Lompat ke isi

Doa Ghariq

Dari wikishia

Doa Ghariq adalah sebuah doa yang diajarkan oleh Imam Ja'far ash-Shadiq as kepada Abdullah bin Sinan untuk menguatkan agama di hati pada masa ghaibah. Imam ash-Shadiq as bersabda: "Kalian akan segera menghadapi keraguan, dan kalian akan berada tanpa tanda yang jelas dan imam yang membimbing. Hanya orang yang membaca Doa Ghariq yang akan selamat dari keraguan ini." Abdullah bin Sinan bertanya: "Bagaimana Doa Ghariq itu?"

Imam as menjawab: "Bacalah doa ini:

(Ya Allah! Yang Maha Pengasih! Yang Maha Penyayang! Wahai Yang Membolak-balikkan hati! Teguhkan hatiku di atas agama-Mu.)"

Abdullah kemudian berkata: (Ya Allah! Yang Maha Pengasih! Yang Maha Penyayang! Wahai Yang Membolak-balikkan hati dan penglihatan! Teguhkan hatiku di atas agama-Mu.)

Imam ash-Shadiq as melarangnya menambahkan "wal abṣār" (dan penglihatan) dan menyarankan agar doa dibaca persis seperti yang diajarkan.[1]

Sayid bin Thawus berpendapat bahwa Imam as melarang penambahan "wal abṣār" karena pada hari kiamat, baik hati maupun penglihatan akan berubah.[2] Kemungkinan lain adalah bahwa doa ini hanya efektif jika dibaca dalam bentuk aslinya.Templat:Sumber diperlukan

Penamaan doa ini sebagai "Doa Ghariq" (Doa Orang yang Tenggelam) kemungkinan karena zaman tersebut adalah zaman yang penuh bahaya, di mana setiap saat seseorang bisa tenggelam dalam kesesatan. Kemungkinan lain adalah bahwa doa ini merujuk pada cara membacanya, yaitu seseorang harus membacanya seperti orang yang sedang tenggelam.Templat:Sumber diperlukan

Dalam hadis-hadis, frasa "Doa Ghariq" sering disebutkan, tetapi tidak merujuk pada doa tertentu. Yang dimaksud adalah seseorang harus berdoa seperti orang yang sedang tenggelam, sebagaimana disebutkan dalam riwayat ini:

(Wahai Isa! Berdoalah untukku seperti doanya orang yang sedih dan tenggelam yang tidak memiliki penolong.)[3]

Sebelum mengajarkan Doa Ghariq, Rasulullah saw sering membaca doa yang serupa:

(Wahai Yang Membolak-balikkan hati! Teguhkan hatiku di atas agama-Mu.)[4]

Catatan Kaki

  1. Syekh Shaduq, Kamaluddin, 1363 H, hlm. 351, hadis 49.
  2. Sayid bin Thawus, Muhajj al-Da'awat, 1411 H, hlm. 333.
  3. Abu Bashir, Musnad Abu Bashir, 1425 H, jilid 1, hlm. 239.
  4. Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, jilid 4, hlm. 448.

Daftar Pustaka

  • Abu Bashir Asadi, Abdullah bin Muhammad, Musnad Abu Bashir, Qom, Dar al-Hadits, cetakan pertama, 1425 H.
  • Tirmidzi, Muhammad bin Isa, Sunan at-Tirmidzi, tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir, Beirut, Dar Ihya at-Turats al-Arabi.
  • Sayid bin Thawus, Ali bin Musa, Muhaj ad-Da'awat wa Minhaj al-'Ibadat, tahqiq: Kermani, Abuthalib, Qom, Dar adz-Dzakhair, cetakan pertama, 1411 H.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali, Kamaluddin wa Tamam an-Ni'mah, tahqiq: Ali Akbar Ghaffari, Qom, Penerbitan Jami'ah Mudarrisin, 1363 H.