Lailatul Qadar

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Lailatul Qadr)
Doa, Munajat dan Ziarah

Malam Qadar atau Lailatul Qadar (bahasa Arab:لَیلَةُ القَدر) adalah malam diturunkannya Al-Qur'an dan malam ditakdirkannya segala urusan dalam setahun mendatang bagi umat manusia. Al-Qur'an mengisyaratkan tentang Lailatul Qadar dalam dua surah yaitu surah Al-Qadr dan Al-Dukhan.

Berdasarkan Al-Qur'an dan beberapa riwayat diyakini bahwa nilai malam Lailatul Qadar lebih utama dari seribu bulan. Malam ini adalah malam yang paling utama dalam setiap tahunnya dan malam turunnya rahmat Ilahi, malam pengampunan dosa-dosa, di malam ini juga, para malaikat berdatangan ke bumi, dan menurut sebagian besar dari hadis-hadis Syiah, takdir dan ketentuan bagi hamba di tahun mendatang telah diperlihatkan kepada Imam as.

Waktu datangnya Lailatul Qadar tidak bisa ketahui secara jelas. Namun berdasarkan dari banyak riwayat, Malam Qadar terjadi pada bulan Ramadan, dan kemungkinan besar berada pada salah satu malam dari malam-malam: 19, 21 dan 23 di bulan ini. Muslim Syiah meyakini bahwa kemungkinan besar Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan, sementara Ahlusunah lebih menganggap jatuh pada malam 27 Ramadan.

Muslim Syiah pada malam-malam ini, dengan mengambil contoh dari para maksum as, sibuk menghidupkan Lailatul Qadar dengan membaca Al-Qur'an, berdoa, dan melakukan amalan-amalan lainnya yang berkaitan dengan malam ini. Peristiwa pemukulan kepala suci Imam Ali as dengan pedang musuh dan kesyhahidannya pada malam-malam ini, semakin menambah pentingnya Lailatul Qadar di kalangan muslim Syiah dan tradisi duka cita untuk Imam mulia as ini dilakukan bersamaan dengan amalan ibadah Lailatul Qadar.

Penamaan

"Qadar" adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang bermakna ukuran, takdir dan nasib. [1] Adapun terkait dengan mengapa malam ini dinamakan dengan malam Qadar terdapat beberapa alasan:

  • Sebagian berkata seperti Allamah Thabathabai: Karena pada malam ini takaran dan ukuran para hamba tentang hal-hal yang akan terjadi selama setahun akan ditentukan, maka malam ini dinamakan Malam Qadar.[2] Ayatullah Makarim Syirazi melihat bahwa pendapat tersebut lebih baik dan sesuai dengan riwayat yang makruf.
  • Sekelompok orang meyakini jika seseorang menghidupkan malam ini, dia akan memiliki kadar kemuliaan dan kedudukan (di sisi Allah swt). [3]
  • Sekelompok lainnya juga meyakini bahwa: Alasan penamaan Qadar adalah kemuliaan dan kadar tingginya nilai dari malam ini.[4]

Lailatul Qadar juga disebut dengan nama-nama seperti "Lailatul Azhamah" (malam yang sangat agung) dan "Lailatus Syaraf" (malam yang sangat mulia)[5]

Urgensitas dan Keutamaan

Dalam budaya Islam, Lailatul Qadar merupakan paling agung dan paling pentingnya malam di setiap tahunnya.[6] Berdasarkan sebuah riwayat dari Rasulullah saw, Lailatul Qadar merupakan karunia dan anugerah dari Allah swt kepada umat Islam yang mana anugerah dan karunia ini tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.[7] Dalam Al-Qur'an Al-karim, terdapat sebuah surah yang lengkap yang secara khusus menyifati dan menyanjung malam Qadar yang disebut dengan nama ini (surah Al-Qadr).[8] Dalam surah ini, nilai Lailatul Qadar diyakini lebih baik dari seribu bulan. [9] Ayat pertama sampai ayat keenam surah Ad-Dukhan juga menjelaskan tentang urgensitas dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di malam Qadar.[10]

Dimuat dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq as bahwa sebaik-baiknya bulan, adalah bulan Ramadan dan jantung bulan Ramadan adalah malam Lailatul Qadar. [11] juga dinukil dari Nabi Muhammad saw bahwa malam Qadar adalah penghulu malam-malam.[12] Berdasarkan sumber riwayat fikih, hari-hari Qadar juga memiliki kedudukan yang sama sebagaimana malam-malamnya sangat dihormati dan diutamakan. [13]

Dalam sebagian riwayat dimuat bahwa Fatimah sa adalah rahasia malam Lailatul Qadar [14] dan siapa saja yang mengenal kedudukan Fatimah sa, maka dia mendapatkan malam Lailatul Qadar.[15] Terjadinya sebagian peristiwa seperti syahadah Imam Ali as pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, menambah nilai urgensitas malam-malam ini di kalangan muslim Syiah dan mereka pada malam-malam ini selain menjalankan amalan-amalan mustahab khusus, mereka juga berkabung dan mengadakan acara duka atas musibah yang terjadi terhadap Imam Ali as.[16]

Turunnya Al-Qur'an

Ayat pertama surah Al-Qadr dan ayat ketiga surah Ad-Dukhan, menjelaskan diturunkannya Al-Qur'an pada Lailatul Qadar. [17] Muhammad Abduh meyakini bahwa dimulainya penurunan Al-Qur'an secara berangsur-angsur pada bulan Ramadan; [18]Namun kebanyakan para mufassir meyakini bahwa Al-Qur'an diturunkan sekaligus pada malam ini dari Lauh Mahfuz ke Baitul Makmur atau ke hati suci Nabi saw, yang mana hal ini disebut dengan Nuzul Daf'i (turun Al-Qur'an sekaligus) atau Nuzul Ijmali Quran (turun Al-Qur'an secara umum).[19]

Takdir Segala Urusan

Imam Baqir as dalam menjelaskan ayat keempat surah Ad-Dukhan berkata: Di setiap tahun pada malam ini, takdir setiap manusia ditulis untuk setahun mendatang.[20] Berdasarkan hal ini dalam sebagian riwayat diyakini bahwa malam Qadar sebagai awal tahun.[21]

Allamah Thabathabai berkata: "Maksud dari Qadar adalah takdir dan ukuran. Dan pada malam ini Allah Swt telah menentukan urusan-urusan seperti hidup, mati, rezeki, kebahagiaan dan kesengsaraan seluruh manusia."[22] Menurut sebagian riwayat, wilayah dan otoritas Imam Ali as dan seluruh Ahlulbait as juga pada malam ini ditentukan dan disahkan. [23]

Pengampunan Dosa

Menurut sumber-sumber Islam, Malam Qadar adalah malam khusus yang penuh dengan rahmat Ilahi, dan malam pengampunan dosa-dosa, begitu juga tangan-tangan setan dan kaki-kakinya pada malam ini dibelenggu, serta pintu-pintu surga dibuka bagi kaum muslim.[24] ِِDiriwayatkan dari Rasulullah saw: "Setiap orang yang menghidupkan malam Qadar dan dia beriman serta meyakini hari pembalasan, seluruh dosa-dosanya akan diampuni".[25]

Turunnya Para Malaikat

Berdasarkan ayat-ayat dalam surah Al-Qadar, para malaikat dan ruh turun ke permukaan bumi pada malam Qadar,[26] dan sesuai dengan sebagian hadis, mereka pergi ke hadapan Imam as untuk menyampaikan takdir, keputusan setahun mendatang, dan apa saja yang telah ditakdirkan mereka sampaikan kepadanya. [27]

Imam Baqir as berkaitan dengan hal ini berkata: Pada malam ini, para malaikat bertawaf mengelilingi kami, dan karena itulah kami mengetahui bahwa Malam Qadar sudah tiba.[28]

Dalam riwayat-riwayat Syiah telah dipesankan bahwa permasalahan Malam Qadar hendaklah mereka gunakan sebagai dalil dan bukti keharusan adanya Imamah dan dalil kebenaran Syiah; karena dalil tersebut menunjukkan bahwa setiap masa dan periode diharuskan akan keberadaan Imam maksum as sehingga para malaikat menyampaikan dan memperlihatkan takdir dan ketentuan Allah kepadanya.[29]

Zaman dan Masa

Mengenai kapan malam Qadar datang dari seluruh malam-malam di setiap tahunnya, terdapat berbagai pandangan yang berbeda.

Peringatan Lailatul Qadar di Haram Imam Ridha Masyhad

Pandangan Syiah

Para mufassir Syiah, dengan bersandar pada ayat-ayat surah Al-Qadr berkeyakinan bahwa Lailatul Qadar tidak dikhususkan pada malam diturunkannya Al-Qur'an di zaman Rasulullah saw, akan tetapi akan berulang di setiap tahunnya. Banyak juga riwayat yang menegaskan hal ini, bahkan menurut sebagian pendapat riwayat mengenai malam Lailatul Qadar yang terjadi setiap tahunnya mencapai batas mutawatir.[30]

Namun, walaupun demikian, tetap belum bisa diketahui kapan munculnya malam Qadar, karena tidak ada ayat atau riwayat yang menjelaskan secara jelas kapan dan pada malam ke berapa terjadinya Lailatul Qadar. Namun banyak riwayat secara umum yang menegaskan bahwa malam Qadar terjadi di bulan Ramadhan.

Dalam riwayat-riwayat Syiah disebutkan anjuran tegas untuk menghidupkan tiga malam, yakni malam 19, 21 atau 23 bulan Ramadhan dan dari tiga malam ini juga lebih diutamakan untuk lebih memperhatikan malam ke-23 dibandingkan dengan malam-malam lainnya.[31] Dan menurut riwayat lainnya, pada malam ke-19, segala takdir ditulis dan pada malam ke-21 di-ibram (penegasan dan akan hal-hal yang telah ditakdirkan) dan pengesahan terjadi pada malam ke-23. [32] malam ke-27 Ramadhan dan malam pertengahan Sya'ban juga adalah dua kemungkinan lain akan terjadinya malam Lailatul Qadar.

Pandangan Ahlusunah

Kebanyakan Ahlusunah dengan bersandarkan pada hadis nabawi berpandangan bahwa malam Qadar adalah satu malam dari malam-malam kesepuluh terakhir bulan Ramadan dan kemungkinan terbesar menurut mereka Lailatul Qadar terjadi pada malam ke 27 dibandingkan dengan malam-malam lainnya, oleh karena itu, pada malam ini mereka sibuk berdoa dan menghidupkan malam tersebut hingga Subuh karena beribadah.[33]

Sebagian ulama Ahlusunah lainnya juga berpandangan bahwa Lailatul Qadar hanya ada dan terjadi hanya pada masa hidup Nabi Muhammad saw yang akan terulang di setiap tahunnya, namun sepeninggal Nabi saw, Lailatul Qadar tidak ada lagi .[34]

Menurut sebagian ulama lainnya, Lailatul Qadar kapan saja bisa terjadi selama setahun dan malam-malamnya tidak ditentukan. [35] Sebagian lainnya lagi meyakini bahwa Lailatu Qadar pernah terjadi pada tahun Bi'tsah, pada bulan Ramadan, namun pada tahun-tahun yang lainnya mungkin saja terjadi pada bulan-bulan lainnya. [36]

Perbedaan Ufuk dan Penentuan Malam Qadar

Malam Lailatul Qadar hanya terjadi pada satu malam dari malam-malam yang ada di setiap tahunnya [37] Adapun perbedaan ufuk negara-negara (seperti ufuq Iran dan Arab Saudi) hal ini akan menyebabkan perbedaan zaman dan waktu dimulainya bulan Ramadan di pelbagai kawasan, oleh sebab itu mau tidak mau akan terjadi perbedaan waktu malam-malam 19, 21 dan 23 bulan Ramadan juga.[38]

Para Fukaha mengenai masalah perbedaan ini berkata: Perbedaan ufuk setiap negara tidak menunjukkan berbilangnya malam Lailatul Qadar, karena itu masyarakat di setiap belahan dunia harus menentukan satu waktu untuk malam Qadar dan waktu-waktu lainnya seperti Idul Fitri atau Idul Adha sesuai dengan ufuk mereka.[39]

Menurut pandangan Ayatullah Makarim, malam adalah bayangan setengah dari bulatan bumi atas setengahnya yang lain dan bayangan ini bersamaan dengan putaran bumi yang selalu bergerak dengan putaran sempurnanya sepanjang 24 jam.[40] Oleh karena itu, mungkin saja malam Lailatul Qadar merupakan putaran sempurna dari gerakan alami bumi untuk dirinya sendiri; yaitu waktu 24 jam kegelapan yang akan menutupi seluruh titik bumi. Dengan demikian, malam Lailatul Qadar akan dimulai dari satu kawasan dan akan terus berlanjut sampai 24 jam, sehingga seluruh putaran bumi akan mendapatkan Lailatul Qadar.[41]

Sirah Perjalanan Para Maksum

Dikatakan dalam sebuah hadis dari Imam Ali as bahwa Nabi saw di malam kesepuluh terakhir bulan Ramadhan, beliau saw melipat kasurnya dan pergi ke masjid untuk beriktikaf dengan keadaan masjid Madinah tak beratap kala itu, bahkan di cuaca hujanpun Nabi saw tidak meninggalkan masjid.[42] Begitu juga dinukil bahwa Nabi saw pada malam-malam Lailatu Qadar terjaga dan juga memercikkan air ke muka orang yang tertidur.[43]

Fatimah sa dalam melewati malam-malam Qadar selalu beribadah sampai subuh, dan membawa anak-anaknya serta keluarganya untuk terjaga dan melakukan ibadah. Adapun waktu tidur, mereka gantikan dengan cara tidur di siang hari dan sedikit makan. [44] Para Imam Maksum di malam-malam Qadar, senantiasa hadir di masjid dan tidak meninggalkan untuk menghidupkan malam-malam tersebut.[45]

Menurut sebuah riwayat, di salah satu malam Qadar Imam Shadiq as dalam keadaan sakit yang cukup parah, namun dengan keadaan seperti itu beliau tetap memaksa kepada keluarganya untuk membawanya ke masjid supaya beribadah di sana. [46]

Amalan-Amalan Lailatul Qadar

Amalan-amalan Lailatul Qadar ada dua jenis:

  • Amalan-amalan yang dilaksanakan selama tiga malam dan disebut dengan amalan umum. [47]
  • Amalan-amalan khusus setiap salah satu dari malam-malam Qadar: malam ke-19, 21 dan 23.[48]
Amalan-Amalan Lailatul Qadr
Amalan-Amalan Umum
  • Mandi
  • Dua rakaat salat, di setiap rakaatnya membaca Al-Fatihah dan tujuh kali Al-Ikhlash atau surah At-Tauhid dan setelah salat beristighfar اَسْتَغْفِرُ اللّهَ وَاَتُوبُ اِلَیهِ sebanyak 70 kali.
  • Menghidupkan malam-malam ini dengan beribadah dan tidak tidur
  • Salat 100 rakaat (di setiap dua rakaat satu salam)
  • Membaca doa «اَللهمَّ اِنّی اَمسیتُ لَك عَبداً» sampai akhir...
  • Membaca doa Jausyan Kabir
  • Membaca doa Ziarah Imam Husain as
  • Menaruh Alquran di atas kepala dan bersumpah dengan 14 Maksum.
Malam ke-19
  • Berzikir «اَستَغفِرُاللهَ رَبّی و اَتوبُ اِلیهِ» seratus kali
  • Berzikir «اَلّلهُمَّ العَن قَتَلَةَ اَمیرِالمُؤمِنینَ» seratus kali
  • Berdoa: «اَللّهُمَّ اْجْعَلْ فیما تَقْضی وَتُقَدِّرُ مِنَ الاَْمْرِ الْمَحْتُومِ» sampai akhir...
Malam ke-21
  • Membaca doa-doa yang berkaitan dengan sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.
  • Membaca doa: یا مُولِجَ اللَّیلِ فِی النَّهارِ sampai akhir
Malam ke-23
  • Membaca doa-doa yang berkaitan dengan sepuluh hari terakhir bulan Ramadan..
  • Membaca beberapa Surah Al-Ankabut, Ar-Rum dan Ad-dukhan
  • Membaca seribu kali Surah Al-Qadr
  • Membaca doa-doa Jausyan Kabir, Makarimul Akhlaq dan Al-Iftitah
  • Mandi dipermulaan Malam dan mandi di akhirnya
  • Membaca doa: اَللَّهُمَّ امْدُدْ لِی فِی عُمُرِی وَ أَوْسِعْ لِی فِی رِزْقِی sampai akhir...
  • Membaca: اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِیمَا تَقْضِی وَ فِیمَا تُقَدِّرُ مِنَ الْأَمْرِ الْمَحْتُومِ sampai akhir...
  • Membaca doa: یا بَاطِنا فِی ظُهُورِهِ وَ یا ظَاهِرا فِی بُطُونِهِ sampai akhir...
  • Membaca doa keselamatan Imam Zaman as.


Tradisi di Malam-Malam Qadar

Muslim Syiah setiap tahunnya menyelenggarakan tradisi dan amalan-amalan Lailatul Qadar di masjid-masjid, lembaga-lembaga, haram, husainiyah-husainiyah dan rumah-rumah mereka. Sejak pertengahan malam hingga menjelang subuh atau sahur mereka menghidupkannya dengan beribadah dan tidak tidur. [49]

Mereka mengadakan majelis-majelis ceramah agama bagi para alim dan ulama, mendirikan salat berjamaah, membaca doa Iftitah, Abu Hamzah Tsumali, Jausyan Kabir, dan membaca doa dengan menaruh Al-Qur'an di atas kepala, lalu para pendoa bersumpah kepada Allah Swt melalui kebenaran Al-Qur'an, Nabi saw, Sayidah Zahra sa dan kedua belas Imam supaya dosa-dosa mereka diampuni dan dibebaskan dari api neraka secara bersama-sama. Hal-hal ini juga termasuk beberapa amalan-amalan penting yang dilakukan pada malam-malam Lailatul Qadar secara umum. [50]

Memberi makanan untuk berbuka puasa, memberikan hidangan sahur, menunaikan nazar dan memberikan hadiah atas nama orang-orang yang sudah meninggal, serta memberi makan kepada para fakir dan membebaskan para tawanan penjara juga merupakan tradisi sampingan pada malam ini. [51]

Dikarenakan syahadah Imam Ali as terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan muslim Syiah pada malam-malam ini juga sibuk berduka cita atasnya. [52]

Catatan Kaki

  1. Syakir, Syabi Bartar az Hezar Mah (Satu malam lebih utama daripada seribu bulan), hlm. 48; Qarisyi, Qamus Quran, jld. 5, hlm. 22-227.
  2. Thabathabi, Tafsir al-Mizan, jld.20, hlm.561.
  3. Qadamyari, Syabe Qadar dar Ghazaliyate Hafez (Malam Qadar dalam Syair Hafiz), hlm.180.
  4. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld.27, hlm.188.
  5. Majidi Khameneh, Syabhaye Qadar dar Iran (Malam-malam Qadar di Iran), hlm. 1.
  6. Turbati, Hamrah ba Ma'shuman dar Syabe Qadar (Bersama maksumin as di malam Qadar), hlm. 33.
  7. Makarim Syirazi, Nasir, Tafsir Nemuneh, jld. 27, hlm. 190.
  8. Makarim Syirazi, Nasir, Tafsir Nemuneh, hlm. 178.
  9. QS. Al-Qadar, ayat: 2.
  10. QS. Ad-Dukhan, ayat: 1-6.
  11. Huwaizi, Tafsir Nur al-Tsaqalian, jld.5, hlm. 918.
  12. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.4, hlm. 54.
  13. Syaikh Thusi, al-Tahdzib, jld. 4, hlm. 331, hadis. 101.
  14. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.25, hlm. 97, dinukil dari Abidin Zadeh, Imam wa Syabe Qadar, hlm.64.
  15. Hasan Zadeh, Mumiddu al-Himam, dinukil dari Mathlabi dan Shadiqi, Syabe Qadar dar Negahe Mufasiran, hlm.23.
  16. Majidi Khameneh, Syabhaye Qadar dar Iran, hlm. 19.
  17. Syakir, Syabi Bartar az Hezar Mah, hlm. 50.
  18. Anshari, Nuzuli Ijmali Quran, hlm. 227.
  19. Makarim Syirazi, Nasir, Tafsir Nemuneh, hlm. 182.
  20. Sayid Radhi, Bazkhani Fadhail Syabe Qadar (Membaca kembali keutamaan-keutamaan malam Qadar), hlm. 91.
  21. Abidin Zadeh, Emtiyazat wa Adabe Syabe Qadar (Kelebihan-kelebihan dan adab-adab malam Qadar), hlm. 85.
  22. Thabathabai, Tafsir al-Mizan, jld.20, hlm. 561.
  23. Shaduq, Ma'ani al-Akhbar, hlm. 315, dinukil dari Sayid Radhi, Bazkhani Fadhail Syabe Qadar, hlm. 91.
  24. Sayid Radhi, Bazkhani Fadhail Syabe Qadar, hlm. 94.
  25. Kasyani, Tafsir Manhaj al-Shadiqin, jld.10, hlm. 308.
  26. QS. Al-Qadar, ayat: 4.
  27. Wafa, Syabe Qadar dalam pandangan Al-Qur'an, hlm. 87.
  28. Wafa, Syabe Qadar dalam pandangan Al-Qur'an, hlm. 87.
  29. Abidin Zadeh, Imam wa Syabe Qadar, hlm.62.
  30. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld.27, hlm.190.
  31. اتفق مشایخنا [فی لیلة القدر] علی انها اللیلة الثالثة و العشرون من شهر رمضان. Shaduq, al-Khisal, hlm.519.
  32. Kulaini, Ushul Kāfi, jld. 2, hlm. 772.
  33. Thabathabai, Tafsir al-Mizan, jld.20, hlm. 566.
  34. Al-Qasimi, Tafsir al-Qasimi, jld.17, hlm. 217.
  35. Ibnu Al-Miftah, Abdullah, Syarh al-Azhar, jld. 1, hlm. 57.
  36. Thabathabai, Tafsir al-Mizan, jld.20, hlm. 566.
  37. QS. Al-Qadar, ayat: 1 ; Syaikh Thusi, al-Tahdzib, jld. 3, hlm. 85.
  38. Mukhtari dan Shadiqi, Ridha dan Muhsin, Ru'yate Hilal, jld. 4, hlm. 2972.
  39. Makarim Syirazi, Istiftaat Jadid, jld.3, hlm.103.
  40. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, hlm.192.
  41. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, hlm.192.
  42. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.95, hlm. 145, dinukil dari Turbati, Hamrah ba Ma'shuman dar Syabe Qadar, hlm.33.
  43. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.97, hlm. 9-10, dinukil dari Syakir, Syabi Bartar az Hizar Mah, hlm.52.
  44. Mustadrak al-Wasail, jld.7, hlm. 470, dinukil dari Turbati, Hamrah ba Ma'shuman dar Syabe Qadar, hlm.34.
  45. Turbati, Hamrah ba Ma'shuman dar Syabe Qadar, hlm.32.
  46. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.97, hlm. 4, dinukil dari Syakir, Syabi Bartar az Hizar Mah, hlm.52.
  47. Makarim Syirazi, Mafatih Nuin, Amalan-amalan Bulan, di bawah amalan-amalan umum malam-malam Qadar, hlm.759.
  48. Makarim Syirazi, Mafatih Nuin, Amalan-amalan Bulan, di bawah amalan-amalan khusus malam-malam Qadar, hlm.762.
  49. Majidi Khameneh, Syabhaye Qadar dar Iran, hlm. 21.
  50. Majidi Khameneh, Syabhaye Qadar dar Iran, hlm. 22.
  51. Majidi Khameneh, Syabhaye Qadar dar Iran, hlm. 22.
  52. Majidi Khameneh, Syabhaye Qadar dar Iran, hlm. 19.

Daftar Pustaka

  • Al-Qasemi, Muhammad Jamaluddin. Tafsir al-Qāsemi. Beirut: Tanpa tahun.
  • Faidh Kasyani, Mula Muhsin. Tafsir Shāfi. Terjemah Abdurahim Aqiqi Bahsyayesyi. Qom: Nuyad Islami, 1358.
  • Farahidi, Khalil bin Ahmad. Kitab al-Ain.
  • Huwaizi, Ali bin Jum'ah. Tafsir Nur Tsaqalain. Qom: Ismailiyan.
  • Ibnu al-Miftah, Syarh al-Azhar. Al-Hijaz. Qahirah: tanpa tahun.
  • Ibnu Babuwaih, Muhammad Ali. Al-Khishal. Penyunting: Ghifari, Ali Akbar. Qom: Jamiah Mudarisin Qom, 1362.
  • Kasyani, Mula Fathullah. Tafsir Minhaj al-Shādiqin. Teheran: Ilmi, 1340.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya’qub. Ushul Kāfi. Terjemah Muhammad Baqir Kumrehi. Qom: USwah, 1375.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwār. Beirut: Dar Ihya al-Tsurats al-Arabi
  • Makarim Syirazi, Nasir. Tafsir Nemuneh. Teheran: Dar al-Kitab Islamiyah, 1371.
  • Maliki Tabrizi, Mirza Jawad. Al-Murāqibat fi A’mal al-Sanah. Beirut: Dar al-I’tisham.
  • Muslim. Sahih Muslim. Beirut: Dar al-Kutun al-Ilmiyah.
  • Qummi, Syekh Abbas. Mafātih al-Jinan, tentang Amalan Malam-malam Lailatul Qadar
  • Qurasyi, Ali Akbar. Qāmus al-Qurān. Teheran: Dar al-Kitab al-Islamiyah, tanpa tahun.
  • Shahifah Sajādiyah. Terjemah: Muhsin Gharawiyan. Qom: Al-Hadi, 1378.
  • Thabarsi, Fadhl Husain. Majma’ al-Bayān fi Tafsir Al-Qur'an. Teheran: Nasir Khosro, 1372.
  • Thabthabai, Sayid Muhammad Husain. Al-Mizān fi Tafsir Al-Qur'an. Qom: Ismailiyan, 1371.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan (Syekh Thusi). Al-Tahdzib. Teheran: Dar al-Kitab al-Islamiyah, 1365.