Keutamaan-Keutamaan Imam Ali as

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia

Keutamaan-keutamaan Imam Ali as (bahasa Arab:فضائل الإمام علي عليه السلام) mengisyaratkan pada ayat-ayat, riwayat-riwayat dan peristiwa-peristiwa di mana dijelaskan di dalamnya tentang keutamaan-keutamaan, sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik Imam Ali as, pemimpin dan imam pertama Syiah. Dinukil dari Nabi saw bahwa keutamaan-keutamaan Imam Ali as tidak terhitung. Berdasarkan sebuah hadis dari beliau, mengungkapkan, menulis, melihat dan mendengarkan keutamaan-keutamaan Imam Ali as menyebabkan pengampunan dosa-dosa.

Keutamaan-keutamaan Imam Ali as ada dua kategori: keutamaan-keutamaan khusus dan keutamaan-keutamaan yang juga dimiliki oleh Ahlulbait as. Ayat Wilayah, ayat Syira', ayat Infak, hadis Ghadir, hadis al-Thair al-Masywi, hadis Manzilah, kelahiran di Kakbah dan pemberian cincin dihitung dari keutamaan-keutamaan khsususnya. Ayat Tathir, ayat Ahlu Dzikr, ayat Mawaddah dan hadis Tsaqalain termasuk dari keutamaan-keutamaannya yang dimiliki juga oleh Ahlulbait yang lain.

Pada periode kekuasan dinasti bani Umayah dicegah untuk menyebarkan keutamaan-keutamaan Imam Ali as. Selama masa ini, orang-orang yang mengutip keutamaan-keutamaannya dibunuh atau dipenjara. Atas perintah Muawiyah, orang-orang yang membuat-buat keutamaan untuk tiga khalifah sebagai saingan dari keutamaan-keutamaan Imam Ali as diberi apresiasi. Sebagian orang seperti Ibnu Taimiyah yang merupakan pembesar dari kaum Salafi dan muridnya yaitu Ibnu Katsir serta Ibnu Jauzi meyakini bahwa hadis-hadis tentang keutamaan Imam Ali as adalah palsu.

Namun dengan semua ini, dalam kompilasi hadis Syiah dan Sunni, banyak sekali keutamaan-keutamaan Ali bin Abi Thalib telah dikutip. Para ulama kedua mazhab juga telah menulis buku-buku independen tentang keutamaan-keutamaannya. Diantarannya adalah: Fadhāil Amir al-Mu'minin, karya ibnu Hanbal, Khashāish Amir al-Mu'minin, karya Nasai dan 'Umdah 'Uyun Shihah al-Akhbār fi Manāqib Imam al-Abrār, karya Ibnu Bithriq.

Klasifikasi dan Urgensitas

Keutamaan-keutamaan Imam Ali as adalah kumpulan ayat-ayat, riwayat-riwayat, karakteristik-karakteristik dan peristiwa-peristiwa yang menunjuk pada keutaman dan keunggulan Imam Ali as, Imam Syiah pertama. Maksud dari keutamaan-keutamaan adalah sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik yang membuat seseorang atau kelompok lebih unggul daripada orang lain. [1] Buku-buku teologis Syiah juga menggunakan keutamaan-keutamaan Ali as untuk membuktikan keimamahan dan keunggulannya untuk kekhalifahan. [2] Dikutip dari Nabi saw bahwa keutamaan-keutamaan Imam Ali as saking banyaknya tidak dapat dihitung. [3] Juga dikutip oleh Ahmad bin Hanbal, pemimpin mazhab Hanbali, bahwa jumlah keutamaan untuk Ali bin Abi Thalib tidak dikutip untuk satu sahabat pun. [4]

Keutamaan Imam Ali as terdiri dari dua kategori:

  1. Keutamaan-keutamaan khusus Imam Ali as: yaitu keutamaan-keutamaan yang hanya menjadi keistimewaan-keistimewaannya, seperti tidurnya di tempat tidur Nabi saw pada Lailatul Mabit dan turunnya ayat Syira' berkaitan dengan moment tersebut.
  2. Keutamaan-keutamaan musytarak (umum): yaitu keutamaan-keutamaan yang meliputi lima manusi suci atau maksumin as, seperti hadis Tsaqalain yang juga mencakupi Ahlulbait yang lain dan hadis Kisa' yang khusus kepada lima manusia suci.

Menurut beberapa riwayat yang dikutip oleh Ibnu Syadzan Qummi dari Nabi saw diterangkan, barangsiapa menyampaikan salah satu dari keutamaan-keutamaan Ali as dan meyakininya, niscaya Allah mengampuni dosa masa lalu dan masa depannya, dan barangsiapa menulis salah satu keutamaan darinya, selama tulisan itu masih ada, niscaya para malaikat akan memintakan ampunan untuknya. Juga barangsiapa yang mendengarkan dan melihat salah satu dari keutamaannya, niscaya dosa-dosa yang telah dilakukan oleh telinga dan penglihatannya akan diampuni. [5]

Keutamaan-Keutamaannya dalam Alquran

Keutamaan-keutamaan Qurani adalah ayat-ayat Alquran yang turun berkenaan dengan Imam Ali as atau ia diperkenalkan sebagai contoh konkrit (mishdak) dari ayat tersebut. Dikutip dari Ibnu Abbas bahwa jumlah Alquran yang diturunkan kepada Ali as tidak diturunkan kepada siapa pun. [6] Ibnu Abbas juga mengutip dari Rasulullah saw bahwa Allah swt tidak menurunkan sebuah ayat dengan ungkapan "Wahai orang-orang yang beriman" kecuali Ali as penghulu orang-orang mukmin dan pemimpin mereka. [7] Dia meyakini lebih dari 300 ayat telah turun berkenaan dengan sanjungan kepada Ali as. [8] Beberapa keutamaan Imam Ali dalam Alquran adalah sebagai berikut:

  1. Ayat Wilayah: adalah Ayat 55 surah Al-Maidah yang berbicara kepada kaum muslimin tentang wilayah Allah, Nabi saw, pendiri salat dan pemberi zakat.[9] Para ahli tafsir Syiah dan Sunni meyakini bahwa sebab turunnya ayat ini adalah peristiwa pemberian cincin oleh Imam Ali as kepada orang fakir saat ia tengah melakukan ruku'.[10]
  2. Ayat Syira': Ayat 207 surah Al-Baqarah menyanjung orang-orang yang setia mengorbankan jiwa mereka demi meraih keridaan Tuhan. [11] Menurut Ibnu Abil Hadid, salah seorang ulama Mu'tazilah, semua ahli tafsir berkeyakinan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan keutamaan Imam Ali as. [12] Allamah Thabathabai menulis: berdasarkan hadis-hadis, ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa Lailatul Mabit. [13] Pada malam tersebut orang-orang musyrik berniat menyerang rumah Nabi saw di Mekah dan hendak membunuhnya. Pada malam tersebut, Imam Ali as untuk melindungi jiwa Nabi saw tidur di tempat tidur beliau. [14]
  3. Ayat Tabligh: adalah ayat 67 surah Al-Maidah. Berdasarkan ayat ini, Nabi saw diberi tugas untuk menyampaikan pesan kepada umat dimana jika beliau tidak menyampaikannya seakan beliau tidak menyampaikan risalah kenabiannya. [15] Menurut ahli tafsir Syiah dan Sunni, ayat Tabligh turun di Ghadir Khum sepulang Nabi saw dari Haji Wada'. [16] Dalam riwayat-riwayat disebutkan bahwa sebab turunnya ayat ini berkenaan dengan peristiwa Ghadir dan pendeklarasiaan kepenggantian Imam Ali as. [17]
  4. Ayat Ikmal: adalah ayat 3 surah Al-Maidah. Ayat ini berbicara tentang disempurnakannya agama Islam. [18] Ayatullah Makarim Syirazi, salah seorang mufasir Syiah berkata, di dalam tafsir-tafsir Syiah, yang dimaksud dengan kesempurnaan agama adalah diumumkannya wilayah dan kepemimpinan Imam Ali as kepada kaum Muslimin, dan ini dikuatkan oleh riwayat-riwayat. [19] Ulama Syiah meyakini bahwa ayat Ikmal turun berkenaan dengan peristiwa Ghadir Khum. [20]
  5. Ayat Shadiqin: adalah ayat 119 surah At-Taubah. Ayat ini memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bersama orang-orang yang jujur(shadiqin) dan mengikuti mereka. [21] Dalam riwayat-riwayat Syiah, ayat Shadiqin ditafsirkan kepada Ahlulbait as. [22] Muhaqqiq Thusi meyakini ayat ini sebagai dalil atas keimamahan Imam Ali as. [23]
  6. Ayat Khairul Bariyyah: adalah ayat 7 surah Al-Bayyinah. Ayat ini memperkenalkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh sebagai makhluk yang paling baik. [24] Berdasarkan riwayat-riwayat Syiah dan Sunni, kelompok ini adalah Imam Ali as dan orang-orang Syiah. [25]
  7. Ayat Shalih al-Mukminin: adalah ayat 4 Surah At-Tahrim. Dalam ayat ini Allah swt menjadikan Ali as, Jibril dan malaikat-malaikat yang lain sebagai pengdukung Nabi saw. Dalam buku-buku tafsir yang dilandaskan kepada beberapa riwayat dari Syiah dan Sunni dijelaskan bahwa satu-satunya contoh konkrit dari ayat ini adalah Imam Ali as. [26]
  8. Ayat Infak: adalah ayat 274 surah Al-Baqarah. Ayat ini menjelaskan bahwa balasan orang-orang yang pada malam dan siang hari mengeluarkan infaq secara terang-terangan maupun sembunyi berada disisi Tuhan mereka. [27] Menurut para mufasir, ayat ini turun berkenaan dengan Imam Ali as dimana ia mempunyai 4 Dirham dan menginfakkan satu darinya di malam hari, satu dirham lagi di siang hari, satu lagi secara sembunyi dan yang terakhir secara terang-terangan. [28]
  9. Ayat Najwa: adalah ayat 12 surah Al-Mujadalah. Ayat ini memerintahkan kaum muslimin yang kaya untuk bersedekah sebelum melakukan Najwa (perbincangan rahasia) dengan Nabi saw.[29] Menurut Thabrisi, mayoritas para mufasir Syiah dan Sunni berkeyainan bahwa Imam Ali as adalah satu-satunya orang yang mengamalkan ayat ini. [30]
  10. Ayat Wudd: adalah ayat 96 surah Maryam. Sesuai ayat ini, Allah swt menanamkan kecintaan orang-orang yang beriman di hati-hati yang lain. [31]Berdasarkan beberapa riwayat, Nabi saw meminta Ali as untuk berbicara, "Ya Allah! tanamkanlah kecintaan kepadaku di dalam hati orang-orang yang beriman". Setelah permintaan ini turunlah ayat Wudd. [32]
  11. Ayat Mubahalah: adalah ayat 61 surah Ali Imran yang menerangkan peristiwa Mubahalah Nabi saw dengan Nasrani Najran. Menurut buku-buku tafsir, Imam Ali as dalam ayat ini diibaratkan seperti diri dan jiwa Nabi saw itu sendiri. [33]
  12. Ayat Tathir: adalah penggalan dari ayat 33 surah Al-Ahzab yang berbicara tentang kehendak Allah untuk mensucikan Ahlulbait as dari segala noda dan kotoran. Para mufassir Syiah meyakini bahwa ayat ini turun khusus kepada Ashhabul Kisa. [34]
  13. Ayat Ulil Amri: adalah ayat 59 surah An-Nisa yang memberikan perintah kepada orang-orang mukmin untuk menaati Allah, Rasulullah saw dan ulil amr. [35] Menurut para mufasir Syiah danSuni, ayat tersebut menunjukkan ishmahnya ulil amr. [36]Dalam riwayat-riwayat dijelaskan bahwa maksud dari Ulil Amr adalah para Imam Syiah. [37]
  14. Ayat Mawaddah: adalah ayat 23 surah Syura. Dalam ayat ini diterangkan bahwa mawaddah dan cinta kepada al-Qurba diwajibkan atas kaum muslimin sebagai upah risalah Nabi saw. [38] Dinukil dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw menjelaskan maksud dari Al-Qurba adalah Ali as, Fatimah sa, Hasan as dan Husain as. [39]
  15. Ayat Ith'am: adalah ayat 8 surah Al-Insan. Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang berbuat kebajikan (abrar) sekalipun mereka membutuhkan makanan, memberikan makanan mereka kepada orang miskin, yatim dan tawanan karena mengharap ridha Allah. [40] Berdasarkan beberapa riwayat, ayat ini turun berkaitan dengan pemberian Imam Ali as dan Sayidah Zahra sa. [41] Berdasarkan hadis-hadis, Imam Ali as, Sayidah Fatimah sa dan pembantu mereka, Fiddhah untuk kesembuhan Hasanain (Hasan dan Husain) berpuasa selama tiga hari, dan pada tiga hari tersebut setiap kali mereka hendak berbuka puasa memberikan makanan mereka kepada orang miskin, yatim dan tawanan sekalipun mereka sendiri kelaparan. [42]
  16. Ayat Ahlu Dzikr: adalah ayat 43 surah An-Nahl dan ayat 7 surah Al-Anbiya yang memberikan penekanan untuk bertanya kepada Ahlu Dzikr. [43] Berdasarkan beberapa riwayat, Ahlu Dzikr terbatas pada Ahlulbait Nabi. [44]

Keutamaan-Keutamaannya dalam Riwayat

Keutamaan-keutamaan dalam riwayat adalah hadis-hadis Nabi saw yang menerangkan sanjungan atau keutamaan untuk Imam Ali as. Beberapa hadis-hadis tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Hadis Ghadir: adalah sebuah khotbah dari Nabi saw di Ghadir Khum yang memperkenalkan Ali as sebagai pemimpim kaum muslimin. Hadis ini dinukil dalam sumber-sumber Syiah dan Sunni [45] dan dianggap sebagai dalil-dalil Syiah untuk membuktikan keimamahan dan kekhalifahan Imam Ali as. [46]
  2. Hadis Manzilah: adalah sebuah hadis yang menjelaskan posisi Imam Ali as di sisi Nabi saw seperti posisi Harun disisi Nabi Musa as. [47]
  3. Hadis Madinatul 'Ilmi: adalah hadis Nabi saw yang menerangkan Nabi sebagai kota ilmu dan Ali as pintunya. [48] Buku al-Ghadir menyembut 21 nama pakar hadis Sunni yang meyakini hadis ini hasan atau sahih. [49]
  4. Hadis Yaum al-Dar: adalah hadis Nabi saw yang menerangkan permintaan beliau kepada sanak familinya untuk menerima ajakannya, disamping menegaskan pula tentang kewasian dan kekhalifahan Ali bin Abi Thalib as. [50] Para teolog Syiah berpegang pada hadis ini untuk menetapkan keimamahan Imam Ali as. [51]
  5. Hadis Wishayat: adalah hadis Nabi saw yang memperkenalkan Imam Ali as sebagai wasi dan pengganti Nabi. [52]Muslim Syiah bersandar kepadanya untuk membuktikan keimamahan Imam Ali as. [53]
  6. Hadis Wilayah: adalah hadis Nabi saw yang memperkenalkan Ali as sebagai pemimpin kaum Mukminin setelahnya. Hadis ini dinukil dengan beragam ungkapan dan versi di dalam sumber-sumber Syiah dan Sunni.[54] Kaum muslim Syiah meyakini bahwa kata "Wali" yang terdapat dalam «عَلِیٌّ وَلِیُّ کُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ بَعْدِی‏» bermakna imam dan pengasuh, dan oleh karenanya, mereka menetapkan keimamahan dan kepemimpinan Imam Ali as.[55]
  7. Hadis al-Thair al-Masywi: adalah hadis terkait keutamaan Imam Ali as dimana Nabi saw dalam kandungan hadis ini hendak memakan daging burung dan memohon kepada Allah supaya di jadikan dalam satu sufrah dengan sebaik-baik makhluk dan akhirnya beliau makan bersama Ali as. [56] Hadis ini dimuat dalam referensi Syiah dan Sunni. [57]
  8. Hadis Rayat: adalah hadis masyhur Nabi saw tentang Imam Ali as pada perang Khaibar yang memuat: "Besok saya akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang mampu menjebol pintu Khaibar, ia mencitai Allah dan Rasul-Nya dan Allah dan Rasul pun mencintainya".[58]
  9. Hadis Tsaqalain: adalah hadis tersohor Nabi saw terkait kedudukan Alquran dan Ahlulbait as. Dalam hadis ini dimuat: "Aku meninggalkan dua pusaka diantara kalian yang mana jika kalain berpegang kepada keduanya, niscaya kalian tidak akan sesat; yaitu kitabullah (Alquran) dan itrahku, yaitu keluargaku".[59] Hadis ini dinukil dalam sumber-sumber Syiah dan Sunni. [60]
  10. Hadis Kisa: adalah hadis mengenai lima manusia suci. Berdasarkan hadis ini, yang dmuat dalam sumber-sumber Syiah[61] dan Sunni[62], Nabi saw menutupi keluarganya dengan kain kisa seraya berdoa: "Ya Allah! mereka adalah ahlulbaitku, jauhkanlah noda dari mereka dan sucikanlah mereka".[63]
  11. Hadis Safinah: adalah hadis terkenal Nabi saw yang menyerupakan Ahlulbait as dengan bahtera Nuh, dimana setiap orang yang menaikinya pasti selamat dan orang yang meninggalkanya pasti tenggelam. [64]Hadis ini dinukil dalam sumber-sumber Syiah dan Sunni. [65]
  12. Hadis Syajarah: Nabi saw bersabda: "Aku dan Ali diciptakan dari satu pohon dan seluruh manusia diciptakan dari beraneka ragam pohon". [66] Sebagian ahli tafsir meyakini bahwa diciptkannya Nabi saw dan Imam Ali as dari satu sumber adalah sebuah bukti atas kesamaan mereka berdua dalam kewajiban taat dan wilayah kepada keduanya.[67]
  13. Hadis Lauh: adalah termasuk dari hadis-hadis yang dikutip dari Nabi saw untuk membuktikan kepemimpinan para Imam yang dua belas, dimana dijelaskan di dalamnya nama para penerus Rasulullah saw, mulai dari Imam Ali as (imam pertama) hingga imam kedua belas, yaitu Imam Mahdi afs. [68]
  14. Hadis Haq: adalah hadis terkenal Nabi saw yang menerangkan bahwa Ali as barometer kebenaran. Salah satu nukilan hadis tersebut adalah: "Ali bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali dan kedua duanya tidak akan pernah berpisah hingga masuk kepadaku di telaga Kautsar".[69]
  15. Hadis Tasybih: adalah hadis Nabi saw yang menyerupakan Ali as dengan nabi-nabi yang lain. Hadis ini dikutip dalam sumber-sumber Syiah[70]dan Sunni. [71]
  16. Hadis La Fata Illa 'Ali: hadis ini bermakna tiada pemuda pemberani kecuali Ali. Berdasarka sumber-sumber hadis dan sejarah, hadis ini dijelaskan oleh malaikat karena kesetiaan dan kesatriaan Imam Ali as pada perang Uhud. [72] Hadis ini dikutip di dalam sumber-sumber Syiah dan Sunni. [73]
  17. Hadis Qasim al-Nar wa al-Jannah: adalah hadis Nabi saw yang menerangkan bahwa Ali pembagi surga dan neraka. [74] hadis ini dikutip oleh sejumlah perawi di dalam sumber-sumber Syiah[75] dan Sunni[76] dengan beragam redaksi.

Terdapat hadis-hadis lain dinukil dari Rasulullah saw tentang keutamaan-keutamaan Imam Ali as, antara lain adalah: "Pukulan Ali di perang Khandaq lebih baik dari pada ibadahnya jin dan manusia",[77] "Siapa yang mencaci Ali berarti ia telah mengutukku",[78] "Siapa yang menyakiti Ali berarti ia telah meyakitiku",[79] "Dengan cinta kepada Ali akan diketahui orang mukmin dari orang munafik",[80] "Ali dariku dan aku dari Ali",[81] "Menyebut nama Ali adalah ibadah",[82] "memandang Ali adalah ibadah",[83] hadis khashif al-Na'al (pengikat tali sandal) [84] dan hadis Muakhah (engkau saudaraku). [85]

Gelar-gelar Shiddiq Akbar[86] dan Faruq A'zham[87] termasuk dari keutamaan-keutamaan Imam Ali as yang dijelaskan dalam riwayat-riwayat.

Karakteristik-Karakteristik dan Peristiwa-Peristiwa yang Berkaitan dengan Ali as

Beberapa peristiwa, karakteristik dan keistimewaan Imam Ali as adalah sebagai berikut: pernikahan dengan Sayidah Zahra sa; pernikahan Imam Ali as dengan putri Rasulullah yang dilangsungkan atas perintah Allah ini diyakini sebagai keistimewaan khususnya. [88] Dikatakan bahwa jika Ali tidak ada, niscaya tiada kufu untuk Sayidah Fatimah sa. [89] Maulud Kakbah: (bermakna terlahir di dalam Kakbah) adalah mengisyaratkan kepada kelahiran Imam Ali as di dalam Kakbah. Ini dianggap sebagai keistimewaan khususnya pula. [90]

  1. Gelar Amirul Mukminin: bermakna amir, komandan dan pemimpin kaum muslimin, yaitu gelar yang menurut keyakinan Syiah dikhususkan kepada Imam Ali as. Bagi Syiah, gelar ini merupakan gelar pertama pada masa Rasulullah saw yang disematkan kepada Ali bin Abi Thalib. [91] Sayid Ibnu Thawus, ahli hadis Syiah abad ketujuh, dalam buku Al-Yaqin bi Ikhtishashi Maulana Ali bi Imrati al-Mu'minin dengan bersandar pada 220 hadis dari sumber-sumber Ahlusunah meyakini bahwa gelar Amirul Mu'minin dikhususkan kepada Imam Ali as. [92]
  2. Sadd al-Abwab: bermakna ditutupnya pintu-pintu, mengisyaratkan kepada suatu kejadian dimana Nabi saw atas perintah Allah menutup semua pintu-pintu rumah yang mengarah ke Masjid Nabi selain pintu rumah Imam Ali as. [93]
  3. Bersaudara dengan Nabi saw: sebelum Nabi saw hijrah ke Madinah, terjalin ikatan persaudaraan diantara kaum Muhajirin. Juga terjalin akad persaudaraan diantara kaum Muhajirin dan Anshar di Madinah, dan dalam kedua akad persaudaraan tersebut, Nabi saw menjalin akad persaudaran dengan Imam Ali as dan menjadikan Ali sebagai saudaranya. [94]
  4. Muslim pertama: berdasarkan keyakinan Syiah dan sebagian ulama Ahlusunah, Imam Ali as adalah lelaki pertama yang beriman kepada Nabi saw. [95]
  5. Penyampaian ayat Baraat: menurut penuturan Tafsir Nemuneh, hampir semua ahli tafsir dan sejarawan sepakat bahwa saat turun surah At-Taubah ( atau ayat-ayat awalnya) dan dibatalkannya semua perjanjian kaum musyrikin dengan Nabi saw, pertama beliau memberikan tugas penyampaian perintah ini kepada Abu Bakar supaya pada musim haji membacakannya kepada khalayak di Mekah, namun beliau mencabut perintah itu darinya dan mempercayakannya kepada Ali as, kemudian ia menyampaikan perintah tersebut kepada masyarakat pada musim haji. [96] Kejadian ini dinukil di dalam sumber-sumber Ahlusunah. [97]
  6. Pemberian cincin: yang dimaksud dengan pemberian cincin adalah sebuah kejadian dimana Imam Ali as disaat melakukan ruku memberikan cincinnya kepada orang fakir. Peristiwa ini dikutip dalam buku-buku hadis Syiah dan Sunni. [98]
  7. Radd al-Syams: dalam kejadian ini, matahari yang tengah tenggelam, berkat doa Nabi saw, mundur kembali hingga Imam Ali as bisa menunaikan salat Asarnya. [99] Demikian juga menurut penukilan Syaikh Mufid, pada masa Imam Ali as, sejumlah laskar dalam salah satu peperangan belum melakukan salat asar mereka, kemudian dengan doa Imam Ali as matahari mundur kembali.[100]

Pencegahan Penyebaran Keutamaan-Keutamaan Ali as

Menurut laporan-laporan sejarah, pada era dinasti bani Umayah, Muawiyah melarang penyebaran dan penukilan keutamaan-keutamaan Imam Ali as. Menurut Ali bin Muhammad, salah seorang sejarawan abad ketiga, Muawiyah menulis perintah kepada para pegawainya, barang siapa yang menukilkan sesuatu dari keutamaan Imam Ali as dan keluarganya, maka jiwa dan hartanya tidak lagi terhormat.[101] Demikian juga dilarang menukil riwayat darinya, menyanjungnya dan memberikan nama anak-anak dengan nama Ali. [102] Muawiyah melaknat Imam Ali dan berkata: saya tidak akan berhenti melakukan perbuatan ini hingga seseorang tidak menyebutkan satu keutamaan pun darinya. [103] Atas perintahnya, mulai dilakukan pelaknatan Imam Ali as di atas mimbar-mimbar[104] dan berlanjut hingga periode Umar bin Abdul Aziz selama sekitar 60 tahun. [105]

Muhammad Jawad Mughniyah mengatakan, kaum Umawi menyiksa orang-orang yang menukil keutamaan dan hadis Imam Ali as. Mereka membunuh murid-murid dan orang-orang terdekat Imam Ali as seperti Maitsam Tammar, Amr bin Hamiq Khuzai, Rusyaid Hajari, Hujr bin Adi dan Kumail bin Ziyad. [106] Demikian juga menurut Syaikh Muhammad Abu Zuhrah, salah seorang ulama Ahlusunah, pemerintahan Umawi berpengaruh betul dalam menyembunyikan sejumlah besar dari karya-karya Imam Ali as, dan oleh karenanya sedikit sekali hadis-hadisnya dinukil dalam sumber-sumber Ahlusunah. [107]

Sayid Ali Syahristani dalam buku Man'u Tadwin al-Hadis (pelarangan pembukuan hadis) menulis: Mayoritas penulis Syiah meyakini bahwa salah satu faktor pelarangan hadis adalah pencegahan dari penyebaran keutamaan-keutamaan Imam Ali as, [108] sebab hadis-hadis Nabi saw tentang Ahlubait as dan keunggulan serta kelayakan mereka untuk kursi kekhilafahan dijelaskan di dalamnya, dan hal ini bertentangan dengan kepentingan-kepentingan dinasti bani Umayah. [109]

Menyematkan Berbagai Keutamaan Ali Pada Orang Lain

Sebagaimana dinukil Ibnu Abil Hadid dari Abu Ja'far Iskafi, teolog Mu'tazilah abad ketiga, Muawiyah memerintahkan sekelompok sahabat dan tabiin untuk membuat hadis-hadis cacian terhadap Imam Ali as. [110] Dalam sebuah surat ia meminta kepada para pegawainya supaya menyeleksi para pendukung Usman bin Affan dan mendatangkan mereka kepadanya, lalu keutamaan-keutamaan Usman yang dinukilkan oleh mereka dituliskan untuknya. [111] Madaini mengatakan, masyarakat untuk mendapatkan harta dan kedudukan membawa hadis yang menyanjung Usman dan akhirnya penukilan keutamaan-keutamaan Usman menjadi ramai. [112] Oleh sebab itu, Muawiyah dalam surat yang lain kepada para pegawainya menulis, 'Serulah masyarakat supaya menukilkan keutamaan-keutamaan sahabat dan ketiga khalifah sehingga tidak tersisa hadis tentang keutamaan Ali kecuali mereka membawa hadis serupanya terkait keutamaan-keutamaan para khalifah pertama dan sahabat, atau menukilkan riwayat-riwayat yang bertolak belakang dengannya'. [113]

Penolakan Keutamaan-Keutamaan Imam Ali as

Ibnu Taimiyah (661-728 H), pemimpin salafi, menolak sejumlah hadis yang dinukilkan tentang keutamaan Imam Ali as dan menganggapnya sebagai hadis palsu. [114] Demikian juga muridnya, Ismail bin Umar yang terkenal dengan Ibnu Katsir al-Dimasyqi (701-774 H) berkata, tidak turun satu ayat pun yang berkenaan khusus dengan Ali as, dan ayat-ayat yang dilontarkan adalah berkenaan dengan Ali dan beberapa orang yang lain. [115] Menurutnya, riwayat-riwayat yang dalam hal ini dinukil dari Ibnu Abbas dan yang lain bukanlah hadis sahih. [116] Ia juga meyakini bahwa sanad sejumlah hadis terkait keutamaan-keutamaan Imam Ali as adalah lemah (dhaif). [117]

Ibnu Qayim al-Jauzi ( w 751 H), murid lain dari Ibnu Taimiyah, menilai keimamahan Ali as di Ghadir Khum adalah palsu,[118] padahal menurut Allamah Amini, hadis Ghadir telah dinukil secara mutawatir dalam sumber-sumber hadis Syiah dan Sunni. [119] Demikian juga Ibnu al-Jauzi (w 597 H), salah seorang ulama Sunni, dalam buku al-Maudhu'āt menilai hadis-hadis tentang keutamaan Imam Ali as sebagai hadis palsu. [120]

Bibliografi

Keutamaan-keutamaan Imam Ali as dimuat dalam buku-buku hadis Ahlusunah seperti Shihah al-Sittah pada beberapa bagian dengan judul "Manāqib wa Fadhāil Ali bin Abi Thalib" (Keistimewaan-kistimewaan dan Keutamaan-keutamaan Ali bin Abi Thalib). [121] Demikian juga di dalam buku-buku yang ditulis berkenaan dengan keutamaan-keutamaan Ahlulbait as dimuat secara khusus satu bagian tentang keutamaan-keutamaan Imam Ali as. Ulama Syiah dan Sunni telah menulis buku-buku secara independen tentang keutamaan dan keistimewaan Imam Ali as, diantaranya:

Buku-buku Ahlusunah

  • Fadhāil Amir al-Mu'minin (Keutamaan-keutamaan Amirul Mu'minin), karya Ahmad bin Hanbal al-Syaibani (w 241 H), pemimpin salah satu dari empat mazhab Ahlusunah. Dalam kitab ini dinukil 369 hadis tentang keutamaan dan keistimewaan Imam Ali as. [122] Ibnu Hanbal dalam kitab ini mengutip ucapan selamat khalifah kedua kepada Imam Ali as pada hari Ghadir Khum. [123]
  • Khashāish Amir al-Mu'minin (Karakteristik-karakteristik Amirul Mu'minin) karya Ahmad bin Syu'aib al-Nasai (w 303 H) ahli hadis dan penulis kitab al-Sunan, salah satu kitab Shihah al-Sittah. Dalam kitab berbahasa Arab ini dimuat tentang Islamnya Ali as, kedudukannya di sisi Nabi saw, kekeluargaannya dengan Nabi saw dan kedudukan istri dan keturunannya.
  • Manāqib al-Imam Ali bin Abi Thalib (Keutamaan-keutamaan Imam Ali bin Abi Thalib), karya Ibnu Maghazili (w 483 H). Kitab ini ditulis dalam bahasa Arab dan menyajikan beberapa keutamaan Ali as seperti kelahiran di Kakbah, lebih dahulu menerima Islam, menaiki punggung Nabi saw, hadis-hadis dan ayat-ayat yang turun berkenaan dengan Ali as.

Manāqib Ali bin Abi Thalib karya Ahmad bin Musa bin Mardawaih (w 410), al-Mi'yār wa al-Muwāzanah fi Fadhāil al-Imam Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib (Barometer dan dan tolok ukur dalam Keutamaan-keutamaan Imam Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib) karya Muhammad bin Abdullah al-Iskafi, salah seorang cendikiawan Mu'tazilah (w 240 H), al-Jauharah fi Nasab al-Imam Ali wa Alihi (Substansi Nasab Imam Ali dan keluargnya) karya Muhammad bin Abi Bakar Talamsani (abad ke-7 H), Jawāhir al-Mathālib fi Manāqib al-Imam Ali bin Abi Thalib (Mutiara-mutiara Persoalan Mengenai Keutamaan-keutamaan Imam Ali bin Abi Thalib) karya Syamsuddin Ba'uni (w 871 H), Kifāyah al-Thalib fi Manāqib Ali bin Abi Thalib (Sesuatu yang cukup untuk pencari ilmu terkait keutamaan-keutamaan Ali bin Abi Thalib) karya Muhammad bin Yusuf al-Ganji (w 568 H) dan Manāqib Murtadhawi (Keutamaan-keutamaan Murtadha) karya Mir Muhammad Saleh Tirmidzi (w 568 H) termasuk diantara karya-karya lain ulama Ahlusunah tentang keutamaan-keutamaan Imam Ali as.

Buku-buku Syiah

  • Al-Marātib fi Fadhāil Amir al-Mu'mini (Tingkatan-tingkatan mengenai keutamaan-keutaman Amirul Mu'minin). Buku ini ditulis oleh Abul Qasim Busti, seorang ulama Zaidi abad ke-4 H. Dalam tulisan ini dimuat 450 keutamaan Ali bin Abi Thalib.
  • Tafdhil Amir al-Mu'minin (Pengutamaan Amirul Mu'minin) karya Syaikh Mufid (w 413 H). Dengan bersandar pada hadis-hadis Syiah dan Sunni, ia dalam buku ini membuktikan dan menetapkan keutamaan Ali as atas semua Nabi selain Nabi Islam saw.
  • Al-Risalah al-Alawiyah fi Fadhli Amir al-Mu'minin 'ala Sair al-Bariyyah siwa Sayyiduna Rasulullah (Risalah Alawiyah tentang keutamaan Amirul Mu'minin atas seluruh manusia selain Rasulullah saw). Buku ini ditulis dengan bahasa Arab oleh Abu al-Fath al-Karajaki. Di dalamnya disajikan tentang keunggulan Ali berdasarkan ayat-ayat dan riwayat-riwayat, karakteristik-karakteristik Imam Ali as dan jawaban atas beberapa sanggahan seputar dia.
  • Al-Yaqin bi Ikhtishash Maulana Ali bi Imrah al-Mu'minin (Kayakinan atas dikhususkannya Ali as kepada kepemimpinan kaum mu'minin). Penulis buku ini adalah Sayid Ibnu Thawus (w 664 H). Dengan bersandar pada 220 hadis dari sumber-sumber Ahlusunah, ia meyakini dalam buku ini bahwa gelar "Amirul Muminin" dikhususkan kepada Ali as dimana Nabi saw telah menyematkan gelar itu kepadanya.

Umdah 'Uyuni Shihah al-Akhbār fi Manāqibi Imam al-Abrār yang terkenal dengan al-'Umdah, karya Ibnu Bithriq (w 600 H), Mi'ah Manqabah min Manaqib Amir al-Mu'minin wa al-Aimmah min Wuldihi mi Thariq al-'Ammah, karya Ibnu Syadzan, Thurafun min al-Anbā' wa al-Manāqib, karya Sayid Ibnu Thawus, al-Raudhah fi Fadhāil Amir al-Mu'minin karya Syadzan bin Jibrail Qummi, Kasyf al-Yaqin fi Fadhāil Amir al-Mu'minin karya Allamah Hilli dan Qadha' Amir al-Mu'minin karya Muhammad Taqi Syusytari termasuk karya-karya lain dari ulama Syiah tentang keutamaan-keutamaan Imam Ali as.

Catatan Kaki

  1. Asgharpor, Daromadi bar Manaqib negari Ahlibait, hlm. 267
  2. Silakan lihat, Bayadhi, al-Shirath al-Mustaqim, jld. 1, hlm. 151-298
  3. Ibnu Syadzan, Miah Manqabah, hlm. 177
  4. Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 116
  5. Ibnu Syadzan, Miah Manqabah, 177
  6. Ibnu Manzhur, Mukhtasharu Tarikh Dimasyq, jld. 18, hlm. 11
  7. Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 63-71; Syablanji, Nuru al-Abshar, jld. 1, hlm. 159
  8. Ganji Syafii, Kifayah al-Thalib, hlm. 231; Qunduzi, Yanabi' al-Mawaddah, jld. 1, hlm. 337
  9. Q.S. Al-Maidah: 55
  10. Thabathabai, al-Mizan, jld. 6, hlm. 25; Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, jld. 2, hlm. 293; Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 209-239
  11. Q.S. Al-Baqarah: 207
  12. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jld. 13, hlm. 262
  13. Thabathabi, al-Mizan, jld. 2, hlm. 100
  14. Thusi, al-Amali, hlm. 466-467
  15. Q.S. Al-Maidah: 67
  16. Lihat, Ayyasyi, Tafsir al-Ayyasyi, jld. 1, hlm. 332; Suyuti, al-Durr al-Mantsur, jld. 2, hlm. 298; Alusi, Ruh al-Ma'ani, jld. 6, hlm. 194
  17. Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 290; Thabrisi, al-Ihtijaj, jld. 1, hlm. 57
  18. Q.S. Al-Maidah: 3
  19. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jld. 4, hlm. 264 dan 265
  20. Amini, al-Ghadir, jld. 2, hlm. 115
  21. Q.S. At-Taubah: 119
  22. Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 208; Amidi, Ghayah al-Maram, jld. 3, hlm. 52
  23. Hilli, Kasyf al-Murad, hlm. 371
  24. Q.S. Al-Bayyinah: 7
  25. Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 2, hlm. 495; Suyuti, al-Durr al-Mantsur, jld. 6, hlm. 379
  26. Thabathabai, al-Mizan, jld. 19, hlm. 232
  27. Q.S. Al-Baqarah: 274
  28. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 38, hlm. 332
  29. Q.S. Al-Mujadalah: 12
  30. Thabrisi, Majma' al-Bayan, jld. 9, hlm. 380
  31. Q.S. Maryam: 96
  32. Qummi, Tafsir al-Qummi, jld. 2, hlm. 56
  33. Lihat, Suyuti, al-Durr al-Mantsur, jld. 2, hlm. 39;; Thabrisi, Majma' al-Bayan, jld. 2, hlm. 764; Thabathabai, al-Mizan, jld. 3, hlm. 30
  34. Ibnu Hakam, Tafsir al-Habri, hlm. 297-311
  35. Q.S An-Nisa: 59
  36. Lihat, Thabathabai, al-Mizan, jld. 4, hlm. 389; Fakhrurrazi, Mafatih al-Ghaib, jld. 10, hlm. 113
  37. Qunduzi, Yanabi' al-Mawaddah, jld. 1, hlm. 341; Ayyasyi, Tafsir al-Ayyasyi, jld. 1, hlm. 251-252
  38. Q.S Syura: 23
  39. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 23, hlm. 232
  40. Q.S. An-Nisa: 8 dan 9
  41. Allamah Thabathabai, jld. 20, hlm. 132
  42. Zamakhsyari, al-Kasysyaf, jld. 4, hlm. 670
  43. Q.S. An-Nahl: 43; Q.S. Al-Anbiya': 7
  44. Lihat, Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 432
  45. Ibnu Hnabal, Fadhail Amir al-Mu'minin, hlm. 197; Amini, al-Ghadir, jld. 1 hlm. 14 dan 15
  46. Lihat, Hilli, Kasyf al-Murad, hlm. 369
  47. Bukhari, Shaih al-Bukhari, jld. 5, hlm. 19, bab Manaqib Jakfar bin Abi Thalib, hadis no. 3706; Muslim, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 106 dan 107, hadis no. 80; Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin Abi bin Abi Thalib, hlm. 156
  48. Qummi, Tafsir al-Qummi, jld. 1, hlm. 68; Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 137, hadis no. 4637
  49. Amini, al-Ghadir, jld. 6, hlm. 78 dan 79
  50. Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 543; Bharani, al-Burhan, jld. 4, hlm. 186-189; Suyuti, al-Durr al-Mantsur, jld. 5, hlm. 97
  51. Lihat, Syaikh Mufid, al-Fushul al-Mukhtarah, hlm. 96
  52. Lihat, Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 42, hlm. 392; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 38, hlm. 154-339
  53. Lihat, Astarabadi, al-Barahin al-Qathi'ah, jld. 3, hlm. 244
  54. Lihat, Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 143; Ibnu Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, jld. 5, hlm. 180; Shaduq, al-Amali, hlm. 2
  55. Rahimi Isfahani,Wilayat wa Rahbari, jld. 3, hlm. 119-121
  56. Nisai, Khashaish Amir al-Mu'minin, jld. 1, hlm. 20 hadis no. 10
  57. Nisai, Khashaish Amir al-Mu'minin, jld. 1, hlm. 29, hadis no. 10; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 38, hlm. 355
  58. Lihat, Bukhari, Shahih al-Bukhari, jld. 5, hlm. 18, hads no. 3701 dan 3702; Muslim, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1872, hadis no. 2406
  59. Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 294
  60. lihat, Nasai, al-Sunan al-Kubra, jld. 7, hlm. 310, hadis no. 8092; Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 294; Muslim, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1873, hadis no. 2408; Ibnu Hanbal, Fadhail amir al-mukminin Ali bin Abi Thalib, hlm. 180
  61. Thusi, al-Amali, hlm. 368; Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 287
  62. Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib, hlm. 184; Muslim, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1883, hadis no. 2424; Thabari, al-Mustarsyid, hlm. 598
  63. Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib, hlm. 184; Muslim, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1883, hadis no. 2424; Thabari, al-Mustarsyid, hlm. 598
  64. Hakim Naisyaburi, Mustadrak al-Shahihain, jld. 2, hlm. 373, hadis no. 3312
  65. Lihat, Hakim Naisyaburi, Mustadrak al-Shahihain, jld. 2, hlm. 373, hadis no. 3312; Nu'mani, al-Ghaibah, hlm. 44
  66. Hakim Naisyaburi, Mustadrak al-Shahihain, jld. 2, hlm. 263, hadis no. 2949; Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 376 dan 377
  67. Ibnu Bithriq, Khashaish al-Wahy al-Mubin fi Manaqib Amir al-Mu'minin, hlm. 246
  68. Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 527
  69. Khatib Bagdadi, Tarikh Baghdad, jld. 16, hlm. 470; Shaduq, Shaduq al-Amali, hlm. 89
  70. Lihat, Hasan bin Ali, al-Tafsir al-Mansub ila al-Imam Hasan al-Askari as, hlm. 497 dan 498; Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 25; Thabari, al-Mustarsyid fi al-Imamah, hlm. 287; Mufid, al-Amali, hlm. 14; Thusi, al-Amali, hlm. 417;Thabari Amili, Bisyarah al-Musthafa, hlm. 83
  71. Lihat, Ashimi, al-Asal al-Mushaffa, jld. 1, hlm. 124-126; Ibnu Asakir, Tarjumah al-Imam Ali bin Abi Thalib, jld. 2, hlm. 280; Ibnu Maghazili, Manaqib Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib, hlm. 281; Khawarazmi, al-Manaqib, hlm. 84 dan 312; Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 103; Thabari, Dzakhair al-Uqba, hlm. 93-94; Hamwini Juwaini, Faraid al-Simthain, jld. 1, hlm. 170
  72. Kulaini, al-Kafi, jld. 8, hlm. 110
  73. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 2, hlm. 514
  74. Syaikh Shaduq, Uyun Akbar al-Ridha, jld. 2, hlm. 27 dan 86; Shaffar, Bashair al-Darajat, hlm. 414-418
  75. Syaikh Shaduq, Uyun Akbar al-Ridha, jld. 2, hlm. 27 dan 86; Shaffar, Bashair al-Darajat, hlm. 414-418 Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 39, hlm. 193-211
  76. Ibnu Maghazili, Manaqib al-Imam Ali bin Abi Thalib, hlm. 107; Khawarazmi, Manaqib, hlm. 295; Hamwini Juwaini, Faraid al-Simthain, jld.1, hlm. 325 dan 326
  77. Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 2, hlm. 14
  78. Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib, hlm. 194
  79. Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib, hlm. 174
  80. Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib, hlm. 172
  81. Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad, jld. 5, hlm. 179
  82. Ibnu asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 42, hlm. 356
  83. Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 152, hadis no. 4681
  84. Ibnu Mardawaih, Manaqib Ali bin Abi Thalib, hld. 162
  85. Ibnu Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, jld. 3, hlm. 480
  86. Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin, hlm. 183
  87. Thusi, al-Amali, hlm. 552
  88. Fattal Naisyaburi, Raudhah al-Waizhin, hlm. 147
  89. Fattal Naisyaburi, Raudhah al-Waizhin, hlm. 146
  90. Amini, al-Ghadir, jld. 6, hlm. 21-23
  91. Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 48
  92. Taqaddumi Ma'shumi, Nur al-Amir fi Tatsbit Khutbah al-Ghadir, hlm. 97
  93. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 39, hlm. 35; Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin, hlm. 177
  94. Ibnu Abdil Bar, al-Isti'ab, jld. 3, hlm. 1097 dan 1098
  95. Nasai, al-Sunan al-Kubra, jld. 5, hlm. 107; Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mu'minin, hlm. 186 dan 187
  96. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 7, hlm. 275
  97. Ibnu Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, jld. 5, hlm. 179; Nasai, Khashaish, hlm. 93
  98. Thabathabai, al-Mizan, jld. 6, hlm. 25; Suyuti, al-Durr al-Mantsur, jld. 2, hlm. 293; Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 209-239
  99. Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm.346
  100. Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm.346
  101. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahji al-Balaghah, jld. 11, hlm. 44
  102. Lihat, Muhammadi Ray Syahri, Danesynameh Amir al-Mu'minin, hlm. 475-483
  103. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahji al-Balaghah, jld. 4, hlm. 57
  104. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahji al-Balaghah, jld. 11, hlm. 44
  105. Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, jld. 3, hlm. 94
  106. Mughniyah, al-Husain wa Bathalatu Karbala, hlm. 187
  107. Abu Zuhrah, al-Imam al-Shadiq, hlm. 162
  108. Syahristani, Man'u Tadwin al-Hadits, hlm. 57
  109. Asgharpor, Daromadi bar Manaqib negari Ahlilbait, hlm. 270
  110. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jld. 4, hlm. 63
  111. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jld. 11, hlm. 44
  112. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahji al-Balaghah, jld. 11, hlm. 44
  113. Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jld. 11, hlm. 45
  114. lihat, Ibnu Taimiyah, Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyah, jld. 8, hlm. 50-86 dan 122-126 dan 164-168
  115. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 7, hlm. 357
  116. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 7, hlm. 357-358
  117. Lihat, Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 7, hlm. 357 dan 358
  118. Ibnu Qayyim, al-Manar al-Munif, hlm. 57
  119. Amini, al-Ghadir, jld. 1, hlm. 19
  120. Ibnu al-Jauzi, al-Maudhu'at, jld. 1, hlm. 338 dst
  121. Lihat, Bukhari, Shahih al-Bukhari, jld. 5, hlm. 18; Muslim, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1870 dan 1871, hadis no. 2404
  122. Mardi, Yadi az Muhaqqiq Thabathabai be Bahane-e Chab Fadhaile Amir al-Mu'minin as
  123. Ibnu Hanbal, Fadhāil Amir al-Mu'minin, hlm. 197

Daftar Pustaka

  • Asgharpor, Hasan. Daromadi bar Manaqib Negari. Majalah Ulum Hadis, Vol. 45 dan 46, 1386 HS.
  • Ashimi, Ahmad bin Muhammad. Al-asal al-Mushaffa min Tahdzib Zain al-Fata fi Syarh Surat Hal Ata. Riset: Muhammad Baqir Mahmudi. Qom: Majma' Ihya al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1418 H.
  • Astarabadi, Muhammad Baqir. Al-Barahin al-Qathi'ah fi Syarh Tajrid al-Aqaid al-Sathi'ah. Diteliti oleh: Markaz Muthalaat wa Tahqiqat Islami. Qom: Maktab al-I'lam al-Islami, 1382 HS.
  • Ayasyi, Muhammad bin Mas'ud. Tafsir al-Ayasyi. Editor: Hasyim Rasuli Mahallati. Teheran: cetakan al-Ilmiah, 1380 H.
  • Bayadhi, Ali bin Muhammad. Al-Shirath al-Mustaqim ila Mustahiq al-Taqdim. Editor: Ramadan Mikhail. Najaf: al-Maktabah al-Haidariah, 1384 H.
  • Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari. Diteliti oleh Muhammad Zuhair bin Nasir al-Nashir, Dar Thauq al-Najat, 1422 H.
  • Fakhrurrazi, Muhammad bin Umar. Al-Tafsir al-Kabir (Mafatih al-Ghaib). Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1420 H.
  • Fattal Naisyaburi, Muhammad bin Amin. Raudhah al-Wa'izhin wa Bashirah al-Mutta'izhin. Qom: penerbit Radhi, 1375 HS.
  • Ganji Syafii, Muhammad bin yusuf. Kifayah al-Thalib fi Manaqib Ali bin Abi Thalib. Editor: Muhammad Hadi Amini. Teheran; Dar Ihya al-Turats Ahl al-Bait, 1404 H/1362 HS.
  • Habri, Husain bin Hakam. Tafsir al-Habri. Beirut: Muassasah Al al-Bait li Ihya al-Turats, 1408 H.
  • Hakim Naisyaburi, Muhammad bin Abdullillah. Al-Mustadrak ala al-Shahihain. Diteliti oleh Motafa Abdul Qadir Ata. Beirut: Dar al-Kutu al-Ilmiah, 1411 H/1990.
  • Hamwini Juwaini, Ibrahim bin Muhammad. Faraid al-Simthain. Riset: Muhammad Baqir Mahmudi, Muassasah Mahmudi, tanpa tahun.
  • Hasan bin Ali (Imam askari as). Al-Tafsir al-Mansub ila al-Imam al-Askari. Qom: Madrasah Imam Mahdi as, cet. I, 1409 H.
  • Haskani, Ubaidullah bin Ahmad. Syawahid al-Tanzil li Qawaid al-Tafdhil. Riset: Muhammad Baqir Mahmudi. Teheran: Sazman Chab wa Intisyarat Wizarat Irsyad Islami, 1411
  • Hilli, Hasan bin Yusuf. Kasyf al-Murad fi Syarh Tajrid al-I'tiqad. Editor: Hasan Hasan Zade Amuli. Qom: Muassasah al-Nasyr al-Islami. 1413 H.
  • Ibnu Abdil Bar, Yusuf bin Abdullah. Diteliti oleh Ali Muhammad Bajawi. Beirut: Dar al-Jabal, 1412 h/1992.
  • Ibnu Abil Hadid, Abdul Hamid bin Hibatullah. Syarh Nahj al-Balaghah. Editor Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Qom: Maktabah Ayatullah al-Mar'asyi al-Najafi, 1404 H.
  • Ibnu Asakir. Ali bin Husain. Tarjumah al-Imam Ali bin Abi Thalib min Tarikh Madinah Dimasyq. Diteliti oleh Muhammad Baqir Mahmudi. Beirut: Muassasah Mahmudi, cet. II, 1400 H.
  • Ibnu bithriq, Yahya bin Hasan.Khashaish al-Wahy al-Mubin fi Manaqib Amir al-Mu'minin. Qom: Dar al-Quran al-Karim, 1417 H.
  • Ibnu Hanbal, Ahmad bin Muhammad. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. Diteliti oleh Syuaib Arnauth da Adil Mursyid. Muassasah al-Risalah, 1421 H/2001.
  • Ibnu Hanbal, Ahmad. Fadhail Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib. Diteliti oleh Sayid Abdul Aziz Thabathabai. Qom: Dar al-Tafsir, 1433 H.
  • Ibnu Jauzi, Abdurrahman bin Ali. Al-Maudhu'at. Diteliti oleh Abdurrahman Muhammad bin Usman. Madinah: Muhammad Abdul Husain Shahib al-Maktabah al-Salafiyah bi al-Madinah al-Munawwarah, 1386 H/1966.
  • Ibnu Katsir Dimasyqi, Ismail bin Umar. Al-Bidayah wa al-Nihayah. Beirut: Dar al-Fikr, 1407 H/1986.
  • Ibnu Maghazili, Ali bin Muhammad. Manaqib Ali bin Abi Thalib. Daral-Adhwa, cet. III, 1424 H.
  • Ibnu Manzhur, Muhammad bin Mukarram. Mukhtashar Tarikh Dimasyq li Ibn Asakir. Diteliti oleh Ruhiyah al-Nahas dan Riyadh Abdul Hamid Murad dan Muhammad Muthi. Damaskus: Dar al-Fikr, 1402 H/1989.
  • Ibnu Mardawaih Isfahani, Ahmad bin Musa. Manaqib Ali bin Abi Thalib. Qom: Dar al-hadis, 1424 H.
  • Ibnu Qayyim Jauziyah, Muhammad bin Abi Bakr. Al-Manar al-Munif fi al-Shahih wa al-Dhaif. Diteliti Abdul Fattah Abu Ghuddah. Maktabah al-Mathbu'at al-Islamiyah, 1390 H/1970.
  • Ibnu Syadzan, Muhammad bin Ahmad. Mi'ah Manqabah min Manaqib Amir al-Mu'minin wa al-Aimmah. Qom: Madrasah al-Imam al-Mahdi Ajjalallah Farajahu al-Syarif, 1407 H.
  • Ibnu Syahrasyub, Muhammad bin Ali. Manaqib Al Abi Thalib. Qom: Allamah, 1379 H.
  • Ibnu Taimiyah. Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyah fi Naqdhi Kalam al-Syiah al-Qadariyah. Peneliti: Muhammad Rasyad Salim. Jamiah al-Imam Muhammad bin Saud al-Islamiyah, cet.I, 1406 H.
  • Khatib Bagdadi, Ahmad bin Ali. Tarikh Bagdad. Riset: Bassyar Awwad Mahmudi. Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1411 H/2002.
  • Khawarazmi, Muwaffaq bin Ahmad. Manaqib. Riset: Syaikh Malik al-Mahmudi, Muassasah Nasyr al-Islami, cet.II, 1411 H.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kafi. Editor: Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, 1407 H.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1403 H.
  • Makarim Syirazi, Nasir. Tafsir Nemuneh. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, 1374 HS.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Amali. Peneliti dan editor: Husain Ustad Wali dan Ali Akbar Ghaffari. Qom: Kongres Syaikh Mufid, cet. I, 1413 H.
  • Mughniyah, Muhammad Jawad. Al-Husain wa Bathalatu Karbala. Editor: Sami Azizi. Qom: Dar al-Kitab Islami, 1426 H/2005.
  • Naisyaburi, Muslim bin Hajjaj. Shahih Muslim. Editor: Muhammad Fuad Abdul Baqi. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, tanpa tanggal.
  • Nasai, Ahmad bin Syu'aib. Al-Sunan al-Kubra. Editor: Hasan bin Abdul Mun'im Ali Khurasani. Beirut: Muassasah al-Risalah, 1421 H/2001.
  • Nasai, Ahmad bin Syu'aib. Khashaish Amir al-Mu'minin Ali bin Abi Thalib. Editor: Ahmad Mirin Balusyi. Kuwait: Maktabah al-Ma'la, 1406 H.
  • Nu'mani, Muhammad bin Ibrahim. Al-Ghaibah li al-Nu'mani. Editor: Ali Akbar Ghaffari. Teheran: Nasyr-e Shaduq, 1397 H.
  • Qummi, Ali bin Ibrahim. Tafsir al-Qummi. Editor: Tayyib Musawi Jazairi. Qom: Dar al-Kitab, 1404 H.
  • Qunduzi, Sulaiman bin Ibrahim. Yanabi' al-Mawaddah li Dzawi al-Qurba. Qom: Uswah, 1422 H.
  • Rahimi Isfahani, Ghulam Husain. Wilayat wa Rahbari. Tafrusy: Intisyarat Askariyah, 1374 HS.
  • Sablanji, Mu'min. Nur al-Abshar fi Manaqib Al al-Nabi al-Mukhtar. Qom: al-Syarif al-Radhi, tanpa tahun.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali Babawaih. Uyun Akbar al-Ridha. Riset: Mahdi Lajwardi. Teheran: Nasyre Jahan, cet. I, 1395 HS.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-Amali. Teheran: Kitabchi, 1376 HS.
  • Shaffar, Muhammad bin Hasan. Bashair al-darajat fi Fadhail Al Muhammad. Riset: Muhsin Kuche Baghi. Qom: Maktabah Aaytullah Marasyi Najafi, cet. II, 1404 H.
  • Suyuthi, Jalaluddin. Al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma'tsur. Qom: Kitabkhaneh Ayatullah Marasyi Najafi, 1404 H.
  • Taqaddumi Maksumi, Amir. Nur al-Amir Alaihis Salam fi Tatsbit Khotbah al-Ghadir: Muayyidat Haditsiyah min Kutub Ahlisunnah li Khotbah al-Nabi al-A'zham al-Ghadiriyah. Qom: Maulud Ka'bah, 1379 HS.
  • Thabari Amuli, Imaduddin Muhammad bin Abi al-Qasim. Bisyarah al-Mushtafa li Syiah al-Murtadha. Najaf: al-Maktabah al-Haidariyah, cet. II, 1383 H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Beirut: Dar al-Turats, 1387 H/1967.
  • Thabathabai, Muhammad Husain. Al-Mizan fi tafsir al-Quran. Beirut: Muassasah al-A'lami li al-Mathbuat, 1390 H.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Pengantar: Muhammad Jawad Balaghi. Teheran: Nasir Khasru, 1372 HS.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Amali. Editor: Muassasah al-Bi'tsah. Qom: Dar al-Tsaqafah, 1414 H.
  • Zamakhsyari, Mahmud. Al-Kasysyaf an Haqaiq Ghawamidh al-Tanzil. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1407 H.