Marja' Taklid

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Marja' Taqlid)
Akidah Syiah
‌Ma'rifatullah
TauhidTauhid DzatiTauhid SifatTauhid Af'alTauhid Ibadah
FurukTawasulSyafa'atTabarruk
Keadilan Ilahi
Kebaikan dan keburukanBada'Amrun bainal Amrain
Kenabian
KeterjagaanPenutup KenabianNabi Muhammad SawIlmu GaibMukjizatTiada penyimpangan Alquran
Imamah
Keyakinan-keyakinanKemestian Pelantikan ImamIsmah Para ImamWilayah TakwiniIlmu Gaib Para ImamKegaiban Imam Zaman asGhaibah SughraGhaibah KubraPenantian Imam MahdiKemunculan Imam Mahdi asRaj'ah
Para Imam
  1. Imam Ali
  2. Imam Hasan
  3. Imam Husain
  4. Imam Sajjad
  5. Imam Baqir
  6. Imam al-Shadiq
  7. Imam al-Kazhim
  8. Imam al-Ridha
  9. Imam al-Jawad
  10. Imam al-Hadi
  11. Imam al-Askari
  12. Imam al-Mahdi
Ma'ad
Alam BarzahMa'ad JasmaniKebangkitanShirathTathayur al-KutubMizanAkhirat
Permasalahan Terkemuka
AhlulbaitEmpat Belas Manusia SuciTaqiyyahMarja' Taklid


Marja' Taklid (bahasa Arab:مرجَع التقليد), orang yang menjadi tempat rujukan untuk diikuti adalah seorang mujtahid yang mana sekelompok orang Syiah dalam masalah-masalah fikih beramal sesuai dengan fatwa-fatwanya dan memberikan kewajiban-kewajiban harta (wujūhāt syar'iyah) kepadanya. Kemarjaan (marja'iyah) merupakan posisi tertinggi keagamaan di kalangan Syiah 12 imam. Kedudukan ini bukan penobatan dan pengangkatan dan biasanya orang Syiah dengan melakukan penelitian mengenai para ruhaniawan dan ulama, mengidentifikasi orang-orang tertentu yang memiliki kelayakan ini. Syarat terpenting untuk mendapatkan kedudukan ini adalah A'lamiyah, yaitu lebih tahu tentang hukum syariat, lebih cakap dalam menyimpulkan hukum syariat dari dalil-dalinya dan lebih tahu soal perkembangan zaman yang berpengaruh dalam mengidentifikasi obyek-obyek hukum dibandingkan para mujtahid lainnya. Orang yang mengikuti Marja' Taklid (dalam hukum fikih) disebut 'Muqallid'. Pandangan-pandangan fikih Marja' Taklid biasanya tertuang dalam sebuah kitab berjudul Risālah Taudhīhul Masāil.

Mengingat luasnya geografi Syiah, maka dalam setiap periode biasanya ada beberapa mujtahid yang memegang kedudukan ini dan terkadang hanya ada satu orang di antara mayoritas orang-orang Syiah di dunia yang menjabat sebagai Marja' Taklid. Orang-orang ini biasanya disebut dengan titel terhormat seperti 'Ayatullah al-Uzma' dan 'Ayatullah'. Kebanyakan Marja' Taklid Syiah berdomisili di Irak seperti Najaf,Karbala, Samara dan Iran seperti Qom, Masyhad, Isfahan dan Teheran.

Marja'-marja' kontemporer yang tersohor di antaranya adalah: Muhammad Hasan al-Najafi yang lebih dikenal dengan Shahib Jawahir, Syekh Murtadha al-Anshari, Sayid Muhammad Hasan al-Syirazi (pemberi fatwa pengharaman tembakau), Akhund Khurasani, Sayid Husain Thabathabai Burujerdi, Sayid Muhsin al-Hakim dan Sayid Ruhullah al-Musawi al-Khomeini (pendiri Republik Islam Iran)

Para Marja' Taklid Syiah biasanya punya banyak pengaruh di tengah masyarakat. Terkadang pandangan-pandangan mereka dalam permasalahan sosial, politik dan budaya mewujudkan pergerakan-pergerakan di antara para pengikut mereka. Perang melawan Rusia, pengharaman tembakau, Gerakan Konstitusional di Iran, Intifadah 20 di Irak dan revolusi Islam Iran adalah bagian terpenting dari pengaruh Marja'-marja' Taklid Syiah.

Kemarjaan

Marja'iyah adalah kedudukan relegi-sosial terpenting di dalam masyarakat Syiah. Marja' Taklid adalah mujtahid yang diikuti/ditaklidi oleh sejumlah orang-orang Syiah. Artinya, mereka melakukan amalan-amalan agamanya berdasarkan pandangan-pandang fikih (fatwa-fatwa) mujtahid tersebut, dan biasanya mereka membayarkan kewajiban-kewajiban harta mereka kepadanya atau kepada wakil-wakilnya. Mengikuti seorang alim seperti ini dinamai 'Taklid'.[1]

Pengaruh sosial seorang Marja' Taklid muncul dari jumlah muqallid (pengikut)nya. Pembayaran huqūq syar'iyah (kewajiban-kewajiban harta) kepada para Marja' menambah kekuatan finansial mereka. Para Marja' Taklid dapat menggunakan harta-harta ini untuk tablig keagamaan, administrasi hauzah ilmiah, membantu orang-orang yang membutuhkan dan urusan-urusan yang memiliki manfaat umum.

Syarat-syarat Marja'iyah

Seorang mujtahid dapat menjadi Marja' apabila boleh ditaklidi/diikuti. Artinya, mengamalkan pandangan-pandangan fikihnya boleh dilakukan oleh orang lain. Untuk sampai kepada kedudukan ini bergantung kepada pemenuhan syarat-syarat tertentu, yang mana di antara syarat terpentingnya adalah lebih kompeten dalam hukum syariat dibanding mujtahid-mujtahid yang memenuhi persyaratan (Jami' al-Syarāith). Memiliki kelayakan sikap (adil), lelaki, balig, dan berakal termasuk dari syarat-syarat ini pula.[2]

Memilih Marja'

Kemarjaan (Marja'iyah) bukan jabatan yang dinobatkan. Seseorang akan menjadi Marja' bila orang-orang Syiah menerima dia sebagai Marja' Taklid. Dalam Risalah-risalah Taudhīhul Masāil dijelaskan cara-cara mengenal Marja' Taklid. Cara-cara ini adalah: pengetahuan seseorang, bayyinah syar'iyah (kesaksian 2 orang akan a'lamiyah seseorang), masyhur dengan a'lamiyah [3] atau sekelompok ulama merekomendasikan seseorang dan dari penjelasan mereka dihasilkan suatu pengetahuan bagi Muqallid.[4]

Tugas-tugas Marja'

Kinerja terpenting kemarjaan adalah mengeluarkan fatwa untuk para muqallid dalam urusan-urusan agama dan mazhab. Akan tetapi, posisi marja'iyah tidak terbatas pada fatwa. Biasanya para Marja' termasuk bagian dari guru-guru tersohor dan terkemuka hauzah ilmiah, dan hauzah ilmiah diatur atas pantauan mereka.

Sumber Finansial Marja'iyah

Lembaga kemarjaan dari sisi finansial bertumpu pada wujūhāt syar'iyah (kewajiban-kewajiban harta), bantuan sosial dan nadzar-nadzar pribadi.

Kekuatan dan Pengaruh Para Marja' Syiah

Para Marja' Taklid Syiah biasanya berpengaruh di antara para mukallid dan pengikutnya, bahkan di antara seluruh orang Syiah dan dari jalan ini mereka dapat menanamkan pandangan-pandangan sosial-politiknya di tengah orang Syiah.[5] Sebagai contoh: atas fatwa Sayid Muhammad Mujahid (Sayid Muhammad Thabathabai) sejumlah besar orang Syiah pergi perang melawan Rusia,[6] pengeluaran fatwa pengharaman tembakau oleh Mirza Syirazi menyebabkan jatuhnya nilai tembakau di Iran[7] dan Gerakan 15 Khurdad 1342 S (5/6/1963) di Iran sebagai protes atas penangkapan Ayatullah Khomeini.[8]

Menurut pernyataan Muhammah Rasyid Ridha dari ulama Ahlusunah, tak satupun dari ulama Ahlusunah, baik secara personal atau kelompok memiliki pengaruh seperti pengaruh yang dimiliki para mujtahid Syiah terkhusus para alumni hauzah Najaf. Dalam hal ini dia memberi contoh soal pengharaman pemilu di Irak pada masa Malik Faisal dan pengharaman tembakau oleh Mirza Syirazi.[9] Samoel Benjamin utusan Amerika untuk Iran pernah mengatakan, mujtahid terpenting di Teheran walaupun hanya berlalu lalang dengan menggunakan seekor keledai dan tidak punya pembantu lebih dari satu orang, tapi dengan satu kata mampu menumbangkan sang raja(Syah) dari kekuasaan.[10]

Periode Marja'iyah

Pasang surut marja'iyah Syiah dan perpindahannya di berbagai daerah mengikuti beragam faktor seperti intervensi pemerintah-pemerintah, kecenderungan suku, peristiwa politik, tersedianya hubungan dan kuat-lemahnya hauzah-hauzah ilmiah. Dari satu sudut pandang, sejarah marja'iyah Syiah dapat dibagi kepada 9 periode.

Sebelum Abad ke-13 H

Judul Periode Waktu Marja' Ternama Hauzah Ilmiah
1 Sebelum Periode Baru Ghaibah Shughra Hingga Abad 13 H Orang Syiah Bertaklid Kepada Beberapa marja' Berbagai Tempat
2 Sebelum Shahib Jawahir 1200 - 1266 H Mirza Qummi, Muhammad Husain al-Najafi (Shahib Jawahir) Irak
4 Al-Najafi Hingga Al-Anshari 1266 – 1281 H Murtadha al-Anshari Irak
4 Al-Anshari Hingga Mirza al-Syirazi 1281 – 1313 H Sayid Muhammad Hasan al-Syirazi (Mirza Syirazi) Irak
5 Dari Mirza Syirazi Hingga Sayid Yazdi 1312 – 1337 H Akhund Khurasani، Sayid Muhammad Kazhim Yazdi Irak
6 Dari Sayid Yazdi Hingga Sayid Abul Hasan Isfahani 1337 – 1365 H Abdul Karim al-Hairi, Mirza al-Naini, Sayid Abul Hasan al-Isfahani Irak, Iran
7 Dari al-Isfahani Hingga al-Burujerdi 1365 – 1380 H Sayid Husain Thabathabai al-Burujerdi Iran
8 Dari al-Burujerdi Hingga al-Araki 13-80 – 1413 H Sayid Muhsin Thabathbai al-Hakim، Ayatullah Khui, Imam Khomeini، Sayid Muhammad Ridha al-Gulpaigani Irak, Iran
9 Setelah Al-Araki 1413 - Muhammad Taqi Bahjat, Mirza Jawad al-Tabrizi، Muhammad Fadhil al-Langkarani Irak, Iran

Rasul Jakfariyan memulai periode akhir marja'iyah dengan Wahid Behbahani. Tentu, ini lebih banyak mengacu pada marja'iyah keilmuan daripada pengaturan urusan-urusan orang Syiah. Artinya, bukan mayoritas orang-orang Syiah menjadi muqallid (pengikut)nya.[11] Sebelum periode ini, orang Syiah biasanya beramal berdasarkan fatwa-fatwa ulama yang berdomisili di daerah mereka masing-masing. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada Marja' menonjol yang diikuti dalam masalah fikih oleh mayoritas Syiah sedunia.

Awal Marja'iyah Dengan Shahib Jawahir

Menurut sebagian peneliti, periode pertama marja'iyah yang menyeluruh di antara orang-orang Syiah berkaitan dengan Hauzah Ilmiah Najaf dan dimulai dengan Muhammad Hasan al-Najafi yang lebih dikenal dengan Shahib Jawahir.[12] Dia membolehkan penghukuman berdasarkan taklid dan memiliki murid banyak di Iran.[13] Pada hakikatnya mereka ini menjadi penyebar kemarjaan dan fatwa-fatwanya.

Setelah Shahib Jawahir, marja'iyah Syiah juga masih berlanjut di Irak di Hauzah Ilmiah Najaf. Mujtahid-mujtahid seperti Syaikh Murtadha al-Anshari (W. 1281 H) murid Shahib Jawahir, dan Muhammad Hasan al-Syirazi (W. 1312 H) pemilik fatwa pengharaman tembakau termasuk Marja' yang termasyhur dan paling berpengaruh.[14]

Gerakan Konstitusional di Iran membuat para Marja' Taklid melakukan intervensi dalam masalah-masalah politik secara terang-terangan. Akhund Khurasani dan Sayid Muhammad Kazhim al-Yazdi pengarang kitab al-Urwah al-Wutsqa merupakan dua marja' penting Iran di periode ini yang tinggal di Najaf. Tentu saja, dalam masalah Gerakan Konstitusional mereka berdua tidak sepaham. Khurasani mengeluarkan fatwa Gerakan Konstitusional dan al-Yazdi menolaknya.

Pada tahun 1337 H dan menetapnya Abdul Karim al-Hairi al-Yazdi di Qom dimulailah periode baru kehidupan Hauzah Ilmiah Qom. Tahun ini bertepatan dengan meninggalnya Yazdi. Dengan terbentuknya Hauzah Ilmiah Qom dan wafatnya Sayid Yazdi dan Syaikh al-Syari'ah Isfahani (1339 H) sebagian marja'iyah Syiah berpindah ke Iran dan al-Hairi. Berdomisilinya Sayid Husain Thabathabi Burujerdi pada tahun 1364 H di Qom dan kegiatan-kegiatannya membuat semarak Hauzah Ilmiah ini. Sepeninggal Sayid Abul Hasan Isfahani (1325 H) yang tinggal di Najaf, Burujerdi dihitung sebagai marja Syiah yang menonjol hingga tahun 1380 H.[15] Berkas: Marja'-marja' Taklid Syiah Pasca Burujerdi 1340s Hingga Araki 1373 S. Setelah Ayatullah Burujerdi, tidak ada marja'iyah central dan banyak marja' di Iran dan Irak diperhatikan dan diperhitungkan oleh orang-orang Syiah.[16]. Sekalipun Sayid Muhsin al-Hakim yang tinggal di Najaf pada tahun-tahun pertama periode ini lebih banyak diperhatikan daripada yang lain.[17] Di akhir periode 33 tahun ini, Sayid Ruhullah Khomeini (W.1409 H) pendiri Republik Islam Iran menjadi marja' yang paling diterima yang tinggal di Iran dan Sayid Abu al-Qasim al-Khui menjadi marja' yang paling berpengaruh yang tinggal di Najaf.

Setelah Sayid Abu al-Qasim al-Khui wafat pada 1413 H, maka dalam jarak 3 tahun marja'iyah Syiah yang menyeluruh berpusat di Hauzah Ilmiah Qom. Dalil kondisi ini antara lain adalah: meninggalnya marja'-marja' Najaf, dikeluarkannya pelajar-pelajar Iran dari Najaf dan tekanan-tekanan dari partai Ba'ats di Irak. Hijrahnya orang-orang Iran yang dipaksakan, yang tinggal di Najaf menyebabkan mereka tinggal di Qom dan lemahnya Hauzah Ilmiah Najaf. Sayid Muhammad Ridha al-Gulpaigani dan Muhammad Ali al-Araki adalah dua Marja' Taklid tersohor periode ini yang tidak begitu lama.

Periode mutaakhir marja'iyah bermula dari meninggalnya Muhammad Ali al-Araki pada 1415 H. Pada periode ini banyak Marja Taklid di Iran, Irak, Lebanon dan Pakistan memegang jabatan ini.

Marja'iyah di Irak

Marja'iyah central pada abad 13 H bermula dari Hauzah Ilmiah Najaf dengan dipelopori oleh Muhammad Hasan al-Najafi (Shahib Jawahir) dan Syaikh Murtadha al-Anshari. Dari tahun itu Marja'-marja' Taklid senantiasa hadir di Irak dan terkhusus di Najaf. Selain di Najaf terkadang di Karbala ada sosok-sosok yang diperhatikan oleh orang Syiah dan dikenal sebagai Marja' Taklid. Pada masa Mirza Syirazi marja'iyah Syiah berpindah ke Samara. Akhund Khurasani, Sayid Muhammad Kazhim al-Yazdi, Sayid Abul Hasan al-Isfahani adalah para marja. Pada tahun 1365-1380 H marja'iyah lebih banyak dipegang oleh Ayatullah Burujerdi di Qom. Tapi pada saat yang sama Sayid Muhsin al-Hakim dan Sayid Mahmud Husaini al-Syahrudi (W. 1394 H) menjadi tempat rujukan orang-orang Syiah. Dengan meninggalnya Ayatullah Burujerdi pada tahun 1380 H maka al-Hakim, al-Syahrudi dan Sayid Abul Qasim al-Khui (W.1411 H) memegang jabatan marja'iyah di Hauzah Najaf. Adannya jarak jauh antara kewafatan al-Syahrudi dan al-Khui menyebabkan Sayid Abul Qasim al-Khui menjadi Marja Taklid Syiah yang paling berpengaruh. Pada tahun 1385 hingga 1398 H Ayatullah Sayid Ruhullah al-Musawi al-Khomeini dari Iran diasingkan ke Irak dan tinggal di Najaf.

Pada tahun 1391 H pemerintah Irak mengeluarkan banyak dari warga Iran yang tinggal di Irak. Hal ini menjadi sebab masuknya sejumlah guru-guru dan pelajar-pelajar agama Hauzah Najaf ke Iran terkhusus Hauzah Ilmiah Qom. Pergerakan ini bersama kemenangan revolusi Islam di Iran dan juga tekanan-tekanan pemerintah Ba'ats atas Hauzah Najaf mempengaruhi masa depan marja'iyah, dan dengan berlalunya zaman peran Iran dalam marja'iyah semakin menerang.

Setelah terjadi Intifada Sya'baniyah, pemerintah Irak semakin menekan dan mempersulit Hauzah Najaf. Pada tahun-tahun pertama pasca meninggalnya al-Khui dan Muhammad Ali al-Araki, 2 orang dari murid al-Khui, Ali Gharawi al-Tabrizi dan Murtadha Burujerdi yang dikenal sebagaj Marja' Taklid menjadi sasaran teror dan terbunuh. Beberapa waktu setelahnya, Sayid Muhammad Shadr, murid dari Sayid Muhammad Baqir al-Shadr yang kemarjaannya diterima oleh orang-orang Syiah juga terbunuh. Aksi-aksi teror dan tekanan-tekanan ini secara praktis membuat Hauzah Ilmiah Najaf terpencil. Dengan kondisi ini, sebagian marja'iyah Syiah di Hauzah Najaf masih ada.

Pasca Runtuhnya Rezim Ba'ats

Setelah perang kedua teluk persia tahun 2000 M, sistem pemerintahan Irak berubah. Pada periode ini Hauzah Ilmiah Najaf mulai keluar dari tekanan dan para pelajar agama dari daerah-daerah lain berdatangan ke Najaf demi menuntut ilmu. Sekelompok guru yang bertahun-tahun dikeluarkan dari Irak kembali lagi ke sana. Salah satu marja' Syiah Najaf yang paling berpengaruh adalah Sayid Ali al-Husaini al-Sistani, murid dari al-Khui.

Marja'iyah di Iran

Terbentuknya Hauzah Ilmiah Qom

Hauzah Ilmiah Qom terbentuk pada masa mutaakhir pada tahun 1340 H dengan masuk dan tinggalnya Abdul karim Hairi al-Yazdi di Qom. Dengan masuknya dia ke Qom sebagian marja'iyah berpindah ke Iran. Dia hidup sampai tahun 1355 H. Setelahnya, ada 3 orang dari guru-guru dan para pembesar Hauzah Qom: Sayid Shadruddin al-Shadr, Sayid Muhammad Taqi al-Khunsari dan Sayid Muhammad Hujjat memegang urusan administrasi Hauzah. Tak satu pun dari 3 sosok ini memiliki marja'iyah yang menyeluruh. Pada periode ini marja'iyah utama ada di Hauzah Ilmiah Najaf dipegang oleh Sayid Abul Hasan al-Isfahani (W. 1365 H).[18]

Dengan usaha dan undangan sekelompok ulama Hauzah Ilmiah Qom tahun 1364 H, Sayid Husain al-Thabathabai al-Burujerdi, salah satu murid Akhund Khurasani, datang ke Qom. Setelah al-Isfahani hingga tahun 1380 H dia memiliki kemarjaan sangat luas dan dapat dikatakan bahwa pada akhir umurnya tidak ada Marja' lain yang berpengaruh di Irak maupun di Iran selain dia.[19] Berkas: Halaman pertama koran Itthilaat wa I'lam

Kehadiran Burujerdi membuat semarak Hauzah Ilmiah Qom. Setelah dia meninggal, ada beberapa sosok di Iran dan Irak yang diusung sebagai Marja' Taklid. Di Iran, selain Ayatullah al-Milani yang tinggal di Masyhad semua marja' menjadi bagian dari para mujtahid Hauzah Ilmiah Qom. Di antara mereka yang tersohor adalah: Sayid Ahmad al-Khansari (W.1405 H), Sayid Kazhim Syari'at Madari (W. 1365 H), Sayid Ruhullah al-Khomeini (W. 1409 H), Sayid Syihabuddin al-Mar'asyi al-Najafi (W.1410 H) dan Sayid Muhammad Ridha al-Gulpaigani (W. 1413 H).[20] Koran Keihan dua hari setelah wafatnya Ayatullah Burujerdi dalam sebuah laporan mengenai keadaan marja'iyah menulis nama-nama sebagian mujtahid Syiah yang dimungkinjan akan menjadi Marja'.[21]

Tahun 1414 H Muhammad Ali al-Araki, murid terakhir Abdul Karim al-Hairi juga meninggal. Setelah itu, ada banyak sosok yang mayoritas mereka dahulu menjadi murid al-Burujerdi dan al-Khui diketengahkan sebagai Marja' Taklid. Sekalipun sebagian mereka memiliki muqallid lebih banyak tapi tak seorang pun dari mereka yang marja'iyahnya mendunia. Marja-marja' tersohor yang hidup pada 1436 H adalah sebagai berikut: Husain Wahid al-Khurasani, Sayid Musa Syubairi al-Zanjani, Sayid Ali Husain al-Khamenei dan Nasir Makarim al-Syirazi di Iran dan Sayid Ali al-Sistani di Irak.

Catatan Kaki

  1. Thabathabai Yazdi, al-Urwah al-Wutsqa, jld.1, hlm.4; Rahman Sitayisy, Taqlid, hlm. 789
  2. Thabathabi Yazdi, Urwah al-Wutsqa, jld.1, hlm.26-27, masalah no.22
  3. Thabathabai Yazdi, Urwah al-Wutsqa, jld.1, hlm.24-25
  4. Khomeini, Taudhīhul Masāil, hlm.12, masalah no.3
  5. Silahkan rujuk: Naqibzadeh dan Amani, Naqsye Rohaniyate Syiah, hlm.81-82
  6. Naqibzadeh da Amani, Naqaye Rohaniate Syiah, hlm.99-100
  7. Naqibzadeh dan Amani, Naqsye Rohaniate Syiah, hlm.102
  8. Naqibzadeh dan Amani, Naqsye Rohaniat-e Syiah, hlm.103
  9. Rasyid Ridha, al-Khilafah awi Imamah al-Uzma, hlm.90
  10. Ibrahamiyan, Tarikh Iran Moderen, hlm.41
  11. Jakfariyan, Tasyayyu' dar Iraq, Marjaiyat wa Iran, hlm.58
  12. Hairi, Tasyayyu' wa Masyruthiyat dar Iran, hlm.82
  13. Jakfariyan, Tasyayyu' dar Iraq, Marjaiyat wa Iran, hlm.59
  14. Hairi, Tasyyu' wa Masyruthiyat dar Iran, hlm.82-83
  15. Jakfariyan, Tasyayyu' dar Iraq, Marjaiyat wa Iran, hlm.79
  16. Qurbani, Tarikh Taqlid dar Syiah, hlm.373
  17. Jakfariyan, Tasyayyu' dar Iraq, Marjaiyat wa Iran, hlm.81
  18. Hairi, Tasyayyu' wa Masyruthiyat dar Iran, hlm.84
  19. Qurbani, Tarikh Taqlid dar Syiah, hlm.373
  20. Jakfariyan, Jaryanha wa Sazmanha, hlm.281
  21. Rohani, Nehdhate Imam Khumeini, hlm.77 dan 1238 Sanad no. 12

Daftar Pustaka

  • Jakfariyan, Rasul, Jaryanha wa Sazmanha-e Mazhabi-Siyasi dar Iran, cet.13, penerbit Ilmu, Teheran, Musim Dingin 1431 H
  • Abrahamiyan, Yarwan, Tarikh Iran Modern, terjemahan Muhammad Ibrahim Fattahi, penerbit Niy, Teheran, 1434 H
  • Hairi, Abdul Hadi, Tasyayyu' wa Masyrythiyat dar Iran, Amir Kabir, Teheran, 1429 H
  • Jakfariyan, Rasul,Tasyayyu' dar Iraq, Marja'iyat wa Iran, Muassasah Mutalaate Tarikhe Muashire Iran, Teheran, 1428 H
  • Khumeini, Sayid Ruhullah, Taudhihul Masāil, Teheran, 1426 H
  • Naqibzadeh, Sayid Ahmad dan Amani Zuwarim, Wahid, Naqsye Rohaniyate Syiah dar Piruzi-e Inqilabe Islami, Markaz Asnad Inqilabe Islami, Teheran, 1424 H
  • Qurbani, Muhammad Ali, Tarikhe Taqlid dar Syiah wa Saire Tahawwule On, Bunyad Pazuhesyhaye Islami, Masyhad, 1436 H
  • Rahman Sitayisy, Muhammad Kazim, Taklid, dimuat di Danesyname Jahane Islam, jld.7, Bunyade Dairatul Ma'arif Islami, Teheran, 1424 H
  • Rasyid Ridha, Muhammad, al-Khilafah Awil Imamah al-Uzma dar al-Daulah wa al-Khilafah fi al-Khitab al-Arabi, Dirasah wa Taqdim: Wajih Kautsarani, Dar al-Thali'ah, Bairut, 1417 H
  • Ruhani, Sayid Hamid, Nehdhate Imam Khumeini ra (buku pertama), Muassasah Chab wa Nasyr 'Uruj, Teheran, 1428 H
  • Thabathabai Yazdi, Muhammad Kazhim bin Abdul Azhim, al-'Urwah al-Wutsqā, Bairut, 1404 H