Masyhad

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Kota Masyhad

Masyhad atau Masyhad al-Ridha (bahasa Arab:مشهد أو مشهد الرضا) salah satu kota penting mazhab Syiah yang ada di sebelah timur laut Iran dan ibu kota provinsi Khurasan Razawi. Pada zaman Afsyariyan, Masyhad adalah ibu kota Iran. Masyhad adalah kota terbesar kedua setelah Teheran dan berdasarkan sensus yang dilaksanakan pada tahun 2012, Masyhad memiliki penduduk sebanyak 2.760.000 jiwa. Kota ini karena adanya Haram Imam Ridha as setiap tahun menerima kunjungan sekitar 30 juta peziarah dan wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Pada tahun 2009 kota Masyhad mendapat nama ibu kota relegi Iran dan pada tahun 2017 dicatat oleh ISESCO sebagai ibu kota kebudayaan Islam.

Penamaan

Kata 'Masyhad' bermakna tempat mati syahid. Imam Ridha as setelah terbunuh di tangan Ma'mun Abbasi pada tahun 202 H, dimakamkan di pemakaman Haruni di Sanabad. Sejak itu nama Sanabad Nughan dikenal dengan nama 'Masyhad al-Ridha' dan perlahan-lahan pada masa Syah Tahmasb Shafawi, penduduk Thus berpindah ke Masyhad dan dengan bergulirnya zaman, nama Masyhad melekat pada kota ini.[1]

Dalam sebagian sumber-sumber sejarah, Masyhad disebut juga dengan nama 'Masyhad Thus' dan 'Masyhad Nuqan'.[2]

Sejarah

Abad ke-3: Terbentuknya Kota Masyhad

Terkait permulaan pendudukan masyarakat di sekitar makam Imam Ridha as tidak ada data detail yang ditemukan. Namun, berdasarkan bukti-bukti historis, pada akhir-akhir abad ke-3 H sekelompok kaum Alawi, para sayid dan keluarga mereka bertempat tinggal di sekitar makam beliau.[3] Perlahan lahan muncullah di tempat ini tempat-tempat peristirahatan untuk para peziarah, pasar-pasar dan penginapan-penginapan, dan 'Masyhad al-Ridha' dalam arti tempat dimakamkannya Imam Ridha as berubah menjadi nama kota yang berada di sebelah kota Nuqan. Dan, sejumlah besar kelompok Syiah dan para pecinta Ahlulbait as bertempat tinggal di sana atau datang ke sana dengan tujuan ziarah.[4]

Abad ke-4: Penghancuran Haram oleh Saboktakin

Pada abad ke-4 H para ulama, para ilmuan muslim dan para muhaddis Khurasan bolak balik datang ke Masyhad sampai pada batas dimana Syaikh Shaduq berulang kali pergi ke Masyhad dari Ray dan tiga pertemuan pelajaran dari kitab al-Amali nya ditulis di sisi makam Imam Ridha as.[5] Pada periode ini yang semasa dengan pemerintahan keluarga Bawaih (Al Bawaih) di Iran, dibangunlah masjid-masjid dan sekolahan-sekolahan dan para ulama dan fukaha Syiah sibuk beraktifitas mendakwahkan ajaran-ajaran Ahlulbait as.[6] Setelah kelompok Ghaznawi berkuasa di Iran, antara tahun 370 – 380 H, Amir Saboktakin karena anti Syiah dan terpengaruh oleh provokasi para penentang Ahlulbait, mengeluarkan perintah penghancuran kota Masyhad. Pada kejadian ini, kubah Haram Imam Ridha as mengalami kerusakan dan para peziarah dilarang masuk ke Haram dan penduduk setempat dikeluarkan. Bahkan rumah-rumah masyarakat pun hancur sehingga Masyhad berubah menjadi kota yang hancur lebur. Sehingga Masyhad bertahun-tahun kosong dari penduduk.[7]

Paska kematian Saboktakin, Haram Imam Ridha as pada masa Sultan Mahmud Ghaznawi (masa pemerintahan 387-421 H), pengganti dan putra Saboktakin, direnovasi kembali dan kota Masyhad hidup kembali serta salat Jumat dan mimbar-mimbar ceramah digelar lagi. Dan, kota Masyhad sepanjang masa pemerintahan Ghaznawiyah berada dalam kondisi tenang dan aman.[8]

Abad ke-5 dan 6: Ketentraman Panjang dan Kerusuhan Mendadak

Pada periode pemerintahan Saljuki pada abad ke-5 H, meskipun para penguasa bermazhab Hanafi, namun mereka menaruh penghormatan kepada Haram Imam Ridha as dan berziarah kepadanya. Ada beberapa riwayat yang dinukilkan tentang perhatian khusus para pemimpin Saljuki diantaranya Malik Syah dan Sultan Sanjar kepada Haram Imam Ridha as.[9] Berdasarkan riwayat-riwayat historis, pada periode ini semua jalan yang berujung ke Masyhad berada dalam kondisi aman, para perampok jalanan tidak berani marampok dan para musuh Ahlulbait tidak mampu menghalangi lalu-lalang para pengunjung kota Masyhad.[10]

Kontroversi antara seorang Alawi (Syiah) dan seorang fakih Ahlusunnah yang tejadi pada Asyura tahun 510 H menyebabkan pemblokadean kota Masyhad, penyerangan kota tersebut dan penghancuran Haram Imam Ridha as serta terbunuhnya masyarakat dan dijarahnya harta milik mereka. [11] Setelah peristiwa ini hingga kini, Haram Imam Ridha as tidak pernah mengalami kerusakan total.[12] Sebagian sejarawan percaya bahwa kontroversi seorang Alawi dengan seorang fakih Suni berujung dengan perdamaian, namun kelompok Karamiyah dengan memanfaatkan situasi yang ada, memprovokasi masyarakat untuk bergejolak.[13] Peristiwa ini terjadi pada periode pemerintahan Sultan Sanjar Saljuki dan masa penyerangan dia ke Ghaznin. Sultan Sanjar setelah mengetahui peristiwa tersebut, memerintahkan menterinya, Majdul Malik Qummi, untuk merekonstruksi Haram Imam Ridha as, membangun kembali kota Masyhad dan menyediakan fasilitas-fasilitas transportasi para peziarah.[14] Setelah itu, tidak pernah terjadi lagi percekcokan antara Syiah dan Suni.[15]

Abad ke-7: Serangan Mongol dan Perbedaan Yang Bersejarah

Changgis Mongol pada tahun 617 H menyerang Khurasan, membakar kota-kota, membunuh sejumlah besar masyarakat dan menghancurkan masjid-masjid dan sekolahan-sekolahan.[16] Dua kota kuno dan terkenal; Noqan dan Thabran di dekat kota Masyhad, hancur total. Dan, kini dua kota tersebut yang dianggap sebagai bagian dari bangunan Haruni, tidak memiliki jejak dan bekas. Meski demikian, kota Masyhad menurut catatan sebagain sumber (Fadhlullah bin Ruzbahan Khanaji dalam Daftar Tamu Bukhara) menjadi tempat berlindung masyarakat dan atas perintah Changgis, setiap orang yang pergi ke sana harus dijamin aman.[17] Ibnu Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah telah berbicara tentang penghancuran kota Masyhad dan Haram Imam Ridha as. Pun demikin, Atha Malik Juwaini dalam Tarikh Jahan Gusya tidak menyinggung tentang perusakan Haram Imam Ridha as.[18]

Abad ke-8 dan 9: Perhatian Khusus Kepada Haram Imam Ridha

Pada periode Ilkhanat (654-750 H) dan Timuriyah (771-911 H) Masyhad mengalami perluasan. Dan, dua periode ini menaruh perhatian khusus kepada Haram Imam Ridha dan kota Masyhad.[19] Syahrukh, penggati Amir Timur yang berkuasa di Herat, beberapa bulan dalam setahun menetap di Masyhad. Istrinya, Gauharsyad, membangun satu masjid megah di samping Haram Imam Ridha dan mewakafkannya. Masjid itu dikenal dengan nama 'Masjid Gauharsyad'.[20]

Abad ke-10 dan 11: Pemakmuran Kota dan Perluasan Haram

Dengan munculnya pemerintahan Shafawiyah pada awal-awal abad ke-10 H, mazhab Syiah menjadi mazhab resmi di Iran. Berikutnya, kota Masyhad berubah menjadi salah satu pusat utama Syiah di Iran.[21] Para raja Shafawi memiliki semangat serius untuk memakmurkan dan membangun Masyhad dan menambahkan bangunan-bangunan baru kepada Haram Imam Ridha as, diantaranya adalah pelataran utara yang kini dikenal dengan nama 'Pelataran-pelataran Kuhneh (kuno)'. Pelapisan kubah Haram dengan emas, pembaharuan dinding kota Masyhad, perluasan lahan pertanian, urusan perdagangan dan produksi, bertambahnya jumlah ulama dan pakar rijal Syiah serta pendirian sekolah-sekolah baru, menambah semarak khusus kepada kota Masyhad.[22]

Abad ke-12 dan 13: Dari Ibu Kota Sampai Penyerangan dengan Meriam

Nadirsyah Afsyar (1067-1126 H) setelah kemenangan Iran dan pembersihan negara dari para pemberontak menjadikan Masyhad sebagai ibu kota dan ia banyak berjuang dalam memakmurkan dan menyemarakkan kota tersebut. Pada masanya, menara-menara Haram Imam Ridha dilapisi dengan emas dan dibangun tempat minum air di pelataran-pelataran kuno.[23]

Dengan bermulanya pemerintahan Qajar (1174-1304 HS), ibu kota Iran berpindah dari Masyhad ke Teheran. Meski demikian, perluasan kota Masyhad tetap tidak berhenti, dimana dibangun di dalamnya pasar-pasar dan tempat-tempat persinggahan rombongan-rombongan dagang, dan dibangun pula serambi-serambi di Haram Imam Ridha. Pelapisan pelataran-pelataran baru dan kuno dengan emas dan pengkacaan Haram dan serambi-serambi Dar as-Siyadah dan Dar al-Huffadz adalah berkaitan dengan periode ini.[24]

Pada akhir-akhir periode Qajar, Masyhad mendapat serangan dari Rusia dan Haram Imam Ridha diserang dengan meriam serta sejumlah besar dari masyarakat tewas. Pada insiden ini, harta kekayaan dan emas-emas yang ada di lemari Haram dijarah.[25]

Abad ke-14: Periode Perluasan dan Pelebaran

Pada periode pemerintahan Pahlevi, kota Masyhad bertambah luas daripada sebelumnya. Pembuatan kampung-kampung, jalan-jalan dan bundaran-bundaran, masuknya alat-alat transportasi, pembangunan bandara dan stasiun kereta api dan jalan besar termasuk di antara contoh-contoh perluasan tersebut.[26]

Ibu Kota Spiritual dan Budaya

Kota masyhad sejak tahun 1388 HS/2009 dikenal dengan ibu kota spiritual Iran.[27] Kota ini oleh Organisasi Islam untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (ISESCO) diresmikan sebagai Ibu Kota Kebudayaan Islam pada tahun 2017 M.[28] ISESCO setiap tahunnya memperkenalkan tiga kota sebagai Pusat Kebudayaan Islam atau Pusat Kebudayaan Dunia Islam.[29]

Haram Imam Ridha as

Imam Ridha as atas perintah Ma'mun dikuburkan di Buq'ah Haruniah dan dekat makam Harum. Tempat ini secara perlahan dikenal dengan Masyhad al-Ridha.[30] Hingga masa pemerintahan Timuriyah, peletakan Dharih di sekeliling makan Imam Ridha as belum mentradisi.[31] Luas Haram Imam Ridha as sampai sebelum kemenangan Revolusi Islam, adalah 120 meter persegi. Luas ini pada tahun 1392 HS mencapai 1.000.000 meter persegi.[32]

Dharih kelima Imam Ridha as dengan berat 12 ton dipasang pada 16 Isfand 1379 HS.[33] Terdapat 28 serambi dengan atap lebih dari 63 ribu meter persegi bisa menampung 160 ribu pelaku salat.[34]

Astane Quds Rezawi disamping sebagai yayasan besar yang mengkordinir Haram Imam Ridha as, juga merupakan lembaga kebudayaan, kemazhaban dan ekonomi yang dengan pewakafan-pewakafan besar dianggap sebagai lembaga terbesar pewakafan dunia Islam.[35]Harta-harta wakaf Haram yang dapat dipindah antara lain adalah: Alquran, buku-buku tulisan tangan, perhiasan-perhiasan, barang-barang berharga, bejana-bejana, kain-kain dan lukisan-lukisan yang disimpan di moseum. Adapun harta-harta wakap yang tidak bisa dipindah antara lain adalah: properti, tanah-tanah, kebun-kebun dan bangunan-bangunan.[36]Kekuatan ekonomi Haram Imam Ridha as yang bernama Lembaga Ekonomi Rezawi mengkordinir hampir 40 perusahan ekonomi dalam berbagai bidang industri dan pertambangan, pertanian dan penyuburan serta pelayanan-pelayanan.[37]

Hauzah Ilmiyah

Pintu masuk Hauzah Ilmiah Mirza Ja'far

Hauzah llmiyah Masyhad memiliki akar sejarah yang panjang. Berdasarkan sebagian sumber rujukan, kegiatan-kegiatan keilmuwan di Haram Imam Ridha as pada abad-abad sebelum periode Shafawiyah telah terkenal dan sebagian ulama-ulama terkemuka seperti Ibnu Babawaih, Syaikh Thusi, Abu Ali Fadhl bin Hasan Thabrisi, Abu Barakat Muhammad bin Ismail Masyhadi, Ibnu Abi Jumhur, Khajah Nashiruddin Thusi tinggal di kota ini dan mengadakan majelis-majelis keilmuan.

Pada masa periode Shafawiyah, perpindahan ulama dari Jabal Amil ke Masyhad seperti: Husain bin Abdul Shamad Haritsi, ayah Syaikh Bahai, Syaikh Lutfullah Misi, Syaikh Hur Amili dan perhatian pemerintah Shafawi terhadap permasalahan pendidikan dan pengajaran, tabligh agama dan pembangunan-pembangunan madrasah-madrasah keagamaan di Khurasan menyebabkan perkembangan dan kuatnya tempat-tempat menuntut ilmu dan menjadikan hauzah Masyhad sebagai hauzah yang kuat.

Selama masa pemerintahan Qajar, pihak pemerintah juga menaruh perhatian terhadap perkembangan dan penguatan hauzah Ilmiyah Masyhad. Hauzah Ilmiyah semakin berkembang dari waktu-waktu sebelumnya setelah meletusnya Revolusi Masyrutah yang memunculkan Peristiwa Guhar Syad dan khususnya setelah pindahnya dua ulama Hauzah Najaf ke Masyhad Agha Zade Khurasani, anak Akhundi Khurasani dan Khaj Agha Husain Qumi (w. 1326 S).

Hauzah ini berada dibawah kepemimpinan ulama terkemuka seperti Haj Agha Husain Qumi dan Agha Zade Khurasani. Hauzah Masyhad memberikan reaksi keras atas kebijakan politik dan kemasyarakatan pemerintahan Syah Pahlavi yang dalam berbagai hal berseberangan dengan nilai-nilai kemasyarakatan. Penghidupannya kembali Hauzah Ilmiyah Masyhad setelah kejatuhan Ridha Syah secara khusus berhutang kepada peran penting 3 orang: Mirza Ahmad Kadzimi, Syaikh Murtadha Asytiyani dan Mirza Mahdi Isfahani.

Kepindahan Ayatullah Milani memberikan perubahan tingkatan keilmuan dan keagamaan pada hauzah ini dari waktu-waktu sebelumnya. Hauzah Ilmiyah Masyhad sangat berperan dalam berbagai gerakan kemasyarakatan seperti nasionalisasi minyak, Pergerakan 15 Khurdad 1342 (5 Juni 1963), menentang Proposal Asosiasi Provinsi (kebijakan Syah untuk menghilangkan syarat-syarat, Reformasi provinsi dan wilayah, protes keras terhadap pengasingan Imam Khomeini dan kemenangan Revolusi Islam Iran.

Madrasah-Madrasah Ilmiyah Klasik

  • Madrasah Painpa
  • Madrasah Du Dar
  • Madrasah Haj Hasan
  • Madrasah Mirza Ja'far
  • Madrasah Abas Qali Khan
  • Madrasah Mirza Ja'far
  • Madrasah Abasqali Khan
  • Madrasah Mula Muhammad Baqir
  • Madrasah Sulaiman Khan
  • Madrasah Parizad
  • Madrasah Abdal Khan
  • Madrasah Quran Khan
  • Madrasah Mustasyari
  • Madrasah Ridhwan Nu
  • Madrasah Fadhil Khan
  • Madrasah Pir Murad
  • Madrasah Musawi Nejad
  • Madrasah Ayatullah Shaduqi
  • Madrasah Buzurg Milani [38]

Tokoh-Tokoh Terkemuka Masyhad

  • Syaikh Thusi
  • Sayid Ali Sistani
  • Sayid Hasan Thabathabai Qumi
  • Sayid Ali Husaini Khamenei
  • Sayid Izzuddin Husaini Zanjani
  • Sayid Hasan Abthahi
  • Mirza Jawad Agha Tehrani
  • Muhammad Ridha Hakimi
  • Mahdi Wa'idh Khurasani
  • Ahmad Kafi
  • Muhammad Hadi Abd Khudai
  • Muhammad Mahdi Rukni Yazdi
  • Muhammad Taqi Bahar
  • Mahdi Akhawan Tsalits

Masjid-Masjid

  • Masjid Syah
  • Masjid Maqbarah
  • Masjid Ab Anbar
  • Masjid Fil
  • Masjid Sahib Kar
  • Masjid Haj Mirzaqar
  • Masjid Naib
  • Masjid Sar Ab Mirza
  • Masjid Dzul Fiqarzar
  • Masjid Nadzar Yafteh
  • Masjid Maqbal al-Sulthanah
  • Masjid Kulsyan
  • Masjid Shadiqi
  • Masjid Pul Sanggi
  • Masjid Marwi ha
  • Msjid Afsyarha
  • Masjid Mi'mar
  • Masjid Muhammadi ha
  • Masjid Haidari ha
  • Masjid Agha Husain
  • Masjid Derakht Baid
  • Masjid Fadhl Garaha
  • Masjid Hadhrat Shadiq As
  • Masjid Haj Faidhullah
  • Masjid Kuce Zardi ha
  • Masjid Qaim
  • Masjid Sahid Zaman Afs
  • Masjid Sina Abad
  • Masjid Jawad Muamar
  • Masjid Zabeli
  • Masjid Bacenar
  • Masjid Tabarruk
  • Masjid Haj Mula Hasyem
  • Masjid Haj Mahdi
  • Masjid Akabari ha
  • Masjid Haqiqi
  • Masjid Burji
  • Masjid Khui
  • Masjid Majid
  • Masjid Sardarb
  • Masjid Mongol ha
  • Masjid Mushalla
  • Masjid Hakim
  • Masjid Haj Ridha
  • Masjid Harati
  • Masjid Parsai
  • Masjid Kiblah
  • Masjid Didgah
  • Masjid Nur
  • Masjid Farhad
  • masjid Fadhil
  • Masjid Ahmadiyah
  • Masjid Qucaki
  • Masjid Ridhaiyah
  • Masjid Ruyi Khaudh
  • Masjid Mihrab Khan
  • Masjid Haj Sarkah
  • Masjid Khudrud
  • Masjid Malik
  • Masjid Yazidi ha
  • Masjid-masjid yang dibangun pada tahun-tahun terakhir. [39]

Tempat Ziarah (Buq'ah) di Masyhad dan Sekitarnya

  • Tempat Ziarah Pir Parahduz
  • Baq'ah Pir Pareduz
  • Baq'ah Gunbad Khasyati
  • Baq'ah Gunbad Sabz
  • Baq'ah Mushalla
  • Baq'ah Khajah Rabi'
  • Baq'ah Aba Salat
  • Baq'ah Khajah Murad
  • Baq'ah Mirza Ibrahim
  • Baq'ah Iwan Tauq
  • Baq'ah Arsalan
  • Baq'ah Baba Zanggi
  • Baq'ah Syaikh Ahmad
  • Baq'ah Zainul Abidin
  • Baq'ah Lukman Sarcin
  • Baq'ah Rabath Syaraf
  • Baq'ah Syaikh Abdullah
  • Baq'ah Mula Ali
  • Baq'ah Yahya
  • Baq'ah Imam Zade
  • Baq'ah Sayid Hasan
  • Baq'ah Najmuddin
  • Baq'ah Sultan Muhammad
  • Baq'ah Nedhamuddin
  • Baq'ah Quthbuddin
  • Baq'ah Syah Mahmud
  • Baq'ah Fadhl bin Syadzab
  • Baq'ah Kamal al-Mulk
  • Baq'ah Imam Zadeh. [40]

Husainiyah dan Tekiye

  • Husainiyah Isfahaniha
  • Husainiyah Adzarbeijaniha
  • Husainiyah Kasyaniha
  • Husainiyah Qumiha
  • Husainiyah Thabasiha
  • Husainiyah Syaikh Muhammad Taqi Bijunawardi
  • Husainiyah Hamedaniha
  • Tekiye Ali Akbarha
  • Alawiyah Haji Abid Zade
  • Husainiyah Haji Abid Zade
  • Sajadiyah
  • Baqiriyah
  • Shadiqiyah
  • Baqiriyah
  • Kadhimiyah
  • Radhawiyah
  • 'Askaiyah
  • Mahdiyah Haji Abid Zade
  • Fatimiyah
  • Nargesiyah
  • Zainabiyah
  • Kanun Bahts [41]


Catatan kaki

  1. Nama Masyhad, portal kota masyhad, diakses pada 24 Khurdad 1394
  2. Mir Muhammadi, Pazuhisyi va Makan-haye Mulaqqab be Masyhad dar Iran, hlm. 66
  3. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 42
  4. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 42, 43
  5. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 44
  6. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 44, 45
  7. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 48
  8. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 50
  9. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 51, 52
  10. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 51, 52
  11. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 52, 53
  12. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 59
  13. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 54
  14. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 55
  15. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 61
  16. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 57
  17. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 58
  18. Hami, Tarikh Ta'arrudhat be Haram Ridhawi (Sejarah Penyerangan Haram Ridhawi), situs Markaz Dokumentasi Revolusi Islam
  19. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 60-61
  20. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 61
  21. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 61
  22. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 62, 63
  23. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 65
  24. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 65
  25. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 65, 66
  26. Atharidi, Farhang Khurasan, jld. 1, hlm. 66
  27. Memperkenalkan Masyhad sebagai ibu kota spiritual, koran dunia ekonomi, 5 Aban 1388 HS.
  28. Mansyur Masyhad, Ibu Kota Kebudayaan Islam, situs Masyhad 2017
  29. Farid Jawahirzadeh, Masyhad Ibu Kota Kebudayaan Dunia Islam tahun 2017, situs Ruzname Iran
  30. Jakfariyan, Athlas Syiah, hlm. 97
  31. Jakfariyan, Athlas Syiah, hlm. 97
  32. Partu Khursyid, jld. 1, hlm. 77
  33. Partu Khursyid, jld. 1, hlm. 77
  34. Partu Khurshid, jld. 1, hlm. 77 dan 78
  35. Partu Khurshid, jld. 1, hlm. 16
  36. Partu Khurshid, jld. 1, hlm. 16 dan 17
  37. Partu Khurshid, jld. 1, hlm. 22 dan 23
  38. Syarif Razi, Ganjineh Dānesymandān, jld. 7, hlm. 89.
  39. Syarif Razi, Ganjineh Dānesymandān, jld. 7, hlm. 88.
  40. Syarif Razi, Ganjineh Dānesymandān, jld. 7, hlm. 89.
  41. Syarif Razi, Ganjineh Dānesymandān, jld. 7, hlm. 90.

Daftar Pustaka

  • Atharidi, Azizullah. Farhang Khurasan – Thus, jilid 7. Teheran: Kitab furusyi Islamiyah, 1381 HS.
  • Jakfariyan, Rasul. Athlas Syiah. Teheran: Intisyarat Sazman Jughrafiyai Niruha-ye Musallah, cet. I, 1387 HS.
  • Mir Muhammadi, Haidar Ridha. Pazuhisyi dar Makan-haye Mulaqqab be Masyhad dar Iran. Jurnal Misykat, musim gugu 1374 HS, no. 48, hlm. 62-70.
  • Syarif Razi, Muhammad, Ganjine Dānesymandān, jld. 7, Ketab Furusyi Islamiyah, Tehran, 1352 HS.