Binatang Halal

Dari wikishia

Binatang Halal adalah binatang yang menurut fikih boleh dimakan dagingnya. Dari masing-masing tiga jenis binatang; darat, air dan burung, terdapat yang halal. Syarat kehalalan makan daging binatang halal adalah penyembelihan. Menurut fatwa fukaha, makan sebagian anggota badan binatang, yang sekalipun sudah disembelih adalah haram seperti limpa, alat kelamin binatang jantan dan dua buah zakar.

Menurut fatwa fukaha, di dalam salat tidak boleh menggunakan kulit binatang halal yang memiliki tekanan darah dan mati tanpa disembelih.

Definisi

Dalam kacamata fikih, binatang dibagi kepada binatang halal dan binatang haram.[1] Binatang halal ialah binatang yang boleh dimakan bagian-bagian anggota tubuhnya setelah disembelih.[2]

Di dalam buku-buku fikih hukum-hukum binatang halal dibahas pada bab-bab seperti thaharah,[3] salat, [4] memburu, [5] dan penyembelihan.[6]

Binatang-Binatang Halal

Berdasarkan fikih Syiah, diantara tiga jenis binatang darat, air dan burung, berikut ini adalah binatang-binatang halal:

  • Binatang darat: binatang empat kaki seperti kambing, biri-biri, sapi, unta, kijang, rusa, dan kambing gunung adalah halal.[7] Bagal dan keledai jinak juga binatang halal namun makruh dimakan dagingnya.[8]
  • Binatang laut: ikan yang bersisik dan udang adalah halal. Sementara binatang-binatang air lainnya termasuk dalam kategori binatang haram.[9]
  • Burung: burung-burung yang memiliki salah satu dari empat ciri berikut: tembolok, empedal, jalu dibelakang kaki dan banyak berkepak saat terbang adalah binatang halal,[10] seperti ayam piaran rumah, burung greja, ayam kalkun, merpati, itik, partridge, bulbul dan ayam unta.[11] Daging burung hudhud,[12]burung layang-layang juga halal, tapi makruh dimakan.[13]

Bagian-bagian Haram Dari Binatang Halal

Fukaha menfatwakan haram sebagian dari bagian binatang halal sekalipun sudah mengalami proses penyembelihan;[14]seperti darah, limpah, alat kelamin binatang jantan dan dua buah zakar.[15]

Hukum Menggunakan Kulit Dalam Salat

Sesuai fatwa fukaha, binatang halal yang memiliki tekanan darah dan mati tanpa disembelih maka najis hukumnya dan tidak boleh menggunakan kulitnya dalam salat. Tentu bila ada kulit dipasarkan di pasar orang muslim, maka dihukumi sudah disembelih dan tidak wajib bagi kita untuk menyelidiki.[16]

Pengawas Penyembelihan Binatang Halal

Di Iran dan beberapa negara Islam, untuk memastikan kehalalan daging-daging yang dikonsumsi maka para tenaga ahli dalam urusan penyembelihan dan pemburuan binatang yang disahkan oleh syariat melakukan pengawasan terhadap proses penyembelihan dan pemburuan binatang yang halal.[17] Di Iran, undang-undang pengawasan syar'i atas penyembelihan dan pemburuan disahkan di majlis MPR pada tahun 1387 S.[18]

Catatan kaki

  1. Muassasah Dairah al-Maarif Feqhe Farsi, Farhangge Feqh Mothabeqe Mazhabe Ahlebait, jld. 3, hlm. 407
  2. Muassasah Dairah al-Maarif Feqhe Farsi, Farhangge Feqh Mothabeqe Mazhabe Ahlebait, jld. 2, hlm. 426
  3. Lihat: Najafi, Jawahir al-Kalam, jld. 5, hlm. 287
  4. Lihat, Najafi, Jawahir al-Kalam, jld. 12, hlm. 236
  5. Lihat, Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, jld. 23, hlm. 29
  6. Lihat, Jawahir al-Kalam, jld. 8, hlm. 258
  7. Muassasah Dairah al-Maarif Feqh Farsi, Farhangge Feqh, jld 3, hlm. 408
  8. Imam Khomaini, Risalah Taudhih al-Masail, hlm. 555
  9. Muassasah Dairah al-Maarif Feqh Farsi, Farhangge Feqh Mothabeqe Mazhabe Ahlebait, jld. 3, hlm. 408
  10. Muassasah Dairah al-Maarif Feqh Farsi, Farhangge Feqh, jld. 2, hlm. 255 dan 256
  11. Imam Khomaini, Tahrir al-Wasilah, jld.3, hlm. 275-279
  12. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld. 36, hlm. 310
  13. Imam Khomaini, Tahrir al-Wasilah, jld. 3, hlm. 275
  14. Muassasah Dairah Feqhe Farsi, Farhangge Feqh Mothabeqe Mazhabe Ahlebait, jld.2, hlm. 255
  15. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.36, hlm. 352
  16. Bani Hasyimi Khomaini, Taudhih al-Masail Maraji', masalah 88
  17. Pelaksanaan undang-undang penyembelihan yang syar'i di 57 negara Islam, Situs Berita Hakime Mehr
  18. Undang-undang pengawasan syar'i atas penyembelihan dan pemburuan , Pusat Penelitian Majlis Syura Islami

Daftar Pustaka

  • Bani Hasyemi Khomeini, Muhammad Hasan. Taudhīh al-Masā'il Maraje'. No. 88. Site Portal Anhar. Diakses tanggal 13 Februari 2018.
  • Ejra-e Qanun-e Zebh-e Syar'i Dar 57 Kesywar-e Eslami. Site Hakime Mehr. Diakses tanggal 13 Februari 2018.
  • Khomeini, Ruhullah Musawi. Resale-e Taudhīh al-Masā'il. Riset Muslim Qalipur Gilani. Cet 1, 1426 H.
  • Khomeini, Ruhullah Musawi. Tahrīr al-Wasīlah. Penerjemah Ali Salami. Qom: Daftar-e Entesyarat-e Eslami Wabaste Be Jame'e-e Mudarrisin Hauze Ilmiyye-e Qom. Cet 21, 1425 H.
  • Muassese-e Dayirah al-Ma'arif Feqh-e Farsi. Farhangg-e Feqh Mutabeq-e Mazhab-e Ahl-e Beit (as). Qom: Muassese-e Dayirah al-Ma'arif al-Islami, 1387 HS/2009.
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawāhir al-Kalām Fī Syarh Syarā'i' al-Islām. Editor Abbas Quchani/Ali Akhundi. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi. Cet 7, 1401 H.
  • Qanun-e Nezarat-e Syar'i Bar Zebh Wa Sheid. Site Majlis.ir. Diakses tanggal 13 Februari 2018.
  • Sabzawari, Abdul Ali. Muhadzzab al-Ahkām Fī Bayān al-Halāl wa al-Harām. Qom: Dar at-Tafsir, 1413 H.