Hujr bin 'Adi

Artikel bagus sejak15 Maret 2017
Prioritas: a, Kualitas: a
Dari wikishia

Sahabat Imam
Hujr bin 'Adi
pintu masuk tempat ziarah Hujr bin 'Adi di Maraj 'Azra, Damaskus, sebelum dihancurkan oleh Wahhabi
Nama LengkapHujr bin 'Adi bin Jabalah al-Kindi
Sahabat dariImam Ali as
JulukanAbu 'Abd al-Rahman
Tempat TinggalKufah
Wafat/Syahadah51, 52 atau 53 H/671, 672 atau 673
Tempat dimakamkanPerbatasan 'Adhra, Suriah


Imam Pertama Syiah
Ali as


Biografi
Peristiwa GhadirLailatul MabitYaum al-DarGaris kehidupan


Warisan
Nahj al-BalaghahGhurar al-HikamKhutbah SyiqsyiqiyyahHaram Imam Ali as


Keutamaan
Keutamaan Ahlulbait AsAyat WilayahAyat Ahlu ZikrAyat Ulil AmriAyat TathirAyat MubahalahAyat MawaddahAyat ShadiqinAyat Syira'Hadis Madinatul ‘IlmiHadis TsaqalainHadis RayatHadis SafinahHadis Kisa'Khutbah al-GhadirHadis ManzilahHadis Yaum al-DarHadis Sadd al-AbwabHadis WishayatKelahiran di KakbahPeristiwa Penghancuran Berhala


Sahabat
Ammar bin YasirMalik al-AsytarAbu DzarUwais al-Qarani'Ubaidillah bin Abi Rafi'Muhammad bin Abu BakarHujr bin 'Adilain



Hujr bin 'Adi bin Jabalah al-Kindi (Bahasa Arab:حُجْر بن عَدي بن جَبَلة الکندي) adalah salah seorang sahabat Nabi Saw dan termasuk salah satu dari sahabat-sahabat setia Imam Ali as dan juga tergolong dari salah satu pemuka tokoh Kufah.

Dia memiliki peranan yang luar biasa dalam berbagai peperangan seperti Perang Jamal, Shiffin dan Nahrawan. Dia gugur sebagai syahid di tangan Muawiyah karena membela dan memperjuangkan wilayah kepemimpinan Imam Ali as.

Menurut riwayat Masudi, dia adalah salah seorang muslim pertama yang di zaman pengembangan perluasan Islam memasuki perbatasan 'Azra' dan menaklukkan daerah tersebut serta orang muslim pertama yang syahid karena perintah Muawiyah.

Terbunuhnya Hujr dan pengikutnya membangkitkan protes dan kritik Imam Husain as, masyarakat Kufah dan sebagian dari kerabat-kerabat pendukung Muawiyah seperti Malik bin Hubairah.

Pada 2 Mei 2013, tempat ziarah dan pemakaman Hujr bin 'Adi rusak dan dihancurkan oleh kelompok wahhabi Jabhat al-Nushrah.

Nasab dan Panggilan

Hujr bin 'Adi bin Muawiyah bin Jabalah al-Kindi al-Kufi, dijuluki dengan Abu Abdurrahman dan dikenal dengan Hujr Kheir dan Hujr bin Adbar[1](Adbar adalah gelar ayahnya). Di sebagian sumber nasabnya dikenal sebagai berikut: Hujr bin 'Adi bin Bajlah. [2]

Kedudukan

Hujr bin 'Adi dan saudaranya, Hani, memeluk Islam di zaman Rasulullah saw dan Hujr ketika itu tergolong dari para pembesar[3]

Hujr bin 'Adi termasuk dari para sahabat Nabi Islam saw yang memiliki kedudukan yang masyhur kezuhudan, ketakwaan dan rajin beribadah. Menurut sejarawan dan hadis dia dijuluki dengan Hujr al-Khair. [4] Dan juga menjulukinya sebagai seorang yang doanya terkabul. [5]

Hujr bin 'Adi diyakini sebagai seorang yang dipercaya dan rajin beribadah. Dia hanya meriwayatkan hadis dari Ali as. [6]

Hadir dalam Penaklukan-penaklukan

Hujr turut dalam penaklukan-penaklukan Islam, di antaranya adalah perang Qadisiyah (tahun 14, 15 atau 16) [7] di dalam perang Jalula' (16, 17 atau 19) juga dia memegang peranan penting dalam perang tersebut menjadi panglima sayap kanan pasukan Amr bin Malik (panglima Sa'ad bin Abi Waqqash). [8]

Dia juga ikut serta dalam pembukaan kota Syam dan termasuk dari pasukan-pasukan yang membuka dan menaklukan perbatasan 'Azra'. Dalam sebuah riwayat dia dikenang sebagai pembuka kota tersebut. [9]

Pemerintahan Imam Ali as

Hujr bin 'Adi setelah mengikuti beberapa penaklukkan, dia memilih untuk tinggal dan menetap di Kufah. [10] Dengan dimulainya pemerintahan Amirul Mukminin as, Imam berkehendak melantik Hujr menjadi pemimpin kabilah Kindah yang juga merupakan kabilahnya sendiri, dan mencabut kepemimpinan Asyasy bin Qais, namun Hujr menyatakan permohonan maafnya kepada Imam untuk tidak menerima jabatan tersebut selama Asyasy masih hidup. [11]

Perang Jamal

Dalam perang Jamal, ketika Abu Musa al-Asyari, gubernur Kufah, menghalangi masyarakat untuk ikut menyertai perang untuk membantu dan menolong Imam Ali as, Hujr bin 'Adi bersama Imam Husain as dan Ammar bin Yasir pergi ke masjid Kufah, mengeluarkan Abu Musa al-Asyari dari Masjid dan mensupport masyarakat untuk ikut serta berperang. Dalam perang ini Imam Ali melantik Hujr bin 'Adi sebagai pemimpin kabilah Kandeh, Hadramut, Qudha'ah dan Mahrah. [12]

Perang Shiffin

Hujr pada Perang shiffin (tahun 27) termasuk salah satu pemimpin laskar Imam Ali as dan panglima pemuda-pemuda perang kabilah Kandeh. [13]

Peristiwa Tahkim

Dalam Peristiwa Tahkim, dia tergolongorang yang terpilih dari masyarakat Irak, untuk menjadi saksi surat perjanjian antara Abu Musa al-Asyari dan Amr bin Ash. [14]

Perang Nahrawan

Hujr dalam Perang Nahrawan (tahun 38) juga menjadi panglima sayap kanan pasukan Imam Ali as dalam pertempuran melawan kelompok Khawarij. [15] Ketika Muawiyah untuk menciptakan suasana tegang di dalam masyarakat Irak, Dhahhak bin Qais diperintah untuk pergi ke sana dengan menyerang para penduduk gurun sahara demi menciptakan suasana tegang dan tidak aman, Imam Ali as, mengirim Hujr bin 'Adi bersama empat ratus orang pasukan untuk melawan mereka. [16] Hujr menguntit para penyerang hingga ke tempat Tadmur, yang akhirnya mereka pun ia kalahkan. Kemudian, menetap di sekitarnya selama dua hari. [17]

Hujr dan Imam Hasan as

Setelah kesyahidan Amirul Mukminin as dan sampainya jabatan keimamahan Imam Hasan as dan tindakan Imam untuk berperang dengan Muawiyah, proses tersebut berjalan sampai menuju batasan dimana Imam melihat maslahat adalah menerima perdamaian yang ditawarkan Muawiyah kepadanya. Hujr adalah orang pertama yang pergi mendatangi Imam dan dengan nada keras memprotes Imam dan mengajaknya untuk meneruskan peperangan. Jawaban Imam ketika itu adalah sebagai berikut: Karena keinginan masyarakat Irak lebih condong pada perdamaian, dia memilih damai sehingga jiwa para Syiah sejatinya terjaga.

Setelah itu, Hujr pergi menghadap Imam Husain as dan kemudian ia menyampaikan pendapatnya tentang peperangan dengan Muawiyah, namun ia mengajaknya untuk mengikuti Imam Hasan as. [18]

Di Masa Muawiyah

Menentang penghinaan terhadap Imam Ali as Karena Mughirah bin Syu'bah (gubernur Kufah) atas perintah Muawiyah supaya melaknat Imam Ali as di atas mimbar, Hujr dan Amr bin Humuq al-Khuza'I bersama sebagian pengikutnya, menentangnya [19] dan melempar batu-batu kerikil kepadanya. Mughirah dengan mengirimkan uang kepadanya berusaha untuk bisa mendekatinya. [20]

Penangkapan Pada tahun 50 Hijriyah, Ziyad bin Abihi selain menjadi gubernur di Bashrah dia juga ditunjuk oleh Muawiyah untuk menjadi penguasa di Kufah, dengan adanya pertemanan antara dia dan Hujr bin 'Adi dia memberi peringatan kepadanya tentang pembelaannya terhadap Ali bin Abi Thalib dan kritik dan protes terhadap Muawiyah, namun Hujr masih terus berani mendorong dan memberi semangat kepada masyarakat untuk menentang Muawiyah. [21]

Ketika Ziyad tinggal di Bashrah, Hujr dan pengikutnya telah melempar dengan batu-batu kerikil kepada Amr bin Huraits, perwakilan Ziyad di Kufah, ketika dia berpidato dengan menjelek-jelekkan Amirul Mukminin dan menghinanya. Amr melaporkan hal itu kepada Ziyad dan kemudian secepatnya Ziyad kembali ke Kufah dan mengirim para anteknya untuk menangkap Hujr dan para pengikutnya[22] sebagian kelompok dari mereka terbunuh dan sebagiannya lagi melarikan diri. Hujr bin 'Adi bersama tiga belas orang lainnya tertangkap.

Di Perjalanan Syam Ziyad, mengirim para tahanan ke hadapan Muawiyah bersama seratus pasukannya dan tentang mereka ia menulis bahwa mereka telah melawan dan menentang dalam melaknat Abu Turab (Ali as) bersama Jama'ah yang ada. Yang kesimpulannya adalah mereka menentang perintah khalifah. Dia menulis surat atas kesaksian sebagian pembesar Kufah atas penentangan mereka terhadap pelaknatan dan penghinaan Ali bin Abi Thalib as secara terang-terangan dan juga menyisipkan penentangan terhadap Hujr. [23]

Kesyahidan

Setelah Hujr dan para pengikutnya sampai di sekitar desa 'Azra' yang terletak di 12 mil Damaskus, Muawiyah kemudian mengeluarkan perintah untuk membunuhnya, [24] namun dengan pertolongan beberapa orang[25] Hujr dan enam orang lainnya diberi kesempatan untuk hidup akan tetapi keselamatan jiwa mereka harus dibayar dengan menghina Ali as. Namun mereka tidak menerima dan lebih memilih untuk dibunuh. Tujuh orang dari pengikut Hujr selamat; [26] Yakubi, [27] menulis tujuh orang yang terbunuh, namun hanya menyebutkan nama enam orang dari mereka, yang salah satunya adalah Hujr.

Menurut riwayat Masudi, [28] tujuh orang dari mereka menerima tawaran untuk membenci Imam Ali as dengan melaknatnya kemudian jiwa merekapun selamat dan tujuh orang lainnya dibunuh. Kemudian orang-orang yang terbunuh dikuburkan di samping kuburan-kuburan yang telah disiapkan dengan kafan yang terbuka dan mereka menemukan kesyahidan kemudian setelah menyalatinya, jasad-jasad suci itupun disemayamkan. [29]

Malam Sebelum Kesyahidan Hujr dan para pengikutnya melakukan salat di malam sebelum kesyahidan dan Hujr juga melaksanakan salat dua rakaat sebelum meneguk cawan syahadah. [30]

Orang Pertama Yang Syahid di Perbatasan 'Adzra' Menurut riwayat Masudi, [31] Hujr bin 'Adi adalah seorang muslim pertama yang disandera dan dibunuh dengan tangan terbelengu. Dia juga seorang muslim pertama di zaman penaklukan-penaklukan yang masuk ke perbatasan 'Azdra' dan menaklukannya dan seorang muslim pertama yang terbunuh di sana. [32]

Saat Syahadah Mengenai sejarah kesyahidannya ada perbedaan pendapat. Thabari dan Ibnu Atsir, mengatakan bahwa dia syahid pada tahun 51 Hijriah, Yakubi, tahun 52, dan Ibnu Qutaibah dan Masudi menyebutkan dia syahid pada tahun 53 Hijriah. [33] Dalam sebuah riwayat yang lemah mengatakan bahwa dia terbunuh pada tahun 50 Hijriah. [34] Abdullah dan Abdurrahman keduanya adalah anak keturunan Hujr bin 'Adi, yang dibunuh oleh Mus'ab bin Zubair pada tahun 67 bersama Mukhtar bin Abi Ubaid Tsaqafi. [35]

Reaksi terhadap kesyahidan Hujr

Para penduduk Kufah menganggap pembunuhan Hujr adalah hal yang mengerikan. Hal ini dilakukan dengan sedemikian buruk sampai membangkitkan kritik dan protes bahkan dari sebagian orang terdekat dengan Muawiyah; sehingga Malik bin Hubairah mengatakan kepadanya bahwa ia telah melakukan yang keji, padahal mereka tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan mereka mesti dibunuh, namun Muawiyah mengatakan dia ingin menghancurkan akar fitnah dan penghasutan. [36]

Reaksi Imam Husain As Mendengar berita ini bagi Imam Husain as sangat menyayat hati dan dalam sebuah surat dilayangkan kepada Muawiyah dan menyatakan bahwa salah satu perbuatan jahatnya adalah membunuh Hujr [37]

Tempat ziarah Hujr bin Ady sebelum dihancurkan oleh kelompok Wahabi

Reaksi Aisyah Aisyah mengirim seseorang ke hadapan Muawiyah untuk menghentikan pembunuhan Hujr, tapi kurir Aisyah baru tiba setelah kesyahidan Hujr [38] kesyahidan Hujr, menimbulkan protes dari Aisyah. Ketika Muawiyah menyebut perbuatannya adalah untuk memperbaiki umat, Asyah berkata:

سمعت رسول الله (صلی الله علیه و آله) یقول سیقتل بعذراء اناس یغضب الله لهم و اهل السماء
Aku mendengar Nabi saw berkata:... Setelahku para penduduk di perbatasan 'Adzra akan terbunuh yang mana Allah dan para penduduk langit akan murka atas pembunuhannya. [39]

Pusara Hujr

Penghancuran tempat ziarah Hujr bin Ady oleh kelompok Wahabi
Penggalian kubur Hujr bin Ady oleh kelompok Wahabi

Menurut riwayat Ibnu Atsir [40] pusara Hujr terletak di tempat perbatasan 'Adzra' yang terkenal dan dikatakan memanjatkan doa di sana akan terkabulkan. Dibangun juga sebuah masjid ini di sebelah makamnya. [41] Dan kini ini, tempat makamnya dijadikan tempat berziarah kaum mukminin.

Penghancuran Kuburan

Pada tanggal 2 Mei 2013M, makam dan kuil Hujr dihancurkan oleh Jabhat Al nushrah yang beroposisi dengan pemerintah Suriah dan setelah penggalian kubur, tubuh suci itu dipindahkan ke sebuah lokasi yang dirahasiakan.

Reaksi terhadap kesyahidan Hujr

Para penduduk Kufah menganggap pembunuhan Hujr adalah hal yang mengerikan. Hal ini dilakukan dengan sedemikian buruk sampai membangkitkan kritik dan protes bahkan dari sebagian orang terdekat dengan Muawiyah; sehingga Malik bin Hubairah mengatakan kepadanya bahwa ia telah melakukan yang keji, padahal mereka tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan mereka mesti dibunuh, namun Muawiyah mengatakan dia ingin menghancurkan akar fitnah dan penghasutan. [42]

Catatan Kaki

  1. Ibnu Hajar, al-Ishābah, jld.2, hlm.33.
  2. Al-Amin, A'yān al-Syiah, jld.4, hlm. 569.
  3. Usdu al-Ghabah, Dar al-Kitab, jld.1, hlm.385.
  4. Usdu al-Ghābah, Dar al-Kitab, jld.1, hlm.386.
  5. Ibid,.
  6. lihat: Ibnu Asad, jld.6, hlm.220; Ibnu Asakir, jld.12, hlm.210.
  7. Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.217; Ibnu Qutaibah, hlm.334, Ibnu Katsir, jld.1, hlm.461.
  8. lihat: Balazuri, hlm.264; Thabari, jld. 4, hlm.27.
  9. lihat: Ibnu Asakir, jld.12, hlm.207, 210-211.
  10. Silakan rujuk; Dinawari, hlm. 140.
  11. Dinawari, hlm. 224.
  12. Lihat: Dinawari, hlm. 144-146; Thabari, jld.4, hlm. 485; Mufid, hlm. 255-256; tentunya riwayat-riwayat sejarah yang telah disebutkan berkenaan dengan orang-orang yang datang ke Kufah yang bertujuan untuk berhadapan dengan Abu Musa al-Asyari dan membangkitkan semangat penduduk Kufah, memiliki perbedaan dan penukilan yang disebutkan ini biasaanya cocok dengan Dinawari. Di sebagian riwayat, peran Malik Asytar sangat menonjol dan di sebagiannya lagi adalah peranan Ibnu Abbas; selain itu ceramah-ceramah Imam Husan dan Ammar bin Yasir juga dalam mensupport dan membangkitkan semangat masyarakat diyakini sangat berpengaruh.
  13. lihat: Nasr bin Muzahim, hlm.104-104, 195, 205, 243; Ibnu Asyakir, jld.12, hlm. 208.
  14. lihat: Nasr bin Muzahim, hlm. 506-507, Dinawari, hlm.195-196, Thabari, jld.5, hlm.54.
  15. Dinawari, hlm.210; Thabari, jld.5, hlm. 135.
  16. lihat:Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.220; Ibnu Asakir, jld.12, hlm.210.
  17. Yakubi, jld.2 hlm. 195-196; Thabari, jld.5, hlm. 135.
  18. Dinawari, hlm. 220; untuk lebih memperjelas pernyataan ini silahkan rujuk: Syusytari, jld.3, hlm.131.
  19. lihat: Yakubi, jld.2, hlm.230; Thabari, jld.5, hlm.254.
  20. Dinawari, hlm. 223.
  21. lihat: Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.218; Yakubi, jld.2, hlm.230.
  22. Dinawari, hlm. 223; Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.218.
  23. lihat: Dinawari, hlm. 223-224; Yakubi, jld.2, hlm.230; juga lihat: Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.219; Thabari, jld.5, hlm.269-270; yang sebagian mereka disebutkan tujuh puluh orang.
  24. Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.219; Masudi, jld. 3, hlm. 189.
  25. Yakubi, jld.2, hlm.231.
  26. Thabari, jld.5, hlm.275-275; Qes bin Sa'ad, jld.6, hlm.220.
  27. Yakubi, jld.2, hlm.231.
  28. Masudi, jld.3, hlm.188-189.
  29. Yakubi, jld.2, hlm.231; lihat juga: Thabari, jld.5, hlm.275-277.
  30. Thabari, jld.5, hlm.275.
  31. Masudi, jld.3, hlm.188.
  32. Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.219; Yakubi, jld.2, hlm.231; Ibnu Atsir, jld.1, hlm.462.
  33. Lihat: Thabari, jld.5, hlm.253 dan setelahnya; Ibnu Atsir, jld.1, hlm.462: tahun 51; Yakubi, jld.2, hlm.231: tahun 52; Ibnu Qutaibah, Masudi, jld.3, hlm.188: tahun 53.
  34. Lihat: Masudi, jld.3, hlm.190.
  35. Ibnu Hajar, al-Ishabah, jld. 2, hlm.43.
  36. Al-Dinawari, al-Akhbār al-Thiwāl, hlm. 224.
  37. Al-Dinawari, hlm. 223-224;.. Lihat juga: Thabari, jld. 5, hlm. 279.; Kasysyi, hlm. 99
  38. Ibnu Sa'd, jld. 6, hlm. 219- 220; Dinawari, hlm. 223- 224;. Ibnu Atsir, jld. 1, hlm. 462.
  39. Al-Jame' al-Saghir, jld. 2, hlm. 61; Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, Dar al-Fikr, jld. 12, hlm. 226; al-Shafadi, al-Wafi bi al-Wafayat, jld. 11, hlm. 248; Majlisi, Bihār al-Anwār, jld.18, hlm. 124.
  40. jld. 1, hlm. 462
  41. Ibnu Asakir, jld. 12, hlm. 208
  42. Al-Dinawari, al-Akhbār al-Thiwāl, hlm. 224.

Daftar Pustaka

  • Ahmad Daud Dinawari, Akhbār al-Thiwāl, riset: Abdul Mun'im Amir, Kairo, 1960, cetakan Efest, Qom, 1368 S.
  • Al-Amin, al-Sayid Muhsin, 'Ayān al-Syiah, riset dan peredaran: Hasan al-Amin, darut ta'aruf lil mathbuat, Beirut, 1403-1983 M.
  • Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali, al-Ishābah fi Tamyizi al-Shahābah, riset: Adil Ahmad Abdul Maujud dan Ali Muhammad Muawadh, Darul Kutub al-Ilmiyah, Beirut, cetakan pertama, 1415/1995.
  • Al-Mufid, Muhammad bin Muhammad, al-Jamal waal-Nushrah li Sayid al-Itrah fi Harbi al-Bashrah, cetakan Ali Mir Syarifi, Qum, 1374 S.
  • Baladzuri, (Leiden).
  • Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, cetakan Ali Syiri, Beirut, 1415-1421/ 1995-2001; darul Fikr lilmathbuah, Beirut, tanpa tanggal.
  • Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah fi Ma'rifati al-Shahābah, cetakan Muhammad Ibrahim Bana dan Muhammad Ahmad Asyur, Cairo, 1970-1973; darul kutub al-arabi, Beirut, tanpa tanggal.
  • Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, cetakan Tserwat Akaseh, Kairo, 1960.
  • Ibnu Sa'ad (Beirut)
  • Kasysyi, Muhamamd bin Umar, Ikhtiyār Ma'rifati al-Rijāl, (talkhis) Muhammad bin Hasan Thusi, cetakan Hasan Musthafawi, Masyhad, 1348 S.
  • Masudi, Muruj al-dzahab, Beirut.
  • Nasr bin Muzahim, Wa'atu Shiffin, cetakan Abdussalam Muhammad Harun, Kairo, 1382, cetakan efest, Qum, 1404.
  • Suyuthi, Jalaluddin, al-Jāmi' al-Shoghir, Darul Fikr lithaba'ah wa al-Tauzi', Beirut. Tanpa tanggal.
  • Syusytari, Qāmus al-Rijāl.
  • Thabari Tārikh, Beirut.
  • Yakubi, Tārikh.