Perdebatan Imam Ridha as dengan Ulama Zoroaster

Dari wikishia

Perdebatan Imam Ridha as dengan ulama Zoroaster (bahasa Arab:مناظرة الإمام الرضا عليه السلام مع الزرادشتيين ) merupakan dialog ilmiah yang singkat antara Imam Ridha as dan Hirbidz dari Zoroaster tentang pembuktian kenabian Musa, Isa dan Muhammad saw. Dalam debat ini, Imam Ridha as membuktikan kepadanya kenabian para nabi Yahudi, Kristen, dan Islam berdasarkan dalil Hirbidz sendiri mengenai nubuwwah Zoroaster.

Percakapan ini diadakan dalam sebuah pertemuan, yang diusulkan atas permintaan Ma'mun Khalifah Abbasi. Imam Ridha as melakukan diskusi terperinci dengan para ulama Yahudi, Kristen, Zoroastree, dan Shâbiun. Hadits perdebatan tersebut diriwayatkan pertama kali oleh Syeikh Shadûq dalam kitab Al-Tauhid dan 'Uyûn Akhbâr al-Ridha. Menurut hadits yang diriwayatkannya, Hirbidz tidak mampu menjawab masalah yang dipertanyakan Imam Ridha as dan ia segera mengakhiri diskusinya.

Latar Belakang Berlangsungnya Perdebatan dan Tema Dialog

Perdebatan antara Imam Ridha as dan Hirbidz Akbar, seorang ulama Zoroaster, adalah percakapan singkat yang membahas tentang pembuktian kenabian Zoroaster, Musa, Isa, dan Muhammad saw. Debat ini diadakan atas permintaan Ma'mun Khalifah Abbâsi sendiri. Ketika Imam Ridha as pergi dari Madinah ke Moro, Ma'mun Abbâsi meminta ulama Kristen, Yahudi, Zoroaster dan Shâbiun untuk berdebat dengan Imam as.[1]

Dalam pertemuan ini, Jatsaliq (tetua Nasrani), Ra’s al-Jâlut (tetua Yahudi), tetua Shâbiun dan Imran Shabi juga hadir dan ikut berdebat.[2] Hasan bin Muhammad Naufali sebagai pencatat perdebatan tersebut, dimana disebutkan bahwa tujuan Ma'mun mengadakan dialog tersebut adalah untuk menguji kemampuan Imam Ridha.[3]

Matan Perdebatan

Imam Ridha as: Apa dalil dari kenabian Zoroaster, yang anda anggap sebagai Nabi? Hirbidz: Dia membawakan kami sesuatu yang belum pernah dibawa oleh siapa pun sebelumnya. Tentu saja, kami sendiri belum pernah melihatnya, tetapi kami mendapat kabar dari para pendahulu kami bahwa dia menghalalkan bagi kami, yang mana tidak ada seorang pun selainnya pernah menghalalkannya, dan mengharamkan sesuatu, yang mana tidak seorang pun selainnya pernah mengharamkannya, karena itulah, kami mengikutinya.

Imam Ridha as: Jadi anda mengikutinya berdasarkan berita yang datang mengenainya? Hirbidz: Ya. Imam Reza: Kalau begitu umat lain pun sama. Berita telah sampai kepada mereka tentang apa yang telah dibawa oleh para nabi mereka, termasuk Musa, Isa dan Muhammad saw. Jika alasanmu menerima kenabian Zoroaster hanyalah berita yang mutawatir, lalu mengapa Anda tidak mengakui kenabian mereka juga? Hirbidz tidak menjawab pertanyaan ini dan mengakhiri percakapan.[4]

Sumber-Sumber Hadits

Untuk pertama kalinya, matan perdebatan direkam di dalam kitab al-Tauhid[5] dan 'Uyûn Akhbâr al-Ridha[6] yang ditulis oleh Syekh Shadûq (305-381 H). Setelah itu, Ahmad bin Ali al-Thabrasi (hidup pada abad ke-6 Hijriah) yang meriwayatkannya di dalam kitab al-Ihtijâj.[7] Adapun di dalam kitab Bihâr al-Anwâr, hadits yang sama diriwayatkan dengan mengutipnya dari dua kitab Syekh Shadûq.[8]

Kesahihan Sanad Hadits

Para ahli ilmu Rijal berbeda pendapat mengenai rantai perawi hadits ini. Sebagian dari mereka menganggap semua perawinya adalah tsiqah, dan yang lain menganggap beberapa dari mereka tidak tsiqah.[9] Selain itu, hadits tersebut mursal; Artinya, sebagian orang dari perawinya tidak disebutkan. Oleh karena itu, hadits tersebut, dari sisi sanad adalah dhaif.[10] Meskipun demikian, sebagian orang berpendapat bahwa hadits ini dhaif tetapi masih dapat diterima; Artinya, meskipun lemah dari sisi sanad, tetap berdasarkan kandungannya dapat diamalkan; Karena ulama besar sekaliber Syekh Shadûq telah meriwayatkannya, dan ia hanya meriwayatkan hadits yang ia yakini berasal dari para ma’sumin.[11]

Catatan Kaki

  1. Syekh Shaduq, Tauhid hlm. 417-418: Syekh Shaduq Uyun Akbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 154-155
  2. Syekh Shaduq, Tauhid hlm. 417-441: Syekh Shaduq Uyun Akbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 154-175
  3. Syekh Shaduq, Tauhid hlm. 419: Syekh Shaduq Uyun Akbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 155
  4. Syekh Shaduq, Tauhid hlm. 419: Syekh Shaduq Uyun Akbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 167-168
  5. Syekh Shaduq, Tauhid, hlm. 419
  6. Syekh Shaduq, Uyun Akhbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 167-168
  7. Thabrasi, al-Ihtijaj, hlm. 424
  8. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 1, hlm. 310
  9. Khusrawiyan, Barresi-e va Tahlil-e Sanad-e Munazerat-e Imam Ridha as. dar Irak va Khurasan, hlm. 112-113, 115-116
  10. Khusraviyan, Barresi-e va Tahlil-e Sanad-e Munazerat-e Imam Ridha as. dar Irak va Khurasan, hlm. 126
  11. Khusraviyan, Barresi-e va Tahlil-e Sanad-e Munazerat-e Imam Ridha as. dar Irak va Khurasan, hlm. 126

Daftar Pustaka

  • Kusraviyan Qelezu, Barresiye va Tahlil-e Sanad-e Munazerat-e Imam Ridha as. dar Iraq va Khurasan. Dalam Penelitian al-Quran dan Hadis, no 1, 1397 HS
  • Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar al-Jamiah li Durar Akhbar al-Aimmah al-Athar. Dar Ihya al-Turats al-Arabi, cet. 2, 1403 H
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali, al-Tauhid. Riset dan editor: Hasyim Husaini, Qom: Kantor Penerbit Islami berafiliasi dengan Jamiah Mudarrisin, Hawzah Ilmiah Qom, cet. 1, 1398 H
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali, Uyun Akbar al-Ridha. Riset dan editor: Mahdi Lajurdi, Teheran: Penerbit Jahan, cet. 1, 1378 HS
  • Thabarsi, Ahmad bin Ali, al-Ihtijaj ala Ahli al-Lujaj. Riset dan editor: Muhammad Baqir Khurasan, Masyhad: Pernerbit Murtadha, cet. 1, 1403 H