Nabi Syuaib

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Nabi Syu'aib as)
Nabi Syuaib
foto pusara Nabi Syu'aib di Yordania
Nama lengkapSyu'aib bin Nuwaib bin Madyan bin Ibrahim
Afiliasi agamaMenyembah Tuhan Yang Mahaesa
Garis keturunanNabi Ibrahim as
Kerabat termasyhurNabi Luth as; Nabi Musa as
Tempat tinggalMadyan, Aikah
Tempat dimakamkanMekah; Yaman, Palestina; Tustar.
AktivitasMenikahkan Nabi Musa dengan putrinya, pembenahan ekonomi.

Syu'aib (bahasa Arab: شُعَيْب) adalah salah seorang nabi Allah swt dan cicit dari Nabi Ibrahim as. Ia adalah nabi ketiga Arab, yang namanya telah dituturkan dalam Alquran. Surah Al-A'raf, Hud, dan Asy-Syu'ara menjelaskan bahwa ia dipilih sebagai nabi setelah Nabi Nuh, Hud, dan Shaleh as dan menjadi nabi dari wilayah atau kaum Madyan dan Aikah.

Alquran mengisyaratkan kisah Nabi Musa dan Syu'aib as serta memperkenalkan Nabi Syu'aib sebagai ayah mertua Nabi Musa as. Namun menurut sebagian mufasir, Nabi Syu'aib dan mertua Nabi Musa yang namanya sudah dikemukakan dalam Alquran dan Taurat adalah dua orang yang berbeda.

Alquran menyebut problem kaum Nabi Syu'aib adalah korupsi keuangan, bahkan dengan usaha Nabi Syu'aib dan membawakan alat pengukur dan timbangan, masih tetap melakukan korupsi.

Nasab

Nabi Syu'aib as termasuk cicit Nabi Ibrahim as. Ayahnya adalah Madyan bin Ibrahim dan ibunya dari keturunan Nabi Luth as. [1] Sebagian berpendapat, nama ayahnya adalah Nuwaib dan Madyan adalah datuknya dan namanya adalah Syu'aib bin Nuwaib bin Madyan bin Ibrahim. Karena Nabi Ibrahim as, pasca Sarah mengambil seorang istri dari masyarakat Kan'an dan Madyan lahir dari istri ini. Terdapat perbedaan pendapat apakah Yitro, mertua Nabi Musa yang namanya sudah dipaparkan dalam Taurat adalah Nabi Syu'aib ataukah bukan? [2]

Nabi Musa di Rumah Nabi Syu'aib

Sejumlah referensi menukilkan, Nabi Musa as setelah memberi minum ternak, lantas ia membantu putri-putri Nabi Syu'aib as dan menghantar mereka sampai gerbang rumah Nabi Syu'aib. Salah seorang putri Nabi Syu'aib menyarankan untuk mempekerjakannya. Nabi Syu'aib menerima saran putrinya. Ia menemui Nabi Musa dan menawarkan pekerjaan dan menyarankannya untuk menikah dengan putrinya dan iapun menerimanya. Setelah sepakat, Nabi Musa pun menikah dengan putri Nabi Syu'aib. [3]

Penuturan Taurat tentang Syu'aib

Cerita Nabi Syu'aib as dan kaumnya tidak dituturkan dalam Taurat. Satu-satunya yang menyebut tentang Nabi Syu'aib adalah setelah Nabi Musa as membunuh seorang Qibti, lantas kabur dari Mesir menuju Madyan (sampai akhir cerita) dan di situ menuturkan seseorang yang bernama Rehuel atau Yitro (dan atau dengan kalimat lain, seorang alim agama kota Madyan). [4]

Nabi Syu'aib dalam Alquran dan Riwayat

Penuturan Alquran

Alquran menjabarkan kondisi Nabi Syu'aib lebih dari 40 ayat dalam surah Al-A'raf, Hud, Asy-Syu'ara, Al-Ankabut, dan Al-Qashash dan menyebut nama Nabi Syu'aib as hanya 11 kali.

Mereka menuturkan, kebanyakan ayat-ayat surah ini berbicara tentang risalah Nabi Syu'aib dengan tema-tema seperti manajemen, hak-hak masyarakat, moral, publikasi budaya tauhid, perbaikan-perbaikan ekonomi dan demikian juga, ayat-ayat ini mengkaji kondisi para pengingkar Nabi Syu'aib dan azab mereka. [5] Allah swt dalam Alquran menceritakan tentang Nabi Syu'aib dari hakikat, ma'arif dan kesopanannya terhadap Tuhannya dan masyarakat masa itu, sehingga dikarenakan kesopanannya, Allah mengabdikan Nabi Musa as untuk beberapa waktu. [6]

Penuturan Riwayat

Sebagian riwayat menuturkan bahwa penentangan kaum Nabi Syu'aib as di hadapannya sangatlah keras, sampai-sampai beberapa perwakilan membunuhnya dengan cara yang keji. [7]

Al-Rawandi dalam sebuah riwayat menukil dari Imam Sajjad as, orang pertama yang membuat alat pengukur dan timbangan untuk masyarakat adalah Nabi Syu'aib dan mereka pun menggunakan alat pengukur dan timbangan tersebut, namun setelah beberapa waktu mereka mulai melakukan riba dan hal inilah yang menyebabkan mereka diazab. [8]

Kebutaan Nabi Syu'aib

Menurut sebagian referensi, Nabi Syu'aib as mengalami kebutaan seperti Nabi Ya'qub dan Ishaq as. [9] Beberapa cendekiawan seperti al-Maibudi dalam tafsir Kasyf al-Asrar; Sayid Hasyim Bahrani dalam tafsir al-Burhan, Tafsir Surabadi, Allamah Thabathabai dalam al-Mizan dan beberapa lainnya dengan bersandar pada ayat وَإِنَّا لَنَرَاکَ فِینَا ضَعِیفًا dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; [10] mengisyaratkan tentang kebutaan Nabi Syu'aib. Mereka menyebut sebab kebutaan Syu'aib dikarenakan banyak menangis karena cinta dan kerinduan kepada Allah swt. [11]

Risalah

Nabi Syu'aib as diutus sebagai nabi setelah Nabi Yusuf bin Ya'qub as dan sebelum Nabi Musa bin Imran as dan satu masa dengannya. [12] Dinukilkan bahwa ia adalah Nabi ketiga yang berasal dari bangsa Arab, yang kisah-kisahnya telah dituturkan dalam Alquran. [13]

Kaum Madyan dan Aikah

Madyan atau Madyan Syu'aib adalah sebuah kota di timur teluk Aqabah. Pada mulanya, Nabi Syu'aib as tinggal di Madyan dan meminta penduduk Madyan agar menyembah Allah swt yang Maha Esa dan menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, namun mereka mengingkarinya dan mengusir Nabi Syu'aib dan para pengikutnya dari Madyan. Nabi Syu'aib melaknat mereka dan Allah swt juga mengazab mereka dengan azab gempa dan meluluhlantakkan kota beserta penduduknya. [14]

Surah Asy-Syu'ara ayat 176 dan 177 mengisyaratkan bahwa pasca pengazaban penduduk Madyan, Nabi Syu'aib pergi ke kaum Aikah. Nampaknya juga ada sebuah kota bernama Aikah yang terletak di dekat Madyan. Kota ini, di saat ini tersohor dengan nama Tabuk. [15]

Alquran mengisyaratkan bahwa kaum Aikah juga melakukan kekufuran dan kemusyrikan dan tidak menerima nasehat-nasehat Nabi Syu'aib. Allah swt memanaskan udara tempat tinggal mereka selama 7 atau 9 hari dan kemudian menurunkan api atas mereka dan semuanya tewas. [16]

Perbaikan Ekonomi

Alquran dalam ayat فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَ الْميزانَ Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan [17] mengisyaratkan bahwa penduduk Madyan adalah masyarakat yang suka mengurangi timbangan, menjual mahal barang-barang, tidak menjaga undang-undang perdagangan dan jual-beli. Untuk meluruskan mereka, Nabi Syu'aib membawakan sarana alat pengukur barang dalam perdagangan dan jual-beli, namun mereka tidak mengindahkannya. [18] Sebagian berkeyakinan timbangan dan alat-alat pengukur barang adalah inisiatif Nabi Syu'aib. [19]

Tempat Pemakaman

Para sejarawan berselisih pendapat tentang umur Nabi Syu'aib. Sebagian berkeyakinan umurnya adalah 234 tahun dan sebagian lainnya berpendapat 254 dan yang lainnya menulis 400 tahun. Dan demikian juga terdapat perselisihan terkait tempat wafat dan pemakamannya dan mereka menuturkan empat tempat untuk makamnya:

Catatan Kaki

  1. Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.11.
  2. Thabathabai, al-Mizān, jld.10, hlm.377; Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.11.
  3. Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.104.
  4. Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.149.
  5. Nuri, Hazrate Syu'aib: Peyambar Jamieh Saz, hlm.23 dan 33.
  6. Q.S. al-Qashash, ayat 27 dan 28; Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.11.
  7. Majlisi, Bihār al-Anwār, jld.12, hlm.382.
  8. Tafsir Nur al-Tsaqalain, jld.2, hlm.394.
  9. Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.12.
  10. Q.S. Hud, ayat 91.
  11. Nuri, Hazrat-e Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.14.
  12. Thabathabai, al-Mizān, jld.10, hlm.373.
  13. Thabathabai, al-Mizān, jld.10, hlm.377.
  14. Q.S. al-‘Araf, ayat 85-93.
  15. Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.22.
  16. Q.S. al-Syuara', ayat 176.
  17. Q.S. Al-A'raf: 85.
  18. Qirati, Tafsir Nur, jld.4, hlm.114.
  19. Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.34.
  20. Nuri, Hazrate Syu'aib: Payambar Jamieh Saz, hlm.22.

Daftar Pustaka

  • Al- Qu'rān.
  • 'Arusi Huwaizi, Abdul Ali bin Jum'ah. Tafsīr Nūr ats-Tsaqalain. Qom: Nasyr-e Ismailiyan, 1415 H.
  • 'Iffati, Qudratullah. Dīwān-e Shuhbat-e Lārī. Qom: Entesyarat-e Daftar-e Farhangg-e Ma'lulin, 1392 HS(2013).
  • Khurramsyahi, Bahauddin. Ensiklopedia Dānesynāme-e Qur'ān wa Qu'rān Pazūhī. Cet I.Tehran: Dustan-Nahid, 1377 HS (1998).
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār al-Jāmi'ah li Dhurar Akhbār al-Aimmah al-Athhār. Cet. II. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi, 1403 H.
  • Maulawi. Kulliyāt Syams atau Dīwān-e Kabīr. Riset Badi'uzzaman Furuzanfar. Tehran: Entesyarat-e Danesygah Tehran; Amir Kabir, 1355 HS (1976).
  • Nuri, Muhammad. Hazrat-e Syu'aib: Payāmbar-e Jāme'eh Sāz. Cet. I. Qom: Daftar-e Farhangg-e Ma'lulin, 1394 HS (2015).
  • Qiraati, Muhsin. Tafsīr-e Nūr. Cet XI. Tehran:Markaz-e Farhanggi Dars hayi az Qur'an, 1383 HS (2004).
  • Rawandi, Qutb ad-Din. Qishash al-Anbiyā' .Cet. I. Masyhad: Markaz-e Pazuhesyha-ye Islami, 1409 H.
  • Syahidi, Ja'far. Syarh-e Matsnawī. Cet I. Tehran: Syerkat-e Entesyarat-e Ilmi-ye Farhanggi, 1373 HS(1994).
  • Thaba Thabai, Sayid Muhammad Husain. al-Mīzān fi Tafsīr al-Qur'ān. Cet. V. Qom: Maktabah an-Nasyr al-Islami, 1417 H.
  • Thaba Thabai, Sayid Muhammad Husain. Tarjume (terjemahan) Tafsīr al-Mīzān. Cet IV. Qom: Daftar-e Entesyarat-e Islami, 1374 HS (1995).