Lompat ke isi

Tragedi Kamis Kelabu: Perbedaan antara revisi

Dari wikishia
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8: Baris 8:
  | navbox =sudah
  | navbox =sudah
  | alih=sudah
  | alih=sudah
  | referensi =
  | referensi =sudah
  | Artikel bagus =
  | Artikel bagus =
  | Artikel pilihan =
  | Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
'''Hadis Dawāt''' (bahasa Arab: {{ia| حدیث الدواة}}) atau hadis kertas adalah hadis yang berkenaan tentang pena dan kertas yang diminta oleh [[Nabi Muhammad saw]] dimana hal itu mengisyaratkan pada nasihat Nabi Muhammad saw di hari-hari terakhir kehidupannya. Hadis ini dikenal juga dengan istilah hadis kertas, yang ketika itu Nabi Muhammad saw meminta kepada orang-orang yang hadir untuk menyediakan dan membawakan selembar kertas guna ditulis apa yang hendak disabdakannya yang nantinya bisa mencegah kaum [[Muslimin]] dari ketersesatan sepeninggalnya, namun kemudian hal itu ditentang oleh sebagian [[sahabat]], dan pada akhirnya wasiat tersebutpun tidak jadi disampaikan saat itu.
'''Peristiwa dawat dan qalam''' (bahasa Arab: {{ia| رزية يوم الخميس}}) atau pena dan kertas, mengacu pada hal yang berkenaan dengan pena dan kertas yang diminta oleh [[Nabi Muhammad saw]] ketika beliau terbaring sakit di atas ranjang, guna menuliskan suatu wasiat bagi kaum [[Muslimin]] yang nantinya dapat mencegah mereka dari ketersesatan sepeninggalnya. Menurut riwayat, Permintaan nabi ini tidak terpenuhi karena berhadapan dengan penentangan [[Umar bin Khattab]] yang mana dengan mengatakan sebuah kalimat: "Orang ini sedang mengigau" telah mencegah penulisan pesan dan wasiat Nabi tersebut.


Fenomena ini termasuk dari kasus yang paling terkenal dan dianggap sebagai suatu musibah dan kemalangan terbesar yang dinukil oleh para penulis ''Shihāh Sittah'', para penulis kitab Sunan dan para penulis sejarah dan berita. Riwayat-riwayat kejadian ini kendati pada rinciannya terdapat perbedaan yang tidak begitu signifikan, tetapi secara substansial dan juga bahwa [[Umar bin Khattab]] telah mencegah penulisan wasiat Nabi saw, dapat dilihat dari pengakuan Umar sendiri.  
Reaksi [[khalifah kedua]] ini diyakini telah bertentangan dengan sebagian [[ayat-ayat]] [[Alquran]] dan telah menimbulkan kritik beberapa penulis muslim.


Menurut kalangan [[Syiah]], maksud Nabi saw adalah menegaskan dan menekankan kepemimpinan [[Imam Ali as]] setelah beliau.
Kejadian ini -yang digambarkan sebagai musibah besar- telah dinukil dalam sumber-sumber riwayat dan sejarah Syiah dan Sunah. Menurut kalangan [[Syiah]], maksud Nabi saw adalah menegaskan dan menekankan kepemimpinan [[Imam Ali as]] setelah beliau.


==Teks dan Redaksi Hadis ==
==Deskripsi Kejadian ==
Menurut sumber-sumber sejarah dan riwayat, [[Nabi Islam]] di hari-hari terakhir kehidupannya tergeletak menderita sakit, pada [[25 Shafar]] tahun 11 H/633, dia berkata kepada sekelompok sahabat yang hadir di hadapannya, ia berkata: "Bawakanlah kepadaku tinta dan kertas agar aku tuliskan suatu pesan untuk kalian, supaya kalian tidak akan tersesat setelah sepeninggalku." [[Umar bin Khattab]] menolak permintaan Nabi dan mencegahnya dan berkata: "Nabi sedang mengigau" dan menurut sebagian konteks penukilan ditambahkan: "[[Alquran]] ada di sisi kalian dan kita cukup dengan Kitab Allah." Kemudian diantara sahabat terjadi perselisihan. Nabi saw dengan menyaksikan perselisihan para sahabat tersebut meminta mereka untuk pergi dari hadapannya.
Menurut sumber-sumber sejarah dan riwayat, Ketika [[Nabi Islam]] di hari-hari terakhir kehidupannya (pada 25 Safar tahun ke-11 Hijriah) terbaring di atas ranjang menderita sakit, Beliau meminta pena dan kertas supaya ia tuliskan suatu pesan yang akan mencegah umat Islam dari ketersesatan sepeninggalnya. {{enote|Peristiwa ini dengan rincian dan frase yang berbeda telah dijelaskan dalam beberapa sumber literatur. penukilan-penukilan yang dimuat dalam beberapa referensi tentang ucapan Rasul saw dalam hal ini adalah sebagai berikut:
* {{ia| ائتونی بدواة و كتف أكتب لكم كتابا لا تضلّوا بعده أبدا }}: Bawakan kepadaku tinta dan tulang sayap supaya aku tuliskan sesuatu untuk kalian yang mana setelahnya kalian tidak akan tersesat. (Mufid, al-Irsyad, jld.1, hlm.184; Shahih al-Bukhari, jld.4, hlm.66; Shahih Muslim, jld.5, hlm.76.)
* {{ia| هلُمّ اکتب لکم کتابا لا تضلون بعده}}: Jika demikian, biarkan aku menulis untuk kalian sebuah tulisan yang kalian tidak akan tersesat setelahku. (Muslim, Shahih Muslim, jld.5, hlm.76.)
* {{ia| ائتونی بدواة وصحیفة أکتب لکم کتابا لا تضلوا بعده أبدا}} Bawakan kepadaku tinta dan sebuah lembaran supaya aku tuliskan sesuatu untuk kalian yang mana setelahnya kalian tidak akan tersesat. (Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.242.)
* {{ia|ائتونی بالکتف والدواة أکتب لکم کتابا لا تضلوا بعده أبدا}} (Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.243.)}} Permintaan ini terbentur dengan penolakan dan penentangan salah seorang sahabat yang hadir di hadapannya dan wasiat Nabi akhirnya tidak tersampaikan, salah seorang  yang hadir "Nabi sedang mengigau dan kita cukup dengan Kitab Allah." menurut sebagian konteks penukilan ditambahkan: "[[Alquran]] ada di sisi kalian dan Kemudian diantara sahabat terjadi perselisihan. Nabi saw dengan menyaksikan perselisihan para sahabat tersebut meminta mereka untuk pergi dari hadapannya.


Peristiwa ini dengan rincian dan frase yang berbeda telah dijelaskan dalam beberapa sumber literatur. penukilan-penukilan yang dimuat dalam beberapa referensi tentang ucapan Rasul saw dalam hal ini adalah sebagai berikut:
Begitu juga di sebagian literatur diyakini bahwa, orang yang menentang hal itu adalah Umar bin Khattab tetapi di sebagaian lain namanya tidak disebutkan. {{enote|Reaksi khalifah kedua diterangkan dalam berbagai ungkapan diantaranya adalah sebagai berikut:
* Bawakan kepadaku tinta dan tulang sayap supaya aku tuliskan sesuatu untuk kalian yang mana setelahnya kalian tidak akan tersesat: ائتونی بدواة و كتف أكتب لكم كتابا لا تضلّوا بعده أبدا <ref> Mufid, al-Irsyad, jld.1, hlm.184; Shahih al-Bukhari, jld.4, hlm.66; Shahih Muslim, jld.5, hlm.76.</ref>
* {{ia|إن نبی الله ليهجر}} Sesungguhnya Nabi Allah benar-benar sedang mengigau: (Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.187.)
* Jika demikian, biarkan aku menulis untuk kalian sebuah tulisan yang kalian tidak akan tersesat setelahku: هلُمّ اکتب لکم کتابا لا تضلون بعده <ref> Shahih Muslim, jld.5, hlm.76.</ref>
* {{ia|إن رسول الله یهجر}} Sesungguhnya Rasulullah sedang mengigau. (Muslim, Shahih Muslim, jld.5, hlm.76.)
* Bawakan kepadaku tinta dan sebuah lembaran supaya aku tuliskan sesuatu untuk kalian yang mana setelahnya kalian tidak akan tersesat: ائتونی بدواة وصحیفة أکتب لکم کتابا لا تضلوا بعده أبدا <ref> Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.242.</ref>
*  {{ia|ان الرجل لیهجر}} Sesungguhnya orang ini sedang mengigau. ( Arbili, Kasf al-Gummah, jld.1, hlm.402; Ibnu Taimiyah, Minhajus Sunnah, jld.6, hlm.19.)
*ائتونی بالکتف والدواة أکتب لکم کتابا لا تضلوا بعده أبدا <ref> Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.243.</ref>
*  {{ia|أهجر رسول الله؟}} Apakah Rasulullah saw sedang mengigau? (Ibnu Taimiyah, Minhajus Sunnah, jld.6, hlm.19; Bukhari, Shahih Bukhari, kitab al-Jihad wa al-Sair, bab, 175 hadis 1.)
*  {{ia|ما شأنه؟ أهجر؟ استفهموه}} Apa yang terjadi dengannya? Apakah sedang mengigau? Tanyakanlah kepadanya? (Bukhari, Shahih Bukhari, jld.6, hlm.9; Nawawi, Shahih Muslim Bisyarhi an-Nawawi, jld.11, hlm. 93.)
* {{ia|إنّ النّبى (رسول الله) قد غلب عليه (غلبه) الوجع و عندکم القرآن حسبنا کتاب الله }}
Sesungguhnya Nabi telah diliputi rasa sakit sementara Alquran di sisi kalian cukuplah kami dengan kitabullah. (Rujuk: Bukhari, Shahih Bukhari, jld.6, hlm.9, jld.7, hlm.120;  Nawawi, Shahih Muslim Bisyarhi an-Nawawi, jld.11, hlm. 90.)}} Kemudian terjadilah ikhtilaf di antara para sahabat. Nabi dengan menyaksikan perselisihan diantara mereka lalu meminta mereka untuk pergi keluar dari hadapannya. Kebanyakan sumber menjelaskan bahwa orang yang menentang nabi adalah khalifah kedua <ref> Bukhari, Shahih Bukhari, jld.1, hlm.37, jld.4, hlm.66; jld.5, hlm.137-138, jld.7, hlm.9; Muslim, Shahih Muslim  jld.5, hlm. 75-76; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.187.</ref> namun sebagian sumber lainnya tidak menyebutkan namanya.<ref>Ibnu Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hlm.45; Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207. </ref>


Begitu juga di sebagian literatur diyakini bahwa, orang yang menentang hal itu adalah Umar bin Khattab tetapi di sebagaian lain namanya tidak disebutkan.
Menurut pandangan ulama [[Syiah]], [[Nabi saw]] dengan Hadis Dawat ingin menekankan suksesi Imam Ali as sepeninggalnya. Namun beberapa orang yang hadir saat itu memahami hal ini dan kemudian mencegahnya.<ref>Syarafuddin, al-Muraja'at, hlm.527.</ref> Khalifah kedua juga dalam percakapan antara dia dan Ibnu Abbas telah dinukil dengan jelas bahwa: Nabi saw berkehendak menerangkan bahwa nama Ali as akan disebutkan untuk menjadi khilafah setelahnya akan tetapi aku dikarenakan belas kasihku telah menghalangi hal itu demi Islam dan penjangaannya. <ref>Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jld.12, hlm.20-21. </ref>
 
Ungkapan yang digunakan Umar juga terdapat perbedaan redaksi dalam penukilannya:
*  Sesungguhnya orang ini sedang mengigau: ان الرجل لیهجر<ref> Arbili, Kasf al-Gummah, jld.1, hlm.402.</ref>
*  Sesungguhnya Nabi Allah sedang mengigau: إن نبی الله ليهجر<ref> Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.187.</ref>
*  Apakah [[Rasulullah saw]] sedang mengigau:أهجر رسول الله؟<ref> Shahih Bukhari, kitab al-Jihad wa al-Sair, bab, 175 hadis 1.</ref>
*  Apa yang terjadi dengannya? Apakah sedang mengigau? Tanyakanlah kepadanya?:ما شأنه؟ أهجر؟ استفهموه<ref> Shahih Bukhari, kitab al-Maghazi, bab, 84, hadis 4, Shahih Muslim, kitab al-Wasiah, bab 6, hadis 6.</ref>
*  Sesungguhnya Nabi telah diliputi rasa sakit: إنّ النّبى (رسول الله) قد غلب عليه (غلبه) الوجع.<ref> Shahih Bukhari, kitab al-Maghazi, bab, 84, hadis 5-13 dan kitab al-Mardha, bab 17 hadis 1-15 dan kitab al-Ilm, bab 39 (bab Kitabah al-Ilm),hadis 4, Shahih Muslim, kitab al-Wasiah, bab 6, hadis 8. 14.</ref>
 
Sayid Abdul Husain Syarafuddin dalam buku ''[[al-Muraja'at]]''nya memuat bahwa redaksi ''"Qad Ghalaba 'alaihi al-Waj''', adalah campur tangan para ahli hadis [[Ahlusunah]] untuk memperindah ungkapan dan supaya meringankan keburukan istilah ungkapan tersebut.<ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242-243; terjemah bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 431-432. </ref> Sebuah riwayat yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ahmad bin Abdul Aziz Jauhari, ia jadikan sebagai saksi dari ucapannya bahwa dalam kitab ''al-Saqifah'' dengan sanad [[Ibnu Abbas]] dia tahu bahwa itu ada dan dimuat: Lantas Umar berucap yang artinya rasa sakit telah meliputi Nabi saw.


==Sumber-sumber Hadis==
==Sumber-sumber Hadis==
===Referensi-referensi Ahlusunah===
Kejadian ini telah diterangkan secara rinci dengan berbagai ungkapan dan frasa dalam sumber-sumber sejarah dan periwayatan [[Syiah]] dan [[Sunni]]. Buku-buku Sahih Bukhari<ref>Bukari, Shahih al-Bukhari, jld.1, hlm.37, jld.4, hlm.66, jld.7, hlm.9.</ref>, Sahih Muslim<ref>Shahih Muslim,jld.5, hlm.75-76.</ref>, Musand Ahmad<ref> Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hadis 1963, hlm.45.</ref>, Sunan Baihaqi<ref> Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207.</ref> dan Thabaqat Ibni Sa'ad<ref> Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.242-245.</ref> dari sumber-sumber Sunni, al-Irsyad<ref> Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld.1, hlm.184.</ref>, dan Awail al-Maqalat<ref> Syaikh Mufid, Awail al-Maqalat,  hlm.406.</ref>, al-Ghaibah Nukmani <ref> Nu'mani, al-Ghaibah, hlm.81-82.</ref>, dan al-Manaqib Ibnu Syahr Asyub<ref> Ibnu Syhar Asyub, al-Manaqib, jld.1, hlm.236.</ref> dari sumber-sumber Syiah.
Hadis pena dan kertas, banyak dimuat dalam literatur dan referensi-referensi valid Ahlusunah diantaranya:
*''[[Shahih Bukhari]]'' terdapat pada lima tempat: yang mana dalam dua hal nama Umar disebut.<ref>Shahih al-Bukhari, jld.1, hlm.37.</ref> <ref>Shahih al-Bukhari, jld.4, hlm.31.</ref> <ref>Shahih al-Bukhari, jld.4, hlm.66.</ref> <ref>Shahih al-Bukhari, jld.5, hlm.137-138.</ref> <ref>Shahih al-Bukhari, jld.7, hlm.9.</ref>
*''[[Shahih Muslim]]'' dalam tiga penukilan: Dan dalam satu penukilan nama [[Umar]] disebut. <ref>Shahih Muslim,jld.5, hlm.75.</ref> <ref>Shahih Muslim,jld.5, hlm.76.</ref> <ref>Shahih Muslim,jld.5, hlm.76.</ref>
*''[[Musnad Ahmad]]'' dalam satu penukilan: Tidak menyebutkan nama orang yang berkata.<ref> Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hadis 1963, hlm.45.</ref>
*''Sunan Baihaqi'' dalam satu penukilan: Tidak menyebutkan nama orang yang berkata.<ref> Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207.</ref>
*''Thabaqat Ibnu Sa'ad'' dalam delapan penukilan: dalam tiga penukilan nama Umar dimuat.<ref> Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.242.</ref> <ref> Ibid.</ref> <ref> Ibid, hlm. 243.</ref> <ref> Ibid.</ref> <ref> Ibid, hlm. 243-244.</ref> <ref> Ibib, hlm. 244.</ref> <ref> Ibid.</ref> <ref> Ibid, hlm. 244-245.</ref>
 
===Referensi-refernsi Syiah===
*[[Syaikh Mufid]] dalam ''[[al-Irsyad]]''<ref> Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld.1, hlm.184.</ref> dan Awail al-Maqalat. <ref> Syaikh Mufid, Awail al-Maqalat,  hlm.406.</ref>
*Nu'mani dalam kitab ''[[al-Ghaibah]]''.<ref> Nu'mani, al-Ghaibah, hlm.81-82.</ref>
*Ibnu Syhar Asyub dalam ''[[Manaqib Al Abi Thalib]]''.<ref> Ibnu Syhar Asyub, al-Manaqib, jld.1, hlm.236.</ref>


==Posisi-posisi==
==Posisi-posisi==
===Posisi Syiah===
===Posisi Syiah===
Ulama [[Syiah]] menganggap hal ini adalah sebuah musibah besar, karena mencegah tindakan Nabi saw dalam menulis sebuah wasiat guna menghindari kesesatan umat [[Islam]]. <ref> Jauhari, Muqtadhab al-Atsar, hlm.1.</ref> Dalam beberapa versi penukilan riwayat dalam sumber-sumber [[Ahlusunah]] dimuat bahwa [[Ibnu Abbas]] menyebut pencegahan atas tindakan Nabi saw yang hendak menulis wasiat adalah sebuah musibah dan tragedi besar dan ia menangisi hal itu.  <ref> Shahih al-Bukhari, jld.5, hlm.137-138. Shahih Muslim,jld.5, hlm.76. </ref>
Ulama [[Syiah]] menganggap hal ini adalah sebuah musibah besar, karena mencegah tindakan Nabi saw dalam menulis sebuah wasiat guna menghindari kesesatan umat [[Islam]]. <ref> Jauhari, Muqtadhab al-Atsar, hlm.1.</ref> Dalam beberapa versi penukilan riwayat dalam sumber-sumber [[Ahlusunah]] dimuat bahwa [[Ibnu Abbas]] menyebut pencegahan atas tindakan Nabi saw yang hendak menulis wasiat adalah sebuah musibah dan tragedi besar dan ia menangisi hal itu.  <ref> Shahih al-Bukhari, jld.5, hlm.137-138. Shahih Muslim,jld.5, hlm.76. </ref>
[[Sayid Abdul Husain Syarafuddin|Syarafuddin Amili]] dalam ''[[al-Muraja'at]]'', dengan bersandar kepada [[Alquran]] al-Karim, telah memasukan beberapa protes atas Umar bin Khattab dalam peristiwa tersebut, diantaranya: <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242; terjemah Bahasa Persia: Munāzhirāt, hal. 435. </ref>
[[Sayid Abdul Husain Syarafuddin|Syarafuddin Amili]] dalam ''[[al-Muraja'at]]'', dengan bersandar kepada [[Alquran]] al-Karim, telah memasukan beberapa protes atas Umar bin Khattab dalam peristiwa tersebut, diantaranya: <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242; terjemah Bahasa Persia: Munāzhirāt, hal. 435. </ref>
#Tidak mengikuti perintah [[Rasulullah saw]] dan bertentangan dengannya.
#Tidak mengikuti perintah [[Rasulullah saw]] dan bertentangan dengannya.
Baris 76: Baris 63:
* Di dalam sebagian penukilan, orang yang mengungkapkannya tidak jelas dan dijelaskan dengan kata ganti jamak.
* Di dalam sebagian penukilan, orang yang mengungkapkannya tidak jelas dan dijelaskan dengan kata ganti jamak.


==Maksud Nabi saw==
==Sebab Keenganan Nabi saw Menuliskan Wasiat==
Menurut pandangan ulama [[Syiah]], dengan memperhatikan pada hadis pena dan kertas dimana Nabi saw bersabda, "Bawakan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena untuk aku tuliskan sesuatu bagi kalian sehingga kelak kalian tidak akan tersesat." Dan juga dengan memperhatikan pada [[Hadis Tsaqalain]] dimana Nabi saw bersabda, "Aku telah tinggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara yang mana selama kalian berpegang teguh terhadapnya, kalian tidak akan pernah tersesat, kedua perkara itu adalah [[Alquran]] dan [[Ahlulbait]]-ku.", kedua hadis ini memiliki satu tujuan. Yakni [[Rasulullah saw]] hendak mempertegas masalah keimamahan [[Imam Ali as]]. Menurut keyakinan ulama Syiah, tujuan Nabi adalah memperkokoh [[keimamah]]an dan kekhilafahan bagi 'itrah keluarga sucinya, namun sebagian dari orang-orang yang hadir ketika itu tahu betul akan hal ini, sehingga mereka berusaha mencegahnya.<ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436. </ref> Khalifah kedua juga dalam dialognya dengan [[Ibnu Abbas]] mengakui bahwa Nabi saw ketika sakitnya hendak menyebutkan nama Ali sebagai pemimpin dan khalifah setelahnya, namun saya (Umar) dengan rasa penuh kekhawatiran terhadap [[Islam]] dan demi menjaganya maka saya mencegah hal itu. <ref>Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahjul Balāghah, jld.12, hal. 20-21.</ref>
===Sebab Keenganan Nabi saw Menuliskan Wasiat===
Menurut keyakinan sebagian ulama Syiah, alasan yang menyebabkan Nabi saw tidak mau lagi menuliskan wasiat, adalah karena perkataan yang dilontarkan di hadapannya; karena tulisan tersebut tidak lagi memeiliki efek, malah justru akan menimbulkan fitnah dan pertikaian pasca kepergiannya. Dengan demikian, jika Nabi saw menulis wasiat tersebut, bisa jadi akan dikatakan kembali apakah tulisan itu hasil dari igauan Nabi atau bukan? <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436-437. </ref>
Menurut keyakinan sebagian ulama Syiah, alasan yang menyebabkan Nabi saw tidak mau lagi menuliskan wasiat, adalah karena perkataan yang dilontarkan di hadapannya; karena tulisan tersebut tidak lagi memeiliki efek, malah justru akan menimbulkan fitnah dan pertikaian pasca kepergiannya. Dengan demikian, jika Nabi saw menulis wasiat tersebut, bisa jadi akan dikatakan kembali apakah tulisan itu hasil dari igauan Nabi atau bukan? <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436-437. </ref>


Baris 87: Baris 71:
==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
{{referensi}}
{{referensi}}
*Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, periset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, jilid 2, Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 2008 M.
*Al-Baihaqi, Ahmad bin Al-Husain, al-Sunan al-Kubrā, Beirut: Dār al-Fikr, Tanpa Tanggal.
*Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Sahih Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr, 1401 H/ 1981 M.
*Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Sahih Bukhari, Beirut: Darut Thauqun Najah, 1422 H.
*An-Nawawi, Yahya bin Syaraf, Shahih Muslim Bi Syarhi an-Nawawi, Beirut,  Darul Kutub al-Arabi, 1407 H.
*An-Neisyaburi, Muslim bin Hajjaj, al-Jāmi' al-Shahīh (Sahih Muslim), Beirut, Dār al-Fikr, Tanpa Tanggal.
*Arbili, Ali biin Isya, Kasful Gummah, Qom, al-Syarif al-Radhi, Tanpa Tanggal.
*Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Dār Ihyā al-Kutub al-'Arabiyah, 1378 H- 1959 M.
*Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Dār Ihyā al-Kutub al-'Arabiyah, 1378 H- 1959 M.
*Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, Beirut: Dār Shādir, tanpa tahun.
*Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, Beirut: Dār Shādir, Tanpa Tanggal.
*Al-Bukhari, Sahih Bukhari, jilid 1, Beirut: Dār al-Fikr, 1401 H/ 1981 M.
*Ibnu Syahr Asyub, Muhammad bin Ali, Manaqib Al Abi Thalib, Qom, Allamah, Tanpa Tanggal.
*Al-Baihaqi, Ahmad bin Al-Husain, al-Sunan al-Kubrā, Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun.
*Ibnu Taimiyah, Ahmad bin Abdul Halim, Minhajus Sunnah an-Nabawiyah, riset: Muhammad Rasyad Salim, Riyadh, Jamiah al-Imam Muhammad bin Saud al-Islamiyah, 1406H.  
*Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, periset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, jilid 2, Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 2008 M.
*Jauhari, Ahmad bin Muhammad, Muqtadhabul Atsar fi Nashil Aimmatil Asyar, riset: Lutfullah shafi, Qom, Maktabah at-Thabathabai, Tanpa Tanggal.
*Syarafuddin Amili, al-Murāja'āt, dipersembahkan oleh: Hamid Hafani Daud, Muhammad Fikri Utsman Abu al-Nashr, cet. 20, Mesir-Kairo, 1399 H- 1979 M; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, penerjemah: Haidar Quli bin Nur Muhammad Khan Sardar Kabuli, dengan mukaddimah oleh Kaiwan Sami'I, Tehran: Nasyr Sayeh, 1380 Syamsi.
*Nukmani, Muhammad bin Ibrahim, Al-Ghaibah, Tehran, Maktabah as-Shaduq1399H.
*San'ani, Abdurrazzaq, al-Mushannaf, riset oleh: Habiburrahman al-A'zhami, tanpa tempat: Mansyurat al-Majlis al-'Ilmi, tanpa tahun.
*Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad, al-Irsyad fi Ma’rifati Hujajullah alal Ibad, Qom, al-Mu’tamar Li Alfiyati as-Syaikh al-Mufid, 1372HS.
*Al-Qadhi 'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, (catatan kaki dengan nama Mazīl al-Khafā 'an alfāzh al-Syifā oleh Allamah Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Syamani (873 H)), Beirut: Dār al-Fikr, 1309 H – 1988 M.
*Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad, Awail al-Maqalat,riset: Ibrahim Ansari Zanjani, Qom, al-Mu’tamar Li Alfiyati as-Syaikh al-Mufid, Tanpa Tanggal.
*Al-Naisaburi, Muslim bin Hajjaj, al-Jāmi' al-Shahīh (Sahih Muslim), Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun.
*Syarafuddin Amili, al-Murāja'āt, Abdul Husein, Qom, al-Mu’tamar Li Alfiyati as-Syaikh al-Mufid, Tanpa Tanggal.
*Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummāl, riset oleh: Bakri Hayani, revisi oleh: Shafwah al-Saqā, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1409 H – 1989 M.
{{akhir}}
{{akhir}}
{{Nabi Muhammad}}
{{Nabi Muhammad}}
[[fa:حدیث دوات]]
[[fa:حدیث دوات]]

Revisi per 13 November 2018 11.22

Peristiwa dawat dan qalam (bahasa Arab: رزية يوم الخميس) atau pena dan kertas, mengacu pada hal yang berkenaan dengan pena dan kertas yang diminta oleh Nabi Muhammad saw ketika beliau terbaring sakit di atas ranjang, guna menuliskan suatu wasiat bagi kaum Muslimin yang nantinya dapat mencegah mereka dari ketersesatan sepeninggalnya. Menurut riwayat, Permintaan nabi ini tidak terpenuhi karena berhadapan dengan penentangan Umar bin Khattab yang mana dengan mengatakan sebuah kalimat: "Orang ini sedang mengigau" telah mencegah penulisan pesan dan wasiat Nabi tersebut.

Reaksi khalifah kedua ini diyakini telah bertentangan dengan sebagian ayat-ayat Alquran dan telah menimbulkan kritik beberapa penulis muslim.

Kejadian ini -yang digambarkan sebagai musibah besar- telah dinukil dalam sumber-sumber riwayat dan sejarah Syiah dan Sunah. Menurut kalangan Syiah, maksud Nabi saw adalah menegaskan dan menekankan kepemimpinan Imam Ali as setelah beliau.

Deskripsi Kejadian

Menurut sumber-sumber sejarah dan riwayat, Ketika Nabi Islam di hari-hari terakhir kehidupannya (pada 25 Safar tahun ke-11 Hijriah) terbaring di atas ranjang menderita sakit, Beliau meminta pena dan kertas supaya ia tuliskan suatu pesan yang akan mencegah umat Islam dari ketersesatan sepeninggalnya. [catatan 1] Permintaan ini terbentur dengan penolakan dan penentangan salah seorang sahabat yang hadir di hadapannya dan wasiat Nabi akhirnya tidak tersampaikan, salah seorang yang hadir "Nabi sedang mengigau dan kita cukup dengan Kitab Allah." menurut sebagian konteks penukilan ditambahkan: "Alquran ada di sisi kalian dan Kemudian diantara sahabat terjadi perselisihan. Nabi saw dengan menyaksikan perselisihan para sahabat tersebut meminta mereka untuk pergi dari hadapannya.

Begitu juga di sebagian literatur diyakini bahwa, orang yang menentang hal itu adalah Umar bin Khattab tetapi di sebagaian lain namanya tidak disebutkan. [catatan 2] Kemudian terjadilah ikhtilaf di antara para sahabat. Nabi dengan menyaksikan perselisihan diantara mereka lalu meminta mereka untuk pergi keluar dari hadapannya. Kebanyakan sumber menjelaskan bahwa orang yang menentang nabi adalah khalifah kedua [1] namun sebagian sumber lainnya tidak menyebutkan namanya.[2]

Menurut pandangan ulama Syiah, Nabi saw dengan Hadis Dawat ingin menekankan suksesi Imam Ali as sepeninggalnya. Namun beberapa orang yang hadir saat itu memahami hal ini dan kemudian mencegahnya.[3] Khalifah kedua juga dalam percakapan antara dia dan Ibnu Abbas telah dinukil dengan jelas bahwa: Nabi saw berkehendak menerangkan bahwa nama Ali as akan disebutkan untuk menjadi khilafah setelahnya akan tetapi aku dikarenakan belas kasihku telah menghalangi hal itu demi Islam dan penjangaannya. [4]

Sumber-sumber Hadis

Kejadian ini telah diterangkan secara rinci dengan berbagai ungkapan dan frasa dalam sumber-sumber sejarah dan periwayatan Syiah dan Sunni. Buku-buku Sahih Bukhari[5], Sahih Muslim[6], Musand Ahmad[7], Sunan Baihaqi[8] dan Thabaqat Ibni Sa'ad[9] dari sumber-sumber Sunni, al-Irsyad[10], dan Awail al-Maqalat[11], al-Ghaibah Nukmani [12], dan al-Manaqib Ibnu Syahr Asyub[13] dari sumber-sumber Syiah.

Posisi-posisi

Posisi Syiah

Ulama Syiah menganggap hal ini adalah sebuah musibah besar, karena mencegah tindakan Nabi saw dalam menulis sebuah wasiat guna menghindari kesesatan umat Islam. [14] Dalam beberapa versi penukilan riwayat dalam sumber-sumber Ahlusunah dimuat bahwa Ibnu Abbas menyebut pencegahan atas tindakan Nabi saw yang hendak menulis wasiat adalah sebuah musibah dan tragedi besar dan ia menangisi hal itu. [15]

Syarafuddin Amili dalam al-Muraja'at, dengan bersandar kepada Alquran al-Karim, telah memasukan beberapa protes atas Umar bin Khattab dalam peristiwa tersebut, diantaranya: [16]

  1. Tidak mengikuti perintah Rasulullah saw dan bertentangan dengannya.
  2. Peristiwa ini menunjukkan seolah-olah dia (Umar) lebih tahu dan pintar tentang Alquran dan berbagai keutamaannya dibandingkan Nabi saw.
  3. Menyandarkan pengigauan kepada Nabi saw.

Dalam pandangan Syiah, tindakan dan perbuatan Umar bin Khattab, sangat bertentangan dengan ayat-ayat mulia Alquran, yang mana diantaranya adalah:

وَمَا آتَاکمُ الرَّ‌سُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاکمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Apa yang dibawa Rasul kepadamu maka ambillah itu dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah
  • Juga dalam Surah Al-Najm ayat 2-5 Allah berfirman:
مَا ضَلَّ صَاحِبُکمْ وَمَا غَوَیٰ ﴿۲﴾ وَمَا ینطِقُ عَنِ الْهَوَیٰ ﴿۳﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْی یوحَیٰ ﴿۴﴾ عَلَّمَهُ شَدِیدُ الْقُوَیٰ ﴿۵﴾
Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,.

Posisi Ahlusunah

Sebagian dari ulama Ahlusunah berusaha untuk membenarkan peristiwa ini yang mana salah satunya adalah:

  • Sebagian menganggap riwayat ini lemah dan tidak valid (meskipun yang dikutip ada dalam sumber-sumber asli Ahlusunah).
  • Sebagian berkata; ungkapan hadis dimaknakan dengan cara lain, seperti "Hajara" diartikan meninggalkan dan berkata; maksud Umar adalah Nabi saw meninggalkan kita atau bahwa perkataan Umar adalah penolakan interogatif bahwa Nabi saw tidak mengigau.
  • Perkataan Umar tentang cukup Alquran di sisi kita (tidak butuh kepada wasiat Nabi), menunjukkan pemahamannya yang kuat dan pandangannya yang teliti.
  • Di dalam sebagian penukilan, orang yang mengungkapkannya tidak jelas dan dijelaskan dengan kata ganti jamak.

Sebab Keenganan Nabi saw Menuliskan Wasiat

Menurut keyakinan sebagian ulama Syiah, alasan yang menyebabkan Nabi saw tidak mau lagi menuliskan wasiat, adalah karena perkataan yang dilontarkan di hadapannya; karena tulisan tersebut tidak lagi memeiliki efek, malah justru akan menimbulkan fitnah dan pertikaian pasca kepergiannya. Dengan demikian, jika Nabi saw menulis wasiat tersebut, bisa jadi akan dikatakan kembali apakah tulisan itu hasil dari igauan Nabi atau bukan? [17]

Catatan Kaki

  1. Bukhari, Shahih Bukhari, jld.1, hlm.37, jld.4, hlm.66; jld.5, hlm.137-138, jld.7, hlm.9; Muslim, Shahih Muslim jld.5, hlm. 75-76; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.187.
  2. Ibnu Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hlm.45; Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207.
  3. Syarafuddin, al-Muraja'at, hlm.527.
  4. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jld.12, hlm.20-21.
  5. Bukari, Shahih al-Bukhari, jld.1, hlm.37, jld.4, hlm.66, jld.7, hlm.9.
  6. Shahih Muslim,jld.5, hlm.75-76.
  7. Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hadis 1963, hlm.45.
  8. Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207.
  9. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.242-245.
  10. Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld.1, hlm.184.
  11. Syaikh Mufid, Awail al-Maqalat, hlm.406.
  12. Nu'mani, al-Ghaibah, hlm.81-82.
  13. Ibnu Syhar Asyub, al-Manaqib, jld.1, hlm.236.
  14. Jauhari, Muqtadhab al-Atsar, hlm.1.
  15. Shahih al-Bukhari, jld.5, hlm.137-138. Shahih Muslim,jld.5, hlm.76.
  16. Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242; terjemah Bahasa Persia: Munāzhirāt, hal. 435.
  17. Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436-437.

Daftar Pustaka

  • Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, periset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, jilid 2, Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 2008 M.
  • Al-Baihaqi, Ahmad bin Al-Husain, al-Sunan al-Kubrā, Beirut: Dār al-Fikr, Tanpa Tanggal.
  • Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Sahih Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr, 1401 H/ 1981 M.
  • Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Sahih Bukhari, Beirut: Darut Thauqun Najah, 1422 H.
  • An-Nawawi, Yahya bin Syaraf, Shahih Muslim Bi Syarhi an-Nawawi, Beirut, Darul Kutub al-Arabi, 1407 H.
  • An-Neisyaburi, Muslim bin Hajjaj, al-Jāmi' al-Shahīh (Sahih Muslim), Beirut, Dār al-Fikr, Tanpa Tanggal.
  • Arbili, Ali biin Isya, Kasful Gummah, Qom, al-Syarif al-Radhi, Tanpa Tanggal.
  • Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Dār Ihyā al-Kutub al-'Arabiyah, 1378 H- 1959 M.
  • Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, Beirut: Dār Shādir, Tanpa Tanggal.
  • Ibnu Syahr Asyub, Muhammad bin Ali, Manaqib Al Abi Thalib, Qom, Allamah, Tanpa Tanggal.
  • Ibnu Taimiyah, Ahmad bin Abdul Halim, Minhajus Sunnah an-Nabawiyah, riset: Muhammad Rasyad Salim, Riyadh, Jamiah al-Imam Muhammad bin Saud al-Islamiyah, 1406H.
  • Jauhari, Ahmad bin Muhammad, Muqtadhabul Atsar fi Nashil Aimmatil Asyar, riset: Lutfullah shafi, Qom, Maktabah at-Thabathabai, Tanpa Tanggal.
  • Nukmani, Muhammad bin Ibrahim, Al-Ghaibah, Tehran, Maktabah as-Shaduq1399H.
  • Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad, al-Irsyad fi Ma’rifati Hujajullah alal Ibad, Qom, al-Mu’tamar Li Alfiyati as-Syaikh al-Mufid, 1372HS.
  • Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad, Awail al-Maqalat,riset: Ibrahim Ansari Zanjani, Qom, al-Mu’tamar Li Alfiyati as-Syaikh al-Mufid, Tanpa Tanggal.
  • Syarafuddin Amili, al-Murāja'āt, Abdul Husein, Qom, al-Mu’tamar Li Alfiyati as-Syaikh al-Mufid, Tanpa Tanggal.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "catatan", tapi tidak ditemukan tag <references group="catatan"/> yang berkaitan