Lompat ke isi

Konsep:Panah Cabang Tiga

Dari wikishia

Panah Cabang Tiga (bahasa Arab:سَهْم ذُو ثَلاثِ شُعَب) adalah jenis anak panah yang memiliki tiga mata (ujung) dan menurut beberapa buku maqtal, mengenai jantung Imam Husain as pada Hari Asyura. Beberapa sumber belakangan ini juga menukil bahwa panah cabang tiga ini mengenai Ali Asghar dan Abbas bin Ali as, namun beberapa sumber penelitian menganggap penukilan ini tidak terdokumentasi.

Panah Cabang Tiga dalam Peristiwa Karbala

Panah cabang tiga adalah sejenis anak panah yang digunakan dalam peperangan masa lalu. Dalam buku-buku yang berkaitan dengan Peristiwa Karbala, jenis panah ini disebutkan beberapa kali. Buku Sugnameh Al-e Muhammad yang termasuk buku-buku mutaakhir menulis bahwa dalam peristiwa Karbala, Harmalah membawa tiga buah panah cabang tiga. Satu ia tembakkan ke leher Ali Asghar, putra Imam Husain as yang masih menyusu, yang lain ke mata Abbas bin Ali as, dan yang ketiga ke jantung Imam Husain as.[1] Ia menukil ucapan ini dari kitab Minhaj al-Dumu' bahwa Harmalah mengklaim demikian kepada Mukhtar al-Tsaqafi.[2] Penulis kitab Daneshnameh Imam Husain as menganggap ucapan ini tidak dapat dipercaya.[3] Demikian pula dalam kitab Tarikh Qiyam va Maqtal Jame' Sayyid al-Syuhada, kesyahidan Ali Asghar dengan panah cabang tiga dianggap berasal dari laporan maqtal-maqtal mutaakhir seperti Tadzkirah al-Syuhada dan Kibrit Ahmar.[4]

Mengenai Imam Husain as

Berdasarkan penukilan kitab Daneshnameh Imam Husain, panah cabang tiga mengenai jantung Imam Husain as disebutkan dalam kitab-kitab Maqtal al-Husain Khawarizmi[5] dan Mutsir al-Ahzan Ibnu Nama.[6] Dalam catatan kaki kitab yang sama dituliskan bahwa panah tersebut mengenai dada Imam Husain as, bukan jantung beliau; karena jika mengenai jantung, tidak akan ada kesempatan bagi beliau untuk melakukan tindakan selanjutnya; sebagaimana dalam penukilan Manaqib Ibnu Syahr Asyub juga digunakan kata "shadr" yang berarti dada.[7]

Panah Tiga Mata atau Cabang Tiga?

Dalam Serial Mukhtarnameh, ditampilkan gambar sebuah anak panah dengan tiga mata (tiga ujung runcing) di ujungnya. Beberapa situs web, sebagai reaksi terhadap gambar ini, mempublikasikan gambar-gambar panah cabang tiga untuk menjelaskan perbedaan antara panah tiga mata (tiga ujung) dengan panah cabang tiga.[8] [9] Dalam Jurnal Ma'arif Hosseini juga diklaim bahwa ahli sastra Arab mengatakan bahwa di masa lalu ada panah tiga mata dan juga panah cabang tiga.[10] Penulis mendasarkan klaimnya pada penelitiannya sendiri dan tidak menyajikan sumber referensi.[11]

Dalam Puisi Ritual

Dalam puisi para penyair, terdapat isyarat tentang panah cabang tiga dan masing-masing membahas sebagian detail dan penggambaran mengenainya. Sebagai contoh:

Sayid Muhammad Mir Hasyemi

Melati haram terpisah dari tangkainya oleh cabang tiga Syahid terkecil terkorban oleh cabang tiga Antara leher dan panah, tiada kesesuaian Kartu as cinta dan dua terbelah oleh cabang tiga Enam bulannya genap dan di Mina cinta Kurban Sayyid al-Syuhada oleh cabang tiga Ketika sang ayah menarik panah dari tenggorokannya Ia meronta berlumur darah dan lepas oleh cabang tiga Sebagai jawaban atas kegembiraan memalukan musuh Di kemah yang haus duka oleh cabang tiga Wahai hati, lihatlah di padang mahsyar akbar Karbala Geger kiamat yang bangkit oleh cabang tiga Di sana istana kesabaran dan harapan hancur

Rumah duka Rabab terbangun oleh cabang tiga[12]

Catatan Kaki

  1. Muhammadi Isytihardi, Sugnameh Al-e Muhammad, 1380 HS, cetakan ke-17, hlm. 535.
  2. Muhammadi Isytihardi, Sugnameh Al-e Muhammad, 1380 HS, cetakan ke-17, hlm. 535.
  3. Muhammadi Raysyahri, Daneshnameh Imam Husain, 1388 HS, jld. 7, hlm. 35-37.
  4. Sekelompok Sejarawan, Tarikh Qiyam va Maqtal Jame' Sayyid al-Syuhada, 1389 HS, jld. 1, hlm. 854 catatan kaki.
  5. Muhammadi Raysyahri, Daneshnameh Imam Husain, 1388 HS, jld. 7, hlm. 220-221.
  6. Muhammadi Raysyahri, Daneshnameh Imam Husain, 1388 HS, jld. 7, hlm. 222-223.
  7. Muhammadi Raysyahri, Daneshnameh Imam Husain, 1388 HS, jld. 7, hlm. 221, catatan kaki.
  8. «Tir Seh Syo'beh ya Seh Peikan, Kodamik Shahih Ast?», Weblog Bahar-e Javani.
  9. «Tasavvur Eshtebahi ke Hameh az Tir Seh Syo'beh Darand», Situs Klub Wartawan Muda (YJC).
  10. Fakhra Ruhani, «Tir Seh Syo'beh», hlm. 151.
  11. Fakhra Ruhani, «Tir Seh Syo'beh», hlm. 151.
  12. Situs Internet Dhia al-Shalihin.

Daftar Pustaka