Hadis Mubahitah

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia

Hadits mubahitah (bahasa Arab:حدیث مباهتة) adalah hadis yang bersal dari Nabi saw, yang mana sebagian ulama dengan bersandar kepada hadis ini membolehkan untuk  memfitnah seorang ahli bid'ah. Sebelum Syekh Anshari, tidak ada satupun dari fukaha yang bersandar kepada hadis ini untuk pembolehan dalam melakukan fitnah kepada ahli bid'ah. Namun, sebagian besar fukaha secara umum berpendapat pandangan ini tidak benar, akan tetapi mereka menafsirkan hadis ini dengan «Meyakinkan ahli bid'ah dengan argumen yang kuat». Menurut Sayid Musa Syubairi Zanjani, hadis Mubahitah bertentangan dengan sirah para Imam as dan juga perkara yang jelas dalam syariat, oleh sebab itu kandungan hadis ini harus ditakwilkan atau ditolak.

Pengenalan dan Kedudukan Hadis

Hadis mubahitah adalah hadis Nabawi yang telah diriwayatkan di dalam Kitab Al-Kafi.[1] Sebagian fukaha membolehkan untuk memfitnah ahli bid'ah dengan bersandar kepada hadis ini.[2] Sebaliknya, sebagian besar fukaha tidak membolehkan fitnah semacam ini.[3] Dalam kitab-kitab hadis sahih Syiah, hadis ini hanya terdapat dalam Kitab al-Kafi dan tidak ditemukan dalam kitab- kitab Ahlusunah.[4] Judul pembahasan fikih Mubahitah telah diambil dari sebagian kata hadis ini[5] dan di berbagai bagian bab fikih masalah mubahitah telah banyak dibahas seperti dalam bab Had Qadzaf (hukuman karena memfitnah orang lain berbuat zina atau liwath)[6] atau bab mengenai hal -hal yang diperbolehkan untuk menggibah orang lain,[7] dan bab yang membahas jenis–jenis pendapatan yang diharamkan.[8]

Penggunaan cara-cara yang tidak etis (memfitnah) untuk menghadapi kelompok ahli bid'ah telah menjadi salah satu topik yang serius dari hadis ini.[9]

Teks dan Sanad Hadis

Terjemahan Teks Hadis
"Dari Abu Abdillah as, berkata bahwa Nabi saw telah bersabda: jikalau engkau melihat ahli bid'ah dan penyebar syubhat setelahku, maka nyatakanlah sikap berlepas diri dari mereka, perbanyaklah untuk mencela mereka, beberkan keburukan mereka, umpatlah mereka dan fitnahlah mereka supaya mereka tidak mampu dan semangat dalam menghancurkan Islam, dan peringatkanlah orang-orang dari bahaya mereka, janganlah belajar dari ajaran bid'ah mereka, dengan hal-hal yang telah disebutkan, Allah swt akan menuliskan kebaikan untuk kalian, dan mengangkat derajat kalian."
عَنْ أَبی عَبْدِ اللَّهِ(ع) قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ(ص‏) إِذَا رَأَیْتُمْ أَهْلَ الرَّیْبِ وَ الْبِدَعِ مِنْ بَعْدِی فَأَظْهِرُوا الْبَرَاءَةَ مِنْهُمْ وَ أَکْثِرُوا مِنْ سَبِّهِمْ وَ الْقَوْلَ فِیهِمْ وَ الْوَقِیعَةَ وَ بَاهِتُوهُمْ کَیْلَا یَطْمَعُوا فِی الْفَسَادِ فِی الْإِسْلَامِ وَ یَحْذَرَهُمُ النَّاسُ وَ لَا یَتَعَلَّمُوا مِنْ بِدَعِهِمْ یَکْتُبِ اللَّهُ لَکُمْ بِذَلِکَ الْحَسَنَاتِ وَ یَرْفَعْ لَکُمْ بِهِ الدَّرَجَاتِ فِی الْآخِرَةِ

Perawi hadis ini adalah Muhammad bin Yahya al-Athar, Ibnu Abi al-Khathâb, Ahmad bin Abi Nashr al-Bazanthi dan Dawud bin Sirhan  (Semua perawinya adalah tsiqah, oleh sebab itu dari sisi sanad hadis ini adalah sahih).[10]

Penafsiran Hadis yang Berbeda

Keraguan tentang arti kata " بَاهِتُوهُمْ " (Fitnah lah mareka atau diada-adakan mengenai mereka)  telah menyebabkan interpretasi yang berbeda dari hadis ini:

Mubahitah Ditafsirkan dengan "Argumen yang Kuat"

Sebagian ulama Syiah berpendapat bahwa maksud dari hadis tersebut adalah para ahli bid'ah harus ditegur dengan dalil-dalil yang kuat.[11] Mullah Saleh Mazandarani (wafat 1081 H) dan Murtadha Muthahari (1298-1358 H S) dengan menyebutkan ayat "فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ" [12] ] "Orang yang kafir tertegun/bingung" beranggapan bahwa makna hadis mubahitah adalah seperti yang disebutkan di dalam ayat tersebut yakni membuat ahli bid'ah sedemikian rupa sehingga mereka tercengang karena disodorkan argumen dan dalil yang kuat; Seperti halnya Nabi Ibrahim as yang telah mengejutkan Namrud dengan argumentasinya yang kuat.[13] Allamah Majlisi (1037-1110 H) setelah menyebutkan kedua makna dari kata di dalam hadis yang bertentangan, mengutip kata-kata dari beberapa ahli bahasa yang menganggap «بهت» bermakna takjub/tertegun dan bingung, ia memilih makna tersebut.[14] Sahib Riadh (1161-1231 H.) juga, setelah menyebutkan hadis ini, berpendapat tidak boleh memfitnah ahli bid'ah.[15] Shahib Jawahir (1266-1202 H) berpendapat bahwa hadis ini tidak dapat dijadikan dalil untuk pembolehan memfitnah ahli bid’ah  melakukan perbuatan buruk yang tidak mereka lakukan.[16] Ja'far Subhani, Sayid Abdul Karim Musawi Ardabili dan Nashir Makarim Syirazi termssuk dari marja' taklid Syiah di abad ke-15 Hijriah, memberikan jawaban atas pertanyaan mengenai masalah Mubahitah yang diartikan memfitnah, menjawab bahwa tidak diperbolehkan fitnah kepada siapapun.[17]

Mubahitah Ditafsirkan "Memfitnah"

Sayid Muhammad Ridha Ghulpaigani dan Mirza Jawad Tabrizi termaswuk dari marja taklid Syiah abad ke-15 Hijriah, berpendapat bahwa dengan bersandar pada hadis ini, diperbolehkan memfitnah orang-orang ahli  bid'ah.[18] Yusuf Shani'i juga termasuk dari marja' lain di abad ini, tidak hanya memberikan fatwa akan pembolehan fitnah kepada orang -orang ahli bid'ah, bahkan ia mewajibkannya.[19] Sayid Abul Qasim Khui (1278-1371 H) juga berpendapat bahwa memfitnah ahli bid'ah pada kondisi tertentu diperbolehkan,[20] oleh sebab itu ia membolehkan memfitnah ahli bid'ah dengan syarat adanya maslahat, tetapi jikalau memfitnah kepada mereka bisa menyebabkan mafsadah maka tidak diperbolehkan, bahkan mengumpat mereka pun tidak diperkenankan.[21]

Penafsiran «باهِتوهُم» dengan makna "Fitnahlah mereka" dan diperbolehkannya memfitnah ahli bid'ah tidak ditemukan sebelum abad ke-12. Syekh Murtadha Anshari (1281-1214 H) adalah faqih  pertama yang mengutarakan akan kemungkinan pandangan ini diterima.[22]  Syekh Anshari di dalam kitab "Makasib", meskipun pada awalnya ia berpendapat tidak boleh memfitnah ahli bid'ah, namun kemudian ia memberikan kemungkinan dibolehkannya memfitnah ahli bid’ah untuk menjauhkan orang-orang dari pengaruh mereka.[23]

Meskipun demikian, beberapa penulis berpendapat bahwa walaupun interpretasi «باهِتوهُم» diartikan dengan "fitnahlah mereka", yang mana hal ini sesuai dengan bagian lain dari kandungan hadis (kebolehan mencela dan mengutuk),[24] akan tetapi mereka beranggapan bahwa hadis Mubahitah tidak sesuai dengan sirah para Imam as dan syariat Islam.[25] Keyakinan Sayid Musa Syubairi Zanjani, salah satu marja' taklid Syiah pada abad ke-15 Hujriah, adalah agama itu kokoh dengan kebenaran dan kejujuran, dan tidak pernah ditemukan para Imam as memfitnah atau bohong terhadap mereka yang tidak sepemahaman; Oleh karena itu, riwayat Mubahitah harus ditinggalkan atau ditakwilkan.[26]

File Audio yang Dinisbahkan Kepada Imam Khumaini

Dalam sebuah film dokumenter dengan audio Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, saluran BBC Persia mengklaim bahwa Imam menganggap fitnah terhadap mukhalif (orang-orang yang berbeda pemahaman mazhab)  berdasarkan hadis Mubahitah diperbolehkan, dan oleh karena itu pemerintah Iran menggunakan fitnah kepada lawan dan musuhnya sebagai salah satu alatnya.[27] Namun, Muhammad Soroush Mahalaty, salah satu guru di Hauzah Ilmiah Qom, mengatakan bahwa dengan merujuk pada buku-buku Imam Khomeini, fatwa semacam itu diragukan keberadaannya dan fatwa semacam itu tidak sesuai dengan pola dan pijakan politik Imam Khumaini.[28]

Catatan Kaki

  1. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 375.
  2. Khu'i, Mishbāh al-Faqāhah, jld. 1, hlm. 459; Gulpaigani, ad-Durr al-Mandhūdh, jld. 2, hlm. 148; Tabrizi, Irsyād at-Thālib, jld. 1, hlm. 281.
  3. Muhammadiyan & tim, Ta'ammuli Dar Madlul-e Rewayat-e Mausum Be Mubahete, majalah Tahqiqat-e Ulum-e Qur'an Wa Hadis, vol. 28, hlm. 159.
  4. Bahaderi, PiruzfarBarresi-e Sanadi Wa Matni-e Rewayat-e Mubahete, hlm. 57.
  5. Bahaderi, Piruzfar, Barresi-e Sanadi Wa Matni-e Rewayat-e Mubahete, hlm. 55.
  6. Syahid Tsani, Masālik al-Ifhām, jld. 14, hlm. 434; Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 143.
  7. Bahrani, Hadāiq an-Nādhirah, jld. 18, hlm. 164.
  8. Narraqi, Mustanad as-Syī'ah, jld. 14, hlm. 162; Anshari, Kitāb al-Makāsib, jld. 1, hlm. 353.
  9. Muhammadiyan & tim, Ta'ammuli Dar Madlul-e Rewayat-e Mausum Be Mubahete, majalah Tahqiqat-e Ulum-e Qur'an Wa Hadis, vol. 28, hlm. 159.
  10. Majlisi Awal, Raudhah al-Muttaqīn, jld. 9, hlm. 327; Allamah Majlisi, Mir'āh al-'Uqūl, jld. 11, hlm. 77.
  11. Faidh Kasyani, al-Wāfī, jld. 1, hlm. 245.
  12. QS. Al-Baqarah:258.
  13. Mazandarani, Syarh al-Kāfī, jld. 10, hllm. 34; Muthahhari, Seiri Dar Sire-e Nabawi, hlm. 128.
  14. Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 71, hlm. 204-205.
  15. Thabathaba'i, Riyādh al-Masā'il, jld. 16, hlm. 42.
  16. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 413.
  17. Fatwa-e 5 Tan Az Maraje'-e Taqlid Darbare-e Durugh Guftan Wa Buhtan Zadan Be Afrad, site Shafaqna.
  18. Gulpaigani, ad-Durr al-Mandhūdh, jld. 2, hlm. 148; Tabrizi, Irsyād at-Thālib, jld. 1, hlm. 281.
  19. Shane'i, Majma' al-Masā'il, jld. 2, hlm. 57.
  20. Khu'i, Mishbāh al-Faqāhah, jld. 1, hlm. 458.
  21. Khu'i, Mishbāh al-Faqāhah, jld. 1, hlm. 458.
  22. Surusy Mahallati, Tuhmat Dar Khedmat-e Deyanat, majalah Dandan Pezesyki-e Jame'e-e Dandan Pezesykan, vol. 1, hlm. 6.
  23. Anshari, al-Makāsib, jld. 2, hlm. 118-119.
  24. Bahadari, Piruzfar, Barresi-e Sanadi Wa Matni-e Rewayat-e Mubahete, hlm. 63
  25. Taqrirat-e Gu'de-e Ayatullah Syubairi Zanjani, majalah Du Mahane-e Taqrirat, vol. 3, hlm. 10; Bahaderi, Piruzfar, Barresi-e Sanadi Wa Matni-e Rewayat-e Mubahete, hlm. 72.
  26. Taqrirat-e Gu'de-e Ayatullah Syubairi Zanjani, majalah Du Mahane-e Taqrirat, vol. 3, hlm. 10.
  27. Bastani, Buhtan Baraye Hefz-e Nezam, site BBC Persian.
  28. Wakunesy-e Surusy Mahallati Be Buhtan-e BBC Be Emam, site Ijtihadnet.

Daftar Pustaka

  • Fatwaye Paj Tan az Maraji-e Idzam-e Taqlid Darbareye Durug Guftan va Buhtan Zadan be Afrad Site syafaqna, diakses 6 Esfand 1395 S, dikunjungi 15 Esfand 1401 S
  • Vakunesy-e Surusy-e Mahallati be Buhtan BBC be Emam Site ijtihad, diakses 2 Dey 1397 S, dikunjungi 15 Esfand 1401 S
  • Allamah Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar al-Jamiah li Durar Akbar al-Aimmah al-Athar. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1403 HS
  • Allamah Majlisi, Muhammad Baqir. Mirah al-'Uqul fi Syarh Akhbar Al al-Rasul. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, 1404 HS
  • Anshari, Murtadha. Kitab al-Makasib. Qom: Kongres Internasional Syekh A'dham Anshari, 1415 HS
  • Bahadari, Muhammad Ridha & Piruzfar Barresi-e Sanadi va Matni-e Rivayat Mubaheteh. Site suhaila
  • Bahrani, Yusuf. al-Hadaiq al-Nadhirah fi Ahkam al-Itarh al-Thahirah. Qom: Kantor Penerbit Islami, 1405 HS
  • Bastani, Husain. Buhtan Baraye Hefz-e Nedzam Site BBC Farsi, diakses 27 Adzar 1397 S, dikunjungi 15 Esfand 1401 S
  • Faidh Kasyani. al-Wafi. Isfahan: Perpustakaan Imam Amir al-Mukminin
  • Ghulpaighani. al-Dar al-Mandhud. Catatan: Karimi Jahrami. Qom: Dar al-Quran al-Karim, 1412 HS
  • Khu'i, Sayid Abu al-Qasim. Mishbah al-Fiqahah. Qom: Anshariyan, 1416 HS
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. al-Kafi. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, 1407 HS
  • Majalah Muthala'at Fah-e Hadis, vol: 4, musim gugur dan musim panas, 1395 S
  • Majlisi Awal, Muhammad Taqi. Raudhah al-Muttaqin fi Syarh Man La Yahdhuruhu al-Faqih. Yayasan Farhaangg-e islami Kusyanbur, 1406 HS
  • Mazandarani, Syarh al-Kafi. Teheran: Perpustakaan al-Islamiah, 1382 HS
  • Muhamadiyan, Ali & lain-lain. Ta'mmul dar Madlul Rivayat-e Mausum be Mubaheteh Dalam majalah Tahqiqat Ulum-e Quran va Hadis, vol: 28, musim dingin 1394 S
  • Muthahari, Murtadha. Seiri dar Sireye Nabavi. Teheran: Shadra, tanpa tahun
  • Najafim Muhammad Hasan. Jawahir al-Kalam fi Syarh Syarai' al-Islam. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1362 S
  • Naraqi, Maula Ahmad bin Muhammad Muhammadi. Mustanad al-Syiah fi Ahkam al-Syariah. Qom: Yayasan Alulbait (as) 1415 HS
  • Sayid Muhammad JawadMusawi Ghurawi. Tafsir Hadis Bahituhum.
  • Shani'i, Yusuf. Majma al-Masail. Qom: Penerbit Maitsam Tammar, 1387 S
  • Surus Mahallati. Tuhmat dar Khedmat-e Diyanat Dalam majalah Dandanpezesyki Jameeh Dandanpejesykan, vol: 1, musim gugur, 1391 S
  • Syahid Tsani, Zain al-Din. Masalik al-Afham ila Tanqih Syarai' al-Islam. Qom: Yayasan al-Ma'arif al-Islamiah, 1413 HS
  • Tabrizi, Mirza Jawad. Irsyad al-Thalib ila al-Ta'liq ala al-Makasib. Qom: Ismailiyan, 1416 HS
  • Taqrirat Gha'uhdeh Ayatullah Syubairi Zanjani. Dumahnameh Taqrirat, no. 3, Dey 1394 S
  • Thabathabai, Sayid Ali. Riyadh al-Masail. Qom: Yayasan Alulbait (as), 1418 HS