Malaikat

Prioritas: b, Kualitas: b
tanpa alih
Dari wikishia

Malaikat (bahasa Arab: الملائكة ) adalah makhluk yang tak terlihat dan supranatural, yang diperintahkan untuk menjalankan perintah-perintah Allah di dunia dan akhirat. Malaikat memiliki kelompok dan pelbagai tugas, seperti mencatat amal perbuatan, menyampaikan wahyu untuk para wali, menjaga manusia dan membantu orang-orang mukmin, menghantarkan nafkah material dan spiritual, mencabut nyawa, mendoakan dan memintakan ampunan bagi orang-orang mukmin, membimbing dan mengarahkan hati-hati, para petugas azab. Sekelompok malaikat juga terlepas dari urusan-urusan dunia, yang hanya sibuk beribadah kepada Allah, melakukan ruku' dan sujud.

Setiap malaikat memiliki kewajiban dan maqom (kedudukan) tertentu dan mereka bergegas dalam menjalankan tugasnya serta suci dan terlepas dari segala dosa dan ketidakpatuhan. Mereka dapat menjelma ke dalam sebagian bentuk. Makhluk ini telah dituturkan sebanyak 88 kali dalam Alquran, dan keyakinan akan malaikat merupakan sebagian dari keimanan kaum muslim. Malaikat terpenting adalah Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Saat peniupan sangkakala, malaikat juga akan mati dan akan dihidupkan kembali pada hari kiamat.

Terminologi

Menurut mayoritas para filolog, kata Malaikat adalah jamak dari malak dan mereka meyakini meski Malaikat bukan perempuan ataupun laki-laki, terkadang secara lafaz diberi kata ganti perempuan dan terkadang dengan melihat lahiriah ta' ta'nisnya, diberi kata ganti perempuan untuk mereka,

قُل لَّوْ كَانَ فِى ٱلْأَرْضِ مَلائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَلَكًا رَّسُولًا بثلاثة آلاف من الملائکة منزلین، اذ قالت الملائکة یا مریم
Katakanlah: "Kalau seandainya ada Malaikat-Malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang Malaikat menjadi rasul", [1] "Dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?", [2] "Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam". [3] [4]

Sebagian yang lain berpendapat bahwa Malaikat adalah kata jamak dari "Malak", yang berartikan risalah dan utusan, karena Malaikat adalah para utusan Ilahi antara Allah dan para nabi atau para hamba-hamba-Nya. [5] [6] Mulla Sadra meyakini bahwa malak diambil dari kata al-Wakah, yang berarti risalah dan berpendapat bahwa segala non materi yang tidak memiliki misi dan risalah maka itu bukan malak dan hanya ruh saja. [7]

Hakikat Malaikat

Dalam Alquran, tidak dituturkan secara gamblang akan esensi atau hakikat malaikat. Namun yang pasti, malaikat memiliki esensi yang berbeda dengan manusia dan makhluk-makhluk lainnya yang memiliki hasrat (jin dan hewan); namun apa esensinya adalah hal yang diperselisihkan. Mayoritas cendekiawan meyakini bahwa malaikat adalah eksistensi abstark dan non materi.

Sekelompok Teolog berpendapat, malaikat adalah makhluk halus yang memiliki tubuh yang lembut (jism latif) [catatan 1] Meski demikian, setiap dari kelompok tersebut sepakat bahwa malaikat tak dapat diindrawi. [catatan 2]

Hasan Zadeh Amuli dalam buku Hizār wa Yek Nukteh mengatakan quwaye hasti (existence faculties) secara mutlak diibaratkan dengan malaikat dan Faiz Kasyani dalam Ilmul Yaqin[8] menukil bahwa ia berkeyakinan tidak ada sesuatu apapun di dunia ini kecuali ada padanya kemampuan spiritual di dunia lain, yang dalam bahasa syariat disebut dengan malaikat.[9] Sebagian para Teolog berpendapat malaikat adalah jisim latif dan bercahaya, yang mampu menjelma dalam pelbagai bentuk dan rupa [catatan 3] dan para nabi serta washi dapat melihat mereka serta pendapat akan kenonmaterian dianggap menyalahi lahiriah ayat dan riwayat. Muhaqqiq Dawani mengatakan malaikat dalam ilmu dan kekuatan adalah makhluk-makhluk yang sempurna dan terus beribadah siang dan malam dengan tanpa ada rasa lelah dan atau melanggar perintah Allah.[10]

Filsafat menganggap malaikat adalah sebuah eksistensi yang berdiri sendiri (jauhar qaim bi dzat -self subsistent substance) dan abstrak, yang memiliki dua kelompok univesal: satu kelompok sebagai pengatur alam-alam dan sekelompok lainnya sibuk bertasbih dan menyembah Allah.[11] Sebagian filsafat berpendapat lain dan kelompok tersebut yang mengatur alam dunia.[12] Mereka menuturkan sebuah argumentasi untuk kenonmaterian malaikat. [catatan 4]

Malaikat dalam Pelbagai Agama

Zoroaster (Zarathustra): Enam malaikat berkedudukan tinggi Zoroaster adalah Amesha Spenta dan kelompok lain yang memiliki kedudukan lebih rendah disebut dengan Yazata (ia yang layak dipuja/ entitas suci). Yazata terbagi menjadi dua kelompok: Yazata langit dan Yazata bumi. Semua malaikat adalah makhluk Ahura Mazda dan setiap Amesha Spenta merupakan manifestasi salah satu dari sifatnya.

Yahudi: Dalam agama ini, malaikat merupakan hamba-hamba Tuhan yang menjalankan perintah-perintah-Nya di bumi. Mereka mendukung kaum mukmin dan menghukum orang-orang kafir serta menyampaikan wahyu Ilahi kepada manusia. Terkadang ada kemungkinan menjelma dalam bentuk manusia di muka bumi.

Kristen: Dalam Injil, banyak sekali berbicara tentang malaikat. Malaikat diciptakan sebelum manusia dan mereka adalah penjaga manusia. Menyampaikan salam kepada para malaikat dan semacam menyembah sebagian para malaikat seperti Mikail sangat marak di gereja-gereja Kristen, sampai-sampai dari abad keempat Masehi, di kawasan-kawasan Kristen telah dibangun tempat-tempat peribadatan untuk Mikail.[15]

Para Malaikat yang Terkenal

Di antara para malaikat, Alquran hanya menuturkan Jibril dan Mikal, yaitu Mikail , malaikat yang diperintahkan di neraka[16] dan Harut serta Marut saja. Riwayat-riwayat yang ada menunjukkan bahwa di tengah-tengah para malaikat, Jibril, Mikail, Israfil, Izrail memiliki kedudukan khusus dan tinggi. Malaikat mengemban pelbagai tugas, pekerjaan terpenting empat malaikat ini adalah: Jibril bertugas menyampaikan wahyu untuk para wali Allah, Mikail bertugas memberikan rezeki dan karunia kepada para hamba[17], Israfil adalah manifestasi kehidupan Ilahi[18] dan meniup sangkakala, Izrail bertugas mencabut nyawa.

Fitur Malaikat

Dalam Alquran, kata malak dikemukakan sebanyak 88 kali dalam 86 ayat, dimana 13 kalimat dengan kalimat malak, dua kalimat malakain (tatsniyah malak) dan 83 kali dengan kalimat malaikat.

Tugas Malaikat

Alquran menyebutkan banyak tugas bagi para malaikat. Perantara dalam penurunan wahyu dan penyampai pesan Ilahi kepada para nabi[19] , mengatur urusan alam dan perantara dalam menyampaikan faidh (karunia) Ilahi kepada para makhluk[20] , memintakan ampunan dan syafaat untuk kaum mukmin[21] , dan menolong mereka[22] , melaknat orang-orang kafir[23] , mencatat amalan-amalan para hamba[24] , mencabut ruh mereka saat mati[25] , adalah termasuk tugas-tugas yang diembankan yang dikerjakan oleh mereka. Para malaikat juga hadir di alam barzakh[26] dan akhirat; sekelompok dari mereka bertempat di surga[27] dan sekelompok lainnya juga penjaga neraka dan penghuninya. [28]

Disamping itu, para malaikat senantiasa sibuk beribadah, mensucikan dan bertasbih kepada Allah Swt, mereka tidak pernah meninggalkan pekerjaan ini dan tidak melakukan pekerjaan lainnya. Terkait hal ini Alquran mengatakan, "Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya". [29]

Tingkatan Para Malaikat

Para malaikat memiliki pelbagai tingkatan dan setiap darinya memiliki maqom tertentu [catatan 5], sekelompok darinya berada dalam barisan pelaksana kelompok lainnya [catatan 6], sekelompok dari mereka berada dalam pelaksana malaikat wahyu (Jibril) dan mentaatinya[30], dan sekelompok lainnya lagi menjadi pelaksana malaikat pencabut nyawa (Izrail). [31]

Alquran menuturkan sebagian kelompok para malikat sebagai berikut: Shāfāt, Zājirāt, Tāliyāt[32] , Mursalāt, 'Āshifāt, Nāsyirāt, Fāriqāt dan Mulqiyāt. [33]

Pelbagai kelompok malaikat lainnya juga dijelaskan sebagai berikut: Mulla Sadra membagi mereka menjadi para malaikat muqarrab, arwah muhaimih, para malaikat yang dipasrahi benda-benda langit, para malaikat aqli dan para malaikat bumi[34], Ibn Arabi membagi para malaikat menjadi Muhaimih, nun, qalam dan Lauh[35] , sedangkan Imam Khomeini (ra) membagi para malaikat yang tidak mengurusi (ghair mutasharrif) materi (malaikat Muhaimih dan ahl jabarut) dan para malaikat yang dipasrahkan kepada mereka eksistensi-eksistensi jasmani. [36]

Kesempuraan Malaikat

Pendapat yang marak di kalangan para ulama agama adalah stabilnya kedudukan para malaikat, namun sebagian lainnya seperti Mulla Shadra berpendapat ilmu dan kesempurnaan mereka dapat bertambah. [37]

Keunggulan Para Malaikat atas Manusia

Mayoritas para ulama agama berdasarkan ayat "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan" [38] berpendapat bahwa para malaikat lebih unggul dari manusia-manusia biasa, namun jika manusia yang bertaqwa dan melakukan ibadah serta merealisasikan potensi-potensinya, maka ia akan lebih unggul dari malaikat. Ibn Arabi menganggap para malaikat Ālīn lebih unggul dari bani adam[39] , namun Qaishari berpendapat manusia-manusia yang sampai pada maqom khalifah Allah bahkan lebih unggul dari para malaikat Ālīn. [40]

Eksistensi Lebih Dahulu dan Jumlah Para Malaikat

Menurut pelbagai riwayat; malaikat merupakan makhluk yang paling terdahulu, yang diciptakan oleh Allah swt; dalam hadis-hadis Syiah dikemukakan bahwa penciptaan makaliat adalah setelah penciptaan nur (cahaya-cahaya) dan arwah Nabi Muhammad saw dan para Imam as[41] serta malaikat merupakan makhluk Allah yang paling banyak jumlahnya. [42] Mulla Shadra[43] – berdasarkan sebagian hadis – berpendapat bahwa jumlah para malaikat langit adalah ribuan milyar dibanding jumlah manusia, dimana kesemuanya tidak ada apa-apanya dibandingkan para malaikat Arsy. [catatan 7]

Sayap Malaikat

Dalam surah Fathir ayat pertama disebutkan bahwa para malaikat memiliki sayap, maksud dari malaikat memiliki sayap adalah mereka dilengkapi dengan sesuatu yang dapat pergi dari langit ke bumi dan dari bumi ke langit, bukan memiliki sayap seperti sayap burung. [44] Dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas diriwayatkan bahwa Rasulullah saat mi'raj melihat Jibril dengan enam ratus sayap. [45]

Ada banyak pendapat tentang sayap malaikat:

  • Imam Khomeini (ra) dalam buku Syarhe Chehel Hadis (Penjelasan empat puluh hadis) [46] berpendapat bahwa para malaikat alam malakut adalah makhluk mujarad yang sempurna dan tidak memiliki sayap, namun para malaikat yang berada di alam mitsal bisa jadi memiliki sayap dan memiliki sayap mitsali. [47]
  • Ibn Arabi berpendapat maksud dari jumlah sayap-sayap tersebut adalah kadar efektivitas di kerajaan langit dan bumi. [48]
  • Sebagian berpendapat jumlah sayap-sayap tersebut merupakan bukti kecepatan para malaikat dalam menjalankan perintah-perintah Ilahi[49] dan sebagian berpendapat hal itu sebagai bukti perbedaan tingkatan para malaikat atau perbedaan alam-alam mereka. [50]

Ilmu Malaikat

Malaikat mendapatkan ilmunya seperti para nabi dari Lauh Mahfuz. Dari sekumpulan ayat dan riwayat dapat disimpulkan bahwa ilmu malaikat dalam banyak hal melebihi manusia-manusia biasa; namun di hadapan para nabi seperti Adam, yang bahkan tidak memiliki maqom Ulul Azmi memiliki kapasitas ilmiah yang lebih sedikit, sebagaimana Alquran memperkenalkan Adam sebagai pengajar malaikat dan mereka tidak mendapatkan kapasitas mempelajari semua asma Ilahi dalam dirinya. [51]

Gender Malaikat

Alquran dengan gamblang menolak feminitas para malaikat dan menyebutnya sebagai keyakinan kaum musyrik [catatan 8], maskulinitas dan feminitas berlaku dalam ruang materi dan kematerian esksistensi dan dengan bertolak bahwa malaikat adalah eksistensi mujarad, maka maskulinitas dan feminitas tidak berlaku bagi mereka [52], sebagaimana kita menghubungkan maskulinitas matahari dan feminitas rembulan, sama sekali tidak bermakna.

Penjelmaan Para Malaikat

Penjelmaan yakni para malaikat nampak dengan wujud selain aslinya. Alquran mengetengahkan penjelmaan para malaikat dalam peristiwa saat malaikat menjumpai Nabi Ibrahim [catatan 9], Nabi Luth [catatan 10], Nabi Dawud [catatan 11] Sayidah Maryam [catatan 12] dan Rasulullah saw [catatan 13]. Dalam pelbagai riwayat, juga diketengahkan jelmaan para malaikat kepada para manusia, misalnya Jibril mendatangi Rasulullah (Saw) dalam rupa Dihyah al-Kalbi. [53]

Dosa Malaikat

Alquran memperkenalkan malaikat sebagai makhluk yang maksum dan jauh dari segala ketidakpatuhan [catatan 14], meski demikian ada beberapa hal (secara lahiriah) tidak selaras dengan pendapat tersebut, dimana para ulama agama berupaya menyelesaikan kontradiksi tersebut, seperti pertanyaan malaikat tentang penciptaan Adam, Harut dan Marut, dan malaikat Futrus. Sebagian para ulama berpendapat setan juga dari jenis malaikat, yang diusir dari keharibaan Allah setelah ketidakpatuhan akan perintah sujud kepada Adam as. (rujuk hakikat Iblis).

Harut dan Marut

Dalam surah Al-Baqarah dituturkan dua malaikat, dimana pada zaman nabi Sulaiman mengajari masyarakat tentang sihir dan cara penolakkannya sehingga masyarakat dapat memahami perbedaan antara para nabi dan tukang sihir dan membisikkan kepada mereka bahwa menggunakan sihir menyebabkan kekufuran dan akibat yang buruk. [catatan 15]

Dari hadis-hadis yang ada dapat disimpulkan bahwa dua malaikat tersebut turun di tengah-tengah manusia saat kawasan Babilonia sudah ramai dengan sihir dan masyarakat tertimpa bencana para tukang sihir. Allah memerintahkan dua malaikat ini menjelma dalam bentuk manusia, supaya mengajarkan faktor-faktor sihir dan cara penolakannya, sehingga dapat menyingkirkan dirinya dari kejahatan para tukang sihir.

Kisah Malaikat Futrus

Syaikh Shaduq dalam buku Āmali nya menukilkan salah satu dari malaikat pembawa "'Arsy" bernama Futrus, lemah dalam menjalankan tugasnya, setelah itu sayap-sayapnya patah dan diasingkan ke bumi. Saat kelahiran Imam Husain as ia bertawassul kepada beliau dan mendapatkan ampunan. Sebagian para ulama menolak riwayat tersebut dan berpendapat Futrus adalah kalimat Yunani dan dalam doa ketiga Sya'ban juga tidak disebut dengan malaikat, namun dituturkan sebagai berikut, Wa A'dza Futrus bi Mahdihi, Futrus berlindung dengan ayunan Imam Husain as. Dari sisi lain sanad doa ini juga tidaklah pasti.[54] Sebagian yang lain berkeyakinan bahwa riwayat ketidakpatuhan Futrus bertolakbelakang dengan ayat Alquran, "Ibādun Mukramūn"[55] dan ayat "La Ya'shunallah"[56] , sebagian yang lain juga – dengan mengasumsikan kebenaran riwayat tersebut – mengetengahkan justifikasi. [catatan 16]

Malaikat dalam Riwayat

Imam Ali as terkait penciptaan malaikat mengatakan, "Ya Allah, Engkau menciptakan para Malaikat dan menempatkan mereka di langit-langit-Mu, para malaikat yang tidak ada kelemahan dan kelalaian dan tidak ada pemahaman dosa pada mereka. Ya, mereka adalah sepintar-pintarnya ciptaan-Mu kepada-Mu dan paling takutnya makhluk-Mu dari-Mu dan paling dekatnya makhuk-Mu kepada-Mu dan paling patuh dan taatnya makhluk-Mu atas perintah-Mu, tiada kantuk yang dapat menguasai penglihatan mereka dan tiada kelalaian dalam benak mereka, dan tidak ada kelelahan dalam fisik mereka, mereka tidak mengambil tempat di tulang punggung para ayah dan tidak pula di rahim para ibu dan juga penciptaannya bukan dari air yang hina, tetapi Engkau hai Tuhan; telah mengadakan mereka dari sesuatu yang lain, Engkau tempatkan mereka di antara langit-langit-Mu dan Engkau telah memuliakan mereka dengan menempatkan mereka di sisi-Mu dan atas wahyu-Mu Engkau buat dari mereka seorang malaikat Amin yang terpercaya dan Engkau jauhkan mereka dari petaka dan Engkau jaga mereka dari bala bencana. [57].

Doa ketiga Shahifah Sajjadiah dari Imam Sajjad as mengkhususkan para malaikat muqarrab Allah dan semoga shalawat serta salam Allah menjadi faktor penambah kesucian mereka. Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt menciptakan malaikat dari cahaya[58] , tidak memakan makanan dan tidak meminum sesuatu dan tidak mencari pernikahan." [59]

Dalam sebuah riwayat dari Imam Kazhim as disebutkan, jika seorang mukmin meninggal dunia, malaikat dan tempat yang ia pakai untuk beribadah kepada Allah akan menangisinya. [60] Kesiapan para malaikat untuk membantu Imam Husain as pada hari Asyura dan tangisan mereka atas kesyahidannya dan mereka menziarahi pusara para Imam as termasuk hal-hal yang diisyaratkan dalam riwayat.

Karubil, Kukbail, Syamsyail, Ismail dan Dardail termasuk para malaikat lain yang dituturkan dalam hadis. [61]

Jilid 56 Bihar al-Anwar

Allamah Majlisi mengumpulkan riwayat dan pembahasan-pembahasan tentang malaikat dari halaman 144 – 326 jilid 56 Bihar al-Anwar (dalam sebagian cetakan dalam jilid 59). 84 Riwayat dengan topik esensi malaikat dan pekerjaan mereka, 56 riwayat dalam mensifati para malaikat muqarrab dan 12 riwayat dalam kemaksuman malaikat.

Kematian Malaikat

Allah dalam surah Az-Zumar ayat 68 berfirman, "Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah". Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw ditanya, siapakah gerangan yang dikecualikan dalam ayat ini? Beliau menjawab, Jibril, Mikail, Israfil, malaikat maut dan ketika makhluk dicabut nyawanya, mereka juga dengan perintah Allah akan ikut mati. [62] Riwayat-riwayat yang lain juga menambahkan para malaikat pembawa ‘Arsy Allah. [63]

Terkait tentang mekanisme kematian malaikat, harus dikatakan bahwa adapun apa yang kita ketahui tentang kematian (keluarnya ruh dari jasad dan alam materi) tentang malaikat tidaklah bermakna; karena mereka bukanlah jasmani, karena keluarnya ruh dari mereka tidaklah bermakna. Dengan demikian esensi kematian mereka ada beberapa asumsi:

  • Maksud dari mati adalah putusnya hubungan ruh dari bentuk mitsali mereka.
  • Maksudnya adalah jatuhnya dari aktivitas kontinu para arwah dan malaikat dan kehilangan kemampuan persepsi mereka. [64]

Pada hari kiamat dan saat tiupan sangkakala kedua, Allah menghidupkan kembali para malaikat.

Catatan Kaki

  1. QS. Al-Isra: 95.
  2. QS. Ali Imran: 124.
  3. QS. Ali Imran: 42.
  4. Sayid Mustafa Khomeini, Tafsir Alquran al-Karim, jld. 4, hlm. 254.
  5. Tafsir Thabari, jld. 1, hlm. 155.
  6. Majma' al-Bahrain, jld. 5, hlm. 292.
  7. Mafātih al-Ghaib, hlm. 350.
  8. Ilm al-Yaqin, hlm. 276.
  9. Hizār wa Yek Nukteh, hlm. 103, poin ke 114.
  10. Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, jld. 59, hlm 202 ke atas.
  11. Bihar al-Anwar, jld. 59, hlm. 204- 206.
  12. Bihar al-Anwar, jld. 59, hlm. 206.
  13. Allamah Hilli, Syarh Tajrid, maqsad 3, masalah keempat, hlm. 387, Beirut
  14. QS. Ash-Shaafaat: 164
  15. The Encyclopedia of Religion, volume1, p:2830, Oxford, New York, (1986), dinukil dari Baznemai Feresytegane Ilahi dar Resaneh 1 (Jibirl dan Mikail), Mahmud Muthahhari Niya.
  16. QS. Az-Zukhruf: 77.
  17. Bihar al-Anwar, jld. 56, hlm. 221.
  18. Masyariq Anwar al-Yaqin, al-Barsi, Hafiz al-Rajab, jld. 1, hlm. 32, Daftar Nasyre Farhang Ahlulbait, Teheran, Tanpa tanggal.
  19. QS. An-Nahl : 2 dan 102; 'Abasa]]: 16.
  20. QS. An-Naziat: 5; Ma'arij: 4.
  21. QS. Al-Mukmin: 7; Al-Anbiya': 28.
  22. QS. Ali Imran: 124 dan 125.
  23. QS. Al-Baqarah: 141 dan Ali Imran: 87.
  24. QS. Yunus: 21; Az-Zukhruf: 80; Al-Infithar: 11.
  25. QS. Al-An'am: 62; An-Nisa': 97.
  26. QS. An-Nahl: 28 dan 32.
  27. QS. Az-Zumar: 72; al-Anbiya': 103.
  28. QS. Al-Muddatsir: 20.
  29. QS. Al-Anbiya': 19 dan 20.
  30. QS. At-Takwir: 21 (yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya).
  31. QS. As-Sajdah: 11 (Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan); Al-An'am: 61 (dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya).
  32. QS. Ash-Shaafaat: 1-3 (Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran).
  33. QS. Al-Mursalaat: 1-5 (Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya, dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu).
  34. Seiri dar Asrāre Feresytegān, hlm. 145.
  35. Seiri dar Asrāre Feresytegān, hlm. 151.
  36. Seiri dar Asrāre Feresytegān, hlm. 155.
  37. Tafsir Al-Qur'ān al-Karim, Mulla Shadra, jld. 2, hlm. 371.
  38. QS. Al-Isra: 70
  39. Hasan, Hasan Zadeh Amuli, Mumiddul Himam dar Syarh Fushus al-Hikam, hlm. 367-369.
  40. 'Mumiddul Himam dar Syarh Fushus al-Hikam, hlm. 367-369.
  41. Allamah Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, jld. 15, hlm. 8 dan jld. 18, hlm. 345 dan Jld. 24, hlm. 88.
  42. Tafsir Nur al-Tsaqalain, jld. 4, hlm. 34, hadis. 20.
  43. Mafātih al-Ghaib, jld. 2, hlm. 385.
  44. Tafsir al-Mizan, dibawah ayat.
  45. Majma' al-Bayan, jld. 8, hlm. 625.
  46. Chehel Hadis, hlm. 415.
  47. Sairi dar Asrare Feresytegan, hlm. 78.
  48. Sairi dar Asrare Feresytegan, hlm. 79.
  49. Sairi dar Asrare Feresytegan, hlm. 80.
  50. Sairi dar Asrare Feresytegan, hlm. 81.
  51. Baznemaie Feresytegane Ilahi dar Resaneh (1) (Jibril dan Mikail), Mahmud Muthahhari Niya, 1390, Markas Pazuhesyaye Islami Seda wa Sima.
  52. Tafsir al-Mizan, jld. 17, hlm. 9 dan 10.
  53. Bihar al-Anwar, jld. 18, hlm. 267.
  54. Purses wa Pasukh dar Makhzare Ayatullah Jawadi Amuli, jld. 2, hlm. 88.
  55. QS. Al-Anbiya: 26 (Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan).
  56. QS. At-Tahrim: 6 (Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan).
  57. khotbah Nahjul Balaghah ke 91, yang populer dengan khotbah Asybah yang mengulas tentang penciptaan malaikat, pembagian, kriteria, kemampuan dan tugas-tugas mereka
  58. Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, jld. 58, hlm. 306, hadis. 15.
  59. Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, jld. 58, hlm. 306, hadis. 5.
  60. Kulaini, Muhammad bin Ya'qub, Kafi, jld. 1, hlm. 38, cet. 4, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, Tehran, 1365 H.S.
  61. Sairi dar Asrare Feresytegan, hlm. 279.
  62. Bihar al-Anwar, jld. 79, hlm. 184.
  63. Bihar al-Anwar, jld. 6, hlm. 329.
  64. Makarim Shirazi, Nashir, Tafsir Nemuneh, jld. 19, hlm. 541.

Daftar Pustaka

  • Alquran
  • Thabathabai, Sayyid Muhammad Husein. Al-Mizān fi Tafsir Al-Qurān. Beirut: Beirut, A'lami, cet. III. Qom: Offset, Intisyarate Islami, 1393 H.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār. Dar Ihya al-Turats al-Arabi, cet. III, 1403 H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Jāmi' al-Bayān 'an Ta'wil Ayat Al-Qurān. Terj. Shidqi, Jamil al-Athar. Beirut: Beirut, Dar al-Fikr, cet. I, 1415 H.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kāfi. Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1407 H.
  • Al-Syirazi, Shadrul Mutaallihin. Mafātih al-Ghaib. Teheran: Muassasah Muthalaat wa Tahqiqat Farhanggi Anjumen Islami Hikmat wa Falsafat Iran, 1363 HS.
  • Thuraihi, Fakhruddin. Majma' al-Bahrain. Terj. Mahmud Adil dan Ahmad Huseini. Teheran: Nashr Farhang Islami, cet. II, 1408 H.
  • Hasan Zadeh Amuli, Mumiddu al-Himam dar Syarh Fushus al-Hikam. Teheran: Wezarat Farhangg wa Irsyad, 1378 HS.
  • Rustami, Muhammad Zaman. Sairi dar Asrāre Fereshtegān. Thahirah Al Bawaih, Pazuheshgah Ulum wa Farhang Islami, 1393 HS.
  • Khomeini, Sayyid Mustafa. Tafsir Al-Qurān al-Karim. Terj. Muhammad Sajjadi Isfahani. Tehran: Wezarate Farhanggi wa Irsyade Islami, 136 HS.
  • Al-Arusi al-Huwaizi, Ibn Jum'ah. Tafsir Nur al-Tsaqolain. Terj. Rasuli Mahallati. Ismailiyan, cet. 4, 1373 HS.
  • Amuli, Abdullah Jawadi. Tahrir Tamhid al-Qawāid Ibn Turkah. Intisyarat al-Zahra, 1372 HS.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayān fi Tafsir al-Qurān. Teheran: Intisyarat Nashir Khosro, cet. III, 1372 HS.

Telaah Lebih Lanjut

  • Falsafi, Muhammad Taqi, Ma'ād az Nazare Ruh wa Jism (Hari kebangkitan dalam perspektif ruh dan jisim), hlm. 75 dan 112.
  • Ibn Sina, Isyārāt, namat 6, bab 10 – 14.
  • Ja'fari, Muhammad Taqi, Tafsir Nahjul Balāghah, jld. 2, hlm. 16.
  • Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 59.
  • Mishbah Yazdi, Ma'ārif Qurān, hlm. 283 dan 319.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "catatan", tapi tidak ditemukan tag <references group="catatan"/> yang berkaitan