Shirath

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Jembatan Akhirat)
Akidah Syiah
‌Ma'rifatullah
TauhidTauhid DzatiTauhid SifatTauhid Af'alTauhid Ibadah
FurukTawasulSyafa'atTabarruk
Keadilan Ilahi
Kebaikan dan keburukanBada'Amrun bainal Amrain
Kenabian
KeterjagaanPenutup KenabianNabi Muhammad SawIlmu GaibMukjizatTiada penyimpangan Alquran
Imamah
Keyakinan-keyakinanKemestian Pelantikan ImamIsmah Para ImamWilayah TakwiniIlmu Gaib Para ImamKegaiban Imam Zaman asGhaibah SughraGhaibah KubraPenantian Imam MahdiKemunculan Imam Mahdi asRaj'ah
Para Imam
  1. Imam Ali
  2. Imam Hasan
  3. Imam Husain
  4. Imam Sajjad
  5. Imam Baqir
  6. Imam al-Shadiq
  7. Imam al-Kazhim
  8. Imam al-Ridha
  9. Imam al-Jawad
  10. Imam al-Hadi
  11. Imam al-Askari
  12. Imam al-Mahdi
Ma'ad
Alam BarzahMa'ad JasmaniKebangkitanShirathTathayur al-KutubMizanAkhirat
Permasalahan Terkemuka
AhlulbaitEmpat Belas Manusia SuciTaqiyyahMarja' Taklid


Shirath (bahasa Arab: الصراط) adalah jembatan yang membentang di atas neraka yang semua manusia akan menyeberanginya pada hari kiamat. Menurut sebagian hadis, di atas jembatan terdapat beberapa pemberhentian (stasiun) yang keyakinan dan perbuatan seseorang akan diperiksa di dalamnya. Kecepatan manusia dalam melintasi jembatan tersebut sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka di dunia; sebagian dari mereka melewati dengan cepat di atasnya dan sebagian lagi ribuan tahun melewatinya dan sebagian lagi akan jatuh darinya ke dalam neraka. Menurut keyakinan Syiah, pertanyaan paling penting di atas jembatan adalah berkenaan dengan masalah wilayah para Imam.

Leksikologi

Di dalam Alquran ada tiga kata; "shirath", "thariq" dan "sabil" memiliki makna yang mirip satu dengan lainnya. Umumnya tiga kata tersebut diterjemahkan 'jalan'. Raghib Isfahani memaparkan perbedaan pokok tiga kata ini demikian: "Shirath" bermakna induk jalan, jalan utama dan jalan yang terang. [1] "Sabil" bermakna jalan yang mudah dan lapang, dan "Thariq" bermakna jalan yang hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki. [2]

Hakikat Shirath

Allamah Tehrani dalam kitab Ma'ad Syenasi menulis:

Jembatan (shirath) adalah jalan atau sesuatu yang dengan melintasi di atasnya akan bisa sampai dari sesuatu kepada sesuatu yang lain; dan menjadi perantara dan penghubung diantara keduanya. Allah swt telah menentukan sebuah jalan kepada manusia supaya sampai kepada maqom kemanusiaan (insaniyah), pengaktualan berbagai potensi dan kedekatan kepada Allah serta perjumpaan dengan-Nya. "Shirathullah" adalah jalan menuju Allah. Mengingat bahwa Allah tidak memiliki tempat di luar, maka maksudnya adalah jalan dari nafas/jiwa manusia untuk mengenal Allah. Pada setiap individu dari manusia, dari dalam jiwa dan batinnya terdapat jalan menuju Allah. Jalan batin tersebut di hari kiamat akan menjelma sebuah jembatan menuju surga. Maksumin as adalah orang yang paling cepat dan berada pada jalan yang paling pendek dan dekat dalam menempuh jalan menuju Allah, oleh karenanya mereka disebut 'jalan yang lurus' (shirath mustaqim); sebuah jalan (jembatan) yang lebih tajam dari pedang dan lebih tipis dari sehelai rambut. [3]

Shirath di Dalam Alquran

Kata صراط diulang 45 kali di berbagai ayat Alquran dan semuanya datang dalam bentuk mufrad (tunggal). Di dalam 32 ayat, kata tersebut disifati dengan مستقيم (lurus).[4]

Berdasarkan riwayat-riwayat Maksumin as, keyakinan kepada "Shirat" adalah termasuk keyakinan pokok orang-orang Syiah.[5]

Mengingat bahwa alam akhirat mengikuti dan merupakan cerminan dari dunia ini, maka terdapat hubungan erat antara perbuatan dan perilaku di dunia dan perjalanan yang dipilih manusia di dunia ini dengan alam akhirat. Pada hakikatnya dapat dijelaskan demikian bahwa, "shirath" dan jalan sulit yang ada di akhirat mengikuti jalan yang dilalui manusia di dunia ini.

Kebanyakan kajian yang dipaparkan mengenai "shirath" di dalam riwayat-riwayat dan kitab-kitab tafsir adalah berkaitan dengan ayat 6 surah Al-Fatihah: إهدِنَا الصّرَاط المُستَقیمَ;Tunjukilah kami jalan yang lurus.

Shirath Mustaqim

Allamah Tehrani setelah menukil ungkapan terkenal: اَلطُّرُقُ إلَی اللَهِ بِعَدَدِ أنْفاسِ الْخَلآئِق; "Jalan menuju Allah sesuai bilangan nafas makhluk-makhluk" menuliskan, setiap entitas ( maujud) dilihat dari nafas/jiwa khusus yang dimilikinya mempunyai satu jalan khusus dari dalam batinnya menuju Allah, tetapi 'jalan yang lurus' (shirath mustaqim) hanya ada satu jalan dan merupakan jalan terbaik menuju kedekatan kepada Allah. Sementara jalan-jalan (thuruq) yang lain sesuai dengan kadar kedekatannya kepada 'jalan yang lurus' akan mampu menyampaikan individu-individu kepada Allah. [6]

Di dalam ayat dan riwayat diterangkan contoh-contoh kongkrit (mashadiq) dari 'jalan yang lurus':[7]

Mengingat bahwa 'jalan yang lurus' hanya ada satu, imam Khomaini menulis terkait penafsiran dan penggabungan contoh-contoh kongkrit di atas serta penjelasan kesatuan hakikat mereka, penerapan kata "Shirath" untuk wajah kemanusiaan (yaitu sifat-sifat kemanusiaan), Imam maksum dan petunjuknya, syariat dan jembatan yang membentang di atas neraka semuanya adalah benar. Sebab, semua contoh yang dijelaskan di atas merupakan jalan surga, jalan alam cahaya dan prasarana kedekatan kepada Allah. [13]

Kriteria-Kriteria Shirath

Dalam banyak hadis yang datang dari Ahlulbait as diterangkan bahwa "shirath" adalah jembatan yang membentang di atas neraka yang lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sisi pedang[14] Neraka terletak diantara manusia dan surga dan semua harus melewati jembatan yang membentang di atas neraka. Sebagian orang secepat kilat akan melewatinya, sebagian orang berjalan seperti kuda berlari, sebagian orang berjalan tiarap, sebagian lagi melintasinya dengan menggantungkan diri kepadanya dan sebagian tubuhnya terbakar api.

Sebagian ulama dalam menjelasakan 'lebih tipisnya jembatan daripada sehelai rambut' menulis: jembatan lebih kecil daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada pedang adalah seperti sirah Amirul Mukminin as, sebab kehidupan beliau berada pada puncak ketelitian. Dengan kata lain, lebih tipis dari sehelai rambut ... dan keadilannya menjadi contoh bagi para pengikutnya. Dalam riwayat-riwayat, salah satu misdak "shirath mustaqim" adalah Imam Ali as dimana manusia harus mengatur amal perilaku dan akhlaknya sesuai dengan beliau.[15]

Tidak jelas apakah jembatan itu membentang di dalam neraka atau di atasnya.[16]

Stasiun-stasiun Shirath

Salah satu sisi kesulitan yang ada di atas jembatan adalah adanya jalan-jalan yang sulit, yakni pemeriksaan-pemeriksaan. Syaikh Shaduq meyakini bahwa pemeriksaan-pemeriksaan di jembatan tersebut merupakan kewajiban-kewajiban dan keharaman-keharaman yang semestinya manusia menjaganya di dunia, masing-masing dari pemeriksaan tersebut dinamai dengan salah satu dari kewajiban-kewajiban dan keharaman-keharaman tersebut. Jika dalam perbuatan itu melakukan kesalahan, maka pada setiap pemeriksaan akan diperiksa hingga seribu tahun lamanya dan jika di dunia melakukannya dengan benar, maka dengan cepat akan melewati pemeriksaan berikutnya hingga akhirnya sampai ke surga.

Diantara pemeriksaan-pemeriksaan jembatan yang paling penting adalah:[17]

Faktor-Faktor keteguhan di atas Shirath

Berdasarkan ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis, faktor-faktor terpenting yang membuat manusia kuat dan bertahan di atas "shirath" (jembatan) adalah: [18]

Orang Pertama Yang Melintasi Shirath

Berdasarkan riwayat-riwayat, Nabi Muhammad saw bersama Imam Ali as adalah orang pertama yang akan melintasi jembatan (shirath).[19]

catatan

  1. أنا الصراط المستقيم و عروته الوثقى التي لا انفصام لها; Aku adalah jalan yang lurus dan pegangan kuat yang tidak akan terputus (Rujuk: Bihar al-Anwar, jld. 8, hlm.80, hadis no.19) Imam Ali as dalam khutbahnya di hari raya Ghadir yang bertepatan dengan hari Jumat berkata: انا صراط الله الّذی من لم یسلکه بالطّاعة لله هوی به الی النّار، و انا سبیله الّذی نصبنی الله للاتّباع، بعد نبیه (صَلَی اللهُ عَلیه وَآله وسَلم)، و انا قسیم الجنّة و النّار، و انا حجة الله علی الفجّار و الابرار، فانتبهوا من رقدة الغفلة، و بادروا العمل قبل حلول الاجل، و سابقوا الی مغفرة من ربّکم، قبل ان یضرب بالسّور بباطن الرّحمة و ظاهر العذاب;Akulah jalan Allah yang jika seseorang tidak melewatinya akan terjerumus ke dalam api nereka, aku lah jalan yang ditentukan Allah untuk diikuti setelah Nabi saw, akulah pembagi surga dan neraka, akulah hujah Allah atas orang-orang jahat dan baik, maka bangunlah kalian dari tidur kelalaian, bersegeralah melakuakan kebajikan sebelum ajal menjemput, berlomba-lombalah kalian untuk meraih ampunan Tuhanmu sebelum Ia memasang dinding yang batinnya rahmat dan zahirnya azab.(Mishbah al-Mutahajjid, hlm.756; Iqbal al-A'mal, jld. 2, hlm.257; Tafsir Shafi, jld.5, hlm.167; Bihar, jld.94, hlm.117; Musnad al-Imam al-Ridha as, jld.2, hlm.21, hadis no.28) Di dalam riwayat lain dikatakan, shirat (jembatan/jalan) ada dua; satu di dunia dan yang kedua di akhirat. Adapun shirat dunia adalah imam dan pemimpin yang wajib ditaati. Barang siapa yang di dunia mengenal imam tersebut, mendapat petunjuknya dan mengikutinya, maka di akhirat pasti melintasi shirath akhirat; yaitu jembatan yang terlentang di atas neraka, sementara orang yang di dunia tidak mengenalnya maka kakinya pasti tergelincir di atas jembatan itu dan akan jatuh ke jurang neraka. (Ma'ani al-Akhbar, hlm. 32, bab Makna Shirath)
  2. Iman Ali Zainul Abidin as berkata: نحن الصراط المستقیم و نحن عیبة علمه ; "Kamilah jalan yang lurus dan kami pulalah gudang ilmu-Nya". (Lihat: Ma'ani al-Akhbar, hlm.35, hadis no.5) Imam Shadiq as juga berkata: نحن الصراط المستقیم; "Kamilah jalan yang lurus" (Tafsir Nur al-Tsaqalain, jld.1, hlm.21, hadis no.89)

Catatan Kaki

  1. Mufradātu Gharib al-Quran, hlm.230, item ( س ر ط) dan rujuk juga: Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab, jld.8, hlm.31; Hakim, Sayid Muhammad Baqir, Tafsir Surah Hamd, hlm.219
  2. Mufradāt Gharib al-Quran, hlm.312, kata طرق
  3. Ma'ad Syenasi, jld.8, hlm.46
  4. Al-Fatihah:6 dan 7/Al-Baqarah:143,213/Al Imran:51, 101/Al-Maidah:16/An-Nisa:68, 175/Al-An'am:39,161, 153, 126,87/Al-A'raf:16/Yunus:25/Hud:56/Ibrahim:1/Al-Hijr:41/Al-Nahl:76,121/Maryam:36,43/Thaha:135/AL-Haj:24,54/Al-Mukminun:73,74/Al-Nur:46/Saba':6/Yasin:4,61,66/Al-Shaffat:23,118/Shad:22/Syura:52,53/Al-Zukhruf:41,61,64/Al-Fath:2,20/Al-Mulk:22
  5. Seperti ziarah Al Yasin dan riwayat-riwayat: Shifāt al-Syiah, hlm.51; Bihar, jld.66, hlm.9, hadis no.11
  6. Ma'ad Syenasi, jld.8, hlm.17
  7. Zakizadeh Rinani, Pule Shirath, hlm.20
  8. Ma'āni al-Akhbār,hlm.32, bab makna Shirath
  9. سم الله الرحمن الرحیم یس و القرآن الحکیم إنک لمن المرسلین علی صراط مستقیم (Q.S. Yasin:1-4)
  10. قل إنني هداني ربي إلى صراط مستقيم دينا قيما ملة ابراهيم حنيفا;"katakanlah:Sesungguhnya aku telah ditujuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus" (Q.S. Al-An'am:161) ayat ini lebih banyak menjelaskan sisi akidah.
  11. وان اعبدوني هذا صراط مستقيم; "Dan hendaklah kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus" (Q.S. Yasin:62) ayat ini menyinggung sisi pratis
  12. و من يعتصم بالله فقد هدي إلى صراط مستقيم; "Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus".(Q.S.Al Imran: 101)
  13. Asrar al-Shalah, hlm.396
  14. Al-Kafi, jld.8, hlm.312, hadis no.486
  15. Imam khomaini, Empat Puluh Hadis, hlm.48
  16. Ma'ad Syenasi, jld.8, hlm.28
  17. Zakizadeh Rinani, Pule Shirath, hlm.53
  18. Zakizadeh Rinani, Pule Shitath, hlm.78
  19. Uyun Akhbar al-Ridha as, jld.2, hlm272, hadis no. 63

Daftar Pustaka

  • Al-Quran al-Karim
  • Ahmad bin Abdullah Thabari. Dzakhāir al-Uqba fi Manāqib Dzawi al-Qurba. Mesir: Nasyr Maktabah al-Qudsi, 1356 H.
  • Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad. Mesir: Intisyarat Dar al-Ma'arif, 1980 M.
  • Ahmad bin Muhammad Khalid Barqi. Al-Mahwsin. Qom: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1371 H.
  • Ali al-Muttaqi bin Hisamuddin al-Hindi. Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwāl wa al-Af'āl. Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1409 H.
  • Ali bin Abi Bakar al-Haitsami. Majma' az-Zawāid wa Manba' al-Fawāid. Beirut-Lebanon: Maktabah al-Qudsi bi al-Qahirah Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
  • Al-Khishal. Qom: Intisyarat Jamiah Mudarrisin Qom, 1403 H.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Kasyf al-Yaqin. Muassasah Chap wa Intisyarat Wabaste be Wizarat Farhang wa Irsyad, 1411 H.
  • Allamah Hilli. Ar-Risalah as-Sa'diyah. Riset: Abdul Husain Muhammad Ali Baqqal. Qom: Nasyr Kitabkhaneh Hazrate Ayatullah Mar'asyi Najafi, cet.1, 1410 H.
  • Imam Khomaini. Adab ash-Shalah. Muassasah Nasyr wa Tanzhim Ātsār Imam Khomaini. Cet.7, 1378 HS.
  • Allamah Majlisi. Bihār al-Anwār. Beirut-Lebanon: Muassasah al-Wafa, 1404 H.
  • Imaduddin Thabari. Bisyarah al-Musthafa. Cetakan perpustakaan Haidariyah Nakaf, 1383 H.
  • Muhammad bin Hasan bin Farrukh Shaffar. Bashāir ad-Darajāt. Intisyarat Kitab Khaneh Ayatullah Marasyi Qom, 1404 H.
  • Cehl Hadits. Muassasah Tanzim wa Nasyr Ātsār Imam Khomaini, cet.9, 1378 HS.
  • Hasan bin Sualaiman al-Hilli. Mukhtashar Bashwir ad-Darajwt. Mansyurat al-Mathba'ah al-Haidariyah fi an-Najaf. Cet. 1, 1370 H.
  • Ibnu Abi Jumhur Ihsai. Awāli al-Liāli. Qom: Intisyarat Sayid asy-Syuhada, 1405 H.
  • Ibnu Asakir. Tarikh Madinah Dimasyq. Riset: Ali Syiri. Beiru-Lebano: Dar al-Fikr, 1415 H.
  • Ibnu Atsir. An-Nihayah fi Gharib al-Hadits. Qom: Muassasah Ismailiyan. Cet. 4, 1364 HS.
  • Ibnu Manzur. Lisan al-Arab. Nasyr Adab al-Hauzah. Cet. 1, 1405 H.
  • Imam Khomaini. Jihad Akbar. Muassasah Tanzim wa Nasyr Ātsār Imam Khomaini, cet.9, 1378 HS.
  • Jakfar bin Muhammad bin Qulawaih. Kamil az-Ziyarāt. Riset: Syaikh Jawad al-Qayyumi. Muassasah Nasyr al-Faqahah. Cet. 1, 1417 H.
  • Man la Yahduruhu al-Faqih. Qom: Intisyarat Jamiah Muadarrisin, 1413 H.
  • Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan bin Syadzan al-Qummi. Miah Manqabah fi Fadhāil wa Manāqib Amiril Mukminin wa al-Aimmah min Wuldih as. Madrasah al-Imam al-Mahdi as. cet. 1, Dzulhijjah 1407 H.
  • Muhammad Fuad, Abdul Baqi. Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfādz al-Quran al-Karim. Beirut: Muassasah al-a'lami li al-Mathbu'at, cet. 1, 1420 H.
  • Muhammad Jarir Thabari. Dalwil al-Imamah. Qom: Dar adz-Dzakhair li Mathbu'at.
  • Sayid Ali Akbar Qurasyi. Qamus Quran. Intisyarat Dar al-kutub as-Salamiyah. Cet. 6, 1371 HS.
  • Sayid Ali bin Musa bin Thawus. Jamal al-Usbu. Intisyarat Qom.
  • Sayid Ali bin Musa bin Thawus. Iqbāl al-A'mal. Dar al-Kutub al-Islamiyah Teheran 1367 HS.
  • Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani. Al-Mu'jam al-Kubra. Riset: Hamdi Abdul Majid al-Salafi. Kairo: Nasyr Maktabah Ibnu Taimiyyah. Cet. 2.
  • Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani. Al-Mukjam al-Ausath. Riset: Ibrahim al-Husaini. Nasyr Dar al-Haramain.
  • Syaikh Abbas Qummi. Manāzil al-Akhirah. Intisyarat Anshari. Cet. 2, musim dingin 1377 HS.
  • Syaikh Fakhruddin Thuraihi. Majma' al-Bahrain.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-Amali. Intisyarat Kitab Khaneh Islamiyah 1362 HS.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Uyun Akhbār ar-Ridha. Intisyarat Jahan, 1378 H.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. At-Tauhid. Diedit dan dikomentari oleh: Sayid Hasyim al-Husaini al-Tehrani. Mansyurat Jamaah al-Mudarrisin fi al-Hauzah al-Ilmiyah bi Qom al-Muqaddasah.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Fadhāil al-Asyhur ats-Tsalatsah. Riset: Mirza Ghulam Ridha Irfaniyan. Nasyr Dar al-Hujjah al-Baidha, Dar ar-Rasul al-Akram saw, cet.2, 1412 H.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Ilal asy-Syarāyi. Qom: Intisyarat Maktabah ad-Dawari.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Ma'ani al-Akhbār. Qom: Intisyarat Jamiah Mudarrisin, 1361 HS.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Shifāt asy-Syiah. Teheran: Intisyarat A'lami.
  • Tsawāb al-A'māl. Qom: Intisyarat Syarif Radhi, 1364 HS.
  • Tsiqah al-Islam, Kualaini. al-Kafi. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1365 HS.
  • Zaki zadeh Rinani, Ali Ridha. Pole Shirath. Intisyarat Divan. Qom: 1386 HS.