Konsep:Ma Ra Aitu Illa Jamila
c || ||
|| - ||
|| - ||
||
||
| Bulan Duka Muharram |
|---|
| Peristiwa |
| Tokoh |
| Situs Penting |
| Momentum |
| Ritual |
Ma Ra Aitu Illa Jamila (bahasa Arab: ما رأيتُ الّا جمیلاً) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Aku tidak melihat apa pun selain keindahan adalah sebuah ucapan terkenal dari Sayidah Zainab sa, yang diucapkan setelah Peristiwa Karbala. Ucapan ini merupakan jawaban tegas beliau kepada Ubaidillah bin Ziyad saat ia mengejek para tawanan Karbala dan mengklaim bahwa Allah telah mempermalukan keluarga Imam Husain as.
Saat itu, Ubaidillah bin Ziyad, yang menganggap dirinya sebagai pemenang peristiwa tersebut, berkata kepada Sayidah Zainab sa: Alhamdulillah, Allah telah mempermalukan kalian dan membuktikan dustanya kalian. Namun Sayidah Zainab sa, dengan keteguhan iman dan kesabaran luar biasa, menjawab dengan ucapannya yang terkenal: ما رَأَيْتُ إلَّا جَمِيلاً - Aku tidak melihat apa pun selain keindahan.
Dalam penjelasannya, beliau menyatakan bahwa syahidnya Imam Husain as dan para sahabatnya adalah takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Beliau juga menyampaikan bahwa pada hari Kiamat nanti, Allah akan mengumpulkan mereka semua—termasuk Ibnu Ziyad—untuk memberikan pertanggungjawaban masing-masing, dan pada saat itulah akan tampak siapa sebenarnya yang meraih kemenangan.
Makna Spiritual dan Filosofis
Ucapan ini mencerminkan kedalaman iman, ketundukan total kepada Allah, serta pandangan tauhidiah yang dimiliki Sayidah Zainab sa. Bagi beliau, segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari kehendak Ilahi, dan hal itu semua indah karena berasal dari Allah. Baik dalam kemudahan maupun kesusahan, beliau tetap melihat kehendak Allah dengan mata hati dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki hikmah dan keindahan yang mungkin tidak tampak secara lahiriah[1].
Para ulama dan cendekiawan Syiah memberikan berbagai penafsiran mengenai makna keindahan yang dimaksud oleh Sayidah Zainab sa. Beberapa dari mereka menyebut bahwa yang dimaksud adalah:
- Keindahan tujuan dan perjuangan Imam Husain as serta para sahabatnya,
- Keindahan takdir Ilahi yang penuh hikmah,
- Dan keindahan kemenangan spiritual atas kebatilan meskipun secara lahiriah mereka gugur.
Beliau juga bermaksud mengungkapkan bahwa kekalahan dan kemenangan sejati bukanlah diukur dengan kemenangan dunia, seperti harta, kekuasaan, atau kelangsungan hidup jasmani, tetapi diukur dari ketaatan kepada Allah dan pelaksanaan amanah Ilahi[2].
Asal Usul Historis
Ucapan ما رَأَيْتُ الَّا جَمِيلًا disebut sebagai salah satu kalimat terkenal Sayidah Zainab sa pasca tragedi Karbala[3]. Dalam riwayat sejarah, dikisahkan bahwa setelah pertemuan dengan para tawanan Karbala di istana Kufah, Ubaidillah bin Ziyad mengklaim bahwa kematian Imam Husain as adalah bentuk penghinaan dari Allah terhadap keluarganya. Ia lalu bertanya kepada Sayidah Zainab sa: Apakah engkau melihat apa yang telah dilakukan Allah terhadap saudaramu?
Sayidah Zainab sa menjawab dengan tenang namun tegas: ما رَأَيْتُ إلَّا جَمِيلاً – Aku tidak melihat apa pun selain keindahan.
Beliau kemudian menjelaskan bahwa para syuhada Karbala adalah orang-orang yang telah ditentukan nasibnya oleh Allah untuk mati syahid, dan mereka telah menuju tempat abadi mereka. Ia juga menyampaikan bahwa Allah akan mengumpulkan mereka bersama Ubaidillah pada hari pembalasan, sehingga masing-masing dapat memberikan argumen, dan saat itulah kemenangan yang sebenarnya akan terlihat[4].
Setelah mendengar jawaban itu, Ubaidillah marah dan berniat membunuh Sayidah Zainab sa, namun berhasil dicegah oleh seseorang dari lingkarannya[5].
Pandangan Para Ulama dan Sejarawan
Dr. Muhammad Hadi Yusufi Ghuruwi, seorang sejarawan Iran, menyatakan bahwa ucapan ini pertama kali muncul pada abad ke-7 H dalam karya Sayid Ibnu Thawus (wafat 664 H) yang berjudul Al-Luhuf ‘ala Qatlay al-Tufuf[6]. Namun demikian, dalam kitab Al-Futuh karya Ibn A'tsam al-Kufi (wafat 314 H), terdapat redaksi serupa: ما رَأَيْتُ إلَّا حَمْلاً, artinya Aku tidak melihat apa pun selain beban berat.
Menurut Ali Shirazi, editor kitab Al-Futuh, redaksi حَمْلاً (beban) tidak sesuai dengan konteks percakapan tersebut, maka ia mengubahnya menjadi جَمِيلاً (indah), sesuai dengan narasi yang lebih luas dan populer[7].
Cerminan Kepribadian Sayidah Zainab
Kalimat ما رَأَيْتُ الَّا جَمِيلًا menjadi simbol kekuatan iman, ketundukan total kepada Allah, dan kesadaran spiritual tingkat tinggi yang dimiliki Sayidah Zainab sa. Hal ini menunjukkan bahwa beliau melihat segala peristiwa dengan pandangan ilahi, dan meyakini bahwa apapun yang terjadi adalah bagian dari rencana besar Allah[8].
Sejumlah penulis menyebutkan bahwa ucapan ini mencerminkan dimensi tasawuf dan makrifat yang tinggi dari pribadi Sayidah Zainab sa[9], serta menjadi simbol dari keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah hasil dari qada dan qadar Allah[10].
Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa pada Hari Asyura, Sayidah Zainab sa menyaksikan dua bentuk keindahan:
- Keindahan rububiyah (Keesaan Tuhan) yang mutlak, dan
- Keindahan ubudiyah (pengabdian) Imam Husain as,
yang merupakan manifestasi tertinggi dari cinta dan keridhaan Ilahi[11].
Makna Keindahan
Kalimat ما رأیت الا جمیلاً yang diterjemahkan sebagai Aku tidak melihat apa pun selain keindahan juga ada yang memaknainya sebagai Aku tidak melihat apa pun selain Dzat Yang Maha Indah (Allah)[12]. Ada juga yang menyebutkan bahwa jika kita melihat secara lahiriah tragedi Karbala, tidak ada satupun adegan yang tampak indah. Namun maksud Sayidah Zainab sa adalah mengacu pada suatu hakikat yang lebih dalam di balik tabir lahiriah[13]; seperti keindahan tujuan Peristiwa Asyura yang bertujuan untuk memberikan petunjuk kepada manusia, menyelamatkan mereka dari gelapnya kejahilan, menghidupkan kembali ajaran Islam dan sunnah Nabi, menyingkap watak sebenarnya Bani Umayyah dan para tiran masa itu, menghilangkan bid'ah-bid'ah dan penyimpangan-penyimpangan, serta membangkitkan kembali nilai kebenaran dan menghilangkan kebatilan, termasuk menerapkan amar makruf dan nahi munkar[14].
Keindahan sikap Imam Husain as dan para sahabat-Nya, serta keindahan syahadah dan pengorbanan jiwa di jalan Allah swt[15], bahkan keindahan Allah dan perbuatan-Nya juga disebut-sebut sebagai bagian dari makna keindahan menurut pandangan Sayidah Zainab sa[16].
Fungsi dan Tujuan Penggunaan Kalimat Ini
Tujuan dan makna di balik ucapan ما رأیت الا جمیلاً oleh Sayidah Zainab sa, telah menjadi objek tafsir dan pemaknaan oleh para ulama dan peneliti, sehingga berbagai dampak dan manfaat penting dikaitkan dengan kalimat ini[17]. Di antara tujuan tersebut adalah:
Menyingkap Aib Ibnu Ziyad
Sayid Abdul Karim Hasyiminejad, penulis buku Darsi ke Husain as be Insan-ha Dad, berpendapat bahwa Ubaidillah bin Ziyad berusaha menutupi kejahatannya dalam Peristiwa Asyura dengan menghubung-hubungkan tindakannya pada kehendak Ilahi dan mengabaikan tanggung jawab moral manusia[18]. Namun Sayidah Zainab sa, melalui ucapannya ini, membongkar kebohongan tersebut dan menyangkal anggapan Ibnu Ziyad bahwa kekalahan Imam Husain as merupakan takdir Ilahi[19]. Oleh karena itu, perkataan beliau berhasil mengungkapkan kebenaran di hadapan para hadirin dan mempermalukan Ibnu Ziyad di tengah majelisnya sendiri[20].
Meneguhkan Kebenaran Imam Husain as
Sedikit saja rasa ketidakpuasan atau keluhan dari Sayidah Zainab sa bisa saja membuat musuh tampak sebagai pemenang. Namun, ucapan beliau justru menggoyahkan posisi musuh dan menegaskan kebenaran Imam Husain as di mata masyarakat[21]. Selain itu, ucapan ini juga mencegah distorsi sejarah Karbala oleh pemerintah Bani Umayyah serta membangkitkan kesadaran masyarakat untuk bersiap melakukan pembelaan dan balas dendam[22].
Catatan Kaki
- ↑ Makna Ma Ra'aytu Illa Jamilan, Kantor Berita Hawzah.
- ↑ Alawi Aliabadi, Ma Ra’aitu Illa Jamila, Pusat Penelitian Ma’arif; Rahasia Lahirnya 'Ma Ra’aitu Illa Jamila' dari Hati yang Terluka di Karbala, Kantor Berita Shabestan; Pandangan Ilahi Sayidah Zainab sa terhadap Peristiwa Karbala, Kantor Berita Hawzah.
- ↑ Makna Ma Ra'aytu Illa Jamilan, Kantor Berita Hawzah.
- ↑ Ibn A'tsam, Al-Futuh, 1411 H, Jilid 5, hlm. 122; Muqarram, Maqtal al-Husain as, Beirut; Ibn Thawus, Al-Luhuf, tahun 1348 S, hlm. 160.
- ↑ Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, 1387 H, Jilid 5, hlm. 457; Ibn Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 H, Jilid 8, hlm. 193.
- ↑ Tidak Ada Konfirmasi Sejarah atas Penyandiran Kalimat 'Ma Ra'aytu al-Jamila' kepada Sayidah Zainab sa, Kantor Berita Shabestan.
- ↑ Ibid.
- ↑ Alawi Aliabadi, Ma Ra’aytu al-Jamila.
- ↑ Jam'iyyah mu’allifin, Ma'a al-Rakb al-Husaini, tahun 1386 S, Jilid 5, hlm. 131.
- ↑ Jam'iyyah mu’allifin, Ma'a al-Rakb al-Husaini, tahun 1386 S, Jilid 5, hlm. 131; Rahasia Lahirnya 'Ma Ra’aitu Illa Jamila' dari Hati yang Terluka di Karbala, Kantor Berita Shabestan.
- ↑ Bagaimana Sayidah Zainab sa Mencapai Martabat 'Ma Ra’aitu Illa Jamila', Kantor Berita Kebna.
- ↑ Mari Kita Benar-Benar Pahami Makna 'Ma Ra'aytu al-Jamila'], Situs Qasedoon.
- ↑ Mengapa Sayidah Zainab sa Berkata: Ma Ra’aytu al-Jamila?], Tebyan; Makna Sebenarnya dari 'Ma Ra'aytu al-Jamila', Portal Informasi Ya'varan Mahdi aj].
- ↑ Pengertian dan Tafsir Lengkap Kalimat Sayidah Zainab sa: Ma Ra'aytu al-Jamila Apa Adanya?, Kota Jawaban.
- ↑ Ma Ra'aytu al-Jamila: Jawaban Tajam Sayidah Zainab sa kepada Ibnu Ziyad, Kantor Berita Mizan.
- ↑ Alawi Aliabadi, Ma Ra’aytu al-Jamila; Penjelasan Kalimat 'Ma Ra'aytu al-Jamila' (Bagian Pertama) - Syekh Muhammad Mahdi Mirbaqeri, Institut Penelitian dan Penerbitan Mar’ifat Ahlulbait as].
- ↑ Mohammadi Farhad, Refleksi Estetika atas Kalimat Ma Ra’aytu al-Jamila.
- ↑ Hasyiminejad, Darsi ke Imam Husain as be Insan-ha Dad, 1382 S, hlm. 208; Pengertian dan Tafsir Lengkap Kalimat Sayidah Zainab sa: Ma Ra'aytu al-Jamila Apa Adanya?, Kota Jawaban.
- ↑ Ibid.
- ↑ Ibid.
- ↑ Alawi Aliabadi, Ma Ra’aytu al-Jamila.
- ↑ Hasyiminejad, Darsi ke Imam Husain as be Insan-ha Dad, 1382 S, hlm. 209.
Daftar Pustaka
- Alawi Aliabad, Fatemeh Sadat. Ma Ra'aytu Illa Jamila. dalam Majallah-e Ma'arif Husainiyah, Vol. 4, No. 14, 1398 HS
- Hasyiminejad, Sayid Abdul Karim. Darsi ke Imam Husain as be Insan-ha Dad. Masyhad: Astan-e Quds Razavi, 1382 HS
- Ibnu A’tsam, Ahmad bin A’tsam. Kitab Al-Futuh. Takhrij oleh Ali Syiri, Beirut: Dar al-Adwa, 1411 H.
- Ibnu Katsir, Isma’il bin Umar. Al-Bidayah wa al-Nihayah. Beirut: Dar al-Fikr, 1407 H.
- Ibnu Thawus, Ali bin Musa. Al-Luhuf ‘ala Qatla al-Thufuf. Terj. Sayid Ahmad Fahri Zanjani, Tehran, Nasyr Jahan, 1348 HS
- Ibnu al-Atsir, Ali bin Abi al-Karam. Al-Kamil fi at-Tarikh. Beirut: Dar Shadir, 1385 HS
- Muqarram, Abdul Razzaq. Maqtal al-Husain as, Beirut: Muassasah al-Khursan li al-Mathbu’at, T.t.
- Mushaherifard, Atiyeh, Refleksi Estetika terhadap Ma Ra'aytu Illa Jamila, Institut Budaya dan Seni Salis, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Sejumlah Penulis. Ma’ ar-Rakb al-Husaini as. Qom: Nasyr Nokhustin, 1386 HS
- Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Takhrij Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim, Beirut: Dar al-Turath, Cetakan Kedua, 1387 HS
- Maksud dari Ma Ra'aytu Illa Jamila, Portal Informasi Ya’varan Mahdi aj, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt 1402 H.
- Tidak Ada Konfirmasi Sumber-Sumber Sejarah atas Pengaitan Ma Ra'aytu Illa Jamila kepada Sayidah Zainab sa, Kantor Berita Shabestan, Tanggal Publikasi: 2 Bahman 1396 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Rahasia Lahirnya Ma Ra'aytu Illa Jamila dari Hati Bencana Karbala, Kantor Berita Shabestan, Tanggal Publikasi: 29 Syahrivar 1397 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt 1402 H.
- Makna dan Tafsir Tepat Perkataan Sayidah Zainab sa, Ma Ra'aytu Illa Jamila Apa Adanya?, Kota Jawaban, Tanggal Publikasi: 23 Aban 1396 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Makna Ma Ra'aytu Illa Jamila, Kantor Berita Hawzah, Tanggal Publikasi: 30 Syahrivar 1399 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Syarah Kalimat Ma Ra'aytu Illa Jamila (Bagian Pertama) - Sayid Muhammad Mahdi Mirbaqeri, Lembaga Penelitian dan Penerbitan Makrifat Ahlulbait as, Tanggal Publikasi: 14 Syahrivar 1396 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Mengapa Sayidah Zainab sa Bersabda Ma Ra'aytu Illa Jamila?, Situs Tebyan, Tanggal Publikasi: 6 Syahrivar 1396 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Mari Benar-Benar Memahami Arti Ma Ra'aytu Illa Jamila, Situs Qasedoon, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Pandangan Ilahi Sayidah Zainab sa terhadap Peristiwa Karbala, Kantor Berita Hawzah, Tanggal Publikasi: 28 Aban 1391 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Sayidah Zainab sa Bagaimana Mencapai Martabat Ma Ra'aytu Illa Jamila, Kebna News, Tanggal Publikasi: 9 Esfand 1399 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
- Ma Ra'aytu Illa Jamila; Jawaban Tajam Sayidah Zainab sa kepada Ibnu Ziyad, Kantor Berita Mizan, Tanggal Publikasi: 5 Syahrivar 1399 HS, Tanggal Akses: 20 Ordibehesyt, 1402 H.
