Lompat ke isi

Al-Luhuf 'ala Qatla al-Thufuf (buku)

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Al-Malhuf 'ala Qatla al-Thufuf
PengarangSayid Ibnu Thawus
BahasaArab
SubyekMaktal seputar Tragedi Karbala
GenrePenulisan sejarah


Al-Luhuf ‘ala Qatla al-Tufuf (bahasa Arab: اللهوف علی قتلی الطفوف) atau Al-Malhuf ‘ala Qatla al-Tufuf (الملهوف علی قتلی الطفوف), yang lebih dikenal dengan nama Luhuf (اللهوف), adalah salah satu karya maqtal terkenal di kalangan Syiah yang menggambarkan musibah tragedi Karbala dan syahidnya Imam Husain as. Kitab ini ditulis oleh Sayid Ibnu Thawus (W. 664 H). Penulis menyusun buku ini secara ringkas untuk para musafir yang menuju atabat dan para peziarah Haram Imam Husain as. Oleh karena itu, ia menghilangkan rangkaian sanad dan hanya menyebutkan perawi terakhir atau sumber dari setiap riwayat.

Kitab Luhuf mencakup peristiwa-peristiwa yang terkait dengan Imam Husain as, mulai dari sebelum kelahirannya hingga kejadian-kejadian pasca tragedi Asyura. Menurut Muhammad Isfandiyari, seorang penelaah Asyura (L. 1338 S), Ibnu Thawus adalah orang pertama yang menjelaskan perjuangan Imam Husain as berdasarkan sudut pandang kesyahidan secara irfani. Namun, penulis menghindari penyebutan hal-hal yang berlebihan atau mengada-ada. Di sisi lain, Muhaddits Nuri berpendapat bahwa karena sanad dalam kitab ini tidak disebutkan, kitab ini tidak dianggap mu'tabar (terpercaya). Dari perspektif ini, diterimanya kitab Luhuf lebih disebabkan oleh kedudukan spiritual Sayid Ibnu Thawus.

Kedudukan Kitab Luhuf

Kitab Al-Malhuf ‘ala Qatla al-Tufuf atau Al-Luhuf ‘ala Qatla al-Tufuf, yang lebih dikenal dengan nama Kitab Luhuf, adalah salah satu kitab maqtal Syiah yang membahas tragedi Karbala dan ditulis dalam bahasa Arab. Kitab ini disusun oleh Sayid Ibnu Thawus pada abad ketujuh Hijriah, namun tetap dianggap sebagai salah satu sumber dan maqtal penting di kalangan Syiah.[1]

Riwayat-riwayat dalam kitab ini disampaikan tanpa menyebutkan sanad, dan menurut Muhaddits Nuri, seorang ahli hadis abad keempat belas, kitab ini tidak memiliki tingkat ketelitian yang memadai.[2] Selain itu, diklaim bahwa terdapat banyak kelemahan dalam berbagai bagian kitab ini.[3] Meskipun demikian, kitab ini sangat terkenal sehingga kebanyakan penulis karya-karya terkait tragedi Asyura merujuk kepadanya, dan para pembaca maqtal pun demikian.[4] Sayid Muhammad Ali Qadhi Tabatabai menempatkan kitab ini sebagai salah satu maqtal paling terpercaya dan menganggap tidak ada maqtal lain yang mencapai tingkat kepercayaan seperti ini.[5] Menurut penulis kitab Mu'arrifi wa Naqd-e Manabi' Asyura diterimanya perkataan Sayid Ibnu Thawus lebih disebabkan oleh kedudukan spiritualnya.[6]

Popularitas dan kedudukan kitab Luhuf telah membuatnya berkali-kali diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan diterbitkan,[7] serta dicetak oleh berbagai penerbit di berbagai tempat seperti Teheran, Sida, Beirut, Mumbai, Najaf, Qom dan Tabriz.[8]

Nama Kitab

Kitab Luhuf dalam berbagai sumber disebut dengan nama yang berbeda-beda. Perbedaan nama ini disebabkan oleh perbedaan naskah dan cara penamaan yang digunakan oleh penulisnya sendiri, karena penulis sering memberikan nama yang beragam atau memodifikasi nama yang sama untuk karya-karyanya.[9] Selain nama-nama yang diawali dengan Al-Luhuf atau Al-Malhuf dengan perbedaan kecil di antara keduanya, berdasarkan apa yang ditulis oleh Ibnu Thawus, penulis kitab dalam pendahuluannya, nama Al-Masalik fi Maqtal al-Husain Alaihi as-Salam juga disebutkan untuk kitab ini.[10] Agha Buzurg Tehrani dalam Adz-Dzari’ah menyebutkan bahwa judul Al-Luhuf ‘ala Qatla al-Thufuf lebih populer daripada nama-nama lainnya.[11] Namun, Shadiqi Kasyani menganggap bahwa judul Al-Malhuf ‘ala Qatla al-Thufuf adalah nama asli dan yang benar.[12]

Tentang Penulis

Penulis kitab Al-Luhuf adalah Sayid Radhi al-Din Ali bin Musa bin Ja’far Ibnu Thawus, yang lebih dikenal sebagai Sayid Ibnu Thawus (589-664 H).[13] Ia adalah seorang ulama dan penulis Syiah pada abad ketujuh Hijriah dan berasal dari kota Hillah. Ia merupakan keturunan Imam Hasan as dan Imam Sajjad as, serta guru dari ulama-ulama ternama seperti Allamah Hilli dan Yusuf Sadid al-Din, ayah dari Allamah Hilli.[14] Ibnu Thawus juga memegang jabatan niqabah (kepemimpinan) Syiah pada masa pemerintahan Hulagu Khan.[15]

Sayid Ibnu Thawus dijuluki Jamal al-'Arifin, sebuah gelar yang diberikan karena akhlaknya yang mulia, ketakwaan, kesalehan, serta keadaan spiritual dan irfannya yang mendalam.[16] Ia menulis sekitar 50 kitab, di antaranya adalah Al-Iqbal, Al-Muhimmat wa al-Tatimat, 'Kasyf al-Mahajjah li Tsamarat al-Muhajjah, Mishbah al-Za’ir wa Janah al-Musafir dan Muhaj al-Da’awat wa Minhaj al-‘Ibadat.

Ahi Suzan bar Mazar-e Syahidan, terjemahan Kitab Luhuf

Cirikhas dan Isi Kitab Luhuf

Struktur Kitab

Kitab Luhuf terdiri dari sebuah pendahuluan dan tiga bagian utama:

  • Pendahuluan: Mencakup pembahasan tentang keagungan tragedi Asyura, kedudukan Imam Husain as, nilai tangisan dan berkabung untuknya.
  • Bagian Pertama: Dimulai dari sebelum kelahiran Imam Husain as dan mimpi Ummu al-Fadhl, kemudian berlanjut hingga malam Asyura. Bagian ini mencakup nubuat-nubuat tentang syahidnya Imam Husain as, percakapan-percakapan Imam dalam perjalanan dari Madinah ke Karbala, berita syahidnya Muslim bin Aqil dan penghentian kafilah Imam as oleh Hurr bin Yazid al-Riyahi.
  • Bagian Kedua: Dimulai dari malam Asyura dan permohonan Imam Husain as untuk menunda perang dari pasukan Umar bin Sa'ad hingga syahidnya Imam Husain as. Bagian ini juga menceritakan kisah syahidnya para sahabat Imam as. Namun, dalam Luhuf, nama enam puluh syuhada Karbala tidak tercatat.[17] Di akhir bagian ini, Ibnu Thawus menyertakan dua hadis tentang azab para pembunuh Imam Husain as pada hari kiamat.
  • Bagian Ketiga: Didedikasikan untuk peristiwa-peristiwa setelah syahidnya Imam Husain as, dimulai dari pengiriman kepala para syuhada ke Kufah, dan mencakup berbagai peristiwa terkait tawanan Karbala hingga kembalinya mereka ke Madinah. Di penutup kitab, Ibnu Thawus meriwayatkan dua riwayat tentang berkabung dan tangisan Imam Sajjad as atas musibah Asyura.[18]

Motivasi dan Metode Penulisan

Berdasarkan pendahuluan kitab, motivasi Ibnu Thawus dalam menulis Luhuf adalah agar para peziarah Imam Husain as memiliki kitab ringkas yang dapat digunakan bersama kitab Mishbah al-Za'ir (karya lain Ibnu Thawus) untuk mengenal maqtal dan mengingat musibah Asyura. Oleh karena itu, ia menulis kitab ini secara ringkas agar dapat menjadi pelengkap Mishbah al-Za'ir.[19]

Cirikhas Isi Kitab

Para penelaah Asyura dan sejarawan telah mengidentifikasi beberapa cirikhas dalam kitab Luhuf.

  • Menurut Muhammad Esfandiyari, seorang penelaah Asyura (L. 1338 S), Sayid Ibnu Thawus adalah orang pertama yang menjelaskan kebangkitan Imam Husain as berdasarkan perspektif kesyahidan irfani.[20] Ibnu Thawus berpendapat bahwa jika bukan karena anjuran para Imam untuk berkabung dan mengenakan pakaian hitam, seharusnya orang-orang bergembira atas nikmat syahidnya Imam Husain as pada hari Asyura.[21] Oleh karena itu, laporannya tentang peristiwa Asyura dianggap bernuansa sufistik dan menuai kritik.[22]
  • Penghilangan sanad periwayatan dan bentuk naratif yang mirip cerita dianggap sebagai kelemahan ilmiah kitab ini. Namun, penulis juga menghindari penyampaian informasi yang berlebihan yang ditemukan dalam kitab-kitab lain.[23]
  • Salah satu keunggulan Luhuf adalah penyampaian lengkap khutbah-khutbah Imam Sajjad as di Syam dan Kufah, khutbah Sayidah Zainab sa di Syam dan Kufah, serta khutbah Fatimah binti Imam Husain as di Kufah.
  • Kitab Luhuf memuat beberapa informasi yang sebelumnya tidak ditemukan dalam kitab-kitab maqtal lainnya, seperti surat Imam Husain as kepada Bani Hasyim, pengabaran tentang kesyahidannya dengan kalimat "إِنَّ اللهَ شَاءَ أَنْ یَرَانِي قَتِیْلاً"* (Sesungguhnya Allah menghendaki aku terbunuh), dan kembalinya para tawanan ke Karbala pada hari Arbain.[24] Dikatakan bahwa popularitas informasi ini pada masa itu, ditambah keyakinan Syiah tentang ilmu ghaib para Imam as, mungkin membuat Ibnu Thawus menganggap laporan-laporan ini sebagai fakta sejarah dan memasukkannya ke dalam kitabnya.[25] Muhaddits Nuri menyatakan bahwa adanya kesalahan dalam kitab ini mungkin disebabkan oleh usia muda penulis saat menulisnya.[26]
  • Di tengah-tengah laporan tentang maqtal, Sayid Ibnu Thawus juga menyisipkan beberapa analisis dan pandangan pribadinya. Sebagai contoh, mengenai alasan Imam as membawa keluarganya dalam perjalanan ke Karbala, ia menulis: Mungkin alasan Imam as adalah bahwa jika mereka ditinggalkan di Hijaz atau kota-kota lain, Yazid akan menangkap mereka dan dengan penyiksaan serta penganiayaan, menghalangi tujuan Imam as (jihad, syahid dan meraih kebahagiaan).[27]

Terjemah Kitab

Karena memiliki metode yang umum, kitab ini sudah berkali-kali diterjemahkan, seperti:

  • Lujjat al-Alam fi Hujjat al-Umam, oleh Mirza Ridhaqali Syaqaqi Tabrizi, tahun 1311 H.[28]
  • Zendegani-e Hazrat-e Aba Abdillah, oleh Sayid Muhammad Shahafi, tahun 1375 S.
  • Terjemahan bahasa Urdu dengan nama Dam' Dzaruf, oleh Sayid Muhammad Husain Hindi (w 1355 H/1937).
  • Terjemahan bahasa Persia, oleh Ahmad bin Salamah Najafi.[29]
  • Terjemahan Sayid Ahmad Qahri dengan nama Suzan Bar Mazare Syahidan.
  • Terjemahan bahasa Persia dalam bentuk sajak, oleh Dhiya al-Din Mahdi bin Daud, pemilik syair Takhallush (jenis syair) yang berbasis perasaan, dengan nama Wajîzah al-Mashâib dan sudah beredar.
  • Terjemahan bahasa Persia, oleh Sayid Abul Hasan Mir Abu Thalibi.[30]
  • Terjemahan bernama Ghamname-ye Karbala, oleh Muhammad Muhammadi Isytihardi.
Terjemahan Kitab Luhuf oleh Sayid Abul Hasan Mir Abu Thalibi

Naskah-Naskah Kitab

Mengingat begitu penting dan metodenya yang lembut, kitab ini sangat diminati para pencari naskah. Naskah-naskah kitab yang dibutuhkan para ulama ini banyak ditemukan di berbagai perpustakaan dunia, antara lain:

  1. Perpustakaan umum Ayatullah Mar'asyi Najafi, dengan nomor 60685 risalah keenam, penulis Muhammad Taqi bin Agha Muhammad Shalih, tahun penulisan 1303 H/1886, daftar perpustakaan jilid 16 halaman 70; juga terdapat dalam kategori kumpulan nomor 75205, risalah ketiga dengan tulisan Thalib bin Muhammad Thalib Mazandarani, tahun penulisan 1119 H/1708, daftar perpustakaan jilid 9 halaman 327.
  2. Perpustakaan Mulke Tehran, nomor 6069, tahun penulisan 1052.
  3. Perpustakaan Majlis Tehran, dalam kumpulan nomor 3815, tahun penulisan 1101.
  4. Perpustakaan Majlis, dalam kategori nomor 4826, tahun penulisan abad ke-11.
  5. Perpustakaan Imam Ridha as, Masyhad, nomor 6712, tahun penulisan 1091 H/1681; juga nomor 13671, tahun penulisan 1202 atau 1220 H.
  6. Perpustakaan Radhawiyah, nomor 2132, tahun penulisan 1233 H/1818.
  7. Perpustakaan Radhawiyah, nomor 8874, tanpa tahun.
  8. Perpustakaan Radhawiyah, nomor 8124, tanpa tahun.
  9. Perpustakaan Radhawiyah, nomor 15317, tulisan Abul Hasan Isfahani, tahun penulisan 1117 H/1706.
  10. Perpustakaan Berlin, nomor 912, tahun penulisan 1020 H.[31]

Cetakan

Kitab ini telah dicetak berkali-kali di Teheran, Shaida, Beirut, Bombay, Najaf, Qom dan Tabriz.[32]

Catatan Kaki

  1. Shadiqi, Kasyani, Tashhih wa Manba'syenasi-e Kitab al-Malhuf, hlm. 19.
  2. Nuri, Lu'lu' wa Marjan, hlm. 205-206.
  3. Husaini, Mu'arrifi wa Naqd-e Manabi' Asyura, hlm.203.
  4. Shadiqi, Kasyani, Tashhih wa Manba'syenasi-e Kitab al-Malhuf, hlm. 20.
  5. Qadhi Thabathaba'i, Tahqiq dar Awwal-e Arbain Sayid al-Syuhada, hlm. 4.
  6. Husaini, Mu'arrifi wa Naqd-e Manabi' Asyura, hlm. 206
  7. Husaini, Mu'arrifi wa Naqd-e Manabi' Asyura, hlm. 203
  8. Ibnu Thawus, Tarjume-e Luhuf, hlm. 64-65.
  9. Tabriziyan, Muqadimah, hlm. 66
  10. Tabriziyan, Muqadimah, hlm. 67
  11. Aqha Buzurg Tehrani, Adz-Dzari'ah, jld. 22, hlm. 223.
  12. Shadiqi, Kasyani, Tashhih wa Manabi'syenasi-e Ketab al-Malhuf, hlm. 22.
  13. Kamune Husaini, Mawarid al-Ithaf, jld. 1, hlm. 107-108.
  14. Qummi, al-Kunni wa al-Alqab, jld. 1, hlm. 341
  15. Kalbarg, Kitabkhane-e Ibnu Thawus, hlm. 31-32.
  16. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 107, hlm. 63-64.
  17. Perlu sumber.
  18. Ibnu Thawus, Luhuf, Fehrest Kitab; Ibnu Thawus, Luhuf, hlm. 3.
  19. Ibnu Thawus, Al-Malhuf, hlm. 87.
  20. Isfandiyari, Asyura Syenasi, hlm. 70
  21. Sayid Ibnu Thawus, Al-Malhuf ala Qatla al-Thufuf, jld. 1, hlm. 82; Ibnu Thawus, hlm. 83, hlm. 83.
  22. Husaini, Mu'arifi wa Naqd Manabi' Asyura, hlm. 227-228.
  23. Husaini, Mu'arifi wa Naqd Manabi' Asyura, hlm. 227-228.
  24. Husaini, Mu'arifi wa Naqd Manabi' Asyura, hlm. 215-228.
  25. Husaini, Mu'arifi wa Naqd Manabi' Asyura, hlm. 229.
  26. Nuri, Lu'lu' wa Marjan, hlm. 205
  27. Sayid Ibnu Thawus, Al-Malhuf ala Qatla al-Thufuf, jld. 1, hlm. 142.
  28. Al-Zariah, jld. 18, hlm. 296.
  29. Ibid, jld. 26, hlm. 201.
  30. Terjemahan Luhuf, hlm. 56.
  31. Ibid, hlm. 63 dan 64.
  32. Ibid, hlm. 64 dan 65.

Daftar Pustaka

  • Sayid Ibnu Thawus. Al-Luhuf. Teheran: 1348 S.
  • Sayid Ibnu Thawus. Al-Luhuf. Terjemah : Sayid Abul Hasan Mir Abu Thalib. Qom: Dalil-e Ma, 1380 S.
  • Kitab Syenakht-e Sire-e Ma'shumin. Markaz-e Tahqiqat Komputeri-ye Ulum-e Islami-ye Nor.