Yasir bin 'Amir

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
Sahabat
http://id.wikishia.net/view/Majma_Jahani_Ahlulbait_As
Info pribadi
Nama lengkapYasir bin 'Āmir al-'Anasi
Garis keturunanMadzhij
Kerabat termasyhurSumayyah binti Khabbath (Istri) • Ammar bin Yasir (Anak)
Tempat TinggalYaman • Mekah
Penyebab Wafat /SyahadahDisiksa oleh kaum Musyrikin
Informasi Keagamaan
Memeluk IslamTahun 5 Bi'tsah

Yasir bin 'Āmir al-'Anasi (bahasa Arab: ياسر بن عامر العنسي) adalah sahabat Nabi saw, suami Sumayyah, ayah Ammar dan termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam serta syahid pertama dalam Islam yang meneguk cawan syahadah akibat siksaan-sikasaan kaum Musyrikin.

Biografi

Nasab

Yasir berasal dari Yaman dari suku Madzhij dan kabilah 'Anas. Para pakar biografi menyebut garis keturunannya kira-kira sampai kakek yang ke-20.[1]

Tinggal di Mekah

Hingga masa remaja ia hidup di Yaman. Dia mempunyai 3 saudara yang satu di antara seorang mereka hilang. Dia bersama dua saudaranya yang lain bernama Malik dan Harits pergi ke Mekah mencari saudaranya yang hilang itu. Tetapi ia tidak menemukan saudaranya. Malik dan Harits kembali ke Yaman tapi Yasir menetap di Mekah dan berniat tinggal di Mekah.[2] Di masa itu, aturan suku lah yang berlaku dan orang-orang asing akan aman harta dan jiwanya jika bergabung dengan salah satu kabilah dan hidup di bawah naungan kabilah itu.[3]

Menikah Dengan Sumayyah

Yasir berbaiat kepada Abu Hudzaifah pembesar keluarga kabilah bani Makhzum dan bergabung dengannya. Abu Hudzaifah mengawinkan budak perempuannya yang bernama Sumayyah kepada Yasir dan lahirlah Ammar darinya. Lalu Abu Hudzaifah membebaskan Sumayyah. Yasir dan Ammar selalu bersama Abu Hudzaifah hingga ia wafat.

Buah pertama dari pernikahan ini adalah Ammar yang lahir di Mekah. Karena ibunya budak dari Abu Hudzaifah, maka sesuai aturan perbudakan ia juga menjadi budaknya Abu Hudzaifah. Tapi di kemudian hari Abu Hudzaifah juga membebaskan Ammar. Olehnya, Ammar disebut Maula Abu Hudzaifah (budak Abu Hudzaifah yang dibebaskan). Yasir dan Sumayyah memiliki putra lain bernama Abdullah yang menjadi Muslim bersama ayah-ibunya.[4] Yasir juga mempunyai putra lain lebih besar dari Ammar dan Abdullah bernama Harits yang dibunuh pada masa Jahiliyah oleh bani Dail.[5]

Memeluk Agama Islam

Keluarga Yasir termasuk orang pertama yang masuk Islam. Dinukilkan bahwa pada tahun kelima Bi'tsah keluarga Yasir datang ke sisi Nabi saw dan menjadi Muslim. Mereka orang yang ketiga puluhan yang menjadi Muslim dan memeluk agama Islam.[6]

Sayid Muhsin al-Amin mengatakan, kemungkinan besar dakwah Ammar yang menyebabkan ayah ibunya menjadi Muslim.[7]

Menurut sebagian riwayat, orang pertama yang menampakkan keislamannya ada 7 orang, di antara mereka Ammar adalah orang yang ke-6 dan ibunya orang yang ke-7.[8]

Sumayyah pada Masa Bi'tsah

Mengingat bahwa Ammar syahid pada tahun 37 H di perang Shiffin pada umurnya yang ke-94,[9] maka ia mesti lahir 44 tahun sebelum Bi'tsah. Begitu juga halnya jika kita asumsikan bahwa Yasir menikah pada umur 20 tahun, maka ia dan istrinya pada awal Bi'tsah berumur sekitar 60 tahun. Sebagaimana Ibnu Sa'ad dengan sanad sahih dari Mujahid mengatakan, "و كانت عجوزة كبيرة" Sumayyah syahid pada masa tuanya.[10]

Penyiksaan Kaum Musyrikin

Keislaman kelurga Yasir bagi kabilah Makhzum sangatlah mahal. Sebab dahulu mereka budak-budak bani Makhzum. Di antara mereka ada Abu Jahal sepupu Abu Hudzaifah dan termasuk musuh keras Islam. Ia (Abu Jahal) menyiksa keluarga Yasir dengan berbagai siksaan dan memaksa mereka supaya meninggalkan Islam.[11] Namun, dengan semua siksaan dan tekanan mental dan fisik serta lemahnya tubuh lantaran tua, Yasir dan Sumayyah bertahan dan tidak mundur sedikitpun dari keyakinannya. Musyrikin Mekah menyiksa mereka dengan berbagai alat seperti dipukul dengan besi yang dipanaskan, diceburkan kedalam air kotor, dan dipakaikan baju besi kepada mereka lalu dijemur dibawah terik matahari yang membakar sehingga pentolan-pentolan baju besi itu masuk dan berbekas di badan mereka.[12]

Syahid Pertama Dalam Islam

Meskipun Yasir berumur tua tapi mampu menahan paling kerasnya penyiksaan, dan akibat penyiksaan ini akhirnya ia gugur sebagai syahid.[13]

Catatan Kaki

  1. Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld.3, hlm.243
  2. (Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld.3, hlm.246
  3. Amin, A'yān al-Syiah, jld.8, hlm.272
  4. Ibnu Sa'ad, Thabaqat al-Kubra, jld.3, hlm.246; Ibnu Hajar Asqalani, al-Ishābah, jld.6, hlm.500
  5. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubra, jld.4, hlm.101
  6. Ibnu Atsir, al-Kamil, jld.2, hlm.884-885
  7. Amin, A'yān al-Syiah, jld.8, hlm.272
  8. Ibnu Hajar Asqalani, al-Ishābah, jld.7, hlm.712; Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld.6, hlm.159
  9. Ibnu Atsir, al-Kamil, jld.2, hlm.885
  10. Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld.8, hlm.207
  11. Maqdisi, al-Bad'u wa al-Tarikh, jld.2, hlm.793,
  12. Amin,A'yān al-Syiah, jld.8, hlm.272; Baladzuri, Ansābul Asyrāf, jld.1, hlm.158
  13. Amin, A'yān al-Syiah, jld.8, hlm.272, Maqdisi, al-Bad'u wa al-Tarikh, jld.2, hlm.793

Daftar Pustaka

  • Amin, Sayid Muhsin. A'yān al-Syiah'. Beirut: Dar al-Ta'āruf.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansābul Asyrāf, riset: Suhail Zakkar dan Riyadh Zirikli. Beirut: Dar al-Fikr, 1417 H.
  • Ibnu Atsir. Al-Kamil, terjemahan Muhammad Husain Ruhani. Teheran: Asathir, 1411 H
  • Ibnu Atsir. Usd al-Ghabah. Beirut: Dar al-Fikr, 1409 H.
  • Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali. Al-Ishābah, riset: Adil Ahmad Abdul Maujud dan Ali Muhammad Mu'awwadh. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1415 H.
  • Ibnu Hajar Asqalani. Al-Ishābah fi Tamyiz al-Shahābah, riset: Ali Muhammad Bajawi. Beirut: Dar al-Jabal, 1412 H.
  • Ibnu Sa'ad. Al-Thabaqāt al-Kubra, riset: Atha, Muhammad Abdul Qadir. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1410 H.
  • Ibnu Sa'ad. Al-Thabaqāt al-Kubra. Beirut: Dar Beirut, 1405 H.
  • Maqdisi, Muthahar bin Thahir. Al-Bad'u wa al-Tarikh, terjemahan Muhammad Ridha Syafii. Teheran: Āgeh, 1374 S.