Kakbah

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
Ka'bah

Ka'bah, (bahasa Arab:كعبة) sebuah bangunan persegi empat yang terletak di Masjidil Haram di Mekah, merupakan tempat peribadahan terpenting dan kiblat kaum muslim. Kaum muslim saat shalat, berdiri menghadap bangunan ini dan thawaf mengitarinya (mengelilingi Ka'bah) termasuk rukun wajib haji.

Menurut ayat-ayat Alquran dan riwayat-riwayat Islam, Nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as membangun Ka'bah atas perintah Allah, meski sebagian riwayat juga mengembalikan sejarah pembangunannya ke masa Nabi Adam as dan bahkan sebelum beliau.

Solusi Nabi Muhammad saw dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad dan kelahiran Imam Ali as termasuk peristiwa penting terkait Islam, yang terjadi di Ka'bah.

Ka'bah

Nama-nama Ka'bah

Lafaz Ka'bah dalam bahasa berarti rumah berbentuk persegi. Baitullah juga dinamakan Ka'bah dikarenakan bentuk persegi empatnya. [1]

Nama paling masyhur bangunan ini adalah Baitullah (rumah Allah). Nama lain Ka'bah dalam Alquran adalah al-Bait[2] , al-Bait al-Haram[3], al-Bait al-'Atiq[4] , al-Bait al-Muharram[5]. Dan masjid serta sekitarnya disebut dengan Al-Masjid Al-Haram. Berdasarkan penukilan Dāirat al-Ma'arif Persia, pada masa dahulu, Ka'bah dinamai juga dengan Al-Qadis, Nadzir dan Al-Qaryah Al-Qadimah. [6]

Kedudukan dalam Islam

Ka'bah merupakan tempat peribadahan terpenting nan suci Islam dan rumah pertama yang dibangun untuk ibadah manusia[7] yang mana menziarahinya wajib bagi setiap muslim, dengan syarat mampu dan memenuhi syarat-syarat, seumur hidup sekali dan dalam surat Al Imran ayat 97 dikeluarkanlah hukum wajib haji bagi setiap muslim yang mampu. Allah mejadikan Ka'bah sebagai kiblat kaum muslim sejak tahun kedua Hijrah. [8] Dan sejak saat itu wajib bagi kaum muslim untuk menghadap ke arah tersebut saat melaksanakan salat wajib ataupun mustahab.

Arah Kiblat mengikuti arah lintang geografi setiap wilayah. [9]

Ka'bah dalam Alquran

Nama Ka'bah disebut dua kali dalam Alquran (Surah Al-Maidah). Pertama dalam ayat 95, yang menentukan kaffarah berburu saat ihram. Dan lainnya adalah ayat 97, dimana Allah telah menjadikan ziarah Ka'bah (yaitu Bait Al-Haram), dan juga bulan-bulan Haram, (tanda) binatang-binatang kurban yang memilik tanda dan memiliki kalung, kesemuanya sebagai pelanggeng agama dan dunia manusia….[10]

Latar Belakang Sejarah

Salah satu ilustrasi Ka'bah (Gamabar Lama)

Bangunan Ka'bah

Nabi Ibrahim as membangun Ka'bah atas perintah Allah. Putra beliau Ismail as juga ikut membantu dalam pembangunan tersebut. [11] Hal ini telah dikemukakan dalam ayat-ayat Alquran. [12] Namun terdapat perbedaan riwayat tentang kapan pertamakalinya Ka'bah dibangun. Dalam sebagian riwayat dinukilkan bahkan pembangunannya sebelum penciptaan Nabi Adam. [13] Namun sebagian sejarawan meragukan validitas klaim tersebut. [14] Setelah menetapnya keturunan Ismail di Ka'bah, pertama-tama kabilah Jurhum, kemudian kabilah Khaza'ah, kemudian Quraisy tinggal di Mekah dan mengurusi Ka'bah. Dan dalam sepanjang masa dan abad, Ka'bah yang sebelumnya merupakan tempat ibadah kaum monotheisme berubah menjadi tempat peletakan berhala. [15]

Renovasi Ka'bah

Menurut referensi sejarah dan agama, bangunan Ka'bah memiliki perubahan, renovasi dan pembaharuan. Ka'bah dalam bangunan Nabi Ibrahim tidak memiliki atap dan diberi atap pada masa Qusai bin Kilab, pemimpin Quraisy dan datuk keempat Rasulullah saw.

Dituturkan, Ka'bah sebelum Qusai dan setelah Nabi Ibrahim juga mengalami pembaharuan sebanyak dua kali. Sejarah pembangunan Ka'bah pasca kelahiran Rasulullah lebih tersusun dan lebih kredibel. Pada masa ini dan lima tahun sebelum diangkatnya beliau menjadi nabi, kaum Quraisy merenovasi kembali bangunan Ka'bah. Sebagian riwayat menyebutkan alasan rusaknya Ka'bah karena kebakaran dan atau dikarenakan banjir.

Para narator sejarah terdahulu mengabarkan perubahan sebagian kriteria Ka'bah dalam pembaharuan bangunan tersebut dibanding dengan kriteria-kriteria bangunananya Nabi Ibrahim. Penambahan tinggi, pengurangan panjang, penutupan pintu barat dan menambah ketinggian pintu timur Ka'bah merupakan empat perubahan yang dikatakan dalam pembaharuan bangunan Ka'bah. [16]

Setelah itu, pasca serangan pasukan Yazid bin Muawiyah dengan dipimpin oleh Husain bin Numair dan kebakaran di Ka'bah, Abdullah bin Zubair merenovasi kembali Ka'bah. Dalam insiden ini, kebakaran dan pelemparan batu dengan manjanik telah melemahkan pondasi rumah Ka'bah.

Dalam renovasi ini, Ibn Zubair membongkar Baitullah guna menancapkan kembali tiang-tiangnya, yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. [17] Namun selang beberapa waktu Hajjaj bin Yusuf merusak kembali Ka'bah. Tujuannya adalah mengembalikan pondasi-pondasi Ka'bah ke sebuah titik yang diletakkan oleh Quraisy. Bagian Ka'bah ini, yang disebut dengan Hatim, pada masa perenovasian diletakkan di luar bangunan oleh Quraisy dalam lima tahun sebelum pengutusan dikarenakan minimnya maslahat dan mengakibatkan berkurangnya panjang Ka'bah. Setelah beberapa dekade Ibn Zubair hendak mengembalikan dimensi-dimensi Ka'bah seperti sedia kala. Namun Abdul Malik bin Marwan memerintahkan Hajjaj supaya mengurangi bagian yang telah ditambahkan oleh Ibn Zubair. [18] Hajjaj mengurangi panjang Baitullah dengan merusak kembali bagian Hatim (bagian dari Hijr Ismail). Diriwayatkan pada masa Hajjaj pembaharuan bangunan Ka'bah mendapat kendala dan hal ini dapat terlaksana dengan dihadiri Imam Sajjad as. [19]

Setelah perenovasian kesepuluh bangunan Ka'bah pada masa Hajjaj, rumah Allah tidak membutuhkan perenovasian dasar sampai pada tahun 1039 Hijriah/ 1630 M terjadi banjir di Mekah, yang tidak hanya sekedar mengorbankan sekitar 4000 penduduk kota ini, namun juga masuk ke dalam Masjidil Haram dan menghancurkan dinding-dinding Ka'bah. Yang tersisa hanya dinding selatan, itupun juga ditinggalkan dan membutuhkan perenovasian kembali. Peristiwa ini terjadi pada masa sultan Murad IV, yang populer dengan Sultan Murad Khan, raja Utsmani. Penguasa Mekah mengabarkan peristiwa ini kepada raja Utsmani. Ia pun mengirim dua orang wakilnya ke Mekah untuk mengawasi perihal perenovasian Ka'bah. Dengan perintah Sultan, dinding-dinding yang ada dirobohkan dan membangun kembali rumah Allah. Peristiwa perenovasian ini dikisahkan oleh Zainal Abidin bin Nuruddin Kasyani, termasuk salah seorang ulama Syiah dan pada masa itu hadir untuk berziarah ke Mekah, secara lengkap dalam buku Mufarrihah al-Anam fi Ta'sisi Baitullah al-Haram. Setelah itu bangunan Ka'bah sampai dekade terakhir tidak mengalami perenovasian, namun pada tahun 1377 H dan kemudian tahun 1417 H direnovasi kembali atas perintah Saud bin Abdul Aziz dan Fahd bin Abdul Aziz.

Fitur Ka'bah

Fitur Luar

Hajar Aswad

Ka'bah memiliki beberapa fitur luar. Setiap bagian Ka'bah memiliki nama, yaitu:

  • Hajar Aswad: batu berwarna hitam dan berongga. Diberikan bingkai perak mengelilingnya guna menjaganya. Hajar Aswad berada di luar di rukun selatan timur Ka'bah. Thawaf dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di situ.
  • Multazam: antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah.
  • Pintu Ka'bah: pintu Ka'bah terletak di arah Timur. Tidak ada yang tahu pastinya siapakah orang pertama yang membangun pintu Ka'bah, namun kemungkinannya adalah Tubba' ketiga (salah satu raja Yaman sebelum pengangkatan Rasulullah saw adalah orang pertama yang membuat pintu dan kunci untuk Ka'bah).
  • Maqom Ibrahim: sebuah batu yang menghadap pintu Ka'bah, dimana Nabi Ibrahim berdiri disitu saat membangun Ka'bah.
  • Hijr Ismail: disebut juga dengan Hatim. Sebuah dinding di utara Ka'bah berbentuk setengah lingkaran.
  • Mizab: bagian di atas atap Ka'bah di bagian utara tepat di atas Hijr Ismail. Mizab adalah talang saluran air untuk mengalirkan air dari atap menuju ke bawah. Quraiys adalah yang pertamakalinya meletakkan Mizab untuk Ka'bah.
  • Syadzarwan: bagian Ka'bah yang dikurangi oleh Quraisy. Syadzarwan adalah tonjolan bawah dinding Ka'bah, yang berasal dari batu marmer, yang menutupi bagian bawah dinding Ka'bah, dengan tambahan sebagian tangga, yang dibangun berhadapan dengan Hijr Ismail. Namun, tidak ada Syadzarwan di bawah pintu Ka'bah.
Pintu Ka'bah

Fitur Dalam

  • Tiga tiang dengan panjang kurang lebih sekitar 9 meter untuk meyangga atap di tengah Ka'bah.
  • Hanya ada satu batu marmer dengan warna gelap, yang menunjukkan tempat sujudnya Rasulullah saw. Multazam juga merupakan sebuah tanda untuk menunjukkan tempat dimana beliau meletakkan perut dan pipi kanan beliau di dinding, tangan beliau mengetengadah ke atas dan menangis.
  • Lantai tengah Ka'bah ditutupi dengan marmer putih dan warna hitam di bagian pinggir.

Rukun-rukun Ka'bah

Ka'bah memiliki empat rukun (sudut atau pojok):

  • Rukun Aswad (Rukun Timur): rukun ini di samping pintu Ka'bah dan kurang lebih menghadap sumur Zamzam. Karenanya dinamakan dengan rukun timur karena kurang lebih terletak di arah timur. Hajar Aswad terletak di rukun ini dan karenanya dinamakan juga dengan rukun Aswad. Thawaf mengelilingi Ka'bah dimulai dari rukun ini.
  • Rukun Iraqi (rukun utara): rukun ini berdasarkan arah gerak dalam Thawaf terletak setelah rukun Timur. Dikarenakan dekat dengan arah utara, maka dinamakan dengan rukun utara dan dinamakan juga dengan rukun Iraqi karena ke arah Irak. Rukun ini berada di timur Hijr Ismail.
  • Rukun Syami (rukun Barat): sebuah rukun berdasarkan arah Thawaf, yang terletak setelah rukun utara. Dinamakan dengan rukun barat karena di arah barat dan dinamakan juga dengan rukun Syami karena ke arah Syam. Rukun ini di barat Hijr Ismail.
  • Rukun Yamani (rukun Selatan): sebuah rukun berdasarkan arah gerak dalam Thawaf, yang terletak setelah rukun Barat. Disebut juga dengan Mustajar. Rukun ini sejajar dengan rukun Hajar Aswad. Dikarenakan kurang lebih di arah selatan maka dinamakan dengan rukun selatan dan dinamakan juga dengan rukun Yamani dikarenakan Arab menamai Yamani setiap hal yang ada di arah selatan (berdasarkan kata Yaman).

Menurut pendapat masyhur, sebuah tempat yang terbuka untuk Fatimah binti Asad sehingga beliau masuk ke dalam Ka'bah dan melahirkan putranya, Ali bin Abi Thalib ada di samping rukun Yamani.

Tirai Ka'bah

Salah satu ilustrasi dari kiswah Ka'bah

Tirai Ka'bah adalah potongan sutra dengan warna merah yang bersulamkan ayat-ayat suci Alquran dan Ka'bah ditutupi dengan kain tersebut. Dalam tafsir Al-Qurthubi dikemukakan orang pertama yang menutupi Ka'bah adalah As'ad al-Himyari, yang masyhur dengan Tubba'. [20] Meski hal ini juga dinisbatkan kepada Nabi Ismail as.

Pada tahun 1346 H/ 1926 M, Malik Abdul Aziz Saudi mengeluarkan perintah pembuatan pabrik Ummul Qura khusus. Produksi tirai di pabrik ini terus berlanjut sampai tahun 1977 M. Pada tahun 1977 M, pemerintah Saudi membangun pabrik lain di Ummul Jud, yang sampai sekarang ini produksi tirai masih tetap dilakukan di pabrik tersebut.

Sebelum Islam tirai Ka'bah diganti pada hari Asyura[21] , namun setelah Islam, terkadang diganti dua kali dalam setahun dan terkadang tiga kali dalam setahun (hari Asyura, akhir bulan Ramadhan dan hari Qurban). Namun sekarang ini tirai tersebut diganti hanya pada hari raya Qurban.

Salah satu tenunan kiswah Ka'bah

Fenomena Penting

Serangan Abrahah ke Ka'bah

Salah satu insiden penting adalah serangan Abrahah ke Ka'bah. Abrahah adalah pemimpin Yaman. Ia pada tahun 571 M berencana menghancurkan bangunan Ka'bah, karenanya ia melakukan penyerangan. Ia dengan pasukannya menunggang gajah. [22] Namun saat sampai di tempat tersebut, burung-burung dari langit menghujani mereka dengan batu-batu kerikil. Batu-batu kerikil ini membinasakan setiap orang yang terkena. [23]

Alasan serbuan Abrahah ke Ka'bah disebutkan bahwa ia setelah memegang tampuk kekuasaan, untuk mengembangkan Kristen dan juga menarik keuntungan-keuntungan ekonomi, ia membangun gereja indah nan besar di Yaman sehingga masyarakat pergi ke sana untuk menziarahinya. Namun setelah tidak berhasil mencapai tujuan, ia berkeputusan untuk menghancurkan Ka'bah. [24] Surah Al-Fil dalam Alquran mengisahkan kejadian ini.

Kelahiran Imam Ali as

Imam Ali as lahir pada hari Jumat, 13 Rajab tahun Gajah di dalam Ka'bah. Beliau satu-satunya orang yang terlahir di dalam Ka'bah. [25] Peristiwa tersebut juga dikemukakan dalam sebagian referensi Ahlusunnah. Dalam buku Al-Mustadrak ala al-Shahihain dikemukakan berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir, Amirul Mukminin Ali as lahir di dalam jantung Ka'bah, dari Fatimah binti Asad. [26]

Peletakan Hajar Aswad oleh Rasulullah saw

Termasuk salah satu perintiwa sebelum pengangkatan Rasulullah dan terjadi di usia ke 35 beliau adalah peristiwa perenovasian bangunan Ka'bah. Ka'bah rusak akibat banjir dan kabilah Quraisy merenovasinya kembali. Saat perenovasian, para pemimpin kabilah Quraiys setiap dari mereka mengklaim peletakan Hajar Aswad atau batu landasan Ka'bah prioritas dirinya dan dengannya mereka berbangga. Sehingga perselisihan antar mereka semakin meningkat/intensif dan dikhawatirkan terjadi peperangan dan pertumpahan. Akhirnya setelah banyak bermusyawarah diusulkan menerima keputusan orang pertama kali masuk. Saat itu Rasulullah saw masuk. Saat mereka melihat beliau, mereka mengatakan beliau adalah Al-Amin (orang yang dapat dipercaya) dan orang yang layak untuk menyelesaikan masalah ini. Beliau saat mengetahui peristiwa tersebut, lantas meletakkan batu tersebut di sebuah kain dan ujung-ujung kain tersebut dipasrahkan kepada para pemimpin Quraisy dan saat tiba di dasar bangunan, lantas beliau mengambil dengan tangan suci beliau dan meletakkan di tempat khususnya. [27]

Serangan Yazid ke Ka'bah

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam adalah serbuan pasukan Yazid bin Muawiyah ke kota Mekah dan penistaan kesuciannya. Pasca kehengkangan Abdullah bin Zubair atas baiat dengan Yazid, maka diutuskan sebuah pasukan dengan dipimpin oleh Husain ibn Numair untuk memeranginya. Pada bulan Muharram tahun 64 Hijriah mereka tiba di Mekah dan pada bulan Rabiul Awwal pada tahun tersebut mereka menyerang Ka'bah dengan ketapel (tembakan pelontar). Bahkan, dalam serangan tersebut mereka melontari Ka'bah dengan api. Dinding Ka'bah terbakar dalam serangan tersebut. [28]

Penistaan Qarmathian terhadap Ka'bah dan Pencurian Hajar Aswad

Pada bulan Dzulhijjah tahun 317 H, kelompok Qarmathian menyerang Mekah. Mereka beberapa hari menjarah kekuasaan Mekah dan menguasainya serta membunuh para penduduk dan jemaah haji dan melakukan perbuatan-perbuatan tak senonoh di masjid besar dan tempat-tempat suci lainnya dan banyak penistaan dan perusakan dan akhirnya mereka mencabut Hajar Aswad dan membawa ke ibukota barunya. Mereka pada tahun 339 H mengembalikan Hajar Aswad ke Ka'bah, dengan pertukaran sejumlah tebusan yang besar. [29]

Catatan Kaki

  1. Ibn Manzur, Lisan al-Arab, Jld. 1, hlm. 718.
  2. QS. Al-Baqarah: 125; Quraisy: 3.
  3. QS. Al-Maidah: 97.
  4. QS. Al-Hajj: 29, 33.
  5. QS. Ibrahim: 37.
  6. Khuramsyahi Qawamuddin, "Ka'bah", Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hlm. 1883; Masyayikh Faridani, Muhammad Husein, "Ka'bah", Dāirat al-Ma'arif Tasayyu', jld. 14. Hlm. 118.
  7. QS. Al Imrah: 96.
  8. QS. Al-Baqarah: 144.
  9. Khuramsyahi Qawamuddin, Ka'bah, Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hlm. 1883.
  10. Ibid.,
  11. Ibn Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 1, hlm. 81 dan 82; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 1, hlm. 378; al-Thabari, Tārikh al-Thabari, jld. 1, hlm. 251.
  12. QS. Al-Baqarah: 127.
  13. Abu Walid al-Azraqi, Akhbār Makkah wa Ma Ja'a fiha min al-Atsār, jld. 1, hlm. 68.
  14. Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 1, hlm. 379 dan jld. 3, hlm. 475.
  15. Khuramsyahi Qawamuddin, "Ka'bah", Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hlm. 1883.
  16. Tārikh Banaye Ka'bah, hlm. 120.
  17. Ibid.,
  18. Ka'bah wa Jame'eye on az Aghaz ta Kunun, hlm. 59.
  19. Tārikh Ka'bah wa Masjidil Haram, hlm. 12.
  20. Al-Qurthubi, al-Jami' li Ahkam al-Quran, jld. 2, hlm. 394.
  21. Al-Bukhari, hlm. 380, hadis 1592.
  22. Sa'ad bin Husein Utsman dan Abdul Mun'im Ibrahim al-Jumai'i, al-I'tida'āt 'ala al-Haramain al-Sharifain 'Abra al-Tārikh, hlm. 18-19.
  23. Sa'ad bin Husein Utsman dan Abdul Mun'im Ibrahim al-Jumai'i, al-I'tida'āt 'ala al-Haramain al-Sharifain 'Abra al-Tārikh, hlm. 23-24; Ibn Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 1, hlm. 342 – 345.
  24. Sa'ad bin Husein Utsman dan Abdul Mun'im Ibrahim al-Jumai'i, al-I'tida'āt 'ala al-Haramain al-Sharifain 'Abra al-Tārikh, hlm. 342.
  25. Syaikh Mufid, al-Irsyād fi Ma'rifat Hujajillah ala al-'Ibād, jld. 1, hlm. 5.
  26. Hafiz Nishaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 593; Muruj al-Dzahab wa Ma'adin al-Jauhar, jld. 2, hlm. 358.
  27. Thabari, Tārikh al-Thabari, jld. 2, hlm. 29; Ibn Katsri, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 3, hlm. 487; Ibn Jauzi, al-Muntadzam fi Tarikh al-Muluk wa al-Umam, jld. 2, hlm. 324-325; Mas'udi, Muruj al-Dzahab wa Ma'adin al-Jauhar, jld. 2, hlm. 278-279.
  28. Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 11, hlm. 634; Sa'ad bin Husein Utsman dan Abdul Mun'im Ibrahim al-Juma'i, Ibrahim al-Juma'i, al-I'tida'at 'ala al-Haramain al-Syarifain 'Abra al-Tārikh, hlm. 34-35.
  29. Daftari, Farhad, Tārikh wa Aqāid Ismailiyyah, hlm. 190-192.

Daftar Pustaka

  • Abu walid al-Azraqi, Akhbār Makkah wa ma Ja'a fiha min al-Atsār, Riset. Abdul Malik bin Abdullah bin Duhaisy, Maktabah al-Asadi, 1424.
  • Al-Qurthubi, al-Jami' li Ahkām al-Quran, Beirut, Mu'assasah al-Risalah, 2006 M.
  • Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut, Dar al-Fikr, 1421 H.
  • Daftari Farhad, Tarikh wa Aqāid Ismailiyyah, Perj. Dr. Ferediun Badrei, Tehran, Nashr wa Pazuhesh Farzan Ruz, 1418 H.
  • Dairat al-Ma'arif Tasayyu', jld. 4, Intisyarat Hikmat, 1432 H.
  • Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, Penj. Bahauddin Khuramsyahi, Tehran, Rostan – Nahid, 1419 H.
  • Hafiz an-Nisyaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, Mesir, Dar al-Haramain lil Thaba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi', 1417 H.
  • Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, Riset. Abi al-Fida' Abdullah al-Qadhi, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1407 H.
  • Ibnu Jauzi, al-Muntazham fi Tarikh al-Mulk wa al-Umam, Riset. Muhammad Abdul Qadir Atha, Mustafa Abdul Qadair Atha, Beirut, Dar li Kutub al-Ilmiyyah, 1412 H.
  • Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, Qom, Nashr Adab al-Hauzah, Muharram, 1405 H.
  • Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, Riset. D. Abdullah Abdul Muhsin al-Turki, Mesir, Hijr lil Thaba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi' wa al-I'lan, 1997 M.
  • Mas'udi, Muruj al-Dzahab wa Ma'ādin al-Jauhar, Riset. Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Beirut, Dar al-Fikr, 1973 M.
  • Sa'ad bin Hasan bin Utsman bin Abdul Mun'im bin Ibrahim al-Juma'i, al-I'tidaat 'ala al-Haramain al-Sharifain 'Abra al-Tarikh, 1992 M.
  • Syaikh Mufid, al-Irsyad fi Ma'rifat Hujajtillah ala al-'Ibad, Qom, Muassasah Al al-Bait li Ihyai al-Turats, 1416 H.
  • Al-Thabari, Tarikh al-Thabari, Riset. Muhammad Abdul Fadhl Ibrahim, Mesir, Dar al-Ma'arif, 1968 M.