Pengguna anonim
Tahannuts: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Esmail Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 13: | Baris 13: | ||
}}}}</onlyinclude> | }}}}</onlyinclude> | ||
[[Berkas:غار حراء.jpg|thumbnail|200px|Gua Hira]] | [[Berkas:غار حراء.jpg|thumbnail|200px|Gua Hira]] | ||
'''Tahannuts''' adalah tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat [[Hijaz]] sebelum datangnya | '''Tahannuts''' adalah tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat [[Hijaz]] sebelum datangnya [[Islam]] di mana mereka selama berhari-hari dalam setiap tahunnya mengasingkan diri dari masyarakat untuk menempa nafs. Orang-orang yang melakukan tahannuts adalah [[Abdul Muththalib]] dan [[Nabi Muhammad saw]]. Tahannuts dikerjakan pada masa sebelum [[Bi'tsah]] dilakukan setiap tahun selama satu bulan di [[gua Hira]] untuk berkhalwat dan beribadah. | ||
==Definisi Tahannuts== | ==Definisi Tahannuts== | ||
Hints bermakna melanggar sumpah atau melakukan dosa. Namun ketika digunakan dalam bab | ''Hints'' bermakna melanggar sumpah atau melakukan dosa. Namun ketika digunakan dalam bab tafa'ul (tahannuts) bermakna menjauhkan dosa dan pada akhirnya tahannuts bermakna menjauhkan diri dari dosa. <ref>Zaryab, ''Sirah Rasulullah'', hlm. 102. </ref> Oleh sebab itu sebagian ahli bahasa memaknai tahannuts sebagai penghambaan <ref>Misalnya silahkan lihat: ''Bukhari Jamfi'', jld. 1, hlm. 3. </ref> atau kadang-kadang kata-kata ta'abbud dan nusk digunakan untuk mengganti makna tahannuts. <ref>Silahkan lihat: Ibnu Atsir, ''al-Kāmil'', jld. 2, hlm. 48; Dzahabi, ''Tārikh al-Islām'', hlm. 129. </ref> | ||
==Makna Tahannuts menurut Istilah== | ==Makna Tahannuts menurut Istilah== | ||
Baris 22: | Baris 22: | ||
==Tahannuts Nabi Muhammad saw== | ==Tahannuts Nabi Muhammad saw== | ||
Menurut sebuah hadis dari Imam Ali as, Nabi Muhammad saw memiliki kebiasaan untuk pergi ke gua Hira dan tinggal di sana untuk sementara waktu setiap tahun sebelum [[Bi'tsah]]. <ref>Silahkan lihat: Khutbah | Menurut sebuah hadis dari Imam Ali as, Nabi Muhammad saw memiliki kebiasaan untuk pergi ke gua Hira dan tinggal di sana untuk sementara waktu setiap tahun sebelum [[Bi'tsah]]. <ref>Silahkan lihat: Khutbah Qashi'ah, ''Nahj al-Balaghah'', hlm. 222. </ref> Sesuai dengan tradisi orang Quraisy, beliau tinggal di gua Hira selama satu bulan dalam setahun. Ketika berada di sana, Nabi memberi makanan kepada orang-orang miskin yang mengunjunginya. Kemudian beliau pergi ke Ka'bah dan melakukan thawaf sebanyak tujuh putaran atau lebih. Kemudian beliau pulang ke rumah. Beliau melakukan kebiasaan seperti ini hingga masa sebelum Bi'tsah. <ref>Ibnu Ishaq, ''Sirah Ibnu Ishaq'', hlm. 101; Silahkan lihat Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld. 1, hlm. 251-252; Thabari, ''Tarikh'', jld. 2, hlm. 300. </ref> | ||
Menurut sebuah hadits dari Aisyah, Nabi Muhammad saw lebih mencintai untuk melakukan khalwat dari pada aktivitas-aktivitas lainnya. Beliau pergi ke gua Hira selama beberapa hari. Kemudian beliau pergi ke rumah Hadijah as untuk mengambil makanan dan bekal dan kembali lagi ke gua Hira dan memperlama khalwatnya. Nabi Muhammad saw melakukan tindakan ini sampai Bi'tsah. <ref> Ibnu | Menurut sebuah hadits dari Aisyah, Nabi Muhammad saw lebih mencintai untuk melakukan khalwat dari pada aktivitas-aktivitas lainnya. Beliau pergi ke gua Hira selama beberapa hari. Kemudian beliau pergi ke rumah Hadijah as untuk mengambil makanan dan bekal dan kembali lagi ke gua Hira dan memperlama khalwatnya. Nabi Muhammad saw melakukan tindakan ini sampai Bi'tsah. <ref> Ibnu Sa'ad, ''Thabaqāt'', jld. 1, Bag 1, hlm. 129; Thabari, Tarikh, jld. 2, hlm. 298; ''Bukhari Jamfi'', Sahih, jld. 1, hlm. 3. </ref> | ||
Beberapa orang telah menyatukan kedua hadits dengan berkata bahwa Nabi Muhammad saw kembali ke rumah setelah beberapa malam dari Tahannuth untuk mengambil bekal dan kemudian kembali ke gua. Beliau datang dan pergi (bolak-balik) antara rumah dan gua selama satu bulan. <ref>Halabi, ''al-Sirah al-Halabiyyah'', jld. 1, hlm. 236. </ref> Riwayat-riwayat yang ada menunjukkan bahwa Nabi Muhamad saw pergi ke gua Hira sendirian, tanpa disertai orang lain <ref>Misalnya silahkan lihat: Ibnu | Beberapa orang telah menyatukan kedua hadits dengan berkata bahwa Nabi Muhammad saw kembali ke rumah setelah beberapa malam dari Tahannuth untuk mengambil bekal dan kemudian kembali ke gua. Beliau datang dan pergi (bolak-balik) antara rumah dan gua selama satu bulan. <ref>Halabi, ''al-Sirah al-Halabiyyah'', jld. 1, hlm. 236. </ref> Riwayat-riwayat yang ada menunjukkan bahwa Nabi Muhamad saw pergi ke gua Hira sendirian, tanpa disertai orang lain <ref>Misalnya silahkan lihat: Ibnu Sa'ad, ''Thabaqat'', jld. 1, Bag. 1, hlm. 129; Thabari, ''Tārikh Thabari'', jld. 2, hlm. 298, ''Bukhari Jamfi'', Sahih, jld. 1, hlm. 3; Ibnu Hazm, ''Jawāmi' al-Sirah'', hlm. 36. </ref>. | ||
Namun beberapa hadis <ref>Ibnu Hisaym, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld. 1, hlm. 252; Thabari, ''Tārikh Thabari'', jld. 2, hlm. 300; Maqrizi, | Namun beberapa hadis <ref>Ibnu Hisaym, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld. 1, hlm. 252; Thabari, ''Tārikh Thabari'', jld. 2, hlm. 300; Maqrizi, Amta' al-Asma', jld. 1, hlm. 12. </ref> menunjukkan bahwa Sayyidah Hadijah juga menemani Nabi ke gua Hira untuk membawakan air dan bekal <ref>Silahkan lihat: ''Nahj al-Balaghah'', Khutbah Qashi'iyyah, hlm. 222. </ref>. Dari perkataan Imam Ali as menunjukkan bahwa Imam Ali as tidak melihat orang lain selain Nabi yang melakukan tahannuts dan di sana wahyu turun. <ref>Majlisi, ''Bihār al-Anwār'', jil 39, hlm. 327-328. </ref> | ||
==Setelah Islam== | ==Setelah Islam== | ||
Nabi Muhammad saw pada masa | Nabi Muhammad saw pada masa bi'tsah tidak lagi melakukan tahannuts yang menurut beberapa orang bertujuan untuk menjauhkan diri dari masyarakat [[jahiliyyah]]. <ref>Azhari, ''Tahdzib al-Lughah'', jld.4, hlm. 481. </ref> Setelah [[hijrah]] pada setiap tahun selama puluhan tahun, Nabi Muhammad saw pada [[bulan Ramadhan]] melakukan iktikaf di masjid Nabawi. <ref>Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 4, hlm. 175; Bukhari Jamfi, ''Sahih'', jld. 2, hlm. 255-256; Ramyar, Tārikh Qur'an, hlm. 36-37. </ref> | ||
==Latar Belakang Tahannuts== | ==Latar Belakang Tahannuts== | ||
Beberapa hadits menjelaskan bahwa sebelum kedatangan Islam, Tahannuts dikenal di antara orang-orang Quraisy. Menurut beberapa catatan sejarah, beberapa orang Quraisy telah melakukan Tahannuts di gua Hira selama bulan Ramadhan. Mereka pergi ke gua Hira pada bulan Ramadhan dan tinggal di sana selama sebulan dan memberi makanan orang miskin yang pergi ke sana. Pada akhir bulan, mereka pergi ke Masjid al-Haram, dan thawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh putaran kemudian kembali ke rumah. <ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 1, hlm. 105; Silahkan lihat: Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld.1, hlm. 251. </ref> Mengingat bahwa gua Hira berukuran kecil, maka hanya sedikit orang Quraisy yang melakukan Tahnannuts di sana. Kemungkinan besar, yang melakukan tahannuts adalah [[hunafa]] <ref> | Beberapa hadits menjelaskan bahwa sebelum kedatangan Islam, Tahannuts dikenal di antara orang-orang Quraisy. Menurut beberapa catatan sejarah, beberapa orang Quraisy telah melakukan Tahannuts di gua Hira selama bulan Ramadhan. Mereka pergi ke gua Hira pada bulan Ramadhan dan tinggal di sana selama sebulan dan memberi makanan orang miskin yang pergi ke sana. Pada akhir bulan, mereka pergi ke Masjid al-Haram, dan thawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh putaran kemudian kembali ke rumah. <ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 1, hlm. 105; Silahkan lihat: Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld.1, hlm. 251. </ref> Mengingat bahwa gua Hira berukuran kecil, maka hanya sedikit orang Quraisy yang melakukan Tahnannuts di sana. Kemungkinan besar, yang melakukan tahannuts adalah [[hunafa]] <ref>Ja'fariyan, ''Sirah Rasulullah saw'', hlm. 157. </ref> | ||
Menurut Baladzuri, [[Abdul Muththalib]], kakek Nabi Muhammad saw yang memulai kebiasaan ini diantara kaum Quraisy. <ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 1, hlm. 84. </ref> Namun Ibnu Hasyim menilai bahwa tahannuts adalah kebiasaan yang dilakukan untuk melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh hunafi. Menurutnya <ref>Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld.1 , hlm. 251. </ref> tahannuts merupakan perubahan tahannuf dari ts menjadi f dan tahannuf dalam bahasa Arab bermakna kebenaran dan tahannuts. <ref> Silahkan lihat Jauhari: ''al-Shihah'', jld.1, hlm. 280; Ibnu Sayyidah al-Muhkam, jld. 3, hlm. 223. </ref> | Menurut Baladzuri, [[Abdul Muththalib]], kakek Nabi Muhammad saw yang memulai kebiasaan ini diantara kaum Quraisy. <ref>Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 1, hlm. 84. </ref> Namun Ibnu Hasyim menilai bahwa tahannuts adalah kebiasaan yang dilakukan untuk melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh hunafi. Menurutnya <ref>Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld.1 , hlm. 251. </ref> tahannuts merupakan perubahan tahannuf dari ts menjadi f dan tahannuf dalam bahasa Arab bermakna kebenaran dan tahannuts. <ref> Silahkan lihat Jauhari: ''al-Shihah'', jld.1, hlm. 280; Ibnu Sayyidah al-Muhkam, jld. 3, hlm. 223. </ref> | ||
Menurut beberapa hadits, Abdul Muttalib melakukan Tahannuts untuk pertama kalinya di gua Hira pada bulan Ramadhan. Selama bulan Ramadhan, dia pergi ke gua Hira dan memberi makanan kepada orang miskin. Setelah itu, orang-orang lainnya, seperti Waraqah bin Naufal dan Abu Umayyah bin Mughairah juga melakukan tahannuts seperti yang dikerjakan oleh Abdul Muththalib dan tinggal di gua Hira sampai akhir bulan Ramadhan. Boleh jadi mereka tidak melakukan tahannuts di satu tempat seperti di gua Hira, tetapi mereka mengasingkan diri dari masyarakat di bulan Ramadhan. Tindakan ini merupakan tanda penghormatan untuk bulan Ramadhan dan mungkin saja kebiasaan ini telah ada pada masa sebelum-sebelumnya. <ref>Ramyar, ''Tārikh | Menurut beberapa hadits, Abdul Muttalib melakukan Tahannuts untuk pertama kalinya di gua Hira pada bulan Ramadhan. Selama bulan Ramadhan, dia pergi ke gua Hira dan memberi makanan kepada orang miskin. Setelah itu, orang-orang lainnya, seperti Waraqah bin Naufal dan Abu Umayyah bin Mughairah juga melakukan tahannuts seperti yang dikerjakan oleh Abdul Muththalib dan tinggal di gua Hira sampai akhir bulan Ramadhan. Boleh jadi mereka tidak melakukan tahannuts di satu tempat seperti di gua Hira, tetapi mereka mengasingkan diri dari masyarakat di bulan Ramadhan. Tindakan ini merupakan tanda penghormatan untuk bulan Ramadhan dan mungkin saja kebiasaan ini telah ada pada masa sebelum-sebelumnya. <ref>Ramyar, ''Tārikh Qur'ān'', hlm. 37. </ref> | ||
Pada masa menjelang datangnya Islam, beberapa orang dari suku Quraisy yang dikenal sebagai Hunafa (bentuk plural dari hanif) berupaya untuk menarik diri dari beberapa kebiasaan buruk yang terjadi di suku mereka, seperti penyembahan berhala, memakan binatang yang mati, minum darah, dan mengorbankan manusia untuk berhala. Salah satunya adalah Zaid bin Amr bin Nufail yang mengkritik kaum musyrik. Untuk gangguan dari pamannya sendiri, Khithab bin Nufail, ia berlindung ke gua. <ref>Ibnu Ishaq, ''Sirah Ibnu Ishaq'', hlm. | Pada masa menjelang datangnya Islam, beberapa orang dari suku Quraisy yang dikenal sebagai Hunafa (bentuk plural dari hanif) berupaya untuk menarik diri dari beberapa kebiasaan buruk yang terjadi di suku mereka, seperti penyembahan berhala, memakan binatang yang mati, minum darah, dan mengorbankan manusia untuk berhala. Salah satunya adalah Zaid bin Amr bin Nufail yang mengkritik kaum musyrik. Untuk gangguan dari pamannya sendiri, Khithab bin Nufail, ia berlindung ke gua. <ref>Ibnu Ishaq, ''Sirah Ibnu Ishaq'', hlm. 97' Ibnu Hisaym, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld. 1, hlm. 337-240, 244-247; Zaryab, Sirah Rasulullah, hlm. 79-81. </ref> Meskipun demikian, dikatakan bahwa tahannuts dilakukan bukan karena mengikuti kebiasaan kaum Quraisy atau kebiasaan Hunafa. | ||
Beberapa orientalis berpendapat bahwa Tahannuts berasal dari bahasa Ibrani: "Tihinnut" atau "Tihinnuf" yang berarti ibadah individu. Mereka membantah ada hubungan antara "Tahannut" dan "Tahannuf" dan meragukan apakah itu kebiasaan umum yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy sebelum munculnya Islam. <ref>Untuk lebih detailnya silahkan lihat kritik atas pendapat ini dengan melihat: Qasthar, hlm. 228-231. </ref> Namun menurut sebagian penulis, tahanuts telah menjadi kebiasaan yang umum dilakukan oleh masyarakat Quraisy. <ref>Ibnu Hazm, ''Qasthar'', hlm. 230-236. </ref> Bahkan menurut sebagian penulis, tahannuts yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw merupakan kebiasaan yang tidak terjadi pada masa-masa sebelumnya dan tidak mengikuti kebiasaan siapapun. <ref>Ibnu Hazm, '' | Beberapa orientalis berpendapat bahwa Tahannuts berasal dari bahasa Ibrani: "Tihinnut" atau "Tihinnuf" yang berarti ibadah individu. Mereka membantah ada hubungan antara "Tahannut" dan "Tahannuf" dan meragukan apakah itu kebiasaan umum yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy sebelum munculnya Islam. <ref>Untuk lebih detailnya silahkan lihat kritik atas pendapat ini dengan melihat: Qasthar, hlm. 228-231. </ref> Namun menurut sebagian penulis, tahanuts telah menjadi kebiasaan yang umum dilakukan oleh masyarakat Quraisy. <ref>Ibnu Hazm, ''Qasthar'', hlm. 230-236. </ref> Bahkan menurut sebagian penulis, tahannuts yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw merupakan kebiasaan yang tidak terjadi pada masa-masa sebelumnya dan tidak mengikuti kebiasaan siapapun. <ref>Ibnu Hazm, ''Jawāmi' al-Sirah'', hlm. 36.</ref> Oleh itu tidak bisa dikatakan bahwa tahannuts diambil dari bahasa Ibrani. | ||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== |