Surat-surat Penduduk Kufah kepada Imam Husain as

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia

Surat-surat penduduk Kufah kepada Imam Husain as (bahasa Arab: كتب أهل الكوفة إلى الإمام الحسين (ع)), dalam sejarah Syiah, dapat dikatakan bahwa surat-surat yang dilayangkan oleh orang-orang Kufah kepada Imam Husain as, yang mengundang Imam Husain as untuk datang ke Kufah, itu adalah baiat mereka kepadanya. Surat-surat itu ditulis tak lama setelah kematian Muawiyah dan penolakan Imam Husain untuk bersumpah setia atau baiat kepada Yazid, dimana ketika itu Imam berada dan tinggal di Mekah.

Surat-surat yang sampai dari orang-orang Kufah menyebabkan Imam Husain as bergerak menuju ke arah Kufah; tetapi munculnya Ubaidillah bin Ziyad di Kufah dan penindasan yang dilakukannya kepada penduduk Kufah, telah mendorong orang-orang Kufah untuk mengingkari isi surat-surat yang mereka tulis, yaitu menarik tangan mereka untuk memberikan bantuan kepada Imam Husain as, sehingga terjadilah peristiwa Asyura. Di antara para penulis surat terdapat nama sebagian para pembesar dan tokoh Syiah yang disebut di sana diantaranya adalah: Sulaiman bin Surad al-Khuza'i, Habib bin Muzhahir dan Rifa’ah bin Syaddad.

Jumlah Surat

Dikatakan, jumlah surat-surat yang dilayangkan oleh orang-orang Kufah kepada Imam Husain as mencapai ratusan dan bahkan ribuan surat. Pada hari-hari itu, banyak dari para kurir Kufah datang ke Mekah silih berganti untuk membawakan surat kepada Imam Husain as dan bahkan dikatakan kurir tersebut membawa beberapa surat. [1] Sekelompok mengatakan, jumlah surat yang ditulis mencapai 150 surat, yang mana setiap surat terkadang milik satu, dua atau empat orang. [2] Thabari meyakini bahwa jumlah surat yang sampai kepada Imam sekitar 53 surat. [3] Baladzuri menyebutkan 50 surat. [4] Dalam buku Luhuf dan A'yan al-Syiah jumlah penulis surat itu mencapai 12 ribu orang (yang masing-masing berisi banyak tanda tangan. [5] Syekh Abbas al-Qummi meyakini bahwa surat-surat yang ditulis orang-orang Kufah kepada Imam Husain as mencapai 12.000. [6]

Teks Sebagian dari Surat-surat Orang-orang Kufah

Surat Pertama

Ketika berita kematian Muawiyah sampai ke penduduk Kufah, mereka ragu dan khawatir mengenai Yazid dan merasa berada dalam bahaya. Di saat yang sama mereka juga mendengar bahwa Imam Husain as menolak untuk berbaiat dengan Yazid dan berangkat ke Mekah; oleh karena itu, orang-orang Syiah di Kufah berkumpul di rumah Sulaiman bin Surad al-Khuza'i dan membicarakan tentang kematian Muawiyah dan mereka bersyukur kepada Allah swt atas kejadian ini. Tiba-tiba kemudian Sulaiman bin surad berkata: Muawiyah telah mati dan Husain bin Ali tidak berbaiat kepada anaknya dan dia pergi ke Mekah. Jika kalian ingin membantu dan menolongnya, beritahukan kepadanya dan jika kalian ragu-ragu dalam menolong dan mendukungnya, jangan kalian menjatuhkan dia ke dalam resiko dan jangan tipu dia. Orang-orang dengan tegas ingin membantunya dan menulis surat yang ditujukan kepada Imam Husain as:

"Dengan Nama Allah Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang
Kepada Husain bin Ali dari Sulaiman bin Surad, Musayyib bin Najbah, Rifa’ah bin Syiddad, Habib bin Muzhahir dan Kaum Syiah, Mukminin dan Muslimin Kufah.
Salam bagimu, dan kami ucapkan puji dan syukur kepada Allah yang tiada tuhan selain Dia.
Amma ba’du, puji syukur kehadirat Allah yang telah menghancurkan pemberontak dan musuhmu yang jahat, yang telah menyerbu umat, merebut kekhalifahan dan merampok harta para penduduk dan yang telah berkuasa tanpa persetujuan mereka. Kemudian mereka membunuh orang-orang saleh dan membiarkan orang-orang jahat dan menempatkan kekayaan Allah kepada orang-orang fasik dan orang-orang kaya. Maka, kutuk dan laknat Allah atasnya, sebagaimana kaum Tsamud yang terjerat dalam kutukan.
Sesungguhnya kami tidak memiliki pemimpin; maka datanglah kepada kami; semoga Allah dengan perantaramu mengumpulkan kami dalam kebenaran, sementara Nukman bin Basyir tinggal di istana kepemerintahannya, sedangkan kami tidak di hari-hari Jumat melaksanakan salat dan tidak juga pada hari-hari raya pergi keluar; kapan saja berita sampai kepada kami bahwa Anda datang kepada kami, kami akan mengeluarkannya dari kota sehingga ia pergi menuju ke Syam, Insya Allah. "

Para pembesar Kufah mengirim surat-surat mereka melalui perantara Abdullah bin Masma’ Hamdani dan Abdullah bin Wal Taimi dan meminta kepada mereka untuk menyampaikan surat-surat tersebut sesegera mungkin kepada Imam. Surat sampai kepada Imam Husain as pada 10 Ramadhan di kota Mekah. [7]

Surat Kedua

Dua hari setelah pengiriman surat pertama, penduduk Kufah mengirim Qais bin Mushir Shaidawi dan Abdurrahman bin Abdullah Arhabi dan Imarah bin Abdu Saluli dengan membawa 150 surat ke sisi Imam Husain as mengirim. Beberapa surat ini ditulis oleh satu orang, beberapa surat lainnya ditulis oleh dua atau empat orang. [8]

Surat Ketiga

Penduduk Kufah dua hari setelah itu, mengutus Hani bin Hani Sabi’i dan Said bin Abdullah Hanafi untuk datang menemui Imam Husain as dan bersama mereka sebuah surat yang berisikan:

"Dengan nama Allah yang Rahman dan Rahim. Sepucuk surat untuk Husain bin Ali, dari para pengikut Syiah, kaum Mukminin dan Muslimin. Amma ba’du, bersegeralah karena masyarakat menunggumu dan semua sepakat atasmu, maka bersegeralah bersegeralah! Dan sekali lagi bersegeralah bersegeralah! Wassalam. "[9]

Surat Keempat

Syabats bin Rib’i, Hajjar bin Abjar, Yazid bin Harits bin Ruwaim, Urwah ibn Qais, Amr bin Hajjaj Zubaidi dan Muhammad bin Umair Tamimi menulis surat untuk Imam, yang isinya:

"Kebun telah menghijau dan buah-buah pun telah matang, maka setiap kali kamu berhendak datanglah para tentara telah siap untuk membantumu dan sedang menunggumu." [10]

Jawaban Imam Husain as kepada Penduduk Kufah

Para utusan semuanya telah berkumpul di sisi Imam dan dia telah membaca surat-surat yang dilayangkan kepadanya dan bertanya tentang keadaan orang-orang dan masyarakat Kufah dari para utusan. Pada saat itu, dia menulis surat dan kemudian diserahkan kepada Hani bin Hani Sabi'i dan Said bin Abdullah Hanafi yang ketika itu datang sebagai utusan terakhir.

Teks surat tersebut adalah sebagai berikut:

"Dengan nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang, dari Husain ibnu Ali kepada kelompok Muslimin dan Mukminin.
Amma ba’d, Hani dan Sa'id datang kepada saya dengan sepucuk surat dari kalian dan mereka adalah para utusan terakhir kalian yang datang kepada saya dan saya menyadari apa yang kalian katakan adalah sebuah kesadaran dari kalian sendiri dan apa yang sebagian besar dari pembicaraan kalian adalah bahwa "Kami tidak memiliki seorang imam maka datanglah kepada kami semoga Allah melalui bimbinganmu membawa kami pada kebenaran. Sekarang aku mengutus kepada kalian saudaraku dan sepupuku dan orang yang terpercaya di antara keluargaku. Dan jika ia menulis kepadaku bahwa pendapat dan pandangan kebanyakan kalian para pembesar dan cendikiwan sesuai dengan apa yang dikabarkan oleh para utusan kalian dan seperti apa yang aku baca dari surat-surat kalian, maka secepatnya aku akan datang kepada kalian insya Allah, aku bersumpah demi jiwaku bahwa seorang imam tidak menghukumi kecuali sesuai dengan apa yang ada dalam kitab Allah dan menegakkan keadilan dan kebenaran dan komitmen di jalan agama yang benar dan dia terikat dengan apa yang dikatakan dan diperintahkan Tuhannya. Wassalam." [11]

Pengutusan Muslim bin Aqil ke Kufah

Imam Husain as memanggil Muslim bin Aqil bin Abi Thalib dan mengirimnya bersama Qais bin Mushir Shaidawi dan Imarah bin Abdu Saluli dan Abdurrahman bin Abdullah Arhabi dan kepadanya diperintahkan untuk mendahulukan ketakwaan dan menjaga perbuatannya supaya selalu dirahasiakan dan menjaga perasaan dengan masyarakat; oleh karena itu, jika dia melihat konsensus dan solidaritas yang diperlukan dari penduduk masyarakat, untuk segera memberitahukannya. [12]

Catatan Kaki

  1. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 5, hlm. 352; Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 36-38
  2. Ibnu A'sam, Kitāb al-Futuh, jld.5, hlm.29; Mufid, al-Irsyād (dar al-Mufid, 1413H), jld.2, hlm.38; Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Al Abi Thālib, jld.4, hlm.98; Ibnu Jauzi, al-Muntazham, jld.5, hlm.327; Kharizmi, Maqtal al-Husain as, jld.1, hlm.283; Arbali, Kasyf al-Ghummah, jld.2, hlm.253; Syafi’i, Mathālib al-Sa’ul, jld.2, hlm.71; Sibt Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawāsh min al-Ummah bi Zikr Khashāish al-Aimmah As, jld.2, hlm. 146; Sayid Ibnu Thawus, al-Malhuf ala Qatlā al-Thufuf, hlm.24; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld.8, hlm.162; Ibnu Hajar Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib, jld.2, hlm.302.
  3. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk (wafat 1409 H), jld.4, hlm.262. Ungkapannya mengenai hal ini adalah sebagai berikut: «... فحملوا معهم نحواً من ثلاثة و خمسین صحیفة...» maka mereka membawa bersamanya sekitar 53 surat; tentunya sebagian para peneliti kontemporer, ungkapan “Tsalasah” yaitu tiga itu diyakini menjadi “mi’ah” yaitu seratus dan keterangan Thabari juga dianggap menjadi 150 surat dan yang menjadi bukti akan hal ini adalah nukilan yang diambil dari Syekh al-Mufid, Ibnu A’sam, Kharazmi dan Sibt Ibnu Jauzi dimana mereka juga menuliskan 150 pucuk surat dan kemungkinan semuanya itu dinukil dari Abu Mihnaf (Muhammad Hadi Yusufi Gharavi, Waq’atu al-Thaf, hlm.93); namun sebagaimana yang tertera dalam teks, Baladzuri meskipun ada kemungkinan menukilnya dari Abu Mihnaf, menjelaskannya sebanyak 50 orang, sebagaimana Sibth Ibnu Jauzi yang menerangkan 150 surat, menukilnya dari Ibnu Ishak bukan dari Abu Mihnaf (Muhammad Hadi Yusufi Gharavi, Waqi'ah al-Thaf, hlm.244.)
  4. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 370.
  5. Sayid Ibnu Thawus, Kitab al-Malhuf fi Qatlā al-Thufuf, hlm.35; Amin Amili, 'Ayan al-Syiah, jld.1, hlm. 581.
  6. Al-Qummi, Muntaha al-Amāl, jld.1, hlm.566.
  7. Al-Mufid, al-Irsyad, jld.2 hlm.37-39.
  8. Al-Mufid, al-Irsyad, jld.2 hlm.37-38.
  9. Rujuk: Thabari, Tārikh Thabari, jld.4, hlm.2616; Ibnu Syhar Asyub, Manāqib, jld.4, hlm.97; Tarjumeh Tārikh Thabari, jld.7, hlm.2923-2924; Samawi, Abshār al-Ain, hlm. 216; Jalali, Selahsyuran Thaf, hlm.262.
  10. Rujuk: Thabari, Tārikh Thabari, jld.4, hlm.261-262; Samawi, Abshār al-Ain, hlm. 216; Ibnu Syhar Asyub, Manāqib, jld.4, hlm.97; Selahsyuran Thaf, hlm.262; Kumreh-i, Unshure Syujā’at, jld.1, hlm. 162.
  11. Rujuk: Thabari, Tārikh Thabari, jld.4, hlm. 262; ; Ibnu Syhar Asyub, Manāqib, jld.4, hlm.97; Tarjumeh Tārikh Thabari, jld.7, hlm.2923-2924.
  12. Al-Mufid, al-Irsyad, jld.2 hlm.297-295; Tarjumeh Irsyad, jld.2 hlm.339-342.

Daftar Pustaka

  • Arbili, Ali bin Isa bin Abi al-Fath. Kasyf al-Ghummah fi Ma’rifati al-Aimmah. Beirut: Dar al-Adhwa, 1405 H.
  • Ibnu A’sam. Kitāb al-Futuh. Riset: Ali Syiri. Beirut: Dar al-Adhwa, 1411 H.
  • Ibnu Syahr Asyub. Manāqib Al Abi Thālib. Riset dan daftar isi: Yusuf al-Baqa-i. Beirut: Dar al-Adhwa, 1421 H.
  • Ibnu Jauzi, Abu al-Faraj Abdurrahman Ali bin Muhammad. Al-Muntazham fi Tārikh al-Muluk wa al-Umam. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1412 H.
  • Ibnu Hajar Asqalani. Tahdzib al-Tahdzib. Beirut: Dar al-Fikr, 1404 H.
  • Ibnu Katsir Dimasyqi, Abu al-Fida Ismail. Al-Bidāyah wa al-Nihāyah. Riset: Ali syiri. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1408 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya Jabir. Ansāb al-Asyrāf. Riset: Suhail Zakkar dan Riyadh Zirikli. Beirut: Dar al-Fikr, 1417 H.
  • Kharizmi. Maqtal al-Husain as. Riset: Muhammad Thahir Samawi. Qom: Dar Anwar al-Huda, 1418 H.
  • Sibth Ibnu Jauzi. Tazkirah al-Khawāsh min al-Ummah bi Zikr Khashāish al-Aimmah. Riset: Husain Taqi Zadeh, tanpa tempat, Markaz percetakan dan penerbitan untuk Majma’ al-Alami li Ahlilbait, 1426 H.
  • Samawi, Muhammad Thahir. Abshār al-Ain fi Anshār al-Husain as. Riset: Muhammad Ja’far Thabasi. Markaz al-Dirasāt al-Islamiyah liharsi al-Tsaurah, tanpa tempat, 1419 H.
  • Samawi, Muhammad Thahir. Selahsyuran Thaf. Riset dan pandangan global atas kehidupan Imam Husain as dan semangat perjuangan Karbala, terjemah Abshār al-Ain fi Anshār al-Husain as. penerjemah: Abbas Jalali. Qom: Intisyarat-e zair, 1426 H.
  • Sayid Ibnu Thawush. Al-Malhuf ala Qatlā al-Thufuf. Riset: Faris Hassun. Teheran: Dar al-Uswah, 1425 H.
  • Syafi’i, Muhamamd bin Thalhah. Mathālib al-Sa’ul fi Manāqib al-Rasul. Riset: Majid bin Ahmad al-Athiyah. Beirut: Muassasah Ummu al-Qura, 1420 H.
  • Syahidi, Sayid Ja’far, Qiyām Husain as, (setelah 50 tahun, penelitian terkini seputar kebangkitan Imam Husain as), Teheran: Daftar Nasyr Farhang Islami, 1422 H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Tārikh al-Umam wa al-Muluk. Beirut: Muassasah al-A'lami lil Mathbuat, 1409 H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir Thabari. Tārikh Thabari. yang terkenal dengan Tārikh al-Umam wa al-Muluk. Beirut: Muassasah al-A’lami lil Mathbuat, 1409 H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir Thabari. Tārikh Thabari. atau Tārikh al-Rusul wa al-Muluk. Penerjemah: Abu al-Qasim Pabandeh. Teheran: Intisyarate Bunyad Farhang Iran, 1393 H.
  • Al-Qummi, Syekh Abbas. Muntaha al-Amāl. Qom: Hijrat, 1416 H.
  • Kumreh-i, Khalil. Unshure Syujā’at Haftadu Du Tan wa Yek Tan Ashāb Sayid al-Syuhadā’. Qom: Dar al-'Irfan, 1431 H.
  • Al-Mufid, Muhamamd bin Nukman. Al-Irsyād fi Ma'rifati Hujajillah ala al-Ibād. Qom: Said bin Zubair, 1428 H.
  • Al-Mufid. Al-Irsyād. Qom: intisyarat-e Kongereh jahani Syekh Mufid, 1413 H.
  • Terjemah Irsyad Syekh Mufid. Sireh Aimmeh Athhar as. Penerjemah: Musawi Mujab dan Hasan. Qom: Sarwar, 1430 H.
  • Yusufi Gharavi, Muhammad Hadi. Waqi'ah al-Thaf. Qom: Muassasah al-Nasyr al-Islami, 1417 H.