Bilal bin Rabah

Prioritas: c, Kualitas: b
tanpa referensi
Dari wikishia
Sahabat
http://id.wikishia.net/view/Majma_Jahani_Ahlulbait_As
Makam Bilal al-Habasyi di pemakaman Bab al-Shaghir
Info pribadi
Nama lengkapBilal bin Rabah
JulukanAbu Abdillah
LakabIbnu Hamamah
Disebut juga denganBilal al-Habasyi
Garis keturunanBani Jumah atau Sarah
Lahir3 tahun setelah Tahun Gajah
Muhajir/AnsharMuhajir
Tempat TinggalMakkahMadinah• Suriah
Penyebab Wafat /SyahadahTerkena wabah penyakit
Tempat dimakamkanPemakaman Bab al-Shaghir, Damaskus
Informasi Keagamaan
Keikutsertaan dalam GhazwahIkut serta dalam berbagai peperangan bersama Nabi saw
Hijrah keMadinah
Terkenal sebagaiMuadzin Nabi saw
Aktivitas lainPerawi hadis Nabi saw

Bilal bin Rabah (bahasa Arab:بلال بن رباح) terkenal dengan Bilal al-Habasyi (بلال الحبشی) (W. 17-21 H/638-642) adalah seorang sahabat dan Muadzin Nabi Muhammad saw. Ia termasuk golongan orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Ia adalah orang yang dipercaya untuk mengurus uang di baitul mall di masa Nabi. Ia turut serta dalam semua peperangan Nabi. Setelah Rasul wafat, meskipun ia masih hidup, namun ia tidak mengumandangkan azan untuk siapa pun kecuali hanya dalam beberapa kesempatan. Ia dikuburkan di Pemakaman Bab al-Shaghir di Damaskus.

Julukan

Keluarga Bilal berasal dari Naubah (sebuah tempat di sebelah utara Sudan dan sebelah selatan Mesir).[1] Ayah Bilal termasuk tawanan Habasyah. [2] Ia sendiri berasal dari keluarga Bani Jumah atau Sarah (penduduk Makkah dan lahir dari keluarga budak. [3] Sebagian menulis bahwa tahun kelahirannya adalah tiga tahun setelah Tahun Gajah. [4] Karena nama Ibundanya adalah Hamamah, maka ia juga terkenal dengan nama Ibnu Hamamah. [5] Julukan yang paling masyhur baginya adalah Abu Abdillah. Terdapat pula julukan-julukan lainnya bagi Bilal. [6] Dikatakan bahwa nasabnya berasal dari Habasyi, Qurasyi dan Taimi. [7] Bilal memiliki perawakan tinggi, kurus, kulit sangat coklat, bungkuk, rambut panjang dan berwarna abu-abu serta memiliki wajah yang elok. [8]

Pemuka dalam Islam

Ia termasuk golongan orang-orang yang pertama kali memeluk Islam. [9] Atas jalan yang dipilihnya, ia banyak disiksa oleh kaum kafir Makkah khususnya Umayyah bin Khalaf yang merupakan tuannya, namun ia sangat teguh dengan agama pilihannya. [10]

Bebas dari perbudakan

Setelah berbulan-bulan bersabar atas kesusahan dan kepedihan yang menimpa, Bilal akhirnya merdeka. Sekelompok orang menilai bahwa yang memerdekan Bilal adalah Abu Bakar namun jika ditinjau dari segi sejarah yang ada maka hal ini tidak mungkin. Abu Ja'far Iskafi, guru Ibnu Abil Hadid menukilkan dari Waqidi, Ibnu Ishak dan lainnya bahwa yang memerdekakan Bilal adalah Nabi Muhammad saw. [11] Syaikh Thusi [12] dan Ibnu Syahr Asyub [13] juga menulis bahwa Bilal dibebaskan oleh Nabi Muhammad saw. Nukilan kata-kata dari Nabi bahwa: "Jika aku memiliki kekayaan, maka aku akan membeli dan membebaskan Bilal" [14] bertentangan dengan kenyataan sejarah karena Khadijah sa telah memberikan semua kekayaannya untuk digunakan di jalan Allah oleh Nabi saw, disamping bahwa kemampuan perekonomian Abu Bakar tidak begitu mampu untuk membeli dan membebaskan budak yang berada dibawah siksaan tuannya, diantaranya Bilal. [15]

Penolong Dekat Nabi Muhammad saw

Setelah merdeka, ia bergabung dengan kaum muslimin dan menjadi muadzin Islam pertama. Ia selalu berada di samping Nabi saw baik ketika beliau berada dalam keadaan safar maupun tidak. [16] Ia termasuk orang-orang yang mulia dan orang yang dekat dengan Nabi Saw. [17] Bilal juga menjadi bendahara baitul mal Nabi Muhammad saw. [18] Ia selalu hadir dalam semua perang Nabi. [19] Dalam Perang Badar, ia memberi isyarat kepada kaum Muslimin untuk membunuh Umayah bin Khalaf dan anaknya. [20] Menurut laporan sejarah, Bilal sendiri yang membunuh Umayah. [21] Nabi Muhammad saw di Madinah menjalinkan persaudaraan antara Bilal dan Abdullah bin Abdurrahman Khats'ami. [22] Menurut Ibnu Hisyam (W. 218 H/833) hingga Bilal masih hidup, bendahara baitul mal Habasyah dan Khats'am adalah satu. [23] Sebagian menuliskan bahwa akad persaudaraannya dengan Ubaidah bin Harits [24] dan atau dengan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. [25] Akad persaudaraan ini kemungkinan berkaitan dengan akad persaudaraan sebelum Hijrah ke Madinah.

Pengumandang Adzan

Bilal adalah muadzin pertama Islam. Dinukilkan bahwa ia melafadzkan huruf "syin" dengan "sin" dan dalam riwayat diberitakan bahwa bacaan "sin" yang dibacakan oleh Bilal dihadapan Allah swt adalah "syin". [26] Pada hari Fathu Makkah Bilal berdasarkan perintah Nabi Muhammad saw berdiri di atas Kakbah dan mengumandangkan azan dengan suara yang sangat lantang. Orang-orang kafir Makkah sangat marah dengan peristiwa ini. [27]

Setelah Nabi Muhammad saw

Setelah Nabi Saw meninggal, Bilal tidak lagi mengumandangkan azan selain hanya beberapa kali. [28] Salah satunya adalah ketika Sayidah Fatimah sa memintanya, namun karena hal ini menjadikan Sayidah Fatimah sa ingat akan kesusahan yang menimpa setelah wafat ayahnya bahkan beliau sampai sakit karenanya, maka Bilal dengan terpaksa menghentikan alunan azannya. [29] Waktu lain yang ia kumandangkan adalah ketika ia berziarah ke kuburan Nabi Muhammad saw di Madinah dan Imam Husain as memintanya untuk mengumandangkan azan dan Bilal pun mengiyakannya. Kejadian ini memberikan kesan yang mendalam bagi masyarakat Madinah. [30] Terakhir kali adalah ketika khalifah kedua meninggalkan Madinah dan akan pergi ke Syam (berdasarkan perkataan Thabari terjadi pada tahun 17 H/638) di Jabiyah, kaum Muslimin meminta Bilal mengumandangkan azan, Bilal pun mengiyakannya dan semua orang menangis karena mengingat masa-masa Rasulullah. [31] Sumber-sumber sejarah mengatakan sebab-sebab yang menjadikan Bilal tidak lagi mengumandangkan azan setelah Nabi Muhammad saw wafat dan ia meninggalkan Madinah dan menuju Syam adalah karena ia memahami fadhilah jihad dan selalu ingin berjuang. Ia hijrah ke Syam pada masa kekhalifahan Abu Bakar [32] atau Umar bin Khattab [33], namun tidak tercatat kehadiran Bilal pada peperangan dan futuhat. [34] Dari sebagian sumber dapat dipahami bahwa ia pergi ke Syam karena protes atas sebuah suatu peristiwa yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. [35]

Perawi Hadis-hadis Nabi Muhammad saw

Bilal juga merupakan perawi hadis dan sejumlah sahabat dan tabi'in meriwayatkan hadis darinya. [36] Sebagai contoh, ia dalam hadis yang cukup panjang meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad saw tentang fadhilah azan. [37]

Kedudukan Bilal

Terdapat banyak riwayat dari Nabi Muhammad saw yang menjelaskan tentang keutamaan Bilal misalnya bahwa Bilal termasuk golongan pendahulu dan orang-orang yang pertama masuk Islam, [38] ia adalah penghulu para muadzin [39], Surga menanti kedatangan tiga orang: Ali as, Ammar bin Yasir dan Bilal [40]; Tiga orang berkulit hitam merupakan penghulu surga: Lukman Hakim, Najasyi dan Bilal [41] dan juga doa Nabi saw untuknya karena ia telah menolong Sayidah Fatimah sa dalam hal pekerjaan rumah. [42] Imam Ali as juga menilai bahwa Bilal adalah orang-orang yang terdahulu dalam memeluk Islam. [43] Imam Ali as juga memuji keikhlasan dan kebersihan jiwa Bilal. [44] Imam Sajjad as juga memuji Bilal dan menukilkan argumentasinya dalam menjawab keutamaan-keutamaan Imam Ali as dihadapan musuh-musuhnya. [45] Imam Shadiq as menyebut Bilal sebagai hamba saleh [46] dan pecinta Ahlul Bait as. [47] Menurut nukilan dari para mufasir, beberapa ayat turun karena Bilal dan para sahabatnya: Al-Nisa ayat 59 [48], Al-An'am ayat 52 [49], Al-Nahl ayat 110 [50], Al-Kahf ayat 28 [51], Al-Hujurat ayat 11 dan 12. [52]

Pernikahan dan Putra-putra

Terdapat banyak laporan mengenai pernikahan Bilal. Baladzuri dalam melaporkan pernikahan Bilal, menulis ia menikah dengan putri dari Bani Zuhrah atau putri dari Bani Kananah menurut laporan yang lain. [53] Demikian juga dikatakan bahwa Bilal bersama saudaranya dalam perjalanan untuk rencana pernikahannya. Ketika terjadi pelamaran, ia mengenalkan dirinya dengan mengatakan: Aku adalah Bilal dan laki-laki ini adalah saudaraku, kami berdua adalah para budak dari Habasyah. Kami adalah orang-orang yang tersesat sehingga Allah swt mengkaruniakan jalan hidayah bagi kami. Kami adalah budak yang dimerdekakan oleh Allah. Apabila Anda memberikan putri-putri Anda, Alhamdulillah dan jika tidak… Allahu Akbar keluarga pihak perempuan, sebelum menjawab pinangan Bilal pergi menemui Rasulullah saw meminta pendapat. Nabi Muhammad saw telah merekomendasikan Bilal kepada mereka sebanyak tiga kali dan berkata: Siapa lagi yang lebih baik darinya, seseorang yang merupakan ahli surga? [54] Meskipun sebagian penulis memberitakan bahwa Bilal tidak mempunyai anak [55] namun Sakhawi dalam kitabnya, menulis bahwa Bilal memiliki anak bernama Umar yang merupakan penolongnya. [56] Ibnu Katsir juga menuliskan bahwa Hilal bin Abdurahman berasal dari keturunan Sulaiman bin Bilal, muadzin Nabi Muhammad saw. [57]

Wafat

Sebagian sumber-sumber sejarah menuliskan bahwa ia meninggal pada tahun 20 H/641 setelah Hijrah di Damaskus. [58] Namun di sumber-sumber rujukan lainnya ditulis pada tahun-tahun 17,18 dan 21 setelah Hijrah. [59] Dan disebagian rujukan sejarah dijelaskan secara terang bahwa ia meninggal karena wabah penyakit yang tersebar kala itu. [60] Berdasarkan pendapat masyhur, ia dikuburkan di pemakaman Bab al-Saghir ,Damaskus. [61] [62] Sebagian mencatat ia dikuburkan di pintu Keisan Dayya dan pintu Arbain Halab. [63] Namun Mazzi memberikan kemungkinan bahwa seseorang yang dikuburkan di Halab adalah Khalid, saudara Bilal. [64]

Catatan Kaki

  1. Al-Wafi, jld. 21, hlm. 114
  2. Ibnu Atsir, Al-Kamil, jld. 1, hlm. 66.
  3. Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 505; Ibnu Sa'ad, jld. 3, hlm. 232.
  4. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Abdul Barr, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 475.
  5. Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, hlm. 191; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Hajar Asqalani, al-Ishabah, jld. 1, hlm. 32.
  6. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3; Ibnu Qutaibah, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 178' Rijal, hlm. 8; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136.
  7. Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag. 1, juz 1, hlm. 136, Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290.
  8. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238-239; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr,al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180.
  9. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 4, hlm. 215; Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 404; Thabarai, Tarikh, jld. 2, hlm. 315.
  10. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 210-211; Thabari, Tarikh, jil 2, hlm. 452; Abu Nu'aim, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 148.
  11. Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, jld. 13, hlm. 273; Tastari, Qamus al-Rijal, jld. 2, hlm. 393.
  12. Thusi, Rijal, hlm. 8.
  13. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 1, hal 171.
  14. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181; Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 243; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 352.
  15. Amili, Al-Sahih, jld. 2, hlm. 36038, 277-383; jld. 1, hlm. 211; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181; Ibnu Atsir, al-Kamil, jld. 2, hlm. 66-67; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 352.
  16. Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, hlm. 299; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 136-137, 177-179, jld. 3, hlm. 234; Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 2, hlm. 66-67.
  17. Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 148; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 452.
  18. Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 243.
  19. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 239; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld.1, hlm. 178; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 433.
  20. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 531; Tarikh, jld. 2, hlm. 452-453.
  21. Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 182; Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 243.
  22. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 355.
  23. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 356; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88.
  24. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 51; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 178.
  25. Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136; Ibnu Hajar Asqalani, al-Ashabah, jld. 1, hlm. 326, Qumi.
  26. Qumi, Muntaha al-Amal.
  27. Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 5, hlm. 136; Ibnu 'Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, 466; Quthub Rawandi, al-Kharaij al-Jaraih, jld.1 , hlm. 97-98, 163-164.
  28. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 236-237; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88, Ibnu babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 184; Mufid, Al-Ihtisas, hlm. 73.
  29. Ibnu Babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 194.
  30. Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 244-245; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 289.
  31. Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88, Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 65-66; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 470-471.
  32. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 236-237; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88, Abu Na'im, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 150-151; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181.
  33. Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180-181; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 467; Ibnu Asakir, A'yan al-Syiah; Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 244.
  34. Amin, A'yan al-Syiah, jld. 3, hlm. 605.
  35. Nuri, Nafs al-Rahman, hlm. 379; Qumi, Safinah al-Bihar, jld. 1, hlm. 104-105.
  36. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 7, hlm. 509; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 429, 435; Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Tarikh Dimasyq, jld. 10, hlm. 429, 439; Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Nuri, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136-137; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 288-289.
  37. Ibnu Babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 189-194; Fattal Naisyaburi, Raudhah al Wa'idzin, jld. 2, hlm. 343-345.
  38. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 232; Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 149.
  39. Abu Na'im, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 147; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 355.
  40. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 451' Shafadi, Kitab al-Wafi, jld. 10, hlm. 276.
  41. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 462.
  42. Warram, jld. 2, hlm. 230.
  43. Ibnu Babuwaih, al-Khisal, jld. 1, hlm. 312; Fattal Naisyaburi, Raudhah al-Wa'idhin, jld. 2, hlm. 307.
  44. Ibnu Fahd Hilli, Iddah al-Da'i, hlm. 27.
  45. Tafsir Mansub bi Imam Hasan Askari, hal 621-623.
  46. Kasysyi, Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, hlm. 39.
  47. Mufid, Al-Ikhtishash, hlm. 73.
  48. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 3, hlm. 87.
  49. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 3, hlm. 87.
  50. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 248; Thusi, al-Tibyan, jld. 6, hlm. 631.
  51. Shafadi, Kitab al-Wafi, jld. 10, hlm. 276.
  52. Zamakhsyari, al-Kasyaf, jld. 4, hlm. 370; Abul Futuh Razi, Tafsir Ruh al-Jinan, jil 10, hlm. 253; Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 5, hlm. 136; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 466.
  53. Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 189 (Cet Zakor, jld. 1, hlm. 214)
  54. Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 571.
  55. Ibnu 'Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 431; Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 244.
  56. Sakhawi, al-Tuhfah al-Latifah, hlm. 21.
  57. al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 12, hlm. 195.
  58. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 112; Khatib Baghadadi, Tarikh al-Baghdadi, jld. 1, hlm. 184.
  59. Thusi, Rijal, hlm. 8; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 433, 476-479; Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 244.
  60. Thusi, Rijal, hlm. 8; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 467; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290; Ibnu Hajar Asqalani, al-Ashabah, jld. 1, hlm. 327.
  61. Thusi, Rijal, hlm. 9; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu 'Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 433, 476-479.
  62. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damaskus, jld. 10, hlm. 480; Ibnu Atsir, Usdu al-Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 137; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 359-360.
  63. Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 291.
  64. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 137; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290.

Daftar Pustaka

  • Abu Na'im, Ahmad bin Abdullah, Hilyah al-Auliya wa Thabaqat al-Asyfiya, Beirut, 1387/1967.
  • Abul Futuh Razi, Husain bin Ali, Tafsir Ruh al-Jinan, cet. Abul Hasan Sya'rani dan Ali Akbar Ghafari, Tehran, 1382-1387.
  • Amili, Ja'far Murtadha, Al-Sahih min Sirah Nabi A'dham, Qum, 1403.
  • Amin, Muhsin, A'yan al-Syiah, cet. Hasan Amin, Beirut, 1403/1983.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Siyar A'lam al- Nubala, Cet. Husain Asad, Beirut, 1402/1982.
  • Fattal Neisyaburi, Muhammad bin Hasan, Raudhah al-Wa'idzin, cet. Husain A'lami, Beirut, 1406/1986.
  • Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab fi Ma'rifah al-Ashhab, cet. Ali Muhammad Bijawi, Qahirah, 1380(1960)
  • Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, cet. Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Qahirah, 1385/1965-1967, cet. Offset, Beirut
  • Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, Cet. Ali Syiri, Beirut, 1415/1995, Ibnu Asakir
  • Ibnu Atsir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Beirut, 1399-1402/1982-1979.
  • Ibnu Babuwaih, Kitab Al-Khishal, Cet. Ali Akbar Ghifari, Qum, 1362 S.
  • Ibnu Babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, cet. Ali Akbar Ghafari, Beirut, 1401 H.
  • Ibnu Fahd Hilli, Iddah Da'i wa Najah al-Sa'i, Ahmad Muwahidi Qumi, Beirut, 1407/1987.
  • Ibnu hajar Asqalani, Al-Ashabah fi Tamiz al-Shahabah, cet. Ali Muhammad Bijawi, Berut, 1412 H/1992.
  • Ibnu Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut, tanpa tanggal.
  • Ibnu Hisaym, Al-Sirah al-Nabawiyah, cet. Suhail Zakar, Beirut, 1412/1992.
  • Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, cet. Suhail Zakar, Beirut, 1398 H.
  • Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, cet. Feridand Wustanfalad, Guting, 1850.
  • Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, Beirut, 1405/1985.
  • Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, cet. Hasyim Rasuli Mahalati, Qum,1379.
  • Imam Askari, Hasan bin Ali (Tafsir, Qum, 1409)
  • Kasyi, Muhammad bin Umar Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, Muhammad bin Hasan Thusi, cet. Hasan Musthafawi, Masyhad, 1348 S.
  • Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali, Tarikh Baghdad, Beirut, tanpa tanggal.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad, Al-Ihtishash, cet. Ali Akbar Ghifari, Qum, Tanpa tahun.
  • Muzzi, Yusuf bin Abdurahman, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, cet. Bisyar Awwad Ma'ruf, Beirut, 1403-1405/1983-1985.
  • Nuri, Husain bin Muhammad Taqi, Nafas al-Rahman fi Fadhail Salman Radhiyallahu anhu, cet Jawad Qayumi, Tehran, 1369 S.
  • Nuri, Yuhain bin Syara, Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, Tehran, Tanpa tanggal.
  • Qumi, Abas, Muntaha al-Amal, Qum, Dalil, 1379 S.
  • Qumi, Abas, Safinah al-Bihar fi Madinah al-Hakam wa al-Atsar, Beirut.
  • Qutb Rawandi, Sa'id bin Habatullah, Al-Kharaij wa al-Jaraih, Qum, 1405 H.
  • Safadi, Khalil bin Aibak, Kitab al-Wafi bi al-Wafiyat, cet. Jakelin Sulh wa Ali Amarah, Wisabadan, 1400.1980.
  • Sakhawi, Muhammad, Al-Tahifah al-Lathifah, Beirut, 993 M.
  • Tastari, Muhammad Taqi, Qamus al-Rijal, 1410 H.
  • Thabari Muhammad bin Jarir, Tarikh Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, cet. Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Beirut, 1482-1387/1962-19767.
  • Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Majma al-Bayan fi Tafsir al-Quran, cet. Ahmad Arif Zain, Saida, 1333/1356/1914-1937.
  • Thusi, Muhamad bin Hasan, Al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, cet. Ahmad Habib Qushair Amili, Qum, 1409.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan, Rjal al-Thusi, Najaf, 1380/1961.
  • Usdu al-Ghabah fi Ma'rifah al-Shahabah, cet. Muhammad Ibrahim Bina dan Muhammad Ahmad Asyur, Ibnu Atsir, Qahirah, 1970-1973.
  • Zamakhsyari, Mahmud bin Umar, Al-Kasyaf, cet. Musthafa Husain Ahmad Beirut, 1406 H.
  • Zargari Nejad, Ghulam Husain, Tarikh Sadr Islam, Tehran, Intisyarat Semat, 1387.