Syekh Shaduq

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Syaikh al-Shaduq)
Syekh Shaduqhttp://en.wikishia.net
Informasi Pribadi
Nama LengkapMuhammad bin Ali bin Husain bin Musa bin Babawaih Qommi
Terkenal denganSyekh Shaduq
LakabAbu Ja’far
LahirSetelah tahun 305 H/917
Tempat tinggalQomRay
Wafat/SyahadahTahun 381 H/991
Tempat dimakamkanRay, Iran
Kerabat termasyhurAli bin Husain bin Musa bin Babawaih (Ayah)
Informasi ilmiah
Guru-guruAhmad bin Ali bin Ibrahim bin Hasyim QommiAli bin Husain bin Musa bin Babawaih QommiMuhammad bin Hasan bin Ahmad bin Walid Qommi
Murid-muridSyekh MufidSayid MurtadhaAbul Qasim Ali bin Muhammad bin Ali Khazzaz dan lain-lain
Karya-karyaMan La Yahdhuruhu al-Faqih'Uyun Akhbar al-RidhaAl-Khishal dan lain-lain
Kegiatan Sosial dan Politik

Muhammad bin Ali bin Husain bin Musa bin Babawaih Qommi (bahasa Arab:محمد بن علی بن حسین بن موسی بن بابویه قمی), masyhur dengan Syekh Shaduq (bahasa Arab: الشیخ صدوق) (w. 305-381 H/917-991), termasuk salah seorang ulama terkemuka Syiah pada abad ke-4 Hijriah.

Tanggal kelahiran detailnya tidak diketahui, namun diungkapkan setelah tahun 305 H/917. Pusara Syekh Shaduq di kota Ray. Dia dianggap sebagai pakar hadis dan seorang fakih terkemuka madrasah hadis Qom dan kurang lebih 300 karya ilmiah disandarkan kepadanya, dimana sekarang ini banyak dari karya-karya tersebut hilang tidak ditemukan.

Kitab Man La Yahdhuruhu al-Faqih adalah salah satu dari karya-karyanya yang termasuk dari empat buku Syiah yang terkenal. Di antara karya-karyanya yang penting dan masyhur adalah Ma'ani al-Akhbar, 'Uyun Akhbar al-Ridha, al-Khishal, 'Ilal al-Syarayi', dan Shifat al-Syiah.

Di antara para muridnya yang termasyhur adalah Sayid Murtadha, Syekh Mufid dan Tallaukbari.

Nasab

Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin Husain bin Musa bin Babawaih Qommi, masyhur dengan Syekh Shaduq, termasuk salah seorang ulama abad ke-4 H. [1] Ayahnya, Ali bin Husain, pada masanya merupakan seorang syaikh dan tsiqoh (terpercaya), fakih dan pemimpin masyarakat Qom yang derajat keilmuan dan sebagai tempat rujukan diakui di kota tersebut dan selainnya, walaupun pada waktu itu banyak para ulama dan ahli hadis yang terkemuka tinggal di kota Qom. Dia memiliki sebuah toko di pasar, walaupun sibuk berdagang ia senantiasa bersifat zuhud, suci serta qana’ah . Dia memiliki buku dan risalah-risalah dalam pelbagai jurusan, yang dituturkan oleh Syekh Thusi dan Najasyi. Ibnu Nadim dalam Al-Fihrist mengatakan, aku melihat tulisan tangan anaknya Muhammad bin Ali di lembaran satu juz; kitab-kitab ayahku yang berjumlah 200 kitab, telah aku izinkan untuk si fulan bin fulan, begitu juga dengan kitab-kitabku yang berjumlah 18 kitab. [2]

Kelahiran

Tahun kelahiran Syekh Shaduq tidak diketahui secara mendetail. Namun dari bukunya, Kamal al-Din wa Tamam al-Ni'mah, dan Kitab Ghaibah Syekh Thusi serta kitab Al-Fihrist milik Najasyi dapat diketahui bahwa ia lahir sepeninggal Muhammad bin Utsman 'Amri, wakil Kedua dari empat wakil Imam Zaman afs, tahun 305 H/917, di awal-awal wakil Abul Qasim Husain bin Ruh Nubakhti, wakil Ketiga.

Syekh Shaduq sendiri dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Aswad menukilkan bahwa Ali bin Husain bin Musa bin Babawaih (ayah Syekh Shaqud, yang disebut juga dengan Shaduq awal) sepeninggal Muhammad bin Utsman 'Amri meminta Abul Qasim Husain bin Ruh al-Nubakhti (wakil ketiga) supaya meminta Imam Zaman afs mendoakan supaya Allah swt menganugerahkan keturunan kepadanya. Abu Ja’far mengatakan; "Aku juga meminta Abul Qasim dan dia menyampaikan permintaanku ini kepada Imam Zaman afs". Setelah tiga hari kemudian, Husain bin Ruh Nubakhti berkata kepadaku bahwa Imam as telah berdoa untuk Ali bin Husain dan dia akan memiliki seorang anak yang berkah, dimana Allah swt akan menghantarkan keberuntungan baginya. [3]

Syekh Thusi menukil cerita tersebut dengan lebih terperinci: Sebagian Syekh kota Qom berkata kepadaku bahwa Ali bin Husain bin Babawaih menikah dengan putri pamannya dan pernikahan ini tidak membuahkan keturunan. Karena inilah dia menulis kepada Abul Qasim Husain bin Ruh Nubakhti supaya meminta Imam Zaman afs supaya mendoakannya, agar Allah swt memberikan keturunan seorang fakih untuknya. Kemudian datanglah jawaban bahwa engkau tidak akan memiliki keturunan dari wanita ini, dan sebentar lagi engkau akan memiliki seorang budak Dailam dan darinya akan dikaruniai dua anak fakih. [4] Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa kelahiran Syekh Shaduq setelah tahun 305 H/917 dan dengan doanya Imam Zaman afs dan dengan demikian, dia dan saudaranya, Husain sangat bangga atas masalah ini. [5]

Kehidupan

Syekh Shaduq tumbuh besar di kota Qom dan selama 20 tahun tinggal bersama ayahnya, dia belajar dari ayahnya dan para ulama Qom lainnya, setelah itu atas permintaan masyarakat Ray dia pergi kesana, meskipun masih di awal remaja, namun suaranya sangatlah nyaring. Dia menetap beberapa waktu di tempat tersebut, kemudian dengan izin penguasa setempat, Ruknud Daulah Buwaihi, dia pergi ke Masyhad guna menziarahi Imam Ridha as dan sekembalinya ziarah, dia menetap di Nisyabur dan para pemuka setempat membuat lingkaran di sekitarnya. Dengan demikian, sekeluarnya dari Qom dia telah melakukan perjalanan ke Ray, Astarabad, Gorgan, Nisyabur, Masyhad, Marw, Sarakhs, Ilaq, Samarkand, Farghaneh, Balkh termasuk kota-kota Mawara' al-Nahr, Hamedan, Baghdad, Kufah, Faid, Mekah dan Madinah. [6]

Dzarih (pembatas) pusara Muhammad bin Ali Ibnu Babawaih Qommi bergelar Syekh Shaduq
Perkuburan Ibnu Babawaih di kota Ray, tempat kuburan Syekh Shaduq

Kedudukan Ilmiah

Deskripsi para ulama rijal tentangnya

Syekh Thusi mengatakan; "Muhammad bin Ali bin Husain adalah seorang yang banyak menghafal hadis, mengenal dan mengetahui ilmu fikih dan ilmu rijal, seorang pakar hadis yang tidak ada bandingannya".

Najasyi dalam mensifatinya mengatakan, dia adalah Syekh dan fakih kami....saat memasuki kota Baghdad, meskipun umurnya masih sangat muda, namun Syekh Thaifah mendengar dan menukil hadis darinya. [7]

Syekh dan Guru-gurunya

Dia menimba ilmu dari beberapa syaikh dan para hafiz di pelbagai kota, dari para imam hadis dan selainnya, yang mana jumlah mereka mencapai 260 orang [8], diantara guru-gurunya adalah sebagai berikut:

Berkas:Faghih.jpg
Kitab Man La Yahdhuruhu al-Faqih

Para Murid dan Perawi yang Mengambil Riwayat darinya

Dengan melihat bahwa Syekh Shaduq menyebarkan hadis sejak awal remaja, dengan demikian jumlah para perawi yang meriwayatkan darinya pasti sangat banyak, namun karena hilang atau tidak ditemukannya sebagian buku-buku seperti Tārikh Ray karya Syekh Muntajabuddin, Rijāl al-Syiah karya Ibnu Bathriq dan Suyukh al-Syiah karya Ali bin Hakam, nama-nama para perawi yang meriwayatkan darinya tidak dapat diketahui dengan sempurna. Beberapa Murid dan perawi riwayat darinya sebagai berikut ini:

  • Muhammad bin Muhammad bin Nu’man, Syekh Mufid
  • Sayid Murtadha Alamul Huda Dzul Majdain
  • Abu Ali bin Hasan bin Muhammad bin Hasan Syaibani Qommi, penulis Tārikh Qom (Sejarah Qom)
  • Abul Qasim Ali bin Muhammad bin Ali Khazzaz
  • Abu Ja’far Muhammad bin Hasan bin Ishak bin Hasan bin Husain bin Ishak bin Musa bin Ja’far as

Karya-karya

Kumpulan karya-karya Syekh Shaduq mencapai 300 karya, dimana Syekh Thusi menyebut 40 karya tersebut dalam kitab al-Fihrist, dimana salah satunya adalah Man Layahdhuruhu al-Faqih [14], salah satu dari empat buku induk Syiah; dan Najasyi (W. 450 H/1059) dalam kitab al-Fihristnya menyebut 200 karya, dalam pelbagai cabang ilmu-ilmu agama dan semuanya sangat bernilai dan dipakai oleh para ulama semenjak masa penulisan sampai sekarang ini, namun banyak sekali karya-karyanya yang tidak sampai ke tangan kita. [15] Adapun yang dinukil oleh Najasyi dalam bukunya juga demikian. [16] Dan beberapa karyanya adalah:

  • Kitab Al-Tauhid
  • Kitab al-Nubuwwah
  • Kitab Itsbāt al-Washiyyah li Ali as.
  • Kitab Itsbāt Khilafatihi
  • Kitab Itsbāt al-Nash 'alaihi
  • Kitab Itsbāat al-Nash ala al-Aimmah
  • Kitab al-Ma'rifah fi Fadhl al-Nabi wa Amiril Mukminin wa Al-Hasan wa Al-Husain alaihimus salām
  • Kitab Madinah al-'Ilm
  • Kitab 'Ilāl al-Syarayi'
  • Kitab Tsawāb al-A'māl

Wafat

Dia meninggal pada usia tujuh puluhan, tahun 381 H/997 dan dikuburkan di kota Ray. Pusaranya sekarang ini berada di pekuburan bernama kuburan Ibnu Babawaih, yang sangat masyhur dan menjadi tempat ziarah masyarakat. Renovasi bangunan kuburnya dilakukan pada masa Fath Ali Shah Qajar, pada tahun 1275 H/1859, dikarenakan datangnya banjir dan tersingkapnya pusara, jenazahnya tetap utuh setelah berabad-abad yang lalu sehingga membuat semua orang heran dan takjub. [17]

Catatan Kaki

  1. Ghaffari, Ali Akbar, Muqaddimah Man La Yahdhuruhu al-Faqih, Syekh Shaduq, 1404 H, hlm. 8.
  2. Ibid., hlm. 9.
  3. Kamāluddin, hlm. 276; dan semisalnya, Syekh Thusi berbicara dalam bukunya, Al-Ghaibah, hlm. 209; dinukil dari al-Rabbani al-Syirazi, Abdul Rahim, muqaddimah Ma’āni al-Akhbār, Syekh Shaduq, 1361 H, hlm. 73.
  4. Al-Ghaibah, hlm. 201; dinukil dari al-Rabbani al-Syirazi, Abdul Rahim, Muqaddimah Ma'ani al-Akhbār, Syekh Shaduq, 1361 H, hlm. 73.
  5. Al-Rabbani al-Syirazi, Abdul Rahim, Muqaddimah Ma'āni al-Akhbār, Syekh Shaduq, 1361 H, hlm. 74.
  6. Ghaffari, Ali Akbar, Muqaddimah Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, Syekh Shaduq, 1404 H, hlm. 8-9.
  7. Ghaffari, Ali Akbar, Muqaddimah Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, Syekh Shaduq, 1404 H, hlm. 8.
  8. Ibid.
  9. Al-Rabbani al-Syirazi, Abdul Rahim, muqaddimah Ma’āni al-Akhbār, Syekh Shaduq, 1361 H, hlm. 40.
  10. Ibid., hlm. 42.
  11. Ibid., hlm. 56.
  12. Ibid., hlm. 62.
  13. Ibid., hlm. 66.
  14. Thusi, Al-Fehrest, hlm. 238.
  15. Al-Rabbani al-Syirazi, Abdul Rahim, muqaddimah Ma’ani al-Akhbar, Syekh Shaduq, 1361 H, hlm. 72.
  16. Najasyi, 1365, hlm. 389-392.
  17. Al-Rabbani al-Syirazi, Abdul Rahim, muqaddimah Ma’āni al-Akhbār, Syekh Shaduq, 1361 H, hlm. 74.

Daftar Pustaka

  • Al-Syekh al-Shaduq. Man La Yahdhuruhu al-Faqih, peneliti: Ali Akbar Ghaffari. Qom: Jami'ah al-Mudarrisin, 1404 H.
  • Syekh Shaduq. Ma'ani al-Akhbar, koreksi: Ali Akbar Ghaffari. Qom: Intisyarate Islami, 1361 S.
  • Al-Thusi, Muhammad bin al-Hasan. Al-Fehrest, peneliti: Jawab al-Qayyumi. Muassasah al-Faqahat, 1417 H.
  • Najasyi, Ahmad bin Ali. Rijal al-Najasyi. Qom: Muassasah al-Nashr al-Islami, 1365 S.