Lompat ke isi

Berburu Hewan Sesuai Syariat

Dari wikishia

Furu'uddin

Salat

Wajib: Salat JumatSalat IdSalat AyatSalat Mayit


Ibadah-ibadah lainnya
PuasaKhumusZakatHajiJihadAmar Makruf dan Nahi MungkarTawalliTabarri


Hukum-hukum bersuci
WudhuMandiTayammumNajasatMuthahhirat


Hukum-hukum Perdata
PengacaraWasiatGaransiJaminanWarisan


Hukum-hukum Keluarga
PerkawinanPerkawinan TemporerPoligamiTalakMaharMenyusuiJimakKenikmatanMahram


Hukum-hukum Yudisial
Putusan HakimBatasan-batasan hukumKisas


Hukum-hukum Ekonomi
Jual Beli (penjualan)SewaKreditRibaPinjaman


Hukum-hukum Lain
HijabSedekahNazarTaklidMakanan dan MinumanWakaf


Pranala Terkait
BalighFikihHukum-hukum SyariatBuku Panduan Fatwa-fatwaWajibHaramMustahabMubahMakruhDua Kalimat Syahadat

Berburu Hewan Sesuai Syariat adalah salah satu metode tadzkiyah (penyembelihan) hewan liar (di samping dzabihah dan nahr) yang diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat utamanya meliputi: Muslim-nya pemburu, Menyebut nama Allah saat menggunakan alat berburu, Menggunakan anjing pemburu atau senjata tajam yang dapat menyebabkan luka dan keluarnya darah.

Hewan ternak tidak dapat ditadzkiyah melalui metode ini. Para fukaha menetapkan hukum-hukum ini berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat.

Pengenalan

Perburuan syar'i merujuk pada metode khusus berburu hewan liar dengan alat dan kondisi tertentu[1] dan dianggap sebagai salah satu bentuk tadzkiyah.[2]

Perburuan syar'i dibahas dalam sumber-sumber fikih sebagai salah satu dari 12 hukum terkait hewan[3] dan dibahas dalam berbagai bab seperti perburuan dan penyembelihan.[4] Menurut pandangan fikih, hewan liar yang tidak memiliki pemilik termasuk mubah (boleh dimanfaatkan), dan memburunya memberikan hak kepemilikan.[5]

Para fukaha mendasarkan kebolehan perburuan pada ayat-ayat Surah Al-Maidah (Ayat 1, 2, 94, 95, dan 96),[6] berbagai riwayat,[7] serta klaim ijma' (konsensus ulama).[8]

Hukum Fikih

Perburuan syar'i khusus untuk hewan liar seperti rusa, kijang, burung pegar, dan kambing hutan.[9] Perburuan hewan ternak hanya diperbolehkan jika mereka telah kembali liar.[10]

Salah satu syarat perburuan adalah kemampuan hewan untuk melarikan diri. Oleh karena itu, memburu hewan yang terluka atau anak hewan yang tidak bisa melarikan diri adalah haram, dan dagingnya tidak halal dikonsumsi.[11]

Dalam fikih Islam, perburuan syar'i hanya diperbolehkan jika ada kebutuhan finansial.[12] Berburu untuk rekreasi dianggap haram karena memuaskan nafsu dan mengabaikan hak-hak hewan.[13] Di antara adab yang disunahkan adalah mengasah alat tadzkiyah.[14]

Perburuan hewan liar saat ihram menurut pendapat mayoritas ulama adalah haram dan statusnya sama dengan bangkai.[15]

Alat Perburuan

Dalam fikih Islam, alat untuk berburu hewan liar (alat shaid) terbagi menjadi dua jenis: pertama, Hewan pemburu (seperti anjing pemburu) dan kedua, benda (seperti senjata).[16]

Berburu dengan Anjing Pemburu

Berburu menggunakan anjing pemburu dianggap halal jika:

  • Anjing tersebut terlatih,[17]
  • Bertindak atas perintah pemiliknya,[18]
  • Membunuh mangsa hanya dengan gigitan (tanpa mencabik).[19]

Syarat tambahan:

  • Pemburu harus Muslim,[20]
  • Menyebut nama Allah saat melepas anjing,[21]
  • Jika hewan masih hidup, harus segera disembelih secara syar'i.[22]

Perbedaan Pendapat:

  • Berburu dengan hewan lain (seperti citah atau elang) masih diperselisihkan.[23]
  • Sebagian fukaha menganggapnya tidak halal.[24]

Berburu dengan Senjata

Berburu menggunakan senjata (seperti senapan, panah, atau tombak) diperbolehkan jika:

  • Senjata tersebut tajam atau melukai, menyebabkan luka dan kematian hewan.[25]
  • Pemburu berniat berburu, Muslim, dan menyebut nama Allah saat melepaskan senjata.[26]
  • Jika hewan masih hidup setelah terkena senjata, harus segera disembelih.[27]

Tidak sah hukumnya menggunakan alat yang tidak tajam (seperti batu atau jaring) dalam berburu menyebabkan daging buruan tidak halal dikonsumsi.[28]

Catatan Kaki

  1. Muhaqqiq Sabzawari, Kifayah al-Ahkam, 1423 H, jil. 2, hlm. 574; Sayfi Mazandarani, Dalil Tahrir al-Wasilah, 1415 H, hlm. 1; Thabathaba'i Haeri, Al-Syarh al-Shaghir fi Syarh Mukhtashar al-Nafi', 1409 H, jil. 3, hlm. 77; Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jil. 23, hlm. 5.
  2. Sayfi Mazandarani, Dalil Tahrir al-Wasilah, 1415 H, hlm. 1.
  3. Misyikini, Mushthalahat al-Fiqh, 1393 HS, hlm. 405.
  4. Syahid Tsani, Al-Raudhah al-Bahiyyah, 1410 H, jil. 7, hlm. 193; Muhaqqiq Sabzawari, Kifayah al-Ahkam, 1423 H, jil. 2, hlm. 574; Wahid Khurasani, Minhaj al-Shalihin, 1428 H, jil. 3, hlm. 370.
  5. Muhaqqiq Damad, Qawa'id al-Fiqh, 1406 H, jil. 1, hlm. 263.
  6. Qurasyi, Qamus Qur'an, 1412 H, jil. 4, hlm. 168.
  7. Sayfi Mazandarani, Dalil Tahrir al-Wasilah, 1415 H, hlm. 2-4.
  8. Muhaqqiq Sabzawari, Kifayah al-Ahkam, 1423 H, jil. 2, hlm. 574; Fadhil Miqdad, Al-Tanqih al-Ra'i' li Mukhtashar al-Syara'i', 1404 H, jil. 4, hlm. 3.
  9. Irawani, Durus Tamhidiyyah, 1427 H, jil. 3, hlm. 163.
  10. Tim Penulis, Majallah Fiqh Ahlulbait as, Qom: jil. 48, hlm. 174.
  11. Tim Penulis, Majallah Fiqh Ahlulbait as, Qom: jil. 48, hlm. 174.
  12. Tim Penulis, Majallah Fiqh Ahlulbait as, Qom: jil. 48, hlm. 173.
  13. Tim Penulis, Majallah Fiqh Ahlulbait as, Qom: jil. 48, hlm. 173.
  14. Tim Peneliti, Farhang Feqh Muthabiq Mazhab Ahlulbait as, 1426 H, jil. 1, hlm. 134.
  15. Mahmudi, Manasik Umrah Mufradah, 1429 H, hlm. 55-56.
  16. Imam Khomeini, Tahrir al-Wasilah, Qom: jil. 2, hlm. 135; Thabathaba'i Haeri, Al-Syarh al-Shaghir fi Syarh Mukhtashar al-Nafi', 1409 H, jil. 3, hlm. 77; Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jil. 23, hlm. 6; Fadhil Lankarani, Tafshil al-Syari'ah, 1424 H, hlm. 313.
  17. Syahid Tsani, Al-Raudhah al-Bahiyyah, 1410 H, jil. 7, hlm. 197; Muhaqqiq Sabzawari, Kifayah al-Ahkam, 1423 H, jil. 2, hlm. 577; Tim Penulis, Majalah Fikih Ahlulbait (a.s.), Qom: jil. 30, hlm. 277.
  18. Syahid Tsani, Al-Raudhah al-Bahiyyah, 1410 H, jil. 7, hlm. 202; Muhaqqiq Hilli, Syara'i' al-Islam, 1408 H, jil. 3, hlm. 155.
  19. Imam Khomeini, Tahrir al-Wasilah, Qom: jil. 2, hlm. 136; Irawani, Durus Tamhidiyyah, 1427 H, jil. 3, hlm. 143.
  20. Muhaqqiq Hilli, Syara'i' al-Islam, 1408 H, jil. 3, hlm. 155; Syahid Tsani, Al-Raudhah al-Bahiyyah, 1410 H, jil. 7, hlm. 201; Muhaqqiq Sabzawari, Kifayah al-Ahkam, 1423 H, jil. 2, hlm. 578.
  21. Muhaqqiq Hilli, Syara'i' al-Islam, 1408 H, jil. 3, hlm. 155; Imam Khomeini, Tahrir al-Wasilah, Qom: jil. 2, hlm. 136.
  22. Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jil. 23, hlm. 15; Fadhil Lankarani, Tafshil al-Syari'ah, 1424 H, hlm. 323.
  23. Tim Peneliti, Kamus Fikih sesuai Mazhab Ahlulbait (a.s.), 1426 H, jil. 1, hlm. 136.
  24. Imam Khomeini, Tahrir al-Wasilah, Qom: jil. 2, hlm. 135; Muhaqqiq Sabzawari, Kifayah al-Ahkam, 1423 H, jil. 2, hlm. 575; Thabathaba'i Haeri, Al-Syarh al-Shaghir fi Syarh Mukhtashar al-Nafi', 1409 H, jil. 3, hlm. 78.
  25. Syahid Tsani, Al-Raudhah al-Bahiyyah, 1410 H, jil. 7, hlm. 203.
  26. Syahid Tsani, Al-Raudhah al-Bahiyyah, 1410 H, jil. 7, hlm. 204-205.
  27. Muhaqqiq Hilli, Syara'i' al-Islam, 1408 H, jil. 3, hlm. 158; Syahid Tsani, Al-Raudhah al-Bahiyyah, 1410 H, jil. 7, hlm. 198; Tim Peneliti, Kamus Fikih sesuai Mazhab Ahlulbait (a.s.), 1426 H, jil. 1, hlm. 135-136.
  28. Fayyadh Kabuli, Risalah Taudhih al-Masa'il, 1426 H, hlm. 604.

Daftar Pustaka

  • Imam Khomeini, Sayid Ruhullah. Tahrir al-Wasilah. Qom: Muassasah Mathbu'at Dar al-Ilm, tanpa tahun.
  • Irawani, Baqir. Durus Tamhidiyyah Fi al-Fiqh al-Istidlali 'Ala al-Madzhab al-Ja'fari. Qom: Cetakan Kedua, 1427 H.
  • Sejumlah peneliti di bawah pengawasan Sayid Mahmud Hasyimi Syahrudi, Farhang Fiqh Mutabiq Madzhab Ahl al-Bayt as. Qom: Muassasah Dairat al-Ma'arif Fiqh Islami Bar Madzhab Ahl al-Bayt as, 1426 H.
  • Sejumlah penulis, Majallah Fiqh Ahl al-Bayt as (dalam bahasa Arab). Qom: Muassasah Dairat al-Ma'arif Fiqh Islami Bar Madzhab Ahl al-Bayt as, tanpa tahun.
  • Sabzawari, Sayid Abdul A'la. Muhadzdzab al-Ahkam. Qom: Muassasah al-Manar, Cetakan Keempat, 1413 H.
  • Syafi Mazandarani, Ali Akbar. Dalil Tahrir al-Wasilah - Ash-Sha'id Wa adz-Dzibahah. Qom: Daftar Intisyarat Islami Wabistah Il Jami'ah Mudarrisin Hawzah Ilmiyah Qom: 1415 H.
  • Syahid Tsani, Zainuddin bin Ali. Ar-Rawdah al-Bahiyyah Fi Syarh al-Lum'ah ad-Dimsyqiyyah (al-Muhshy - Kalantari). Qom: Kitabfurushi Davari, 1410 H.
  • Thabathabaii Ha'iri, Sayid Ali bin Muhammad. Asy-Syarh ash-Shaghir Fi Syarh Mukhtashar an-Nafi' - Hadiqah al-Mu'minin. Qom: Intisyarat Kitabkhane Ayatullah Mar'ashi Najafi, 1409 H.
  • Fadhil Lankrani, Muhammad. Tafshil asy-Syari'ah - al-Waqf, al-Wasiyyah, al-Ayman Wa an-Nudzur, al-Kaffarat, ash-Shaid. Qom: Markaz Fiqhi A'imah Athhar as, 1424 H.
  • Fadhil Miqdad, Miqdad bin Abdullah. At-Tanqih ar-Ra'i' Li Mukhtashar asy-Syara'i'. Qom: Intisyarat Kitabkhane Ayatullah Mar'ashi Najafi, 1404 H.
  • Fayyadh Kabuli, Muhammad Ishaq. Risalah Taudhih al-Masa'il. Qom: Intisyarat Majlisi, 1426 H.
  • Qanun Madani, Markaz Pazhuhish-haye Majlis Syura-yi Islami, Tanggal Kunjungan: 16 Bahman 1402 Sh.
  • Qarasyi, Sayid Ali Akbar. Qamus al-Quran. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Keenam, 1412 H.
  • Muhaqqiq Hilli, Ja'far bin Hasan. Syara'i' al-Islam Fi Masa'il al-Halal Wa al-Haram. Qom: Muassasah Isma'iliyan, Cetakan Kedua, 1408 H.
  • Muhaqqiq Damad, Sayid Musthafa. Qawa'id Fiqh. Teheran. Markaz Nashr Ulum Islami, Cetakan Keduabelas, 1406 H.
  • Muhaqqiq Sabzawari, Muhammad Baqir bin Muhammad Mu'min. Kifayah al-Ahkam. Qom: Daftar Intisyarat Islami Wabistah Il Jami'ah Mudarrisin Hawzah Ilmiyah Qom: 1423 H.
  • Mahmudi, Muhammad Riza, Manasik Umrah Mufradah (Muhshy), Qom: Nashr Mush'ar, 1429 H.
  • Misykini, Mirza Ali. Musthalahat al-Fiqh. Qom: Dar al-Hadith, 1393 Sh.
  • Wahid Khurasani, Husain. Minhaj ash-Shalihin. Qom: Madrasah Imam Baqir as, Cetakan Kelima, 1428 H.