Ibnu Muljam

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Ibnu Muljam
Nama lengkapAbdurrahman bin 'Amr bin Mulajm al-Muradi
Terkenal denganIbnu Muljam
Afiliasi agamaKhawarij
Garis keturunanKabilah Murad
LahirEra Jahiliyah
Tempat tinggalKufah
Penyebab
Wafat/Syahadah
Dikisas oleh Imam Hasan al-Mujtaba as
Tempat dimakamkanKufah
Peran pentingPembunuh Amirul Mukminin as

'Abdurrahman bin 'Amr bin Mulajm al-Muradi (bahasa Arab:عبدالرحمن بن عمرو بن ملجم المرادي) yang terkenal dengan Ibnu Muljam(bahasa Arab:ابن ملجم المرادي) termasuk dari kelompok Khawarij Nahrawan dan pembunuh Imam Ali as, Imam Pertama Syiah. Ia berbaiat kepada Imam Ali as setelah beliau menduduki kursi kekhalifahan. Dalam perang Jamal ia juga berperang di sisi Ali as. Setelah perang Shiffin dan akhir dari perundingan (hakamiyat) ia bergabung dengan kelompok Khawarij. Dia dalam perang Nahrawan berperang dengan Ali as dan termasuk dari bilangan orang-orang yang terselamatkan dari perang tersebut. Atas penukilan yang masyhur, Ibnu Muljam, telah dikisas pada tanggal 21 Ramadhan dengan satu pukulan pedang Imam Hasan as. Dia sesuai dengan riwayat-riwayat Ahlulbait as di tengah-tengah kaum Syiah dikenal dengan sebutan asyqa al-awalin wa al-akhirin (manusia paling celaka dari awal hingga akhir) dan asyqa al-asyqiya’ (manusia paling celaka).

Nasab dan Kelahiran

Tidak ada sumber yang melaporkan dan mencatat hari kelahiran Ibnu Muljam. Namun ada yang mengatakan bahwa dia sempat merasakan masa Jahiliyah. [1] Ibnu Sa'ad menulis tentang nasabnya: Dia termasuk dari bangsa Arab Himyari dan dari kabilah Murad yang menjalin persaudaraan dengan bani Jabalah dari kabilah Kindah. [2] Sebagian juga menyebutkan bahwa dia dari kabilah Tajub, salah satu dari kabilah Himyari yang menjalin persaudaran dengan kabilah Murad. [3] Baladzuri mengatakan: Tajub adalah kakek Ibnu Muljam. [4]

Dorongan Ibnu Muljam untuk Membunuh Amirul Mukminin

Banyak riwayat yang menukil tentang syahadah Ali bin Abi Thalib as di tangan Ibnu Muljam dan alasan pembunuhan tersebut. Ibnu Sa'ad, meyakini bahwa alasan yang mendorong pembunuhan tersebut adalah balas dendam, lalu ia menuliskan: bahwa setelah kekalahan kaum Khawarij pada perang Nahrawan, terdapat tiga orang dari kalangan mereka yaitu; Abdurrahman bin Muljam, Barak bin Abdillah at-Tamimi dan Amr bin Bukair at-Tamimi berkumpul di Mekah. Setelah berkonsultasi mereka merencanakan bahwa pada saat yang sama, mereka akan membunuh Ali, Muawiyah dan Amru bin 'Ash. Abdurrahman mengambil alih pembunuhan Ali as dan datang ke Kufah bertemu dengan pendukung Khawarijnya. Kemudian ia bertemu dengan seorang wanita berwajah cantik bernama Qatham, putri Syajnah bin Adi. Iapun jatuh cinta dengan gadis tersebut dan langsung melamarnya. Seorang wanita yang ayah dan saudara laki-lakinya tewas dalam perang Nahrawan, langsung menerima tawaran tersebut dan menentukan bahwa salah satu syarat pernikahannya adalah membunuh Imam Ali as. [5]

Ibnu A'tsam al-Kufi menyebutkan bahwa kecintaan Ibnu Muljam kepada Qatham adalah alasan untuk membunuh Amirul Mukminin dan berkata: "Setelah perang Nahrawan dan sebelum tibanya Ali as ke Kufah, Ibnu Muljam sudah tiba di Kufah dan menyampaikan berita tentang terbunuhnya para Kahwarij kepada para pendukungnya. Dia di Kufah menaruh hati kepada seorang wanita bernama Qatham putri Ashbagh at-Tamimi dan memintanya untuk menikah dengannya." Dengan penukilan ini, Abdurrahman pada tanggal 23 Ramadhan menetap di rumah Qatham, ia meminum arak sampai mabuk. Karena sudah terdengar suara azan subuh ia terbangun sebab Qatham membangunkannya dan mengutusnya ke masjid Kufah . Dan akhirnya ketika Ali as bangun dari rukuk pada rakaat kedua dan hendak melakukan sujud, pedang Ibnu Muljam bersarang di bagian kepalanya. [6]

Berdasarkan sumber-sumber yang ada, Ibnu Muljam al-Muradi pada waktu sahur malam ke 19 Ramadhan dengan pedang yang berlumurkan racun, telah membelah kepada Ali as di mihrab masjid Kufah. [7]

Pujian Aisyah Kepadanya

Aisyah setelah mendengar kabar kesyahidan Imam Ali as melakukan sujud syukur dan bertanya: "Siapa Pembunuh Ali?" Mereka berkata: "Seorang pemuda dari kabilah Murad". Kemudian Aisyah melantunkan sebuah syair: Dia (Ali) meskipun pada saat kematiannya jauh dari kita, namun hidup bagi pemuda yang telah memberikan kabar baik ini kepada kami tentang kematiannya dan dia telah menyenangkan kami. [8]

Laknat Malaikat

Dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq as, ia bersabda: "Ketika Ibnu Muljam melancarkan pukulannya ke kepala suci Ali as seakan-akan telah mengores muka para Malaikat dengan pukulan tersebut dan kemudian setelah itu setiap pagi dan malam menziarahi muka itu dan melaknat Ibnu Muljam, dan hal ini terus berlanjut hingga tiba hari kiamat nanti". [9]

Takdir

Ada banyak perbedaan dalam sumber-sumber sejarah yang melaporkan tentang nasib dan takdir Ibnu Muljam. Namun yang termasyhur adalah Imam Ali as di akhir-akhir kehidupannya telah mewasiatkan para putranya untuk bertoleransi dengan Ibnu Muljam. Setelah kesyahidan Imam Ali as, Ibnu Muljam dibawa ke hadapan Imam Hasan as dan dia juga dengan satu pukulan pedang mengkisas Ibnu Muljam dan kejadian ini terjadi pada tanggal 21 Ramadhan. Dan hal yang masyhur adalah bahwa Ummu al-Haitsam, putri Aswad al-Nakhai menyeret jenazahnya dan kemudian membakarnya. [10]

Kuburan

Ibnu Bathutah menulis: Ketika aku mengadakan perjalanan ke Kufah, di bagian barat Kufah, di atas sebuah tanah seluruhnya putih, namun aku melihat sebagian tanah tersebut hitam kelam kemudian karena penasaran aku bertanya apa sebabnya. Karena aku sibuk meneliti, orang-orang di tempat tersebut mengatakan, di sini kuburan Ibnu Muljam, pembunuh Imam Ali as dan kebiasaan penduduk kota Kufah setiap tahunnya mengumpulkan kayu bakar di atas kuburan Ibnu Muljam dan dalam tempo tujuh hari mereka membakar kayu itu di atas kuburannya. [11]

Catatan Kaki

  1. Al-Ishābah, jld. 5, hlm. 85.
  2. Thabaqāt al-Kubrā, jld. 3, hlm 35.
  3. Asmā al-Mughātilin, hlm. 119.
  4. Ansāb al-Asyrāf, hlm. 507.
  5. Thabaqāt al-Kubrā, jld. 3, hlm 35-36.
  6. Kitāb al-Futuh, jld. 4, hlm. 276-278.
  7. Al-Irsyād, jld. 1, hlm.20.
  8. Maqāthil al-Thālibin, jld.1, hlm. 55.
  9. Hayāt al-Qulub, hlm.282.
  10. Al-Irsyād, jld. 1, hlm.22.
  11. Al-Rihlah, jld. 1, hlm.167.

Daftar Pustaka

  • Ibnu Bathuthah, Muhammad bin Abdillah, Rihlah Ibnu Bathuthah. Tuhfatu al-Nazhārah fi Gharāib al-Amshār wa ‘Ajāib al-Asfār. Riyadh: Akademiyah, al-Mamlakatu al-Maghribiyah, Tanpa tahun.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Abi Al-Karam. Usdu al-Ghābah fi Ma’rifati al-Shahābah. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, Tanpa tahun.
  • Ibnu Saad, Muhammad. Al-Thabaqāt al-Kubrā. Beirut: Dar shadir, Tanpa tahun.
  • Abu al-Futuh Isfahani, Ali bin al-Husain (356M.). Maqātil al-Thālibin. Al-Muhaqiq al-Sayid Ahmad Saqar. Beirut: Dar al-Ma’rifah, Tanpa tahun.
  • Baghdadi, Muhammad bin Habib. Asmā al-Mughātilin min al-Asyrāf fi al-Jahiliyah wa al-Islām. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Tanpa tahun.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-asyrāf. Beirut: Muassasah al-A’lami, 1394 H.
  • Asqalāni, Ibnu Hajar. Lisān al-Mizān. Beirut: Muassasah al-A’lami, 1390 H.
  • Kufi, Ahmad bin A’tsam. Kitāb al-Futuh. Dar al-Adwa’, 1411 h.
  • Mufid, Muhammad bin Nu’man. Al-Irsyād fi Ma’rifati Hujajillah Ala al-Ibād. Beirut: Dar al-Mufid, 1414 H.

Pranala Luar