Abdurrahman bin 'Auf

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
Sahabat
http://id.wikishia.net/view/Majma_Jahani_Ahlulbait_As
Info pribadi
Nama lengkapAbdurrahman bin 'Auf
JulukanAbu Muhammad
LakabOrang Yang Hijrah Dua Kali (من هاجر هجرتین)
Muhajir/AnsharMuhajir
Wafat/Syahadah32 H
Tempat dimakamkanBaqi, Madinah
Informasi Keagamaan
Hijrah keHabasyahMadinah
Peran utamaKomandan Sariyyah Dumat al-Jandal • Hadir Dalam Syura 6 Orang Untuk Memilih Khalifah Usman

Abdurrahman bin 'Auf (wafat th.32 H) (Bahasa Arab:عبد الرحمن بن عوف) adalah sahabat Nabi saw dan salah seorang dari anggota Syura Enam Orang. Dia termasuk dari orang-orang pertama yang menerima Islam. Dia juga hadir dalam hijrah ke Habasyah dan hijrah ke Madinah. Dia ikut serta dalam semua ghazwah Nabi saw. Dia juga hadir dalam peristiwa Saqifah. Tugas terpentingnya paska wafat Nabi adalah hadir dalam Syura Enam Orang dan pemilihan Usman sebagai khalifah kaum muslimin. Ahlusunnah meyakini Abdurrahman bin 'Auf termasuk bagian dari 10 orang yang dijanjikan surga oleh Nabi ('Asyarah Mubasysyarah)

Nasab dan Kelahiran

Abdurrahman adalah putra 'Auf bin Abdi 'Auf [1] lahir pada tahun Gajah.[2] Ibunya, Syafa adalah putri 'Auf bin Abd bin Harits.[3]

Namanya di masa jahiliyah Abdu Amr atau Abdul Ka'bah dan Nabi saw mengubah namanya menjadi Abdurrahman.[4]

Abdurrahman Pada Masa Nabi saw

Abdurrahman termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Dia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar.[5] Abdurrahman adalah orang yang melakukan dua hijrah. Atas perintah Nabi, dia bersama sejumlah muslimin hijrah ke Habasyah. Sebelum hijrah Nabi, ia kembali ke Mekah dan bersama kaum muslimin hijrah ke Madinah.[6]

Di Madinah, Nabi mengadakan akad Persaudaraan di antara kaum muslimin. Sebagian sumber meyakini akad persaudaraan Abdurrahman dengan Utsman[7] dan sebagian lagi meyakininya dengan Saad bin Rabi'.[8]

Ahlusunah meyakini Abdurrahman termasuk bagian dari 10 orang yang dijanjikan surga oleh Nabi saw ('Asyarah Mubasysyarah).[9] Abdurrahman menukil beragam riwayat[10] di antaranya riwayat 'Asyarah Mubasysyarah.[11]

Ikut Serta Dalam Ghazwah dan Sariyyah Dumah al-Jandal

Adurrahman hadir dalam semua perang Nabi saw[12] Pada perang Uhud dia termasuk orang yang tidak lari dan menetap di medan tempur bersama Nabi dan beberapa sahabat [13] Di perang ini dia mengalami banyak luka yang sebagiannya meyebabkan dia pincang.[14] selain dalam ghazwah dia juga dikirim dalam sariyyah. Sariyyah ini di daerah Dumah al-Jandal. Dengan penerimaan Islam oleh pihak lawan maka sariyyah ini berakhir tanpa pertikaian.[15] Sariyyah ini terkenal juga dengan sariyyah Abdurrahman bin 'Auf.[16]

Nabi saw Bermakmum Kepada Abdurrahman Pada Salat Subuh

Sumber-sumber Ahlusunah menukil dari Mughirah bin Syu'bah: Pada perjalanan di salah satu perang, Rasulullah saw berpisah dari para pasukan untuk buang hajat. Selepas buang hajat aku menuang air dan Nabi mengambil wudhu. Disaat kami kembali, Abdurrahman sudah melewati rakaat pertama (dia menjadi imam salat jamaah), dan saat dia tahu akan kehadiran Nabi saw ia hendak mundur ke belakang, tapi Nabi dengan isyarahnya menyuruh dia tetap pada tempatnya, kemudian beliau salat satu rakaat di belakang dia. Saat dia dan para makmum mengucapkan salam, Nabi berdiri dan melanjutkan rakaat kedua, kemudian salam.[17]

Sebagian ulama Syiah menolak riwayat ini karena banyak kejanggalannya.[18]

Abdurrahman Pasca Wafatnya Nabi

Sepeninggal Nabi saw, Abdurrahman hadir di Saqifah.[19] Dia juga hadir dalam sebagian peristiwa yang lain dan terkadang dia diberi tugas dan wewenang.[20] Dengan semua ini, peran dan pengaruh terpenting Abdurrahman pasca Nabi wafat adalah menjadi Anggota Syura Enam Orang setelah khalifah kedua meninggal.

Anggota Syura Enam Orang

Syura Enam Orang adalah syura yang dibentuk oleh Umar bin Khattab untuk memilih khalifah setelahnya. Atas perintah Umar, khalifah setelahnya harus dipilih oleh anggota syura. Khalifah kedua selain menjadikan Abdurrahman sebagai anggota syura, juga memberi wewenang kepadanya, yaitu jika syura yang menjadi dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 orang berbeda pendapat, maka pendapat kelompok Abdurrahman lah yang diterima.[21]

Akhirnya, Abdurrahman memanfaatkan wewenang ini dan memilih saudara istrinya, yakni Usman sebagai khalifah kaum muslimin.[22]

Abdurrahman dan Usman

Abdurrahman pemeran pertama dalam mengangkat Usman sebagai khalifah. Namun, berdasarkan sumber-sumber historis, dia menyesal atas kinerja dan pilihannya itu:

  • Setalah Abu Dzar diasingkan ke Rabadzah oleh Usman dan meninggal di sana, Ali as kepada Abdurrahman berkata demikian: "Ini hasil pekerjaanmu (kamu memilih Usman)", Abdurrahman menjawab: 'Jika engkau mau, kami akan ambil pedang (dan bangkit atasnya), dia (Usman) telah menghancurkan segala sesuatu yang aku berikan kepdanya'.[23]
  • Abdurrahman bersumpah untuk tidak berbicara dengan Usman.[24]
  • Abdurrahman berwasiat supaya Usman tidak menyolatkan jenazahnya.[25]

Kekayaan

Abdurrahman memiliki kekayaan yang banyak yang diperoleh dari perniagaan.[26] Sumber-sumber historis menukil banyak riwayat terkait harta melimpah Abdurrahman:

  • Abdurrahman berwasiat supaya memberikan kebun yang dibelinya seharga 400 ribu keping emas kepada isteri-isteri Nabi.[27]
  • Dia berwasiat supaya masing-masing orang yang hadir dalam perang Badar yang masih hidup (sekitar 100 orang) diberikan 400 keping emas.[28]
  • Abdurrahman mendatangi Ummu Salamah dan berkata: "Hai Ummul Mukminin, aku khawatir hartaku yang banyak ini menghancurkan diriku", Ummu Salamah berkata: "Infakkan lah".[29]

Wafat

Abdurrahman wafat tahun 32 H [30] pada masa khilafah Usman dan dikebumikan di Baqi.[31]

Mengenai siapa orang yang menyalati dia terjadi perbedaan pendapat.[32]

Catatan Kaki

  1. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, 1409 H, jld.3, hlm.376.
  2. Dzahabi, Tarikh al-Islam, jld.3, hlm.391
  3. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld.3, hlm.376
  4. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld.1, hlm.203
  5. Maqdisi, al-Bad'u wa al-Tarikh, tanpa tahun, hlm.4, hlm.145
  6. Ibnu Abdilbar, al-Isti'āb, 1412 H, jld.2, hlm.844
  7. Qummi, Tafsir al-Qummi, 1404 H, jld.2, hlm.109
  8. Bukhari, Shahih Bukhari, 1422 H, jld.3, hlm.52
  9. Sajistani, Sunan Ibni Daud, jld.4, hlm.211
  10. Baihaki, Syu'ab al-Iman, 1423 H, jld.9, hlm.379
  11. Ibnu Hibban, Shahi Ibnu Hibban, 1413 H, jld.15, hlm.463
  12. Ibnu Saad, al-Thabaqāt al-Kubrā,1418 H, jld.3, hlm.95
  13. Shalehi Dimasyqi, Subul al-Huda, 1414 H, jld.11, hlm.318
  14. Dzahabi, Tarikh al-Islam, 1409 H, jld.3, hlm.392
  15. Waqidi, al-Maghazi, 1409 H, jld.2, hlm.560
  16. Baladzuri, Ansabu al-Asyraf, jld.1, hlm.378
  17. Qusyairi Nisyaburi, Shahih Muslim, jld.1, hlm.317
  18. Jakfar Murtadha Amili, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zam, 1426 H, jld.29, hlm.313-316
  19. Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi, jld.2, hlm.123
  20. Ibnu Saad, al-Tabaqāt al-Kubrā, jld.3, hlm.99
  21. Suyuthi, Tarikh Khulafa, hlm.129-137
  22. Ibnu Abil Hadid, Syarhu Nahjil Balaghah, 1404 H, jld.1, hlm.189
  23. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld.5, hlm.546
  24. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld.5, hlm.547
  25. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld.5, hlm.546
  26. Dzahabi, Tarikh al-Islam, 1409 H, jld.3, hlm.393
  27. Shalihi Dimasyqi, Subul al-Huda, jld.11, hlm.319
  28. Shalihi Dimasyqi, Subul al-Huda, jld.11, hlm.319
  29. Shalihi Dimasyqi, Subul al-Huda, jld.11, hlm.378
  30. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld.1, hlm.204
  31. Ibnu Abdil Bar, al-Isti'āb, jld.2, hlm.850
  32. Shalihi Dimasyqi, Subul al-Huda, jld.11, hlm.321

Daftar Pustaka

  • Ibnu Abil Hadid, Syarhu Nahjul Balagha, riset Ibrahim, Muhammad Abul Fadhl, pustaka Ayatullah Mar'asyi Najafi, Qum, 1404 H.
  • Ibnu Atsir al-Jazri, Ali bin Muhammad? usd al-Ghabah fi Makrifah al-Shahābah, Darul Fikr, Bairut, 1409 H.
  • Ibnu Saad Katib al-Waqidi, Muhammad bin Saad, al-Thabaqāt al-Kubrā, Darul Kutub al-ilmiah, Bairut, cet.2, 1418 H.
  • Ibnu Abdil Bar, Yusuf bin Abdullah, al-Isti'āb fi Makrifah al-Ashhāb, riset: al-Bajawi, Ali Muhammad, Darul Jabal, Bairut, cet.1, 1412 H.
  • Abu Bakar al-Baihaqi, Syu'ab al-Iman, riset: Abdul 'Ula Abdul Hamid Hamid, Maktabah al-Rusyd, India,.cet.1, 2003 M
  • Bukhari, Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, riset: al-Nashir, Muhammad Zuhair bin Nashir, Dar Thauq al-Najah, Bairut, cet.1, 1422 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya, Ansāb al-Asyrāf, riset: Zikar Suhail Zirikli, Riyad, Bairut, Darul Fikr, cet.1, 1417 H.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Tarikh al-Islam, riset: Tadmuri, Umar Abdussalam, Darul Kitab al-Arabi, Bairut, cet.2, 1409 H.
  • Sajistani, Abu Daud Sualiman bi Asy'ats, Sunan Abi Daud, riset: Abdul hamid, Muhammad Muhyiddin, al-Maktabah al-Ashriyah, Shaida, Bairut, tanpa tahu.
  • Suyuthi, Jalaluddin, Tarikh Khulafa, Darul Qalam al-Arabi, Halab, 1413 H.
  • Shalihi Dimasyqi, Muhammad bin Yusuf, Subul al-Huda wa al-Rasyād fi Sirati Khairil Ibād, Darul Kutub al-Ilmiah, Bairut, cet.1, 1414 H.
  • Amili, Jakfar Murtadha, al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zam, Darul Hadits, Qum, 1426 H.
  • Qusyairi Nisyaburi, Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, riset: Abdul Baqi, Muhammad Fuad, Darul Ihya al-Turats al-Arabi, Bairut, tanpa tahun.
  • Qummi, Ali bin Ibrahim, Tafsir al-Qummi, riset: Musawi Jazairi, Sayid Thayyib, Darul Kitab, Qum, cet.3, 1404 H.
  • Muhammad bi Hibban, Shahih Ibnu Hibban, riset: Syuaib al-Arnauth, Muassasah al-Risalah, Bairut, cet.2, 1414 H.
  • Maqdisi, Muthahhar bi Thahir, al-Bad'u wa al-Tarikh, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyyah, Bur Said, tanpa tahun.
  • Waqidi, Muhammad bin Umar, Kitab al-Maghazi, riset: Marsde Johns, Muassasah al-A'lami, Bairutn cet.3, 1309 H.
  • Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qub, Tarikh al-Ya'qubi, Dar Shadir, Bairut, cet.1, tanpa tahun.