian, Ia membatalkan baiatnya dan guna membentuk sebuah pasukan untuk melawan Imam Ali as. Ia pergi ke Bashrah bersama Zubair dan Aisyah dan menyulut perang Jamal.

Thalhah bangkit melawan Imam Ali as dalam Perang Jamal pada tahun 36 H/656 bersama Zubair dan Aisyah. [42]Dinukilkan bahwa ketika Thalhah dan Zubair masuk ke Bashrah, Abdullah bin Hakim Tamimi membawa kepada mereka tulisan-tulisan Thalhah yang menunjukkan rencana Thalhah mengumpulkan pasukan untuk melawan Utsman. Abdullah berkata kepada Thalhah, "Apa yang terjadi! Kemarin engkau mendesak pengumpulan pasukan dan hari ini engkau hendak menuntut balas atas darah Utsman?" Thalhah berkata :"Hari ini aku tidak menemukan sesuatu yang benar pada kasus Utsman kecuali taubat dan menuntut balas darahnya". [43]

Dalam perang ini Imam Ali as menyebut Thalhah sebagai orang yang paling licik di mana bersama Zubair, Aisyah dan Ya'li bin Muniyah sebagai musuh yang paling gigih. [44]

Marwan bin Hakam di awal perang mengatakan, "Setelah hari ini aku tidak akan menuntut balas lagi atas darah Utsman". Marwan bin Hakam pada permulaan perang atau setelah pasukan Jamal melarikan diri serta semakin jelasnya kekalahan mereka, melesatkan anak panah ke arah Thalhah bin Ubaidillah yang bersarang di lututnya serta roboh akibat tancapan anak panah ini dan dikuburkan di dekat sebuah sungai di Bashrah. [45] Dikatakan, ketika wafat dia berusia 62 atau 64. [46]

Harta Kekayaan Thalhah

Ketika Thalhah wafat, Ia meninggalkan begitu banyak harta. Nilai biji padi atau gandumnya di Irak antara 400 ribu hingga 500 ribu Dirham dan penghasilan kesehariannya dari gandum atau biji padi yang ada di Irak sekitar 1000 Dirham. Begitupula nilai gandum atau biji padinya di Sarrah sekitar 10 ribu Dinar. Demikian pula dinukilkan bahwa nilai warisan yang ditinggalkannya berupa lahan (tanah), ternak, harta benda dan uang tunai (Dirham dan Dinar) sebesar 30 juta Dirham. Dia meninggalkan uang tunai 2 juta 200 ribu Dirham dan 200 ribu Dinar dan selebihnya berupa lahan, ternak dan barang. Begitupula, dinukilkan bahwa ketika Thalhah bin Ubaidillah terbunuh, di tangan bendahara atau penjaga gudangnya terdapat 2 juta 200 ribu Dirham uang tunai dan perkebunan serta harta-harta lainnya yang terhitung senilai 30 juta Dirham. Begitupula menurut nukilan lainnya bahwa dari Thalhah bin Ubaidillah mewariskan 100 kulit sapi jantan yang dipenuhi kepingan emas di mana pada masing-masingnya terdapat 300 pon (0,454 Kg.) emas. [47]

Kedudukan dalam Ahlusunah

Thalhah di kalangan Ahlusunah mempunyai kedudukan yang tinggi dan Ia disebut sebagai salah seorang di antara Asyarah Mubsyirah (sepuluh orang yang dijamin masuk surga oleh Nabi saw), Thalhah Al Khair, Thalhah Fayyadh, salah satu di antara sahabat yang memiliki fatwa (setelah tujuh mufti besar sahabat). Dia adalah di antara perawi-perawi besar dari Nabi saw di mana orang-orang meriwayatkan darinya seperti putra-putranya: Yahya dan Musa, Qais bin Abu Hazim, Abu Salmah bin Abdurrahman serta Malik bin Abu ‘Amir. [48]

Begitupula mereka menyebut Thalhah bersama Hamzah bin Abdul Muththalib, Ja'far bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib as, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah, Utsman bin Affan, Usman bin Mazh'un, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash serta Zubair bin 'Awwam sebagai dua belas pengikut (Hawariyyun) Nabi saw. [49]

Catatan Kaki

  1. Ansāb al-Asyrāf, jld. 10, hlm. 129.
  2. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubra, jld. 3, hlm. 160, 161, dan Ansāb al-Asyrāf, jld. 1, hlm. 88, 244 dan jld. 10, hlm. 117, 130; Ibnu Khazm, Jamharatu Ansāb al-‘Arab, hlm. 157.
  3. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah, jld. 1, hlm. 251 dam 252; Mas'udi, Muruj al-Dzahab, jld. 2, hlm. 277; Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, jld. 2, hlm. 468.
  4. Ansāb al-Asyrāf, jld. 10, hlm. 115; Baihaqi, Dalāil al-Nubuwah, Muqaddimah, hlm. 27; Ibnu Katsir Dimasyqi, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 3, hlm. 29.
  5. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah, jld. 1, hlm. 282; Ibnu Jauzi, al-Muntadzham, jld. 5, hlm. 112; Ibnu Atsir, usd al-Ghābah, jld. 2, hlm. 268.
  6. Ansāb al-Asyrāf, jld. 1, hllm. 269; Maqrizi, Imtā' al-Asmā', jld. 1, hlm. 68-69.
  7. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah, jld. 1, hlm. 477.
  8. Ansāb al-Asyrāf, jld. 10, hlm. 61.
  9. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 2, hlm. 561.
  10. Hasyimi Baghdadi, al-Mahbar, hlm. 71.
  11. Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, hlm. 228.
  12. Ibnu Abd al-Barr, al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 764.
  13. Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, jld. 2, hlm. 468.
  14. Hasyimi Baghdadi, al-Mahbar, hlm. 73 dan Ansāb al-Asyrāf, jld. 1, hlm. 271.
  15. Maqrizi, Imta' al-Asmā', jld. 11, hlm. 33.
  16. Dzahabi, Tārikh al-Islam, jld. 3, hlm. 523.
  17. Al-Tanbih wa al-Asyrāf, hlm. 205; Ibnu Khayath, Tārikh al-Khalifah, hlm. 24; Ibnu Abd al-Barr, al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 764, 765.
  18. Maqrizi, Amtā' al-Asmā', jld. 1, hlm. 156-157.
  19. Thabari, Tārikh Thabari, jld. 2, hlm. 517.
  20. Zirikli, al-A'lām, jld. 3, hlm. 229.
  21. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 2, hlm. 517; Ibnu Katsir Dimasyqi, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jlm. 5, hlm. 3.
  22. Ansāb al-Asyrāf, jld. 10, hlm. 123; Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, jld. 6, hlm. 403.
  23. Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm. 100;
  24. Mas'udi, al-Bada wa al-Tārikh, jld. 5, hlm. 157.
  25. Ansāb al-Asyrāf, jld. 10, hlm. 95.
  26. Thabari, Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 275.
  27. Thabari, Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 433.
  28. Thabari, Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 481, 488.
  29. Ibnu A'tsam al-Kufi, al-Futuh, jld. 2, hlm. 292.
  30. Ya'qubi, Tārikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 158.
  31. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, jld. 1, hlm. 42 dan 44.
  32. Ansāb al-Asyrāf, jld. 5, hlm. 504.
  33. Ansāb al-Asyrāf, jld. 5, hlm. 561.
  34. Ibnu Katsir Damsyqi, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 7, hlm. 177.
  35. Ibnu A'tsam al-Kufi, al-Futuh, jld. 2, hlm. 423.
  36. Thabari, Tārikh Thabari, jld. 4, hlm. 379.
  37. Ya'qubi, Tārikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 175.
  38. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, jld. 1, hlm. 84.
  39. Ibnu 'Atsam al-Kufi, al-Futuh, jld. 2, hlm. 478.
  40. Ya'qubi, Tārikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 178; Ibnu A'tsam al-Kufi, al-Futuh, jld. 2, hlm. 436.
  41. Ansāb al-Asyrāf, jld. 2, hlm. 206, 207.
  42. Ibnu Khayāt, Tārikh Khalifah, hlm. 108.
  43. Ansāb al-Asyrāf, jld. 2, hlm. 229, 230.
  44. Ibnu A'tsam al-Kufi, al-Futuh, jld. 2, hlm. 463, 464.
  45. Ibnu Khayāt, Tārikh Khalifah, hlm. 108; Ansāb al-Asyrāf, jld. 2, hlm. 246, 247 dan jld. 6, hlm. 257; Ibnu Abd al-Barr, al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 768.
  46. Ansāb al-Asyrāf, jld. 10, hlm. 128; Mas'udi, al-Bada wa al-Tārikh, jld. 5, hlm. 82.
  47. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubra, jld. 3, hlm. 166, 167.
  48. Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Ashābah, jld. 3, hlm. 430.
  49. Baghdadi, al-Manamaq, hlm. 423; Basawi, al-Ma'rifah wa al-Tārikh, jld. 2, hlm. 535 dan 536.

Daftar Pustaka

  • Al-Qur'an al-Karim.
  • Ibnu Atsir al-Jaziri, Abu al-Hasan Aza al-Din, Usd al-Ghābah fi Ma'rifah al-Shahābah, Beirut, Dar al-Fikr, 1409 H/1989 M.
  • Ibnu A'dzham al-Kufi, Abu Muhammad Ahmad, al-Futuh, riset: Ali Syiri, Beirut, Dar al-Adhwa, cet. I, 1411 H/1991 M.
  • Ibnu Jauzi, Abu al-Faraj Abdurrahman bin Ali al-Qarasyi, al-Muntadzham fi Tārikh al-Umum wa al-Muluk, riset: Muhamamd Abdul Qadir ‘Atha dan Musthafa Abdul Qadir 'Atha, Beirut, Dar al-Kutub al-'Ilmiah, cet. I, 1412 H/1992 M.
  • Ibnu Khazm, Jamharah Ansāb al-‘Arab, riset: Lajnah min al-‘Ulama, Beirut, Dar al-Kutub al-'Ilmiah, cet. I, 1403 H/1983 M.
  • Ibnu Khayat, Abu Amru Khalifah bin Khayāt Laitsa ‘Asfari, Tārikh Khalifah bin Khayat, riset, Fawwaz, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, cet. I, 1415 H/1995 M.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad Hasyimi Bashari, al-Thabaqāt al-Kubra, riset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, cet. I, 1410 H/1990 M.
  • Ibnu Abd al-Barr, Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad, al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashhāb, riset: Ali Muhammad al-Bajawi, Beirut, Dar al-Jail, cet. I, 1412 M/1992 M.
  • Ibnu Qutaibah, Abu Muhammad Abdullah bin Muslim, al-Imāmah wa al-Siyāsah al-Ma'ruf bi Tārikh al-Khulafā, riset: Ali Syiri, Beirut, Dar al-Adhwa, cet. I, 1410 H/1990 M.
  • Ibnu Qutaibah, Abu Muhammad Abdullah bin Muslim, al-Ma'ārif, riset: Tsarwat ‘Akasyah, al-Qahirah, al-Haiah al-Mishriah al-‘Ammah lil Kitab, cet. II, 1992.
  • Ibnu Katsir al-Damsyqi, Abul al-Fada Ismail bin Umar, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Beirut, Dar al-Fikr, 1407 H/1986 M.
  • Ibnu Hisyam Hamiri Ma'afiri, Abdul Muluk, al-Sirah al-Nabawiah, riset: Musthafa al-Saqa dan Ibrahim al-Abyari dan Abdul Hafidz al-Syalbi, Beirut, Dar al-Ma'rifah, tanpa tahun.
  • Ibnu Hajar ‘Asqalani, Ahmad bin Ali, al-Ashābah fi Tamyyiz al-Shahābah, riset: ‘Adil Ahmad Abdul Maujud dan Ali Muhammad Ma'udh, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, cet. I, 1415 H/1995 M.
  • Basawi, Abu Yusuf Ya'qub bin Sufyan, al-Ma'rifah wa al-Tārikh, riset: Akram Dhaya al-‘Amri, Beirut, Muassasah al-Risalah, cet. II, 1401 H/1981 M.
  • Baghdadi, Muhammad bin Habib, al-Manamaq fi Akhbār al-Qarisy, riset: Khursyid Ahmad Faruq, Beirut, Alim al-Kutub, cet. I, 1405 H/1985 M.
  • Baladzuri, Abu al-Hasan Ahmad bin Yahya, Futuh al-Buldān, Beirut, Dar wa Maktbah al-Hilal, 1988 M.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya bin Jabir, Jamal min Ansāb al-Asyrāf, riset: Sahil Zakar dan Riyadh Zarkili, Beirut, Dar al-Fikr, cet. I, 1417 H/1996 M.
  • Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin Husain, Dalāil al-Nubuwah wa Ma'rifah Ahwāl Shāhib al-Syari'ah, riset: Abdul Ma'athi Qal'aji, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, cet. I, 1405 H/1985 M.
  • Dzahabi, Abu Abdullah Syams al-Din Muhammad bin Ahmad, Tārikh al-Islam wa Wafiyāt al-Masyāhir wa al-A'lām, riset: Umar Abdul Islam Tadmiri, Beirut, Dar al-Kitab al-‘Arabi, cet. II, 1413 H/1993 M.
  • Zarkili, Khair al-Din, al-A'lām Qamus Tarājim li Asyhar al-Rijāl wa al-Nisā min al-‘Arab wa al-Musta'ar bain wa al-Mustasyriqin, Beirut, Dar al-‘Ilm lil Malāyin, cet. VIII, 1989.
  • Thabari, Abu Ja'far Muhammad bin Jarir, Tārikh al-Umum wa al-Muluk, riset: Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim, Beirut, Dar al-Turats, cet. II, 1387 H/1967.
  • Mas'udi, Abu al-Hasan Ali bin Husain bin Ali, Marwaj al-Dzahab wa Ma'ādin al-Jauhar, riset: As'ad Daghir, Qom, Dar al-Hajrah, cet. II, 1409 H.
  • Mas'udi, Abu al-Hasan Ali bin Husain, al-Tanbih wa al-Asyrāf, riset: Abdullah Ismail al-Shawi, al-Qahirah, Dar al-Shawi, tanpa tahun.
  • Muqaddasi, Muthahar bin Thahir, al-Bada wa al-Tārikh, Buwar Sa'id, Maktabah al-Tsiqafah al-Diniyah, tanpa tahun.
  • Maqrizi, Taqi al-Din Ahmad bin Ali, Imta' al-Asmā' bi Mā lil Nabi min al-Ahwāl wa al-Amwāl wa al-Hafdah wa al-Matā', riset: Muhammad Abdul Hamid al-Namisi, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, cet. I, 1420 H/1999 M.
  • Hasyimi Baghdadi, Abu Ja'far Muhammad bin Habib bin Umayyah, al-Mahbar, riset: Ilzah liyakhtan Syataitar, Beirut, Dar al-Afaq al-Jadidah, tanpa tahun.
  • Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qub Wadhih al-Kātib al-‘Abbāsi, Tārikh al-Ya'qubi, Beirut, Dar Shādr, tanpa tahun.