A'rāf (bahasa Arab: اَعْراف ) merupakan diantara konsepsi-konsepsi Al-Qur'an tentang Ma'ad. A'rāf adalah sebuah tempat yang terletak diantara penghuni surga dan neraka. Kata ini disebutkan dua kali dalam Al-Qur'an (surah Al-A'raf ayat 46 dan 48). Dari ayat-ayat yang disebutkan tersebut dapat dipahami bahwa di puncak A'rāf terdapat manusia-manusia "Muqarrabin" (manusia yang dekat dengan Allah swt) yang akan memberi syafaat dengan izin dan kehendak-Nya. Terkait dengan ekstensi-ekstensi dari A'rāf, terdapat perbedaan di kalangan Syiah dan Ahlusunah. Menurut Ahlusunah, A'rāf adalah orang-orang yang dosa dan kebaikannya sama serta seimbang sementara mayoritas Syiah dengan bersandar dan berlandas pada ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat-riwayat, meyakini kalau pemilik A'rāf adalah para Nabi dan Imam Maksum as.

Arti A'rāf

Secara leksikal, A'rāf adalah bentuk plural (jamak) dari kata 'Urf yang berarti bagian-bagian tinggi dari gunung dan bukit serta garis rambut yang ada di tengkuk. [1]

Terkait maksud dari A'rāf dalam Al-Qur'an, di kalangan ulama dan pakar Islam terdapat Perspektif yang cukup beragam[2]dan yang pasti mayoritas maksudnya adalah sebuah tembok yang ada antara penghuni surga dan neraka. [3] Menurut Allamah Thabathabai, A'rāf adalah bagian-bagian tinggi dari sebuah hijab yang menjadi perisai antara penghuni neraka dan surga, dimana kelompok A'rāf yang ada disana selain menyaksikan penduduk neraka juga menyaksikan penghuni surga. [4] Dan karena pada hari Kiamat tanahnya bersifat mendatar maka yang dimaksud tinggi disini adalah kedudukan dan maqam tinggi seseorang dan hal tersebut adalah maqam syafa'at.

Mujahid, salah satu mufasir dari kalangan tabi'in, berkata bahwa penghalang disitu maksudnya adalah "Sur" (dinding atau pagar yang mengitari kota-kota lama) yang memiliki sebuah pintu. Beranjak dari penafsiran ini, sebagian ulama yang datang kemudian menganggap bahwa A'rāf tidak lain adalah dinding atau penghalang yang –sebagaimana yang disebutkan dalam surah Al-Hadid[5] Allah swt akan letakkan antara kaum mukminin dan munafikin pada hari Kiamat dan dinding atau penghalang itu memiliki sebuah pintu yang isi dan batinnya berupa jalur menuju Surga dan lahiriahnya menghadap ke neraka.

Dinukil dari Hasan Basri dan Zujaj bahwa A'rāf berasal dari Ma'rifat yang berarti ilmu; yakni pada hari Kiamat terdapat manusia-manusia yang mengetahui tentang kondisi orang-orang dan mereka mengenal penghuni surga dan neraka dari raut wajahnya. [6] Mulla Sadra juga menerima dan memilih pandangan ini dan menganggap bahwa ayat: یعْرِفُونَ كُلاً بِسیماهُمْ; "Orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka", [7] adalah bukti akan hal itu. [8]

A'rāf dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an hanya mengisyaratkan A'rāf sebanyak dua kali:

بَینَهُما حِجابٌ وَ عَلَی الْأَعْرافِ رِجالٌ یعْرِفُونَ کلاًّ بِسِیماهُمْ وَ نادَوْا أَصْحابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلامٌ عَلَیکمْ لَمْ یدْخُلُوها وَ هُمْ یطْمَعُونَ;

"Dan di antara kedua golongan itu terdapat tirai penghalang; dan di atas al-A'rāf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga –dimana mereka belum masuk surga tetapi sudah berharap–, "Salam kesejahteraan atasmu"."[9]

وَ إِذا صُرِفَتْ أَبْصارُهُمْ تِلْقاءَ أَصْحابِ النَّارِ قالُوا رَبَّنا لا تَجْعَلْنا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِینَ;

"Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang zalim itu."[10]

وَ نادی‏ أَصْحابُ الْأَعْرافِ رِجالاً یعْرِفُونَهُمْ بِسِیماهُمْ قالُوا ما أَغْنی‏ عَنْکمْ جَمْعُکمْ وَ ما کنْتُمْ تَسْتَکبِرُونَ;

"Dan orang-orang yang berada di atas al-A'raf memanggil beberapa orang (dari penghuni neraka) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya seraya mengatakan, "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu tidaklah memberi manfaat kepadamu."[11].

أَ هؤُلاءِ الَّذِینَ أَقْسَمْتُمْ لا ینالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لا خَوْفٌ عَلَیکمْ وَ لا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ;

"Mereka itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah? (Sekarang diserukan kepada mereka), "Masuklah ke dalam surga, kamu tidak memiliki kekhawatiran sedikit pun dan tidak (pula) kamu bersedih hati."[12]

Siapa manusia-manusia A'rāf tersebut?

Berkenaan dengan siapa sebenarnya manusia-manusia A'rāf tersebut, di kalangan mufasir terjadi perbedaan pandangan dan Perspektif yang jumlahnya mencapai 14 pandangan. Mayoritas mereka yang membincang masalah A'rāf, mengisyarat dan menyinggung pandangan-pandangan serta perbedaan tersebut. [13]

Secara umum pandangan dan Perspektif diatas dibagi menjadi tiga bagian:

  1. Mereka adalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah swt seperti para Nabi, Imam Maksum as dan orang-orang yang menyaksikan amal perbuatan;
  2. Mereka adalah orang-orang yang dosa dan kebaikannya seimbang dan setara;
  3. Pemilik A'rāf adalah sekelompok malaikat yang memantau dan menyaksikan orang-orang dari atas A'rāf dan mereka mengenal setiap orang dari raut dan pancaran mukanya. [14]

Perspektif Ahlusunah

Mayoritas mufasir dan ulama Ahlusunah memilih pandangan kedua. [15] Tentang pemilik A'rāf, Ibnu Arabi menyebutkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang kebaikan dan keburukannya sama dan seimbang, sebagian pandangan mengarah ke surga dan pandangan lain menghadap dan terpikat oleh neraka padahal tak satupun dari keduanya (surga dan neraka) yang ia akan tempati, namun ketika mereka diperintah sujud maka semuanya akan sujud lalu kemudian masuk surga. [16] Di kalangan Syiah, Mulla Sadra termasuk orang yang memilih pandangan ini. [17]

Perspektif Syiah

Kebanyakan ulama dan cendekiawan Syiah, ketika menyinggung beberapa pandangan terkait pemilik A'rāf dan dengan berdasarkan riwayat-riwayat dari jalur Ahlulbait as yang menjelaskan tentang hal ini, menyatakan bahwa yang dimaksud pemilik A'rāf adalah para Nabi dan Imam Maksum as. [18] Mulla Sadra dalam kitab Asfār[19] setelah menyebutkan pandangan Ibnu Arabi, memilih pandangan dan pendapat yang populer di kalangan Syiah.

Dalam kitab-kitab hadits Syiah seperti Bashā'ir al-Darajāt, karya Shaffar, [20] al-Kafi, karya Kulaini, [21] Ma'āni al-Akhbār, karya Saduq, [22] dan Masār al-Syi'ah, karya Syekh Mufid, [23] terdapat riwayat-riwayat yang kandungan serta isinya berkaitan dengan masalah ini.

Kombinasi Kedua Perspektif

Selain ketiga pandangan dan perspektif diatas, terdapat pandangan lain yang coba mengkombinasikan antara riwayat-riwayat diatas dan riwayat-riwayat yang menjadi sandaran ulama Ahlusunah dan juga yang ada dalam referensi-referensi hadits Syiah[24] seperti berikut bahwa kedua kelompok riwayat-riwayat ini menghikayatkan kondisi kedua kelompok yang hadir di A'rāf, dalam artian pada A'rāf disamping terdapat orang-orang yang amalnya baik dan buruk yang memang tidak punya kelaikan untuk menempati surga atau neraka, juga disana (di A'rāf) hadir para Nabi dan Imam Maksum as guna memberikan pertolongan dan bantuan kepada mereka.

Seiring dengan pandangan ini, telah disebutkan pada keempat ayat-ayat diatas dua bentuk sifat-sifat yang berbeda dan kontra untuk orang-orang ini:

Pada ayat pertama dan kedua, orang-orang yang berada dan hadir di A'rāf didiskripsikan seperti ini bahwa mereka berharap bisa masuk surga namun tidak punya daya untuk itu. Mereka ketika memandang ke penghuni surga mengucapkan selamat dan menginginkan bisa bersama mereka dan saat mengalihkan pandangan ke arah penghuni Neraka, mereka demikian merasa takut dan memohon perlindungan Allah swt. Sedangkan dari ayat yang ketiga dan keempat dapat ditangkap pesan bahwa mereka adalah manusia-manusia yang punya peran dan kekuatan, mereka mencaci dan mencerca para penduduk neraka dan menyalurkan bantuan kepada mereka yang berada di A'rāf supaya bisa melewatinya lalu melangkah menuju rumah kebahagiaan.

Beberapa Riwayat

Riwayat-riwayat yang menyinggung tentang A'rāf dan penghuni atau pemiliknya, mendiskripsikan kedua kelompok itu. Pada sebagian riwayat disebutkan, "Kami adalah A'rāf," atau "Keluarga Muhammad adalah A'rāf."

"Mereka adalah semulia-mulianya manusia di sisi Allah swt." "Mereka adalah saksi-saksi bagi manusia dan para Nabi adalah saksi-saksi mereka."

Juga terdapat riwayat-riwayat lain yang menyebutkan bahwa mereka adalah para Nabi, Para Imam Maksum, Orang-orang Saleh dan orang-orang mulia.

Sedangkan riwayat-riwayat lain menyebutkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang kebaikan dan keburukannya sama dan seimbang atau para pendosa yang juga memiliki amal kebaikan, seperti hadits dari Imam Shadiq as dimana beliau bersabda, "Mereka adalah kaum yang kebaikan dan keburukannya sama dan seimbang, jika mereka digiring ke Neraka maka itu karena dosa-dosanya dan jika dipersilahkan masuk Surga maka itu berkat Rahmat Allah swt."

Riwayat-riwayat lain yang cukup banyak yang kandungannya seperti ini, juga disebutkan dalam tafsir-tafsir Ahlusunah yang dinukil dari Huzaifah bin Yaman, Abdullah bin Abbas dan Sa'id bin Jabir dan semisalnya. Pada tafsir-tafsir ini juga terlihat bahwa pemilik atau penghuni A'rāf terdiri dari orang-orang saleh, Fuqaha, Ulama atau para Malaikat. [25]

Kombinasi seperti ini juga bisa dilihat dari ungkapan dan pernyataan Syekh Shaduq. [26]

Catatan Kaki

  1. Mu'jam al-Tahzib al-Lughah, Muhammad bin Ahmad Zuhri, jld. 3, hlm. 2404; Lisān al-'Arab, Ibnu Manzur, jld.9, hlm. 241, Dar al-Shadir, Beirut, Tanpa Tahun.
  2. Al-Mizān, Muhammad Husain Thabathabai, jld. 8, hlm. 126.
  3. Tashhih al-I'tiqādāt Mundarij dar Mushannifāt Syekh Mufid, hlm. 223; al-A'rāf, Mufradāt, Raghib Ishfahani, hlm. 332.
  4. Al-Mizān, jld. 8, hlm. 121.
  5. QS. Al-Hadid: 13. ((Yaitu) pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu." Dikatakan (kepada mereka), "Kembalilah kamu ke belakang (dunia) dan carilah sendiri cahaya (untukmu)." Tiba-tiba diletakkan antara mereka dinding yang berpintu. Di sebelah dalam dinding itu (dimana orang-orang Mukmin ada di dalamnya) ada rahmat dan di sebelah luarnya (yang ada di hadapan kaum munafik) ada siksa.")
  6. QS. Al-Hadid: 13. ((Yaitu) pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu." Dikatakan (kepada mereka), "Kembalilah kamu ke belakang (dunia) dan carilah sendiri cahaya (untukmu)." Tiba-tiba diletakkan antara mereka dinding yang berpintu. Di sebelah dalam dinding itu (dimana orang-orang Mukmin ada di dalamnya) ada rahmat dan di sebelah luarnya (yang ada di hadapan kaum munafik) ada siksa.")
  7. QS. Al-A'rāf (Surah 7): 46.
  8. 'Arsyiyah, Sadruddin Syirazi, jld. 1, hlm. 90.
  9. QS. Al-A'rāf: 46
  10. QS. Al-A'rāf: 47
  11. QS. Al-A'rāf: 48
  12. QS. Al-A'rāf: 49
  13. Al-Mizān, Muhammad Husain Thabathabai, jld. 8, hlm. 126; Tafsir Kabir, Fakhrurazi, jld. 14, hlm. 90; Raudhu al-Jinān wa Ruhul Jinān, Abul Futuh Razi, jld. 8, hlm. 204.
  14. Al-Mizān, Muhammad Husain Thabathabai, jld. 8, hlm. 126; Tafsir Kabir, Fakhrurazi, jld. 14, hlm. 90; Raudhu al-Jinān wa Ruhul Jinān, Abul Futuh Razi, jld. 8, hlm. 204.
  15. Al-Mizān, Muhammad Husain Thabathabai, jld. 8, hlm. 126; Tafsir Kabir, Fakhrurazi, jld. 14, hlm. 90; Raudhu al-Jinān wa Ruhul Jinān, Abul Futuh Razi, jld. 8, hlm. 204.
  16. Futuhāt Makkiyah, Muhyiddin Arabi, jld. 4, hlm. 475.
  17. Syawāhid al-Rububiyyah, Sadruddin Syirazi, jld. 1, hlm. 384.
  18. Al-I'tiqādāt, Saduq, hlm. 70; Asfār al-Arba'ah, Sadruddin Syirazi, jld. 9, hlm. 318.
  19. Asfār al-Arba'ah, Sadruddin Syirazi, jld. 9, hlm. 318.
  20. Asfār al-Arba'ah, Sadruddin Syirazi, jld. 9, hlm. 318.
  21. Ushul al-Kāfi, Muhammad bin Ya'qub Kulaini, jld. 1, hlm. 184.
  22. Ma'āni al-Akhbār, Syekh Saduq, jld. 1, hlm. 590.
  23. Masār al-Syi'ah, Muhammad bin Nu'man Mufid, hlm. 31.
  24. Masār al-Syi'ah, Muhammad bin Nu'man Mufid, hlm. 31.
  25. Masār al-Syi'ah, Muhammad bin Nu'man Mufid, hlm. 31.
  26. Al-I'tiqādāt, Saduq, hlm. 70.

Daftar Pustaka

  • Alusi. Ruh al-Ma'āni. Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-'Arabi, tanpa tahun.
  • Arabi, Muhyiddin. Futuhāt Makkiyah. Mesir: Maktabah al-'Arabi, 1395.
  • Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin al-Husain. Al-Ba'ts wa al-Nusyur. Beirut: Markaz al-Khadamat wa al-Abhats al-Tsaqafiyah, 1406 H.
  • Bujnordi, Musawi. Dāirah al-Ma'ārif Buzurg-e Islāmi, Madkhal A'rāf.
  • Fakhruddin. Tafsir Kabir. Teheran: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, tanpa tahun.
  • Ibnu Manzur, Jamaluddin Muhammad. Lisān al-'Arab. Beirut: Dar al-Shadir, tanpa tahun.
  • Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad. Jâmi' al-Ahkâm Al-Qur'an. Beirut: Dar al-Fikr, tanpa tahun.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Ushul al-Kāfi. Beirut: Dar al-Sha'b, Tanpa Tahun.
  • Makarim Syirazi, Nasir. Tafsir Nemuneh. Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1988.
  • Raghib Isfahani. Mufradāt. Masyhad: Al-Maktabah al-Murtadhawiyah, 1983.
  • Razi, Abul Futuh. Raudhu al-Jinān wa Ruhu al-Jinān. Masyhad: Bun-yad Pezuhesy-hay-e Islami, 1997.
  • Shaduq, Ali bin Babawaih. Al-I'tiqādāt, Mundarij dar Mushannifāt Syekh Mufid. Al-Mu'tamar al-'Alami li Alfiyah al-Syekh al-Mufid, 1413 H.
  • Shaffar, Muhammad bin Hasan. Bashāir al-Darajāt. Teheran: Mansyurat A'lami, 1404 H.
  • Subhani, Ja'far. Mansyur Jāwid. Qom: Muassasah Imam Shadiq as, 2004.
  • Suyuti, Jalaluddin. Al-Budur al-Sāfirah fi Ahwāl al-Akhirah. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, Tanpa Tahun.
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Nu'man. Masār al-Syi'ah. Tanpa tempat dan tahun.
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Nu'man. Tashhih al-I'tiqādāt, Mundarij dar Mushannifāt Syekh Mufid. Al-Mu'tamar Al-'Alami li Alfiyah al-Syekh al-Mufid, 1413 H.
  • Syekh Shaduq. Ma'āni al-Akhbār. Maktabah al-Shaduq, 2000.
  • Syirazi, Shadruddin Muhammad bin Ibrahim. 'Arsyiyah. Beirut: Muassasah al-Tarikh al-'Arabi, 1420 H.
  • Syirazi, Shadruddin Muhammad bin Ibrahim. Asfār al-Arba'ah. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-'Arabi.
  • Syirazi, Shadruddin Muhammad bin Ibrahim. Syawāhid ar-Rububiyah. Qom: Bustan-e Kitab, 2003.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Jāmi' al-Bayān. Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1423 H.
  • Thabathabi, Muhammad Husain. Al-Mizān fi tafsir al-Quran. Beirut: Muassasah A'lami li al-Mathbu'āt, tanpa tahun.
  • Zuhri, Abu Mansur Muhammad bin Ahmad. Mu'jam at-Tahzib al-Lughah. Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1422 H.